BAB III TINJAUAN KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III TINJAUAN KASUS

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial


BAB III TINJAUAN KASUS

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK )

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

BAB III RESUME KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB III TINJAUAN KASUS

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan keperawatan Keluarga di Lakukan pada tanggal 23 juni 2010 pada

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN TEORI

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELUARGA TN. S

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

d. Sosial Universitas Sumatera Utara

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB III TINJAUAN KASUS

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan : Nn. K : 17 tahun : Perempuan : Islam : SMA Pekerjaan : - Alamat Suku bangsa : Karangawen, Demak : Jawa, Indonesia No. RM : 074135 Diagnosa medis : Skizofrenia Tanggal masuk : 5 Tanggal pengkajian : 24 2. Penanggung Jawab Nama Umur Pekerjaan Hubungan dengan Pasien Alamat : Tn. R : 55 tahun : Tani : Orangtua : Karangawen, Demak 21

B. Riwayat Keperawatan 1. Alasan masuk Nn. K di bawa ke rumah sakit karena mau mencoba bunuh diri dengan mau memotong nadi ditangannya dan minum obat dari warung (bd) dengan sprate. 2. Faktor predisposisi Satu bulan yang lalu pasien mencoba bunuh diri dengan mau memotong nadi tangannya dan minum obat yang dibeli di warung (bd) dan sprate, itu di lakukan berulang kali kurang lebih lima kali, namun selalu di ketahui oleh keluarga dan keluarga mencoba menghentikannya. Kejadian itu terjadi setelah Nn. K di putus pacarnya. Didalam keluarga mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama. Klien mengatakan mempunyai banyak teman, klien mengatakan mempunyai teman dekat saat di sekolah yaitu Nn. M dan Nn. R biasanya kalau da masalah klien menceritakan kepada mereka berdua. 3. Faktor Presipitasi 2 hari yang lalu sebelum masuk rumsh ke RSJ Nn. K mencoba melakukan bunuh diri dengan memotong nadinya dan minum obat (bd) yang di beli dari warung dan minum sprate. Klien mengatakan ingin sekali balikan dengan mantannya karena dia begitu sayank dengan mantannya. Klien mengatakan kalau dia tidak bisa balikan dengan mantan pacarnya lebih baik mati. Klien tidak bisa terima karena di putus secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. 22

C. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada tanggal 24 pada pukul 14.00 WIB di ruang II (Brotojoyo) RSJD Dr. Amini Gondohutomo Semarang. 1. Tanda-tanda vital: Td: 120/80 mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu:36 5 0 C, RR 20 x/menit. 2. Ukur: TB: 155 cm, BB: 50 kg 3. Keadaan fisik:m Kepala: Mesochepal, Rambut: Bersih dan rapi, eksprei bagian wajah tegang, Mata: Konjungtiva: Anemis, Sklera: Ikhterik, pandangan tajam, Hidung: Simetris, bersih dan tidak ada polip, Telinga: Simetris, bersih, Bibir: Kering dan tidak ada bau mulut, Leher: Tidak ada pembesaran tyroid, tidak terdapat distensi vena jagularis, kulit: Kering, Warna: Sawo matang, Turgor kulit: Baik, Ekstermitas baik tidak ada edema. D. Psikososial Nn. K, 17 tahun 23

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Menikah : Garis keturunan : Orang terdekat : Pasien : Meninggal : Tinggal satu rumah Nn. K tinggal satu rumah dengan kedua orangtuanya dan kakak-kakaknya. Didalam keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa. Klien adalah seorang perempuan, Nn. K anak ke 3 dari tiga bersaudara. Nn. K lebih dekat dengan ayahnya, di dalam keluarga yang mengambil keputusan adalah kepala keluarga yaitu Tn. R. Komunikasi di dalam keluarga kurang baik karena Nn. K lubih suka diem dan tidak mau menceritakan kepada keluarga saat ada masalah. E. Konsep diri 1. Citra tubuh: Nn. K dapat menerima dan menyukai semua anggota tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. 24

