BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program Keluarga Berencana tersebut (Affandi, 2012). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah yang dilakukan untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 2. Kontrasepsi a. Definisi Kontrasepsi adalah usaha menghindari dan mencegah terjadinya suatu kehamilan sebagai akibat dari bertemunya sel sperma dan sel telur yang matang dan dapat mengakibatkan kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Dapat juga menggunakan berbagai macam cara, baik menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi. Kontrasepsi

2 merupakan sebuah alat, obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Masyarakat pada umumnya menyebut kontrasepsi dengan istilah Keluarga Berencana atau KB (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya melawan/mencegah dan konsepsi artinya pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut. (BKKBN, 2015). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya konsepsi antara sel sperma dan sel telur yang matang di tuba falopii sehingga tidak terjadi kehamilan. Kontrasepsi tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen, dapat pula dilakukan secara alamiah, hormon, alat maupun dengan prosedur operasi. b. Macam-Macam Metode Kontrasepsi Menurut Affandi (2012) macam-macam metode kontrasepsi adalah sebagai berikut : 1) Kontrasepsi Non Hormonal : Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode KB Alamiah (KBA), senggama terputus. 2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 3) Kontrasepsi Hormonal a) Metode Hormonal Kombinasi (Estrogen dan Progesteron) : Pil kombinasi, suntik kombinasi b) Metode Hormonal Progesteron Saja : Pil progestin (minipil), implan, suntikan progestin 4) Metode Penghalang (Barrier Method) : Kondom dan diafragma

3 5) Kontrasepsi Mantap : tubektomi dan vasektomi 3. KB Suntik Depo Provera a. Pengertian Depo provera ialah KB suntik 3 bulan yang mengandung 150 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular di daerah bokong (Sarwono, 2012). Terdapat 2 jenis suntikan progestin yaitu injeksi Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara intramuskular setiap 12 minggu sekali dan Noristerat atau Noretindron Asetat (NET EN) yang diberikan dalam suntikan tunggal 200 mg secara intramuscular setiap 8 minggu sekali (Everett, 2008). Menurut Praptiani (2012) Depo Provera merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat 150 mg, yang diberikan setiap 12 minggu, tetapi intervalnya dapat diperpanjang hingga 14 minggu. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut KB suntik Depo Provera merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal yang mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat yang diberikan dengan cara disuntik pada daerah bokong secara Intramuscular (IM) dan diberikan setiap 12 minggu atau 3 bulan sekali. b. Mekanisme Kerja Cara kerja kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Manuaba (2010), yaitu: 1) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. 2) Mengentalkan lender serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa. 3) Menganggu suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi.

4 c. Efektivitas Kontrasepsi Depo Provera menurut Sarwono (2012) memiliki efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Menurut Everett (2008) kontrasepsi Depo Provera memiliki efektivitas antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Sehingga kontrasepsi suntik Depo Provera adalah bentuk kotrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Menurut beberapa pendapat tersebut kontrasepsi Depo Provera memiliki efektifitas tinggi sekitar 99% asalkan penyuntikannya dilakukan teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. d. Keuntungan Depo Provera Keuntungan kontrasepsi Depo Provera menurut Handayani (2010), yaitu : 1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan). 2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid. 3) Metoda Jangka Waktu Menengah (Intermediate-term). 4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian. 5) Tidak menganggu hubungan seks. 6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI. 7) Efek sampingnya sedikit. 8) Klien tidak memerlukan suplai (pasokan) bahan. 9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih. 10) Tidak mengandung estrogen.

5 e. Keterbatasan Depo Provera Keterbatasan kontrasepsi Depo Provera menurut Affandi (2012), yaitu : 1) Sering ditemukan gangguan haid sebagai efek samping dari kontrasepsi Depo Provera, seperti: a) Siklus haid yang memendek atau memanjang, b) Perdarahan yang banyak atau sedikit, c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), d) Tidak haid sama sekali. 2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). 3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. 4) Menimbulkan efek samping masalah berat badan. 5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. 6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. 7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan). 8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. 9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang. 10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. f. Keadaan yang boleh menggunakan kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu :

6 1) Usia reproduksi. 2) Nulipara dan yang telah memiliki anak. 3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. 4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. 6) Setelah abortus atau keguguran. 7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. 8) Perokok. 9) Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. 10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin). 11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. 12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. 13) Anemia defisiensi besi. 14) Mendekati usia menopaus yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. g. Kontraindikasi kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Everett (2008) dan Affandi (2012), yaitu : 1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per kelahiran). 2) Perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnosis. 3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea. 4) Kanker bergantung steroid seks, misalnya kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

7 h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan Depo Provera menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu : 1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. 2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. 3) Suntikan pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, dengan syarat ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 4) Penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan dapat diberikan bila ibu tersebut telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. 5) Keadaan apabila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. 6) Aturan penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, dengan syarat ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Jika ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, maka ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 7) Keadaan pada ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus

8 haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil. 8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 9) Pasca bersalin < 6 bulan jika menggunakan MAL 10) Pasca keguguran segera atau dalam waktu 7 hari siklus haid i. Informasi lain yang perlu disampaikan menurut Affandi (2012) yaitu : 1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (Amenorhea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. 2) Efek samping yang biasa ditimbulkan seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang. 3) Terlambat kembalinya kesuburan bisa saja terjadi, penjelasan ini perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. 4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Setelah 3-6 bulan jika tidak terjadi haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

9 5) Apabila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Apabila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat. 6) Penggunaan pada klien yang sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Apabila terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya. 7) Klien yang lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. j. Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012), yaitu : 1) Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur, harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan 2) Nyeri perut bagian bawah yang hebat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu 3) Perdarahan hebat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid 4) Abses atau perdarahan pada tempat suntikan 5) Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau pandangan yang kabur

10 Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga kesehatan, atau klinik. 4. KB suntik Depo Provera dengan spotting a. Pengertian Depo Provera merupakan metode kontrasepsi suntik yang memiliki dua efek samping utama yang mempengaruhi semua wanita yang menerima suntikan Depo Provera, yaitu perubahan menstruasi dan tertundanya untuk kembali subur (Varney, 2007). Di masyarakat sering ditemukan gangguan menstruasi, seperti siklus menstruasi sering memanjang atau memendek, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau spotting, atau tidak terjadi menstruasi sama sekali atau amenorche (Kurniawati, 2013). Spotting merupakan bercak darah yang keluar dari jalan lahir (Kurniawati, 2013). Keluarnya bercak darah selama penggunaan kontrasepsi hormonal merupakan efek samping yang sering terjadi jika ringan atau tidak terlalu mengganggu tidak perlu diberi obat. Tetapi jika bercak darah yang terjadi tidak dapat diatasi maka harus diselidiki kemungkinan adanya penyakit lain (Irianto, 2014). b. Etiologi Penyebab terjadinya spotting adalah adanya ketidakseimbangan hormon. Hal tersebut juga dapat terjadi karena erosi porsio, pemakaian awal KB suntik 3 bulanan dan stress (Kurniawati, 2013). c. Keluhan Subjektif Sebagian besar alat kontrasepsi pasti memiliki beberapa efek samping. Begitupun KB suntik depo provera, keluhan utama yang biasa dikemukakan pasien

11 akseptor KB suntik depo provera adalah keluarnya bercak-bercak darah dan kebanyakan hal tersebut membuat ibu merasa cemas (Affandi, 2012). Hal tersebut kadang-kadang dipakai sebagai alasan oleh wanita untuk tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan kontrasepsi hormonal seperti KB suntik depo provera (Baziad, 2008). d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik dengan spotting salah satunya melihat ada tidaknya tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat atau ujung kuku yang pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin). Selain melihat ada tidaknya tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan uterus perlu dilakukan meliputi nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembengkakan, dan benjolan atau massa serta pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises, pembengkakan, massa, dan pengeluaran cairan. Pemeriksaan pengeluaran pervaginam dapat ditegakkan melalui pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012 ; Hidayat, 2008). e. Patofisiologi Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) dimulai dari disuntikkannya depo-provera secara intramuscular di daerah bokong. Kemudian terjadi ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam tubuh yaitu hormon estrogen dan progesterone. Akibat dari ketidakseimbangan hormon-hormon didalam tubuh terjadilah pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium. Pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium menyebabkan pembuluh vena menjadi rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal. Perdarahan lokal yang terjadi di endometrium menyebabkan keluarnya bercak-bercak darah. Apabila efek gestagen kurang, stabilitas stroma berkurang, yang pada akhirnya terjadi perdarahan (Baziad, 2008).

