BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah PTK atau Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Jean Me Niff di kutip dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Variabel Penelitian Variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh akan diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian Februari Maret April Mei

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3

BAB III METODE PENELITIAN

Desain Nonequivalent Control Group Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian Setting penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD negeri 2 Ngaren,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bulan Februari Maret April Mei

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN Candirejo 02 Tuntang yang terletak di Jl.Mertokusuma 32, Kelurahan Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SDN Candirejo 02 dengan jumlah siswa sebanyak 19 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian akan disesuaikan dengan kalender akademik sekolah agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Berikut rincian waktu penelitian disajikan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Waktu Penelitian Siklus I Hari/ Tanggal Pertemuan pertama Rabu,6 April 2016 Pertemuan kedua Rabu,13 April 2016 Siklus II Hari/ Tanggal Pertemuan Pertama Rabu,20 April 2016 Pertemuan kedua Rabu,27 April 2016 3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Sugiyono (2013: 60) mengemukakan bahwa, variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diselidiki yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Variabel bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2013:61). 16

17 Variabel bebas sering disimbolkan dengan X atau disebut juga sebagai variabel X. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token. b) Variabel terikat Menurut Sugiyono (2013: 61) variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Candirejo 02. Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan digunakan adalah aspek kognitif yang diberikan pada setiap akhir siklus. 3.2.2 Definisi Operasional Penelitian ini memiliki dua variabel. Setiap variabel akan dijelaskan untuk menghindari kesalahan dalam mendefinisikannya. Masing-masing variabel dijelaskan melalui definisi operasional berikut ini. a. Model Kooperatif Time Token Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token adalah suatu model pembelajaran yang memiliki sintaks/ langkah-langkah: (1) mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, (2) pemberian tugas, (3) tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik per kupon, (4) bila telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan kepada guru, (5) siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi, (6) Demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak boleh berbicara lagi yang keterlaksanannya diukur dengan menggunakan lembar observasi. b. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan siswa menguasai materi alam yang ketercapaiannya diukur melalui soal tes. Pengukuran hasil belajar menggunakan tes, yaitu dengan post test pada kedua siklus, sehingga diharapkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Candirejo 02 bisa meningkat.

18 3.3 Prosedur Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses dan kualitas atau pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan- tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaian bagi masalah yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain (Kunandar, 2008: 55). Kasbolah (2011: 11) mengemukakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Arikunto (dalam Kunandar, 2008: 9) memaparkan mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas bukan sebagai langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, tetapi merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan melalui dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari dua pembelajaran. Setiap siklus berisi empat langkah yaitu : 1. Tahap perencanaan 2. Tahap pelaksanaan 3. Tahap observasi 4. Tahap refleksi Penelitian tindakan kelas ini mengambil desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari konsep Kurt Lewin. Skema Model Kemmis & Mc Taggart (Madya, 2007: 67) dapat dilihat pada Gambar 3.1.

19 Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis & Mc Taggart 1. Siklus I a. Perencanaan Pelaksanaan Penelitian Tindak Kelas dilakukan sebanyak dua siklus. Perencanaan penelitian PTK, sebelum mengadakan penelitian, peneliti harus menemukan/merumuskan masalah, tujuan dan membuat/menyusun rencana tindakan. Untuk menemukan masalah yang terjadi di lapangan peneliti harus mengamati proses pembelajaran dan hasilnya. Peneliti mengamati guru mengajar. Setelah itu peneliti baru bisa merancang tindakan (RPP) yang akan dilakukan, termasuk didalamnya instrumen penelitian, dan perangkat pembelajaran (media pembelajaran dan lembar observasi). b. Pelaksanaan Setelah melakukan perencanaan, peneliti akan melakukan tindakan yang telah direncanakan. Tahap tindakan yang merupakan implementasi dari RPP yang telah disusun dengan model kooperatif tipe Time Token yang akan dilaksanakan oleh guru kelas 4. Guru kelas 4 SDN Candirejo 02 adalah Ibu Purwanti. c. Observasi Pada tahap observasi/pengamatan dilakukan pada bersama dengan tahap tindakan. Pengamatan adalah upaya mengamati pelaksanaan tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa dikelas selama pelajaran berlangsung. Upaya

