BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB a. Data Subyektif 1) Identitas Nama Pasien : Ny. T Nama Suami : Tn. U Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Wiraswasta Alamat rumah : Gambirsari RT 05/13 Kadipiro Banjarsari Surakarta 2) Keluhan utama pada waktu masuk Ibu mengatakan tidak mendapatkan menstruasi sejak 7 bulan yang lalu. 30
31 3) Data Kebidanan a) Riwayat menstruasi Menarche Banyaknya Siklus Lamanya : umur 13 tahun : 2-3 kali ganti pembalut/hari : + 30 hari (7 bulan terakhir tidak menstruasi) : 6-7 hari Jenis dan warna : encer dan merah tua Keluhan : tidak ada b) Status Perkawinan Kawin/tidak kawin Usia kawin pertama Lama perkawinan : kawin : 28 tahun : ± 4 tahun c) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu : Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu Kehamilan Umur Kehamilan Tanggal Partus I 39 minggu 10 Oktober 2009 Sumber : Data Primer, 2013 Jenis Partus Tempat Partus Penolong Penyulit Spontan RB Bidan Tidak ada Tabel 4.2 Riwayat Nifas yang Lalu Jenis kelamin BB Gr Anak PB cm Keadaan anak Nifas Laktasi Perdarahan Nifas (hr) Umur anak skarang Laki-laki 3100 46 Hidup, sehat Sumber : Data Primer, 2013 6 bulan normal 42 3 tahun
32 d) Riwayat KB Ibu mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi jenis apapun. 4) Data Kesehatan a) Data kesehatan sekarang Ibu mengatakan tidak mendapatkan menstruasi sejak bulan September 2012 serta tidak sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus. b) Riwayat kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus. c) Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, jantung. 5) Data Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Makan Minum Jenis makan Jenis minum : 3 kali/ hari : 6-8 gelas/ hari : nasi, lauk, sayur, buah : teh, air putih Makanan pantangan : tidak ada Alergi makan : tidak ada b) Eliminasi BAK : 4-5 kali/ hari, warna : kuning jernih,
33 bau khas urine BAB Keluhan : 1 kali/ hari, konsistensi : semi padat : tidak ada c) Aktifitas : Bekerja 12 jam/hari d) Istirahat Tidur siang : - Tidur malam Keluhan : + 6 jam : tidak ada e) Personal Hygiene Mandi Keramas Gosok gigi : 2 kali/ hari : 2 kali/ minggu : 2 kali/ hari Ganti baju & pakaian dalam : 2 kali/ hari 6) Data Psikososial dan Agama a) Hubungan dengan keluarga Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga baik. b) Hubungan dengan masyarakat Ibu mengatakan hubungan dengan masyarakat baik. c) Kegiatan ibadah Ibu mengatakan bahwa ia rajin sholat 5 waktu. d) Keadaan psikologis Ibu mengatakan bahwa saat ini ia merasa cemas dengan kondisi yang dialaminya.
34 b. Data Obyektif 1) Pemeriksaan Umum Keadaan umum Kesadaran Vital sign : baik : composmentis : TD : 130/80 mmhg R : 20 x/menit N : 84 x/menit S : 36,4 o C Tinggi badan Berat badan : 167 cm : 61 kg 2) Pemeriksaan Fisik a) Kepala Muka Mata : tidak pucat, tidak ada oedem. : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. b) Leher Tiroid Limfe : tidak terdapat pembengkakan : tidak terdapat pembengkakan c) Abdomen (1) Inspeksi Pembesaran Bekas operasi : tidak ada : tidak ada (2) Palpasi : tidak teraba massa di abdomen, tidak terdapat nyeri tekan. d) Genetalia (1) Inspeksi : tidak dilakukan