12 f. Penatalaksanaan Depo Provera dengan spotting Penatalaksanaan kontrasepsi suntik depo provera dengan efek samping spotting yaitu dengan memperhatikan keadaan umum pasien terlebih dahulu, kemudian menginformasikan kepada akseptor bahwa perdarahan ringan sering dijumpai sebagai efek samping dari kontrasepsi yang digunakan, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, biasanya tidak memerlukan pengobatan, minta ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan minta ibu untuk istirahat. Apabila spotting yang terjadi mengancam kesehatan ibu atau ibu tidak bisa menerima spotting yang terjadi, suntikan dapat tidak dilanjutkan lagi atau pilih jenis kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi. Sekarang sebagian besar para ahli tidak mengajurkan pemakaian rutin dari suplemen estrogen pada kontrasepsi suntikan, karena ia akan mengurangi sebagian keuntungan dari kontrasepsinya serta keharusan ibu untuk selalu mengingat untuk minum tabletnya serta di samping efek samping dari estrogennya. Jadi pada umumnya spotting tidak perlu diobati secara rutin yang terpenting adalah konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi suntikan (Hartanto, 2010 ; Sulistyawati, 2011) g. Prognosis Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya. Apabila spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah penyebab perdarahan dengan cara yang sesuai, bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan kepada klien masih ingin melanjutkan suntikan atau tidak, jika tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi, dan mencari kontrasepsi jenis lain (Affandi, 2012).

13 B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Proses Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan, dan tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Kurniadewi, 2013). Proses manajemen yang dipakai bidan mengacu pada 7 langkah Varney (2007), yang terdiri atas: a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Data dasar secara lengkap pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan spotting dapat diperoleh melalui: 1) Data Subjektif Pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan spotting, data subjektif yang dikumpulkan berupa: a) Identitas Diri Informasi mengenai diri pasien meliputi nama, umur, agama, suku atau bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat akseptor suntik depo provera dengan spotting (Norma, 2013). b) Keluhan Utama Keluhan utama yang biasa dikemukakan pasien akseptor KB suntik depo provera adalah keluarnya bercak-bercak darah (Affandi, 2012). c) Riwayat Menstruasi Pengkajian riwayat menstruasi ini meliputi umur menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, jumlah darah yang keluar, jenis dan warna darah menstruasi,

14 nyeri haid (dismenorhea) dan keluhan lain sewaktu menstruasi. Pengkajian ini juga digunakan untuk mengetahui apakah ibu mengalami kelainan gangguan reproduksi atau tidak. Informasi ini didapatkan dengan mengkaji kapan pertama kali ibu mengalami haid, lamanya haid, siklus haid, banyaknya ganti pembalut per hari (normalnya 2-5 kali ganti pembalut per hari), sifat darah dan adanya rasa nyeri atau tidak pada saat menstruasi (Yulifah, 2013 ; Dwi, 2013 ; Manuaba, 2010). d) Riwayat Obstetri Riwayat obstetri berisi riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu yang meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak hidup, jenis persalinan, keadaan masa nifas, masalah atau kelainan lain (Hidayat, 2008). e) Data Kesehatan (1) Data Kesehatan Sekarang Berhubungan dengan masalah atau alasan datang (Yulifah, 2013). Ibu mengeluhkan mengeluarkan bercak-bercak darah yang membuatnya terganggu (Affandi, 2012). (2) Riwayat kesehatan yang lalu Data yang diambil untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit kronis atau tidak seperti penyakit jantung, hati dan stroke, apabila ibu memiliki riwayat penyakit tersebut maka ibu memerlukan perhatian khusus. Pada kasus ini penting untuk diketahui apakah ibu pernah mengalami infeksi pada saluran genetalia atau mengalami perdarahan dan mengganggu sebelum memakai alat kontrasepsi suntik Depo Provera atau tidak (Affandi, 2012).