20 observasi dilakukan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan terhadap permasalahan di kelas tersebut. Observer pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah Ibu Husnul Khotimah, S.Pd. d. Refleksi Setelah melakukan observasi, peneliti dapat melakukan refleksi, sebagai upaya untuk mengoreksi dan memperbaiki masalah yang muncul selama pelaksanaan tindakan pada siklus I. Peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan dari tindakan siklus I. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan/ menyusun perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya. 2. Siklus II Setelah siklus I terlaksanakan, maka peneliti akan menyusun tindakan untuk siklus II. Tahapan siklus II sama dengan siklus I yaitu terdiri dari 4 tahapan (Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi). Nah, siklus II dilakukan guna untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II refleksi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan dari siklus I. Siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe Time Token apakah hasilnya meningkat atau tidak. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang peneliti kumpulkan selama penelitian sangat diperlukan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan pembelajaran yang peneliti lakukan. Oleh karena itu, instrumen pengumpulan data yang peneliti gunakan mengacu dan ditujukan untuk mengumpulkan data yang meliputi 3 hal, yaitu: kemampuan guru dalam membelajarkan dengan metode Time Token, perilaku/aktivitas peserta didik, dan hasil belajar siswa. Teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian adalah observasi dan tes yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

21 1. Observasi Dalam penelitian ini akan menggunakan observasi secara langsung untuk mengamati aktivitas guru dan siswa sesuai dengan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Observasi digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. 2. Tes Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam ranah kognitif adalah: dimana siswa dapat menerima, memahami, menganalisis setiap soal yang diberikan oleh guru, yang diberikan setelah tindakan, yaitu setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token serta untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan tingkat pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar. Tes yang akan digunakan adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda. Dalam tes ini, siswa yang menjawab benar diberi skor 1 dan yang menjawab salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini 1. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa informasi keterlaksanaan sintak model pembelajaran, baik itu aktivitas dari siswa maupun aktivitas guru yang mengajar. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang diprediksi akan terjadi (Arikunto, 2010: 272). Pada lembar observasi, observer atau pengamat memberi tanda centang atau checklist untuk menentukan ada atau tidaknya sesuatu berdasarkan pengamatannya. Kisi-kisi check list disajikan dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

22 Tabel 3.2 Kisi- kisi Lembar Observasi Guru Aspek Indikator Item Jumlah Soal Pelaksanaan pembelajaran dengan Time Token. I. Kegiatan 1,2,3,3,5,6 6 Pendahuluan. Kegiatan inti 7,8,9,10 4 A. Langkah-langkah 9 Time Token Tahap 1 11 (mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi) Tahap 2 12 (Pemberian Tugas) Tahap 3 13,14,15 (Permainan time token/ penggunaan kartu berbicara) Tahap 4 16, 17 (Mempresentasikan hasil diskusi) Tahap 5 18, 19 (Evaluasi) Kegiatan Penutup 20, 21, 22, 23, 24 5 24 Tabel 3.3 Kisi- kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Aspek Indikator Item Jumlah Soal Pelaksanaan pembelajaran dengan Time Token. I. Kegiatan 1,2,3,3,5,6,7 7 Pendahuluan II. Kegiatan inti 8,9,10,11 4 A. Langkah-langkah 11 Time Token Tahap 1 12 (mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi) Tahap 2 13 (Pemberian Tugas) Tahap 3 14,15,16 (Permainan Time Token/ penggunaan kartu berbicara) Tahap 4 (Mempresentasikan hasil diskusi) 17,18,19

23 Tahap 5 20,21 (Evaluasi) Kegiatan Penutup 22, 23, 24,25 4 26 2. Soal Tes Soal tes adalah berupa tes objektif yang berbentuk pilihan ganda. Soal tes dibuat berdasarkan indikator yang sudah diturunkan dari kompetensi dasar yang diajarkan setiap siklus. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kisikisi soal tes disajikan dalam Tabel 3.4. Standar Kompetensi 11.Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Tabel 3.4 Kisi- kisi Soal Tes Kompetensi Dasar Siklus I 11.1 Menjelaskan hubungan antara alam dengan lingkungan. Siklus II Indikator 11.1.1 Menjelaskan pengertian alam. 11.1.2 Menyebutkan macammacam alam. 11.1.3 Menyebutkan alam berdasarkan jenisnya. 11.1.4 Memberikan contoh alam berdasarkan jenisnya 11.1.5 Menjelaskan hubungan antara alam dengan lingkungan. Item Soal 1,2 3,4,5,6, 7,8,9,10,11,12, 13,14, 15.16, 17. 26, 27 19,20, 21,22, 23, 24,25 18, 28, 29, 30