35 (2) VT : tidak dilakukan 3) Pemeriksaan Penunjang a) Laboratorium : data hasil laboratorium tanggal 15 April 2013 Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Darah No Pemeriksaan Hasil Rujukan 1. 2. 3. 4. 5. 1. Rutin Hemoglobin Eritrosit Trombosit Leukosit Hematokrit Serologi Kebidanan dan Kandungan Tes Kehamilan 12,7 gr/dl 4,03 juta/mm 3 239 ribu/mm 3 9,5 ribu/mm 3 37 % Negatif (-) 12-14 gr/dl 4-5 juta/mm 3 100-400 ribu/mm 3 4-10 ribu/mm 3 37-43 % Sumber : Data Sekunder, 2013 b) USG : vulva uretra terisi cukup, tampak uterus ukuran 6 cm x 7 2. Interpretasi Data Dasar cm, tidak tampak kelainan ginekologis. Tanggal : 15 April 2013 Pukul : 10.30 WIB a. Diagnosa Kebidanan Ny. T umur 32 tahun dengan amenore sekunder. Dasar subyektif : 1) Ibu mengatakan bernama Ny. T dan berumur 32 tahun. 2) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya September 2012. Dasar obyektif : 1) KU : baik, kesadaran : composmentis Vital sign : TD : 130/80 mmhg N : 84 x/menit R : 20 x/menit S : 36,4 o C
36 2) Palpasi abdomen : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan 3) Pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin : 12,7 gr/dl Eritrosit : 4,03 juta/mm 3 Trombosit : 239 ribu/mm 3 Leukosit : 9,5 ribu/mm 3 Hematokrit : 37 % PP Test : negatif ( - ) 4) USG : vulva uretra terisi cukup, tampak uterus ukuran 6 cm x 7 cm, tidak tampak kelainan ginekologis b. Masalah Ibu cemas Dasar: Ibu mengatakan bahwa saat ini ia merasa cemas dengan kondisi yang dialaminya. c. Kebutuhan KIE dan motivasi tentang kondisi yang pasien alami. 3. Diagnosis atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya. Diagnosis potensial : Infertilitas. Antisipasi penanganan oleh bidan : Anamnesa, pemeriksaan fisik dan keadaan umum pasien, kolaborasi dengan dokter Sp. OG. 4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi yaitu terapi hormonal.
37 5. Rencana Tindakan. Tanggal : 15 April 2013 Pukul : 10.40 WIB a. Periksa keadaan umum dan vital sign.. b. Berikan informasi tentang kondisi pasien kepada pasien dan keluarga. c. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi hormonal berupa progesteron test. d. Berikan motivasi dan dukungan moril kepada pasien untuk tidak cemas dengan kondisi yang sedang dialaminya. e. Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian. 6. Pelaksanaan Tanggal : 15 April 2013 a. Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu). Pukul : 10.45 WIB b. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktorfaktor yang dapat menyebabkan berhentinya menstruasi pada wanita usia reproduksi. Yaitu : stres, obesitas, malnutrisi, dan aktifitas fisik yang berat. Pukul : 11.00 WIB c. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi hormonal berupa uji progestin, dengan advise : Norelut 5 mg 2 X 1 selama 7 hari. Pukul : 11.10 WIB
38 d. Memberikan motivasi dan dukungan moril pada pasien untuk tidak cemas dengan kondisi yang sedang dialaminya. Pukul : 11.15 WIB e. Menganjurkan pasien melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk evaluasi perdarahan menstruasi pada tanggal 22 April 2013. Pukul : 11.20 WIB 7. Evaluasi Tanggal :15 April 2013 Pukul : 11.00 WIB a. Hasil Pemeriksaan KU dan TTV Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Vital Sign : TD 110/80 mmhg R 22 x/ menit N 82 x/menit S 36,5 o C b. Ibu telah mengetahui mengenai hal-hal yang menyebabkan amenore sekunder pada wanita usia reproduksi. c. Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG, dengan advise : Nerolut 5 mg 2 x 1 selama 7 hari. Ibu sudah mengerti dosis obat yang diberikan, serta bersedia untuk mengonsumsi sesuai dosis dan aturan yang ditetapkan. d. Ibu sudah mengerti tentang terapi yang diberikan yaitu uji progestin untuk mengetahui apakah ovarium masih menghasilkan estrogen serta untuk merangsang terjadinya pengelupasan endometrium. Ibu sudah lebih tenang dengan kondisi yang sedang dialaminya. e. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian.