15 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, data kesehatan sangat diperlukan pada kasus KB suntik dengan spotting sebelum memberikan terapi, karena untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang menjadi kontraindikasi terhadap penggunaan esterogen sebagai terapi dari spotting. f) Riwayat Keluarga Berencana Riwayat keluarga berencana meliputi jenis KB yang pernah digunakan, alasan pemakaian, lama pemakaian, alasan berhenti, atau ganti cara, dan rencana KB selanjutnya. Pada kasus KB suntik dengan spotting, riwayat KB diperlukan untuk mengetahui metode kontrasepsi yang sebelumnya digunakan baik tipe kontrasepsi, lama penggunaan kontrasepsi, jadwal kontrasepsi, efek samping yang pernah terjadi dari kontrasepsi juga alasan penghentian kontrasepsi sebelumnya (Varney dkk, 2007 ; Norma, 2013). 2) Data Objektif a) Pemeriksaan Umum Pemeriksaan umum yang dikumpulkan untuk kasus KB suntik dengan spotting terdiri atas penilaian keadaan umum, kesadaran dan pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi (Yulifah, 2013). Pada akseptor KB suntik depo-provera yang paling utama adalah pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak dalam keadaan tekanan tinggi. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung gestagen seperti minipil dan depo tidak meningkatkan tekanan darah, namun pada seseorang yang sudah menderita hipertensi yaitu lebih dari >140/90 mmhg dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Baziad, 2008). b) Pemeriksaan Fisik

16 Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik dengan spotting salah satunya melihat ada tidaknya tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat atau ujung kuku yang pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin). Selain melihat ada tidaknya tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan uterus perlu dilakukan meliputi nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembengkakan, dan benjolan atau massa serta pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises, pembengkakan, massa, dan pengeluaran cairan (Affandi, 2012 ; Hidayat, 2008 ; Saiffudin, ) c) Pemeriksaan Khusus Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting pemeriksaan khusus yang dilakukan yaitu pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan inspekulo ini digunakan untuk memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012). b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar Langkah kedua dilakukan dengan cara mendiagnosa masalah yang ditegakkan berdasarkan data subyektif dan objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan (Dwi, 2013). 1) Diagnosis Kebidanan Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah Ny.S P 2 A 0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting (Varney, 2009). 2) Masalah Masalah yang terjadi pada kasus akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah : a) Keluarnya bercak darah dari jalan lahir diluar siklus haid (Affandi, 2012).

17 b) Ibu merasa cemas dan tidak nyaman karena adanya bercak darah yang keluar dari jalan lahir diluar siklus haid (Affandi, 2012). 3) Kebutuhan Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Sari, 2012). Kebutuhan yang mungkin diperlukan pada kasus akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting ini yaitu : a) KIE agar ibu selalu menjaga kebersihan alat genitalnya (vulva hygiene) dengan mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau setiap saat apabila ibu sudah merasa tidak nyaman (Manuaba, 2010). b) Motivasi serta informasi tentang kasus dan penatalaksanaan spotting (Manuaba, 2010). c. Langkah III. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya. Diagnosis potensial yang dapat muncul pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting yaitu anemia apabila perdarahan terus berlanjut dan bertambah banyak. Antisipasi penanganan yang dapat dilakukan bidan terhadap diagnosa yang muncul yaitu melakukan observasi keadaan umum ibu, vital sign, pengeluaran pervaginam, memberikan terapi tablet zat besi, minta ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan minta ibu untuk istirahat (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011). d. Langkah IV. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera. Kebutuhan untuk pasien pada kasus Ny.S P 2 A 0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah sebelum melakukan pengobatan memastikan

18 terlebih dahulu apakah pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012). Tindakan segera pada kasus Ny.S P 2 A 0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu (Sulistyawati, 2011 ; Affandi, 2012). e. Langkah V. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh. Rencana asuhan yang terpenting adalah pendidikan kesehatan, konseling dan petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan Depo Provera diberikan selama proses pemilihan metode kontrasepsi ini. Konseling ini dilakukan bertujuan untuk memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut karena ia mengalami perubahan menstruasi (Varney dkk, 2007). Asuhan kebidanan yang direncanakan pada akseptor suntik Depo Provera dengan spotting adalah sebagai berikut : 1) Berikan informasi hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada ibu (Varney, 2007) 2) Berikan informasi pada ibu tentang keadaan yang dialaminya agar pasien mengetahui keadaannya (Varney, 2007) 3) Berikan KIE pada ibu tentang efek samping dari alat kontrasepsi Depo Provera yang digunakan agar pasien lebih memahami efek samping alat kontrasepsi yang digunakan (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011 ; Handayani, 2010) 4) Pastikan kembali apakah ibu akan melanjutkan suntik KB Depo Provera lagi atau tidak (Affandi, 2012) 5) Berikan pelayanan KB suntik Depo Provera (Affandi, 2012) 6) Berikan terapi berupa tablet zat besi agar ibu tidak mengalami anemia (Hartanto, 2010 ; Sulistyawati, 2011)