24 11.2 Menjelaskan hubungan antara alam dengan teknologi yang digunakan 11.2.1 Menjelaskan Manfaat alam. 11.2.2 Menyebutkan contohcontoh manfaat alam bagi kehidupan manusia. 11.2.3 Menjelaskan hubungan alam dengan teknologi. 1 2,4,5,7,8,1 1,13,14, 15, 16, 19, 20 3,6, 9,10,12, 17, 18, 21,22,23, 24, 25 Setelah ini dilakukan langkah-langkah untuk memantapkan instrument tes hasil belajar sebelum digunakan penelitian. Langkah-langkahnya mencakup beberapa penjelasan mengenai (1) Validasi Lembar Soal oleh Dosen, (2) Validitas dan Reliabilitas Butir Soal, (3) Tingkat Kesukaran Butir Soal. 1. Validasi Lembar Soal oleh Dosen Lembar validasi soal ini sudah di validasi oleh Romirio Torang Purba, S.Pd., M.Pd. Lembar validasi ini dibuat peneliti dan dimodifikasi dari buku- buku IPA kelas 4 SD. 2. Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Instrumen soal tes harus memiliki kualitas yang baik sehingga benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa. Kunandar (2008: 124) menyatakan bahwa untuk memperoleh data yang baik maka instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data haruslah valid dan reliabel. Dalam penelitian ini instrumen soal akan dilakukan uji validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran soal. Sedangkan Sugiyono (2010: 348) memaparkan bahwa instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan dengan alat ukur. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka instrumen itu juga valid. Sebuah instrumen pengukuran dikatakan memiliki kesejajaran

25 antara hasil pengukuran dengan kriteria tersebut. Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan mengkorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikan 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30. Tetapi Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan. Uji validitas akan dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows. Hasil uji validitas instrumen siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6. Analisis Data Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Siklus I No Item Soal Evaluasi Siklus I InstrumenValid Instrumen Tidak Valid Analisis 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 24, 26, 27, 29, 30. 10, 15, 20, 22, 23, 25, 28. Berdasarkan data pada Tabel 3.6 hasil uji validitas soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji validitas soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 30 terdapat 7 soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 10, 15, 20, 22, 23, 25, dan 28 Sedangkan 23 soal yang lain terbukti valid sehingga dapat digunakan sebagai soal evaluasi siklus I. Output data dan data mentah dapat dilihat selengkapnya pada lampiran.

26 Analisis Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Soal Siklus II No Item Soal Evaluasi Siklus II Data Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid Analisis 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 8, 10, 14, 16, 25 Berdasarkan data pada Tabel 3.6, dapat diuraikan bahwa hasil uji validitas soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 25 terdapat 5 soal yang tidak valid yaitu item soal nomor 8, 10, 14, 16, dan 25. Sedangkan 25 soal yang lain terbukti valid sehingga dapat digunakan sebagai soal evaluasi siklus II. Output data dan data mentah dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat ukur. Kata reliabilitas sering disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya, terandalkan, ajeg, stabil, konsisten dan lain sebagainya Sugiyono (2010: 68). Untuk menghitung tingkat reliabilitas hasil belajar, dalam penelitian ini menggunakan SPSS 17.0. Menurut Azwar (2007: 14), reliabilitas mengacu pada konsisten atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas dinyatakan koefisien reliabilitas dengan angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien relibilitas mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya Azwar (2007: 44). Kaidah untuk menentukan tingkat reliabilitas menurut Gulfrod dan Frucker dalam Azwar, (2007: 44) dapat dilihat Tabel 3.7. Nilai Tabel 3.7 Kategori Reliabilitas Data Reliabilitas Sangat Reliabilitas Reliabilitas Cukup Reliabilitas Kurang Reliabilitas Tidak Reliabilitas

27 Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen siklus I dan II dapat dilihat dalam Tabel 3.8 dan Tabel 3.9. Tabel 3.8 Hasil uji reliabilitas Soal Siklus I Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.845 30 Berdasarkan Tabel 3.9, dapat diuraikan bahwa hasil uji reliabilitas soal pilihan ganda sebanyak 30 soal memiliki nilai Cronbach's Alpha sebesar 0.845. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen diinterpretasikan sangat reliabel. Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.804 25 Berdasarkan data Tabel 3.9 hasil uji reliabilitas instrumen siklus II, dapat diuraikan bahwa hasil uji reliabilitas soal pilihan ganda sebanyak 25 soal memiliki nilai Cronbach's Alpha sebesar 0.804. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen diinterpretasikan sangat reliabel. 3. Tingkat Kesukaran Butir Soal Sebuah soal dapat dikatakan baik ketika soal itu didapati tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah itu tidak dapat merangsang siswa untuk memperkaya usahanya dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam soal tersebut (Arikunto, 2007: 211). Untuk menguji tingkat kesukaran soal, digunakan persamaan sebagai berikut. TK = tngkat kesukaran