39 CATATAN PERKEMBANGAN I Tanggal : 22 April 2012 Pukul : 10.00 WIB Subjektif : Ibu mengatakan telah mengkonsumsi obat yang diberikan selama 7 hari. Ibu mengatakan telah menstruasi pada tanggal 19 April 2013. Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang. Objektif : 1. KU: baik, kesadaran : composmentis VS : TD : 110/90 mmhg N : 80 x/menit R : 24 x/menit S : 36,5 o C Assesment : Ny. T umur 32 tahun dengan post amenore sekunder hari ke-4. Dasar : HPHT 19 April 2013 (Menstruasi hari ke 4) Plan : 1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Hasil: KU: baik, kesadaran : composmentis VS : TD : 110/90 mmhg N : 80 x/menit R : 24 x/menit S : 36,5 oc 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi lanjutan, dengan advise : Pil KB Progesteron (Mini pill) selama 3 kali siklus. Hasil: Ibu sudah mengerti terapi yang diberikan, serta bersedia untuk mengonsumsi sesuai aturan yang ditetapkan yaitu mini
40 pill dapat diminum setelah perdarahan berhenti, diminum setiap hari dalam waktu yang sama selama 21 hari kemudian berhenti meminumnya selama 7 hari sebelum melanjutkan meminum mini pill selanjutnya. 3. Memberi KIE mengenai amenore sekunder yang dialami ibu bisa dikarenakan stres psikis dan pola hidup yang kurang sehat, sehingga mengganggu kerja hormonal tubuh. Hasil : Ibu mengerti mengenai penyebab amenore yang dialaminya. 4. Memberi KIE mengenai pola hidup sehat. Yaitu : a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang b. Pola istirahat cukup c. Olahraga teratur d. Menghindari stres Hasil : Ibu mengerti dan mampu mengulangi KIE yang telah diberikan serta bersedia menerapkan pola hidup sehat. 5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang setelah mini pill habis atau jika ada keluhan. Hasil: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.
41 CATATAN PERKEMBANGAN II Tanggal : 27 Mei 2013 Pukul : 10.00 WIB Subjektif : Ibu mengatakan telah mengkonsumsi mini pill yang diberikan selama 21 hari. Ibu mengatakan telah menstruasi kembali pada tanggal 26 Mei 2013. Objektif : 1. KU: baik, kesadaran : composmentis VS : TD : 120/80 mmhg N : 80 x/menit R : 20 x/menit S : 36,6 o C Assesment : Ny. T umur 32 tahun dengan post amenore sekunder minggu ke-5. Dasar : HPHT 26 Mei 2013 (Menstruasi hari ke 2) Plan : 1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan Hasil: KU: baik, kesadaran : composmentis VS : TD : 120/80 mmhg N : 80 x/menit R : 20 x/menit S : 36,6 o C 2. Mengobservasi PPV ibu. Hasil: Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari Jenis dan warna : encer dan merah tua Keluhan : tidak ada HPHT : 26 Mei 2013
42 3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi mini pill yang telah diberikan secara teratur sampai habis. Hasil: Ibu bersedia mengonsumsi mini pill yang telah diberikan secara teratur sampai habis. 4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola hidup sehatnya. Hasil : Ibu bersedia untuk tetap menjaga pola hidup sehatnya. 5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan. Hasil: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika ada keluhan. B. Pembahasan Setelah penulis menyusun studi kasus asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Ny.T umur 32 tahun dengan amenore sekunder dan proses penatalaksanaannya dilakukan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta, dalam pembahasan ini penulis akan membandingkan antara teori dengan kenyataan yang ada. Manajemen yang penulis gunakan dalam memberikan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi dengan amenore sekunder adalah menurut Hellen Varney yaitu melalui tujuh langkah varney mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Pada data perkembangan penulis menggunakan SOAP. Proses atau penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi dengan amenore sekunder menggunakan 7 langkah Varney, yaitu:
43 1. Pengumpulan Data Dasar Menurut Varney (2007), pengumpulan data dasar merupakan tahap awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Pengumpulan data terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Pengumpulan data yang dilakukan terhadap Ny. T tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pasien mudah diajak berkomunikasi dan data subyektif pasien diperoleh dari pasien sendiri. Data subyektif didapatkan melalui anamnesis terhadap pasien berupa pasien mengatakan berusia 32 tahun, pernah melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran. Pasien datang mengeluh tidak mendapatkan menstruasi sejak 7 bulan yang lalu dengan HPHT pada bulan September 2012. Hal ini sesuai dengan teori menurut Benson (2009) bahwa amenore sekunder ialah keadaan tidak adanya menstruasi > 6 bulan pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi normal atau selama 3 interval pada wanita dengan oligomenore. Sehingga pada data subyektif ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Data obyektif meliputi dilakukan pemeriksaan umum seperti keadaan umum, kesadaran, vital sign, tinggi dan berat badan. Hal ini sudah sesuai teori. Menurut Wiknjosastro (2008) pada kasus amenore sekunder pemeriksaan umum dapat membantu memberi petunjuk petunjuk yang