19 7) Rencanakan untuk kunjungan ulang pada jadwal suntik berikutnya (Varney, 2007) 8) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genitalnya (vulva hygiene) dengan mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau setiap saat apabila ibu sudah merasa tidak nyaman dan membersihkan daerah kewanitaan dari arah depan ke belakang untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi dan komplikasi lain,dan beri dukungan psikologis agar pasien merasa lebih tenang (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011 ; Handayani, 2010). 9) Beritahu ibu untuk banyak makan sayuran hijau, menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup agar tidak menjadi lemas karena adanya bercak darah yang keluar (Affandi, 2012) 10) Motivasi ibu agar selalu memperhatikan keadaanya (Varney, 2007) 11) Dokumentasikan tindakan (Varney, 2007) f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh secara efisien, efektif, dan aman. Pelaksanaannya dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama anggota tim kesehatan lainnya. Bila diputuskan bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami kompilkasi, maka keterlibatan bidan dalam pelaksaan asuhan adalah tetap menjadi tanggung jawab bidan. Penatalaksaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Pelaksanaan asuhan dalam kasus suntik Depo Provera dengan spotting, dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan dalam pelaksanaannya dicantumkan waktu tindakan (Varney dkk, 2007 ; Dewi, 2013).

20 g. Langkah VII. Evaluasi Langkah terakhir evaluasi adalah salah satu langkah mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi rencana perawatan, kebutuhan, masalah dan diagnosis. Rencana dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak terlaksana (Varney dkk, 2007 ; Dewi, 2013). Hasil yang diharapkan dari manajemen kebidanan pada akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah dapat menghentikan perdarahan bercakbercak (spotting) dan klien tetap dapat menggunakan KB suntik Depo Provera (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011). C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Klien Menurut KepMenKes RI No : 938/MenKes/SK/VII/2007 tujuh langkah Varney disarikan menjadi empat langkah yaitu, SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning). SOAP diperoleh dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan pasien. S : Subjective Data subjektif ialah catatan kualitatif dan kuantitatif dari segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah. Data ini mencakup perasaan, reaksi atau pengamatan terhadap masalah. Data yang terpercaya diperoleh dari pasien sendiri dengan melakukan wawancara langsung pada akseptor suntik depo provera tentang keluhan adanya bercak darah keluar dari kemaluan atau keluhan lain yang dirasakan. Data ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney (Hidayat, 2008). Dalam kasus akseptor suntik Depo Provera dengan spotting, data subjektif ini merupakan data perkembangan dari data 7 langkah Varney diatas. Keluhan utama akan mengarah pada perdarahan yang berupa tetesan atau perdarahan bercak sudah

21 berkurang karena telah diberikan terapi sesuai penatalaksanaan KB suntik Depo Provera dengan spotting (Affandi, 2012). O : Objective Data objektif didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB (Hidayat, 2008). Data objektif menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan hasil tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney (Varney 2007). Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data objektif untuk kasus KB suntik dengan spotting yaitu pemeriksaan umum terdiri atas penilaian keadaan umum, kesadaran, berat badan pengukuran tekanan darah (Yulifah, 2013), pemeriksaan tekanan darah ini dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak dalam keadaan hipertensi, sebab pada seseorang yang sudah menderita hipertensi yaitu lebih dari >140/90 mmhg dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Baziad, 2008). Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012). A : Assesment Assesment menggambarkan pendokumentasian data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera sebagai langkah 2 Varney (Hidayat, 2008 ; Varney, 2007). Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny. S P 2 A 0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting.