2. Identitas diri: Nn. K adalah anak ke 3 dari tiga bersaudara, jenis kelamin perempuan, klien dapat menrima identitas dirinya layaknya seorang perempuan. 3. N.n K adalah anak ketiga, klien belum menikahdan masih sekolah duduk di bangku SMA kelas dua, biasanya untuk memenuhi kebutuhan Nn. K masih minta orangtuanya karena klien belum bekerja. 4. Ideal diri: Nn. K ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga, temantemannya dan manta pacarnya. 5. Nn. K mengatakan merasa tidak berhargadan tidak ada gunanya lagi hidup di dunia ini setelah putus dengan pacarnya. F. Hubungan sosial Nn. K mengatakan mempunyai banyak teman dan sering berkumpul dengan teman-temannya. Hubungan klien dengan klien lain selama di RSJ baik dan akrab dengan teman-temannya. Orang yang paling terdekat dengan klien selama di rawat adalah perawat dan temannnya yang bernama ny. W karena klien sudah percaya, oleh karena itu klien bisa menceritakan semuanya. G. Spiritual Nn. K beragama Islam, Nn. K mengatakan sebelum masuk di RSJ Nn. K jarang beribadah (sholat). Selam di rawat di RSJ nn. K rajin sholat dengan bimbingan perawat dan teman-temannya. 25

H. Status Mental 1. Penampilan Nn. K menggunakan seragam rumah sakit yang bersihdan tidak kusut. Rambut Nn. K panjang dan rapi, Nn. K melakukan perawatan diri secara mandiri. Nn. K mandi sehari 2 kali setiap pagi dan sore hari. 2. Pembicaraan Selama interaksi Nn. K berbicara jelas dengan nada suara pelan dan lamban, mulut tidak bau. Terkadang Nn. K tersenyum karena malu menatap wajah perawat. 3. Aktivitas sosial Nn. K sering berkumpul dengan teman-temannya. 4. Alam perasaan Nn. K sering sedih kalau ingat masa lalu dengan mantan pacarnya. 5. Afek Saat pengkajian kondisi klien labil, dan mau terbuka menceritakan masa lalunya. 6. Interaksi saat wawancara Selama interaksi kontak mata kurang, sering tersenyum, wajah tenang dan kooperatif. 7. Persepsi pola pikir Persepsi klien dengan perawat baik karena Nn. K yakin perawat bisa membantu dirinya dan dengan perawat klien bisa mengungkapkan semuanya. 26

8. Proses pikir Nn. K berbicara secara baik dan kooperatif, antara satu kalimat dengan kalimat yang lain ada keterkaitan. 9. Isi pikir Isi pikirannnya realistis, Klien mampu berpiikir dan menjawab ketika di picu berapa saudaranya, rumahnya di mana dan kelas berapa. 10. Tingkat keseadaran Nn. K sadar bahwa dirinya sedang di rawat di RSJ Semarang dan klien masih ingat bahwa kurang lebih 2 minggu yang lalu dia di rawat di RSJ. 11. Memori Nn. K masih ingat bahwa habis di putus pacarnya dan dia berulang kali telah mencoba bunuh diri. 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung Nn. K ddapat berkonsentrasi saat di ajak interaksi, Nn. K dapat berhitung hari dengan baik dan Nn. K masih ingat hari apa dia masuk di RSJ. 13. Kemampuan penilaian Nn. K mampu mengambil keputusan sederhana tanpa bantuan orang lain. Nn. K tahu apa yang di lakukan setelah makan yaitu mencuci piring, mencuci tangan dan membereskan peralatan makanan. 14. Daya tilik diri Nn. K beranggapan keluarga mengajak dirinya ntuk sementara waktu ke rumah sakit agar dirinya tenang. Nn. K mengatakan pendapat setiap orang di keluarganya berbeda-beda. 27

I. Kebutuhan persiapan pulang 1. Makan Nn. K makan 3 kali sehari sesuai porsi yang di lakukan di rumah sakit. Nn. K mengatakan suka dengan pola makannya, Nn. K mampu menyiapkan dan membersihkan sendiri alat-alat makan. 2. Eliminasi Nn. K mengtakan biasa BAB sehari 2 kali yaitu pagi dan sore hari selam di rumah sakit maupun di rumah, BAK 5 kali sehari. Nn. K biasa BAB dan BAK di kamr mandi. Nn. K mampu membersihkan dan merapikan dirinya. 3. Mandi Nn. K mandi 2 kali sehari yaitum pagi dan sore hari, Nn. K rajin gosok gigi, mencuci rambut 2 hari sekali, menggunting kuku bila panjang. Nn. K terlihat bersih dan tidak bau. 4. Berpakaian Nn. K mampu mengganti pakaiannya secara mandiri, Dan Nn. K mampu berpakaian yang sesuai dan pakian yang di pakai tidak kusut. 5. Istirahat tidur Dalam sehari Nn. K mengatakan bisa tidur 10 jam, 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Nn. K tidak terbiasa menggosok gigi sebelum tidur, tetapi selalu mencuci kaki sebelum tidur. 28

