BAB V PEMBAHASAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

BAB III METODOLOGI.

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Salah satu cara yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times)

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era kompetisi global dan industrialisasi yang semakin canggih,

ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Nadia Cynthia Dewi. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Untuk mempunyai daya saing perusahaan yang tinggi di pasar maka salah satu strategi perusahaan adalah dengan meningkatkan produktivitas, oleh karena itu perusahaan manufaktur ini melakukan perbaikan dengan konsep Total Productive Maintenance (TPM) pada mesin wet blast yang dianggap sebagai penyumbang terbesar pada masalah produktivitas. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode TPM dengan dengan konsep RCA (Root Cause Analysis) dengan 5 langkah yaitu, Definisi, Pengumpulan data, Identifikasi penyebab masalah, Identifikasi akar permasalahan dan Perbaikan sebagai metode penyelesaian masalah penyebab down time pada mesin wet blast. Dengan menggunakan metode ini digunakan tahapantahapan yang sistematis dan logis dalam mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Setelah dilakukan analisa dan perbaikan maka terlihat penurunan dari down time pada mesin wet blast dan nilai avaliability, performance dan quality pun meningkat, dengan demikian nilai OEE meningkat pula. Dari data yang berhasil dikumpulkan dan dianalisis ada beberapa menjadi bahan topik pembahasan yang penting, adapun pembahasannya adalah sebagai berikut. 5.1 Temuan Utama Dengan mengumpulkan data-data skunder dan primer kemudian diolah untuk mencari penyebab masalah kemudian dibuat rumusan masalah yang sesuai dengan kondisi aktual, dari rumusan masalah tersebut maka akan dibahas secara menyeluruh. 5.1.1 Capaian OEE Saat ini Losses mesin wet blast membuat kinerja mesin tidak optimal. Kondisi sebelumnya belum ada pengukuran untuk mengetahui seberpa besar kinerja mesin, 84

dengan demikian hal ini merupakan temuan dalam penelitian ini. Dengan dilaksanakannya implementasi TPM maka kemapuan kinerja mesin dapat terukur dengan menggunakan perhitungan OEE. Sebelum diimplementasikan TPM hasil pengukuran capaian OEE mesin wet blast dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1: Capaian OEE sebelum dilakukan perbaikan Month OEE Before (%) Nov-14 76,28 Dec-14 76,75 Jan-15 75,01 Feb-15 77,45 Mar-15 75,34 Apr-15 76,26 Rata-rata 76,18 Sumber: Data Enginering yang diolah, 2014-2015 5.1.2 Perbaikan Untuk Meningkatkan OEE Mesin wet blast merupakan mesin yang paling besar down time nya. Kondisi mesin ini tidak terindikasi, sehingga kampampuan kinerja mesin tidak diketahui, hal ini akan menyulitkan untuk melihat seberapa besar penurunan kinerja mesin. Dengan mengimplementasikan TPM dengan langkah RCA maka dapat dilakukan proses perbaikan secara tahap demi tahap, mulai dengan mendefinisikan keadaan sekarang, pengumpulan data, identifikasi masalah sampai melakukan perbaikan dan pengontrolannya, upaya untuk melakukan perbaikan pada permasalahan ini dilakukan langkah demi langkah yang sistematis, berikut langkah perbaikan yang dilakukan dari tahap awal sampai akhir. 1. Definisi, merupakan tahapan mendefinisikan obyek dan permasalahan yang ada, kemudian mengangkatnya menjadi obyek penelitian. Cara yang digunakan adalah dengan mengamati mesin produksi yang bermasalah dan membandingkan data down time antara mesin wet blast, mixing, assy, adhesive, squeezing dan injection. 85