44 berharga seperti ciri ciri kelamin sekunder, kesesuaian tinggi dan berat badan, serta hirsutisme. Dalam kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan payudara untuk mengkaji adanya galaktorea pada pasien amenore sekunder. Menurut Morgan (2009) pemeriksaan payudara yang mencakup pertumbuhan dan rabas(warna seperti susu, gelap atau terang, kental atau encer) untuk mengetahui adanya galaktorea. Sehingga pada pemeriksaan fisik dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Dalam kasus amenore sekunder di RSUD Surakarta dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan darah, dan USG. Sebelum dilakukan uji progestin tidak dilakukan pemeriksaan hormonal yaitu uji TRH dan prolaktin. Menurut Morgan (2009) pemeriksaan penunjang amenore sekunder meliputi pemeriksaan hormonal, tes kehamilan, pemeriksaan darah, dan USG. Sebelum dilakukan uji progestin harus dilakukan pemeriksaan hormonal yaitu uji TRH dan prolaktin sebagai langkah awal proses evaluasi dan diagnosa amenore sekunder. Sehingga pada pemeriksaan penunjang dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Interpretasi Data Langkah kedua dalam kasus Ny. T ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang telah dikumpulkan. Data yang
45 dikumpulkan kemudian diinterpretasikan dan diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga menyertai diagnosis (Salmah, 2006). a. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Ny. T umur 32 tahun dengan amenore sekunder. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan HPHT pasien yaitu pada bulan September 2012. Dalam penegakkan diagnosa tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan teori. b. Masalah Masalah yang ditemukan pada kasus Ny.T dengan amenore sekunder ini adalah pasien merasa cemas. Siklus menstruasi yang tidak teratur membuat pasien cemas akan keadaanya. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan pasien tentang amenore sekunder sehingga muncul ketakutan tentang kondisi yang dialaminya (Varney, 2007). Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan teori. c. Kebutuhan Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam kasus Ny.T dengan amenore sekunder maka dibutuhkan pemberian informasi mengenai amenore sekunder dan penyebab potensial. Karena hal ini dapat mengurangi kecemasan yang dialami pasien (Varney, 2007). Dalam hal ini tidak terdapat kesejangan antara praktek dan teori.
46 3. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya. Diagnosis potensial pada kasus Ny. T dengan amenore sekunder harus disesuaikan dengan penyebab terjadinya amenore sekunder tersebut. Pada kasus ini, amenore sekunder disebabkan karena faktor keadaan umum pasien. Yaitu stress dan pola hidup yang kurang sehat. Maka diagnosa potensial dari kasus ini adalah infertilitas (Baziad, 2008). Sedangkan antisipasi yang dilakukan bidan dalam kasus ini adalah anamnesa, pemeriksaan fisik dan keadaan umum pasien. Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2008) dan Winkjosastro (2008) dimana antisipasi yang dilakukan pada kasus amenore sekunder adalah penapisan dan pemeriksaan yang seksama dan menyeluruh untuk dapat menegakkan diagnosa. 4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera. Dalam kasus Ny. T dengan amenore sekunder dibutuhkan tindakan segera untuk melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi hormonal berupa progesteron tes/ uji progestin. Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2008) dimana tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan kasus amenore sekunder adalah melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG maupun laboratorium sehingga akan mendapatkan pengobatan yang tepat dan terbaik.
47 5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh Rencana tindakan yang dilakukan di lahan praktek untuk penanganan kasus Ny. T dengan amenore sekunder antara lain: a. Pemeriksaan keadaan umum, vital sign. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan umum pasien yang dikaitkan dengan penegakan diagnosa amenore sekunder. Winkjosastro (2008) menjelaskan dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada kasus amenore sekunder dilakukannya observasi keadaan umum dan vital sign pasien. b. Berikan informasi tentang kondisi pasien. Beritahu pasien bahwa kondisi berhentinya menstruasi yang dialaminya bisa disebabkan beberapa hal, yaitu stress emosional, pola hidup tidak sehat, dan pola nutrisi yang salah. Manuaba (2008) menjelaskan pemberian informasi mengenai hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bertujuan agar ibu mengerti tentang penyakitnya sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu. c. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi yaitu pemberian progesteron tes berupa Norelut 5 mg dengan dosis 2 x 1 selama 7 hari. Winkjosastro (2008) menjelaskan pemberian progesteron dapat menimbulkan perdarahan secara siklis. Akan tetapi, perdarahan ini bersifat withdrawl bleeding. d. Berikan motivasi dan dukungan moril kepada ibu.