6. Penggunaan obat Selam adi RSJ Nn. K mendapat terapi obat chlorpromazin 2x100 mg, haloperidol 2x5 mg, trihexypenidile 3x2 mg. Cara pemberiannya secara oral waktunya pagi dan sore. 7. Pemeriksaan obat Untuk memelihara kesehatnnya Nn. K sering minum obat di rumah sakit maupun di rumah saat pulang nanti. Untuk perawatan diri Nn. K rajin mandi. 8. Aktivitasdi rumah dan di luar Aktivitas di dalam rumah: klien biasanya nonton Tv dan belajr sedangkan di luar rumah pergi sekolah dan kumpul sama temannya. J. Mekanisme koping Nn. K mengatakan sering melakukan percobaan bunuh diri apabila ingat dengan mantan pacarnya. K. Terapi medis Chlorpromazin 2x100 mg Haloperidol 2x25 mg Trihexypenidile 3x2 mg Diagnosa medis: Skizofrenia 29

L. Analisa Data NO Tanggal Data fokus Problem 24 Ds: Harga diri rendah, 14.00 WIB - Klien mengatakan merasa tidak berharga dan tidak ada gunanya lagi hidup di dunia ini. Do: - Klien mau menceritakan semuanya dengan 2. 24 januari 14.30 WIB 3. 24 15.00 WIB perawat. Ds: - Klien mengatakan bahwa dirinya sering melakukan percobaan bunuh diri apabila ingat dengan mantan pacarnya. - Klien mengatakan mau melakukan percobaan bunuh diri dengan memotong nadi tangannya dan membeli obat (bd) di warung dan di campur dengan sprate untuk di minum. Do: - Klien bercerita dengan nada pelan kontak mata kurang dan tersenyum sendiri Ds: - Klien mengatakan dari pada saya tidak bisa kembali dengan mantan pacar saya lebih baik saya mati. Do: - Klien tampak melamun dan pandangan mata tibatiba kosong. - Beberapa menit kemudian klien menagis lagi. Resiko bunuh diri Koping yang tidak efektif 30

M. Pohon Masalah Resiko bunuh diri Core problem Harga diri rendah Koping tidak efektif N. Diagnosa Keperawatan 1. Harga diri rendah. 2. Resiko bunuh diri. 3. Koping yang tak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai pemecahan masalah. O. Rencana tindakan keperawatan No Tgl Diagnosa keperawatan 1. 24 2010 14.15 WIB Resiko bunuh diri Perencanaan Perencanaan Intervensi Tujuan Klien tidak menciderai diri. 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil 1.1 Klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, menyebut nama, tersenyum, ada kontak mata, mengetahui nama perawat, menyediakan waktu kontrak, ekspresi wajah bersahabat 1.1.1 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nin verbal 1.1.2 Perkenalkan dengan sopan 1.1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan 1.1.5 Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya 1.1.6 Beri perhatian dan perhatikan 31

1. Klien dapat mengidentifikasi dari aspek positif yang dimiliki. 2. Klien dapat mengidentifikasa tanda-tanda resiko bunuh diri. 1.1 Klien dapat mengidentifikas i dari aspek positif yang dimiliki. Kemampuan yang dimiliki Aspek positif keluarga. Aspek positif lingkungan yang dimiliki 2.1 Klien dapat mengungkapka n perasaan saat mau melakukan percobaan bunuh diri. kebutuhan dasar klien 1.1.1 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. 1.1.2 Bantu klien mengungkapkan perasaan kesal. 2.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan perasaaan jengkel. 2.1.2 Observasi tandatanda perilaku resiko bunuh diri. 2.1.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda perilaku bunuh diri yang dialami klien 3. Klien dapat mengidentifikasi perilaku bunuh diri. 4. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri. 2.2 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda perilaku bunuh diri. 4.1 Klien dapat mengungkapka n resiko bunuh diri yang dilakukan. 4.1 Klien dapat menjelaskan akibat cara yang dilakukan 4.2 Klien dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang biasa yaitu dengan musyawarah dengan 4.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan percobaan bunuh diriyang biasa dilakukan. 4.1.2 Bicarakan dengan klien apakah cara klien lakukan masalah teratasi. 4.2.1 Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan 4.2.2 Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara yang benar dan sehat. 32