2. Mengumpulkan data, merupakan cara mengumpulkan data dengan cara mencari data-data yang dibutuhkan dengan cara tidak langsung dan langsung, cara tidak langsung yaitu dengan tidak datang sendiri hanya berdasarkan data hasil olahan atau record orang lain atau pihak lain. Sedangkan cara langsung yaitu dengan mencari data-data yang dibutuhkan secara langsung mengamati sendiri, melakukan wawancara kepada pihak yang terkait dan mencatatnya, kemudian data-data tersebut digolongkan ke dalam data primer dan skunder. 3. Mengukur nilai capaian OEE saat ini, melakukan perhitungan pada availability, performance dan quality mesin wet blast untuk mengetahui dimana posisi kinerja mesin wet blast saat ini. a. Availability Availability diperoleh dari hasil perhitungan operating time dibagi planned production time kemudian dikalikan dengan 100%, cara perhitungan tersebut b. Performance Performance diperoleh dari hasil perhitungan real capacity dibagi nominal capacity kemudian dikalikan dengan 100%, cara perhitungan tersebut c. Quality Quality diperoleh dari hasil perhitungan total products dikurangi deffective products kemudian dibagi total products setelah itu dikalikan dengan 100%, d. Overall Equipment Effectiveness Setelah nilai availability, performance dan quality ditemukan maka nilai OEE dapat dihitung dengan mengalikan hasil perhitungan dari nilai availability, performance dan quality. 4. Identifikasi Penyebab Masalah losess, merupakan mengidentifikasikan kemungkinan - kemungkinan yang menjadi penyebab masalah dengan cara menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisa dengan menggunakan pareto, fish bone terhadap 4M (Manusia, Mesin, Material, Metode) pada tiap-tiap dimensi yang menjadi faktor penentu nilai OEE, yaitu availability, performance dan quality. Selain itu digunakan why why analisis untuk memperdalam permaslahaan yang terjadi pada performance karena nilai ini 86

yang paling kecil dari nilai lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang lebih mendalam terhadap performance. 5. Perbaikan, merupakan tahapan memperbaiki dari keadaan semula yang dianggap bermasalah kedalam keadaan yang dianggap lebih baik. Perbaikan dilakukan sesuai dengan data-data yang dikumpulkan dan diolah sebelumnya kemudian diimplementasikan sistem baru yang dianggap relevan. Perbaikan menggunakan metode FIFO (First In First Out), Preventive Maintenance, Visual Management dan Implementasi TPM. Perbaikan tersebut meliputi: - Melakukan program training karyawan. - Memberikan surat peringatan kepada karyawan yang tidak perduli dengan program implementasi TPM. - Membuat visualisasi matrix daftar berat produk maksimal 10 kg untuk tiap prosesnya. - Membuat jadwal preventive maintenance. - Membuat sistem metode FIFO (First In First Out) untuk mengambil material dari gudang. - Meminta kepada supplier untuk memperbaiki handling material beserta packingnya. - Melakukan 5S (Seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke) secara berkesinambungan. - Melakukan pengukuran kembali nilai OEE sebagai capaian OEE setelah perbaikan 6. Kontrol, merupakan tahapan untuk memastikan bahwa implementasi sistem baru dapat berjalan dengan baik dan terpelihara secara terus-menerus. Dengan demikian langkah pertama sampai langkah terakhir perbaikan dapat selalu utuh berjalan dan permasalahan yang serupa tidak terjadi kembali. Tahap pengontrolan dapat dilakukan dengan alat bantu seperti dibuatkan work instruction dan check sheet. 87

5.1.3 Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Perbaikan Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data serta perbaikan terhadap masalah yang telah dilakukan maka dapat diasumsikan bahwa dengan mengimplementasikan metode TPM dengan langkah RCA merupakan langkah yang tepat, hal ini dapat dilihat dari menurunnya down time dan meningkatnya nilai OEE. Dengan demikian produktivitas juga ikut meningkat. Dengan hasil seperti ini sudah dapat dilihat bahwa penelitian ini berdampak positif bagi perusahaan. Dengan meningkatnya produktivitas, hal ini akan memberikan efek positif pada perusahaan terutama kepada kemampuan daya saing perusahaan, semakin meningkat nilai OEE maka akan membantu meningkatkan daya saing perusahaan. Pada Gambar 5.1 merupakan data precentage perbandingan kondisi down time saat sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan selama 6 bulan. Gambar 5.1: Perbandingan down time saat sebelum dan sesudah perbaikan Sumber: Data Maintenance yang diolah, 2014-2015 Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa ada penurunan down time setelah dilakukan perbaikan. untuk menyimpulkan berapa besar penurunan down time maka pada Gambar 5.2 merupakan gambar rata-rata penurunan down time selama 6 bulan. Dari Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan perbaikan down time untuk 88

mesin wet blast rata-rata sebesar 2,18%, setelah dilakukan perbaikan rata-rata down time mesin wet blast sebesar 0,23%. Reduce Down Time 1,95% Gambar 5.2: Rata-rata penurunan down time setelah dilakukan perbaikan Sumber: Data Engineering yang diolah, 2014-2015 Rata-rata penurunan down time setelah dilakukan perbaikan sebesar 1,95%. Dengan menurunnya down time maka otomatis nilai OEE meningkat, pada Gambar 5.3 merupakan perbandingan kondisi OEE saat sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan selama 6 bulan. Precentage OEE Before and After Improvement 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 1 2 3 4 5 6 OEE Before 76,28 76,75 75,01 77,45 75,34 76,26 OEE After 79,61 79,70 79,52 79,59 79,52 79,70 Gambar 5.3: OEE sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan Sumber: Data Engineering yang diolah, 2014-2015 89