48 e. Anjurkan kunjungan ulang satu minggu kemudian untuk evaluasi perdarahan menstruasi. Benson (2009) menjelaskan bahwa pasien harus melakukan kunjungan ulang untuk mengetahui keberhasilan uji progestin. Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2008), Wiknjosastro (2007), dan Baziad (2008) dimana tindakan yang direncanakan antara lain observasi keadaan umum, dan vital sign, kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi berupa progesteron oral untuk merangsang withdrawal bleeding dan ovulasi. Dalam terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang. 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pembahasan pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman pada kasus Ny. T umur 32 tahun dengan amenore sekunder adalah sebagai berikut: a. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign. Pada tahap ini bidan mengukur tekanan darah dan suhu pasien, menghitung frekuensi nadi dan respirasi ibu. Tindakan observasi dilakukan pada pasien dengan kondisi berbaring. Dalam melakukan tindakan bidan telah sesuai dengan teori yaitu pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan posisi pasien duduk atau berbaring, sebelum melakukan pengukuran suhu apabila daerah yang akan diukur basah harus dikeringkan, dan untuk penghitungan nadi dan pernafasan dilakukan satu menit penuh.
49 Manuaba (2008). b. Memberikan motivasi dan informasi kepada pasien berupa hasil pemeriksaan dan tindakan penanganannya yang bertujuan umtuk mengurangi kecemasan.hal ini dilakukan oleh bidan sesuai dengan pernyataan Manuaba (2008) yaitu kecemasan pasien muncul karena kurangnya pengetahuan pasien tentang amenore sekunder. c. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi. Dalam kasus ini dokter memberikan terapi yaitu pemberian progesteron tes berupa Norelut 5 mg dengan dosis 2 x 1 selama 7 hari untuk mengecek keadaan ovarium dan uterus. Hal ini sesuai dengan Winkjosastro (2008) yaitu pemberian progesteron dapat menimbulkan perdarahan secara siklis. Akan tetapi, perdarahan ini bersifat withdrawl bleeding. d. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu kemudian pada tanggal 22 April 2013 yang bertujuan untuk mengevaluasi perdarahan menstruasi. Hal ini telah dilakukan oleh bidan sesuai dengan Benson (2009) yang menjelaskan bahwa pasien harus melakukan kunjungan ulang untuk mengetahui keberhasilan uji progestin. Implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh dan perencanaan sebelumnya bisa dilakukan seluruhnya atau sebagian oleh bidan, pasien atau tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
50 melakukannya sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Pusdiknas, 2003). Berdasarkan teori Manuaba (2008) dan Wiknjosastro (2007), rencana tindakan dapat dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan asuhan kebidanan. RSUD Surakarta telah melakukan asuhan dengan efisien dan aman pada kasus Ny. T dengan amenore sekunder. Semua tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa rencana tindakan telah dilaksanakan sesuai dengan teori sehingga tidak terdapat kesenjangan dengan praktek. 7. Evaluasi Langkah ketujuh dalam asuhan kebidanan terhadap kasus Ny. T adalah melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan yang telah diberikan apakah telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana yang telah diidentifikasi dalam diagnosis dan masalah. Setelah satu minggu mengonsumsi Norelut 5 mg 2 x 1 pasien mengalami perdarahan menstruasi. Hal ini menandakan bahwa poros hipotalamus-hipofisis-ovarium masih berfungsi, sehingga amenore yang dialami pasien lebih dikarenakan oleh keadaan umum yang kurang baik yaitu stress psikis. Setelah dilakukan perawatan dan pemantauan dengan kunjungan sebanyak 2 kali pada tanggal 22 April dan 27 Mei 2013, terdapat banyak perkembangan yang dialami Ny. T antara lain ibu sudah merasa tenang dalam menghadapi keadaan yang dialaminya, ibu telah
51 menstruasi kembali pada tanggal 26 Mei setelah diberikan terapi sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa amenore sekunder tidak selalu membutuhkan terapi dan pemeriksaan yang spesifik apabila dengan uji progesteron sudah didapatkan perdarahan menstruasi (Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut Benson (2009), bagi pasien amenore sekunder yang tidak mengharapakan hamil dan hanya ingin mendapatkan perdarahan menstruasi maka pemberian progestin oral bulanan dapat menginduksi perdarahan berkala dan pengelupasan endometrium. Dengan memberikan asuhan kebidanan dan menerapkan manajemen kebidanan yang baik, akan memberikan kemudahan secara efektif dan efisien dalam mengatasi masalah pada pasien.