5. Klien dapat mengidentifikasi kan cara berespon terhadap tindakan bunuh diri. keluarga. 5.1 Klien melakukan cara berespon terhadap tindakan bunuh diri secara konstruktif dengan cara tarik nafas dalam dan dikeluarkan pelan-pelan. 5.1.1 Tanyakan pada klien apakah klien mau mempelajari cara yang baru dan sehat. 5.1.2 Berikan pujian jika klien mengetahui cra yang lain dan sehat. 5.1.3 Diskusikan dengan klien cara yang lain dan sehat: Secara tarik nafas dalam. 6. Klien dapat mendemonstrasik an cara mengontrol tindakan bunuh diri sosial asertif. 7. Klien dapat melakukan cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual. 6.1 Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri: Secara sosial: Lakukan kelompok caracara marahmarah yang sehat. Verbal: Mengatakan secara langsung bahwa anda sedang jengkel. 7.1 Diskusikan dengan klien cara mengontrol dengan berdo a/ sholat. 6.1.1 Bantu klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan 6.1.2 Bantu klien memilih manfaat yang telah dipilih. 7.1.1. Anjurkan klien untuk berdo a sholat saat terjadi tindakan mau melakukan bunuh diri. 8. Klien dapat menggunakan obat secara benar (sesuai program pengobatan). 8.1 Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek). 8.1.1 Jelaskan jenis obat yang diminum 8.1.2 Diskusikan manfa at minum obat (baca nama tertera pada tempat, obat, dosis obat, waktu dan cara minum). 8.1.3 Jelaska manfa at minum obat dan efek yang perlu diperhatikan. 8.1.4 Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat 33

waktu. 8.1.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawat/ dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. 9. Klien mendapat dukungan dalam mengontrol tindakan bunuh diri. 11. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol tindakan bunuh diri. 9.1 Klien dapat minum obat sesuai program. 10.1 Keluarga klien: menyebutkan cara merawat 10.2 Mengungkapk an rasa puas dalam merat 10.1.1 Identifikasa kemampuan keluarga merawat 10.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien 10.1.3 Jelaskan cara merawat klien: a. Terkait dengan perilaku tindakan bunuh diri. b. Sikap tenang bicara jelas. c. Membantu klien mengenal penyebab perilaku tindakan bunuh diri. 10.1.4 Bantu keluarga dalam mendemonstrasik an cara merawat 10.2.1 Bantu keluarga mengungkapkan perasaan setelah demonstrasi. 10.1.1 Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru nada suara rendah, tunjuk kepedulian. 10.1.2 Lindungi klien agar klien tidak melakukan tindakan bunuh 34

diri. 2. 24 14.00 WIB Harga diri rendah. Harga diri klien bisa meningkat secara optimal. 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Kien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 1.1 Klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, menyebut nama, tersenyum, ada komtak mata dengan perawat, menyediakan waktu kontrak 2.1 Klien mengidentifikas i dari aspek positif yang dimiliki. Kemampuan yang dimiliki lien. Aspek positif keluarga. Aspek lingkungan yang dimiliki klien 3.1 Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan. 1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. 1.1.2. Perkenalkan dengan sopan. 1.1.3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai. 1.1.4. Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya. 1.1.5. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar 2.2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.2.2 Setiap bertemu klien hindari memberi nilai negatif. 2.2.3 Utamakan memberi pujian yang realistis. 3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan selama sakit. 4. Klien dapat merencanakan (menetapkan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 4.1 Klien membuat rencana kegiatan harian. 4.1.1 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan. 4.2.2 Rencanakan bersama aktifitas klien yang dapat dilakukan stiap hari. Kegiatan sendiri. Kegiatan dengan 35

3. 24 2010 14.30 WIB Koping yang tidak efektif 5. Klien dapat melakukan kegiatannya sesuai kondisi sakit dan kemampuannya. 6. Klien dapat meningkatkan sistem pendukung yang ada. 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 5.1 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. 6.1 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. 1.1 Klien mau membalas salam, mau berjabat tangan, menyebut nama, tersenyum, ada kontak mata, mengetahui nama perawat, menyediakan waktu kontrak, ekspresi wajah bersahabat. bantuan sebagian. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total. 4.1.2 Tingkatkan yang sesuai toleransi kondisi 4.1.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. 5.1.1. Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 5.1.2. Beri pujian atas keberhasilan.5.1.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah. 6.1.1 Beri pendidikan pada keluarga tentang perawatan cara merawat klien dengan harga diri rendah. 6.1.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. 6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. 1.1.1 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nin verbal. 1.1.2 Perkenalkan dengan sopan. 1.1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai 1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan. 1.1.5 Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya. 1.1.6 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar 36