22 P : Plan Plan mencakup penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan segera komprehensif yang meliputi penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 Varney (2007). Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting beberapa hal yang perlu direncanakan menurut Sulistyawati (2011) yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, mengobservasi perdarahan pervaginam, menjelaskan keadaan yang dialami oleh ibu, memotivasi ibu untuk banyak makan sayuran hijau, menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup dan motivasi agar tetap memakai kontrasepsi suntik. Pemberian asuhan kebidanan yang optimal diharapkan dapat mengurangi atau menghentikan spotting yang dialami oleh klien dan tidak terulang kembali pada siklus berikutnya. Perencanaan tersebut kemudian dilaksanakan secara efektif dan aman kemudian dilakukan evaluasi pada kasus KB suntik Depo Provera dengan spotting.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) 1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan a. Definisi Pendidikan Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, pendidikan merupakan sistem proses menuju pendewasaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tanggal Masuk : 26 Maret 2013 Pukul : 09.15 WIB Tempat : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo No Register : 015113 1. Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversible untuk mencegah terjadnya konsepsi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk berada pada posisi keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA ABSTRAK Oleh : Endang Susilowati, S.SiT Staff pengajar Prodi D-III Kebidanan FIK Unissula Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Program KB merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID PENELITIAN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Anisa K.A*,Titi Astuti* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Negara Indonesia. Ledakan penduduk mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat semakin menurun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana a. Definisi Keluarga berencana adalah upaya untuk menjarangkan, merencanakan jumlah, dan mengatur jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kontrasepsi 1.1 Pengertian Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian KB Menurut Hartanto (2003) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan BAB IV PEMBAHASAN Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dan asuhan kebidan SOAP, dari bab pembahasan ini membahas kesenjangan yang di temukan saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan Data Dasar Tanggal : 15 Maret 2016 Pukul : 09.30 WIB Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB Bab XIII Keluarga Berencana Manfaat KB /Keluarga Berencana Keputusan mengikuti Keluarga Berencana Pemilihan metode KB Metode KB yang menghalangi konsepsi Metode KB hormonal Metode IUD Metode KB Alamiah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun. (Sujiyatini, dkk. 2011; 3).Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB 3 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO Yuyun Oktaviani Dano Nim: 841410147 Program Studi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh : SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA. Oleh:

HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA. Oleh: HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA Oleh: Rohmi Handayani, Dyah Fajarsari dan Evi Sri Suryani Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang terlalu cepat akan menghambat perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun, kurang lebih ada 500.000 wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, melakukan kunjungan neonatus, ibu pasca salin memilih alat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, melakukan kunjungan neonatus, ibu pasca salin memilih alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diketahui dan memberikan informasi tentang pendekatan penelitian. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Dari hasil anamnesa yang dilakukan kepada pasien pada tanggal 05 Maret 2014 didapatkan data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pil progestin adalah pil oral yang memiliki kandungan dosis. progestin tunggal yang rendah (Varney, 2007; h. 477).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pil progestin adalah pil oral yang memiliki kandungan dosis. progestin tunggal yang rendah (Varney, 2007; h. 477). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Definisi Pil progestin adalah pil oral yang memiliki kandungan dosis progestin tunggal yang rendah (Varney, 2007; h. 477). Pil progestin adalah pil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

SINOPSIS RENCANA TESIS

SINOPSIS RENCANA TESIS SINOPSIS RENCANA TESIS PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN TRANSTHEORETICAL MODEL TERHADAP KECEMASAN AKSEPTOR KB DMPA (DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETAT) YANG MENGALAMI AMENORHEA OLEH LIANITA PRIMI OCTAVIANA 1.1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Kontrasepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% per tahun. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

3.1 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana I. PENGKAJIAN A. Data Subyektif Identitas/ Biodata Anamnesa pada tanggal 23 Juni 2016 pukul 18.

3.1 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana I. PENGKAJIAN A. Data Subyektif Identitas/ Biodata Anamnesa pada tanggal 23 Juni 2016 pukul 18. 3.1 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Tempat Praktek : Bidan Nirmala Nama Mahasiswa : Yunimas Tanggal Masuk : 19 Juli 2016 Tingkat/ Semester : III/ VI I. PENGKAJIAN A. Data Subyektif Identitas/ Biodata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perinatal (Marmi, 2011 : 21). Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. perinatal (Marmi, 2011 : 21). Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Maternal Neonatal Health (MNH) asuhan antenatal atau yang dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan petugas (dokter/bidan/perawat) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency Jatmiko Susilo, Suci Irina ABSTRACT Depo Medroxy Progesterone

Lebih terperinci

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif. Pil kombinasi Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sinteik. Pil diminum seiap hari selama iga minggu diikui dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah einil estradiol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa

Lebih terperinci

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2012 angka kematian ibu adalah sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup, rata-rata kematian ini jauh melonjak

Lebih terperinci