28 = jumlah siswa yang menjawab benar = jumlah siswa peserta tes Di bawah ini merupakan keseluruhan tingkat kesukaran soal tes pada siklus I disajikan dalam Tabel 3.10. Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Soal Tes Siklus I N Indeks Kriteria No Item Jumlah o Soal 1 Sukar - 0 2 0,30- Sedang 2, 3, 4, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 23 0,70 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30 3 Mudah 1, 5, 7, 8, 11, 25, 29 7 Dari data Tabel 3.10, dapat diuraikan bahwa soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 30 terdapat 7 soal dengan kategori mudah, 23 soal dengan kategori sedang dan 0 (tidak ada) soal dengan kategori sukar. Tabel 3.11 Tingkat Kesukaran Soal Tes Siklus II No Indeks Kriteria No Item Jumlah Soal 1 Sukar - 0 2 0,30- Sedang 2, 3, 4, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 19 0,70 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 3 Mudah 1, 5, 7, 8, 11, 17. 6 Berdasarkan Tabel 3.11, dapat diuraikan bahwa soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 30 terdapat 7 soal dengan kategori mudah, 23 soal dengan kategori sedang dan 0 (tidak ada) soal dengan kategori sukar. 3.5 Indikator Keberhasilan Berdasarkan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006), yaitu siswa dikatakan tuntas belajar bila memenuhi KKM yang telah ditentukan, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai KKM. Jadi, penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil bila ketuntasan belajar klasikal mencapai 85% yaitu 16 siswa dari 19 siswa berhasil memperoleh nilai

29 70 yang merupakan KKM di SD Negeri Candirejo 02 untuk kelas 4 pada mata pelajaran IPA. 3.6 Teknik Analisa Data Untuk memperoleh data dengan kelayakan penggunaan metode Time Token pada pembelajaran IPA digunakan analisa data deskriptif yaitu menggunakan lembar observasi dan tes hasil pembelajaran siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II. Sedangkan untuk data kualitatif menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan refleksi dari tiap-tiap siklus. 3.6.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa. Langkah pertama dalam proses pengolahan hasil belajar adalah penskoran dari data mentah berdasarkan hasil belajar siswa. Penskoran adalah proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka (Sudijono, 2011: 301). Angka-angka hasil penilaian tersebut selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan soal bentuk pilihan ganda. a. Penskoran soal bentuk pilihan ganda Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot (Rofieg, 2002: 6-3). Peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa koreksi jawaban, yaitu penskoran dengan cara tiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik

30 adalah dengan menghitung banyak butir soal yang dijawab benar dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Skor= (Arifin, 2012: 229) Keterangan : B = jumlah jawaban benar N = jumlah soal Skala = 0-100 b. Menghitung rata-rata hasil belajar menggunakan rumus: (Arikunto, 2012: 289) Keterangan: X = nilai rata-rata yang ingin diketahui = Nilai yang diperoleh responden N = jumlah siswa (responden) c. Menentukan kriteria ketuntasan belajar individu Ketuntasan belajar siswa ditentukan dengan membandingkannya dengan KKM yang sudah ditetapkan SDN Candirejo 02 untuk kelas 4 yaitu 70 untuk matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berikut kriteria ketuntasan belajar dijelaskan dalam Tabel 3.12. Tabel 3.12 Kriteria Ketuntasan Belajar Kriteria Kategori Ketuntasan 70 Tuntas < 70 Tidak Tuntas d. Menentukan kriteria ketuntasan belajar klasikal Kriteria ketuntasan belajar klasikal dihitung menggunakan cara sebagai berikut: Keterangan:

31 KB = ketuntasan belajar NS = jumlah siswa yang tuntas N = jumlah siswa 3.6.2 Data Kualitatif Data kualitatif berupa data dan hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. a. Pengolahan data hasil observasi Pengolahan data observasi menggunakan skala penilaian lembar observasi dengan rentang nilai dalam bentuk angka 0-4 (0,1,2,3,4) untuk menilai keterlaksanaan kinerja maupun ketrampilan guru serta aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Petunjuk penilaian observasi dilakukan dengan memberikan tanda cek ( ) pada kolom skala nilai dengan kriteria sebagai berikut: 4 = baik sekali 3 = baik 2 = cukup baik 1 = kurang baik 0 = tidak dilaksanakan/ gagal Setelah itu skor yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus: Setelah dinilai kemudian dikonversikan pada skala huruf (A-B-C-D-E) dengan skala 5 rentang 10. Konversi nilai dapat dilihat pada Tabel 3.13.

32 Tabel 3.13 Kriteria Konversi Nilai Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Presentase (%) Nilai Huruf Bobot Kualifikasi 90-100 % A 4 Sangat baik 80-89% B 3 Baik 70-79% C 2 Cukup 60-69% D 1 Kurang >59% E 0 Kurang sekali/ gagal Sumber: Arifin (2012: 236) Data hasil penilaian observasi dan data aktivitas siswa hanya bersifat sebagai data pendukung yang mendasari peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Candirejo 02 Tuntang.