2. Kien dapat mengidentifikasi penyebab resiko bunuh diri. 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri. 4. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan. 2.1 Klien mengungkapka n perasaannya. 2.2 Klien dapat mengungkapka n penyebab dari tindakan yang akan dilakukan (resiko bunuh diri) dari diri sendiri lingkungan maupun orang lain. 3.1 Klien dapat mengungkapka n perasaan saat mau melakukan percobaan bunuh diri. 3.2 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 4.1 Klien dapat mengungkapka n resiko bunuh diri yang biasa dilakukan. 2.2.1 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya. 2.2.2 Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal. 3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan perasaan saat dia merasa jengkel. 3.2.1 Observasi tanda perilaku bunuh diri. 3.3.1 Simpulkan bersama klien tanda-tanda perilaku bunuh diri yang dialami 4.2.2 Anjurkan klien mengungkapkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan. 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri. 4.2 Klien dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang biasa yaitu dengan musyawarah dengan keluarga. 5.1 Klien dapat menjelaskan akibat cara yang dilakukan 5.2 Klien dapat 4.2.2 Bicarakan dengan klien, apakah cara klien lakukan masalah teratasi. 5.1.1 Bicarakan akibat/ kerugian. cara yang di gunakan 5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang 37

menyelesaikan masalah dengan cara yang biasa yaitu dengan musyawarah dengan keluarga. digunakan klien 5.1.3 Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara yangbenar dan sehat. 6. Klien dapat mendemonstras ikan cara mengontrol tindakan bunuh diri sosial asertif 6.1 Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri: Secara sosial: Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat Verbal: mengatakan secara langsung bahwa anda sedang jengkel. 6.1.1 Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk 6.1.2 Bantu klien mengientifikasi manfaat yang telah diipilih 7. Klien dapat melakukan cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual. 8. Klien dapat menggunakan obat secara benar sesuai program pengobatan). 7.1 Diskusikan dengan klien cara mengontrol dengan berdo a/ sholat. 8.1 Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek). 7.1.1 Anjurkan klien untuk berdo a/ sholat saat terjadi tindakan mau bunuh diri. 8.1.1 Jelaskan jenis obat yang diminum 8.1.2 Diskusikan. manfa at minum obat (baca nama tertera pada tempat, obat, dosis obat, waktu dan cara minum). 8.1.3 Jelaskan manfa at minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan. 8.1.4 Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu. 8.1.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawat/ dokter 38

9. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri 10. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol tindakan bunuh diri 8.2 Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan 9.1 Keluarga klien: menyebutkan cara merawt klien jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. 9.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien 9.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien 9.1.3 Jelaskan cara-cara merawat klien: a. Terkait dengan perilaku tindakan bunuh diri b. Sikap tenang bicara jelas c. Membantu klien mengenal penyebab perilaku tindakan bunuh diri 9.1.4 Bantu keluarga dalam mendemonstrasika n cara merawat klien 10.1.1 Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru nada suara rrendah, tunjuk kepudulian 10.1.2 Lindungi klien agar klien tidak melakukan tindakan bunuh diri 39

Tanggal /jam 28 14.00 WIB P. Implementasi dan evaluasi Diagnosa keperawatan Resiko bunuh diri TUK Implementasi Evaluasi Sp1p a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien. b. Mengidentifikasi penyebab bunuh diri. c. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri. d. Mengidentifikasi perilaku yang biasa digunakan. e. Mengidentifikasi akibat perilaku bunuh diri. f. Memberikan reinforcement positif. g. Membantu memasukkan apa yang diajarkan kedalam kegiatan harian pasien Nama saya K, suka dipanggil K. Saya mau melakukan percobaan bunuh diri karena diputus pacar saya tanpa alasan yang jelas. Saya tidak terima dengan keputusan pacar saya. Apabila ingat dengan mantan pacar saya, rasanya ingin mengakhiri hidup ini karena saya hidup didunia ini tak berari tanpa dia. Klien mengatakan saya mau mencoba bunuh diri dengan memotong nadi dan minum obat (bd) yang dibeli diwarung dengan sparte. O: A: Klien mau berjabat tangan. Kontak mata kurang. Nada suara pelan. Ekspresi wajah tegang. Tenang, kooperatif. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien dapat menyebutkan perilaku tindakan resiko bunuh diri. Klien dapat menyebutkan tandatanda perilaku resiko bunuh diri. Klien dapat menyebutkan perilaku yang biasa dilakukan Klien dapat menyebutkan akibat perilaku bunuh diri. 40

29 09.00 WIB 30 10.00 WIB Sp2p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara melakukan sholat/ ibadah. c. Memberikan reinforcement positif kepada d. Membantu memasukkan kedalam kegiatan harian pasien. Sp3p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara mengontrol tindakan bunh diri dengan verbal. c. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan. d. Membantu memasukkan apa yang P: O: A: P: O: Klien diberi PR untuk berlatih sendiri dan mengingat kembali cara yang diajarkan. Ya mbak saya mau melakukan itu, apabila bisa mengurangi emosi saya untuk bunuh diri. Mbak, yang tarik nafas dalam kemarn saya sudah bisa melakukannya. Klien tenang dan kooperatif. Klien sudah bisa mempertahankan kontak mata. Bicara dengan nada agak keras. Klien sudah mau mempraktikkannya apabila pasien mau melakukan tindakan bunuh diri. Perawat melanjutkan ke Sp3p cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan mengungkapkannya dengan verbal. Klien disarankan untuk melakukan cara spiritual, dengan sholat/ibadah apabila tiba-tiba muncul keinginan untuk bunuh diri. Klien mengatakan sudah berlatih sholat/ berdo a. Klien mengatakan senang selam disini. Klien tenang dan kooperatif. Klien memperhatikan dengan baik. Muka tidak tegang. Tersenyum. 41

diajarkan kedalam jadwal harian pasien. Klien mendemonstrasikan mengungkapkan dengan verbal. A: Pasien bisa melakukannya apa yang diajarkan. P: Perawat melanjutkan ke Sp1K. 30 13.00 WIB Sp1k a. Mengidentifikasi keluarga dalam merawat pasien. b. Menjelaskan peran serta keluarga dalam merawat c. Menjelaskan cara merawat pasien dirumah dengan mengajarkan cara spiritual berdo a/ sholat. d. Mendemostrasikan keluarga cara merawat e. Memberikan reinforcement positif kepada keluarga. O: A: P: Keluarga klien mengatakan saya belum bisa merawat dirumah mbak. Keluarga klien mengatakan saya mau diajarin. Ayah klien mengatakan saya R, saya suka dipanggil R. Ayah klien mengatakan bahwa klien jarang sholat. Ayah klien mengatakan terimakasih mbak, saya sudah diajarin. Ayah klien mau berjabat tangan. Bisa mempertahankan kontak mata. Wajah serius memperhatikan. Keluarga mampu menyebutkan 3 cara untuk mengontrol tindakan bunuh diri yaitu tarik nafas dalam dan dengan car spiritual yaitu dengan sholat dan berdo a dan minim obat teratur. Keluarga sudah bisa merawat klien dengan cara spiritual dan minum obat teratur. Keluarga bisa mempraktikkan cara yang diajarkan. Perawat mengingatkan kembali bahwa dukungan keluarga itu sangat penting untuk kesembuhan 42

31 08.00 WIB Sp4p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual. c. Memberikan reinforcement positif kepada O: A: Perawat mengingatkan kepada keluarga apabila klien mau melakukan tindakan bunuh diri bapak bisa menganjurkan cara yang telah diajarkan. Iya mbak saya mengerti apa yang diajarkan. Saya akan berwudhu dan berdo a apabila keinginan untuk bunuh diri muncul lagi. Klien mendengarkan apa yang diajarkan. Klien tenag dan kooperatif. Klien bisa melakukan sholat dan berdo a. P: Perawat melanjutkan ke Sp5p cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan minum obat. Klien diberi PR untuk memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. 31 10.00 WIB Sp5p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumya. b. Melatih cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan minum obat secara teratur. O: Klien mengatakan sudah mengerti apa yang telah dijelaskan. Klien mengatakan saya masih ingat obat yang warnanya pink haloperidol, orange, chlorpromazine yang putih nanyan THP dan minum sehari 2 kali. Klien mendengarkan serius apa yang telah dijelaskan. Klien tenang dan kooperatif. Klien bisa mempertahankan kontak mata. 43

28 16.00 Harga diri rendah Sp1p a. Membina hubungan saling percaya. b. Mengidentifikasi aspek yang dimiliki. c. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. d. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan pasien. e. Melatih pasien kegiatan yang dipilih (menata tempat tidur dan mencuci piring). f. Memberikan reinforcement positif. g. Membantu pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. A: Klien mampu menyebutkan efek samping obat. Klin mampu menyebutkan nama obat, cara pemberian dan waktu pemberian. P: Klien diberi PR menyelesaikan jadwal selanjutnya. O: A: P: Pasien mengatakan nama saya K, suka dipanggil K. Alamat karangawen demak. Kegiatan yang dilakukan dirumah yaitu sekolah, ngumpul bersama teman dan nonoton TV. Pasien mengatakan kegiatan yang biasa dilakukan di RSJ yaitu senam pagi, jalan-jalan mencuci sendok dan gelas, menata tempat tidur. Klien sering menduduk, berbicara sambil tertawa, kontak mata kurang mempertahankan, klien mendemonstrasikan tempat tidur. Nn. K mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Nn. K mampu menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. Nn. K mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan. Nn. K mau belajar membuat dan mengisi jadwal harian. Perawat mengajarkan kegiatan yang lain yang dipilih pasien. 44

30 11.00 WIB 28 15.00 WIB Koping yang tidak efektif Sp2p Sp1p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Menanyakan kegiatan yang lain yang masih dilakukan dirumah. c. Melatih kegiatan kedua yang telah dipilih pasien. d. Memberikan reinforcement positif pada pasien. e. Membantu pasien memasukkan kedalam kegiatan harian pasien. a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien. b. Mengidentifikasi penyebab bunuh diri. c. Mengidentifikasi tandatanda perilaku bunuh diri. d. Mengidentifikasi perilaku yang biasa digunakan. e. Mengidentifikasi akibat perilaku bunuh diri. f. Melatih cara mengontrol O: A: P: Perawat menganjurkan pasien untuk menata tempat tidur setelah bangun. Pasien mengatakan sudah menata tempat tidur tadi pagi. Pasien mengatakan tadi pagi senam terus jalanjalan. Klien mengatakan mencuci gelas dan sendok setelah tadi makan. Pasien mengatakan memilih nyapu untuk dilatih. Kontak mata sudah bisa mulai mempertahankan, pembicaraan pelan, tempat tidur, pasien kooperatif, pasien mendemonstrasikan menyapu. Pasien sudah melakukan merapikan tempat tidur. Pasien mencoba apa yang diajarkan dan mau melakukannya. Perawat mampu mengoptimalkan kegiatan yang sudah dilatih. Perawat menganjurkan pasien melakukan kegiatan yang sudah dilatih. Nama saya K, suka dipanggil K. Saya mau melakukan percobaan bunuh diri karena diputus pacar saya tanpa alasan yang jelas. Saya tidak terima dengan keputusan pacar saya. Apabila ingat dengan mantan pacar saya, rasanya ingin mengakhiri hidup ini karena saya 45

28 17.00 WIB Sp1p emosi untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri dengan tarik nafas dalam. g. Memberikan reinforcement positif h. Membantu memasukkan apa yang diajarkan kedalam kegiatan harian a. Mengavaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Memberikan reinforcement positif atas keberhasilan. c. Membantu apa yang diajarkan kedalam kegiatan harian O: A: P: O: A: hidup didunia ini tak ada artinya tanpa dia. Klien mengatakan saya mau mencoba bunuh diri dengan memotong nadi dan minum obat (bd) yang di beli diwarung dengan sprate. Klien mau berjabat tangan. Kontak mata kurang. Nada suara pelan. Ekspresi wajah tegang. Tenang, kooperatif. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien dapat menyebutkan perialku resiko tindakan bunuh diri. Klien dapat menyebutkan tandatanda perilaku bunh diri. Klien dapat menyebuutkan perilaku yang biasa dilakukan. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku bunuh diri. Klien diberi PR untuk berlatih sendiri dan mengingat kembali cara yang telah diajarkan. Klien mengatakan sudah bisa mnyebutkan perilaku tindakan bunuh diri Kontak mata sudah bisa sedikit bisa mempertahankan. Ekspresi wajah tidak tegang. Sudah mau tersenyum. Klien tenang dan kooperatif. Klien ada keinginan untuk mencoba saat ingat dengan mantan pacarnya. 46

29 11.00 WIB 29 10.30 WIB Sp2p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara melakukan ibadah/ sholat. c. Memberikan reinforcement positif kepada d. Membantu apa yang diajarkan kedalam kegiatan harian pasien. Sp3p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan verbal. c. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan. d. Membantu memasukkan apa yang diajarkan kedalam jadawal harian P: O: A: P: O: Perawat melanjutkan ke Sp2p cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan ibadah/ sholat. Klien diberi PR untuk memasukkan kegiatan kedalam jadawal kegiatan setiap klien mau melakukan tindakan bunuh diri. Ya mbak saya mau melakukan itu, apabila bisa mengurangi emosi saya melakukan bunuh diri. Klien tenamg dan kooperatif. Klien sudah bisa mempertahankan kontak mata. Bicara dengan nada agak keras. Klien sudah mau memprakteikannnya apabila klien mau melakukan tindakan bunuh diri. Perawat melnjutkan ke Sp3p cara mengontrol tindakan bunuh diri dan mengungkapannya dengan verbal. Klien disarankan untuk melakukan cara spiritual dengan sholat/ ibadah apabila muncul keinginan untuk bunuh diri. Klien mengatakan sudah berlatih sholat/ berdo a. Klien mengatakan senang diperhatikan selama disini. Klien tenang dan kooperatif. Klien memperhatikan dengan baik. 47

30 13.00 WIB Sp1k Muka tidak tegang. Klien tampak tersenyum. Klien mendemonstrasikan mengungkapkan denagn verbal. A: Klien bisa melakukan apa yang diajarkan. P: Perawat mengingatkan kepada keluarga apabila klien mau melakukan tindakan bunuh diri bapak bisa menganjurkan a. Mengidentifikasi keluarga dalam merawat b. Menjelaskan peran serta keluarga daalm merawat c. Menjelaskan cara merawat klien di rumah dengan mengajarkan cara spiritual berdo a/ sholat. d. Mendemonstrasikan keluarga cara merawat e. Memberikan reinforcement positif kepada keluarga. O: A: P: cara yang telah diajarkan. Keluarga klien mengatakan saya belum bisa merawat dirumah mbak!. Keluarga klien mengatakan saya mau di ajarin. Ayah klien mengatakan klien jarang melakukan sholat. Ayah klien mengatakan terimakasih mbak saya sudah diajarin Ayah klien berjabat tangan. Ayah klien bisa mempertahankan kontak mata. Wajah serius memperhatikan. Keluarga mampu menyebutkan 2 cara mengontrol tindakan bunuh diri yaitu dengan cara spiritual dengan sholat/ berdo a, minum obat. Keluarga sudah bisa merawat klien dengan spiritual, dan minum obat teratur. Keluarga bisa mempraktikkan cara yang diajarkan. Perawat mengingtkan kembali bahwa dukungan keluarga itu sangat penting untuk 48

31 08.30 WIB 31 10.00 WIB Sp4p a. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual. c. Memberikan reinforcement positif kepada Sp5p a. Mengavaluasi masalah dan latihan sebelumnya. b. Melatih cara mengontrol tindakan bunh diri dengan minum obat secara teratur. O: A: P: A: pertumbuhan pasien. Perawat mengingatkan kepada keluarga apabila klien mau melakukan tindakan bunuh diri bapak bisa menganjurkan cara yang telah di ajarkan. Iya mbak saya saya mengerti apa yang diajarkan. Klien mendengarkan apa yang telah diajarkan. Klien tenang dan kooperatif. Klien melakukannya dengan sholat dan berdo a. Perawat melanjutkan ke Sp5p untuk mengontrol tindakan bunuh dirr dengan minum obat. Klien mengatakan sudah agak mengerti apa yang telah dijelaskan. Klien mengatakan masih ingat obat-obat yang telah diberikan warna pink holaperidol, dan orange chlorpromazine, yang putih namanya THP dan diminum 2 kali sehari. Klien mendengarkan apa yang telah dijelaskan. Klien mampu menyebutkan nama obat dan cara pemberian obat. P: Klien diberi PR untuk menyelesaikan jadwal selanjutnya. 49