Dari Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa ada peningkatan OEE setelah dilakukan perbaikan. untuk menyimpulkan berapa besar peningkatan OEE maka pada Gambar 5.4 merupakan gambar rata-rata peningkatan OEE selama 6 bulan. Increase OEE 3,43% Gambar 5.4: OEE sebelum dan sesudah di lakukan perbaikan Sumber: Data yang diolah, 2014-2015 Dari Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan perbaikan OEE untuk mesin wet blast rata-rata sebesar 76,18%, setelah dilakukan perbaikan rata-rata OEE mesin wet blast sebesar 79,61%. Rata-rata peningkatan OEE setelah dilakukan perbaikan sebesar 3,43%. Dari data sebelum dan setelah dilakukan perbaikan maka dapat dilihat secara sederhana pada Tabel 5.2. Selain mempunyai efek positif terhadap perusahaan ini, kegiatan dari implementasi TPM ini juga mempunyai efek positif terhadap beberapa perusahaan otomotif mobil di Indonesia. Dengan meningkatanya nilai OEE maka kemampuan mesin wet blast untuk produksi ikut meningkat, dengan meningkatnya produksi maka pengiriman produk ke pelanggan-pelanggan akan berjalan lancar, sehingga dengan lancarnya supply produk ke pelanggan maka produktivitas pelanggan dalam membuat produknyapun ikut meningkat. Dengan kata lain dengan implementasi TPM pada perusahaan ini secara langsung ikut mendukung supply chain bisnis di sektor otomotif mobil. 90

Tabel 5.2: Hasil Sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan Month OEE Before (%) Down Time Before (%) Month OEE After (%) Down Time After (%) Nov-14 76,28 2,14 Jun-15 79,61 0,23 Dec-14 76,75 1,82 Jul-15 79,7 0,18 Jan-15 75,01 3,01 Aug-15 79,52 0,35 Feb-15 77,45 1,42 Sep-15 79,59 0,21 Mar-15 75,34 2,57 Oct-15 79,52 0,27 Apr-15 76,26 2,14 Nov-15 79,7 0,16 Rata-rata 76,18 2,18 Mean 79,61 0,23 Sumber: Data Engineering yang diolah, 2014-2015 5.2 Keterkaitan Dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi pada mesin wet blast yang mengakibatkan down time tinggi. Dengan mengidentifikasi, mengukur, menganalisa, memperbaiki dan mengontrol kondisi yang ada maka diharapkan tindakan ini merupakan tindakan yang tepat dan dapat dilakukan lagi untuk perbaikan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode TPM dan konsep RCA, dimana metode ini di anggap metode yang tepat untuk mengatasi kondisi yang ada. Menurut (Singh. et al, 2013) menyatakan bahwa penerapan TPM merupakan langkah yang tepat untuk manikan nilai OEE pada suatu mesin dan meningkatkan produktivitas, akan tetapi implementasi TPM perlu dukungan penuh dari pihak manajemen. Menurut penelitian terdahulu (Rolfsen, 2012) untuk mengimplementasikan TPM dibutuhkan keterlibatan dari berbagai deprtemen karena TPM ini menuntut untuk kemndirian terhadap setiap karyawan yang terkait, sehingga produtivitas bisa meningkat. Menurut penelitian terdahulu (Dogra, et al, 2011) TPM merupakan aktivitas kecil yang dilakukan terus menerus secara mandiri, hal-hal kecil bisa sangat berpengaruh terhadap produktivitas bila dilakukan secara konsisten. Banyak sekali penelitian-penelitian terdahulu yang sudah membuktikan bahwa metode TPM cukup ampuh untuk menurunkan down time, defect dan meningkatkan nilai OEE dimana akan berdampak secara langsung terhadap produktivitas. Dari 91

penelitian terdahulu implementasi TPM lebih menekankan pada etos kerja karyawan, dimana kegiatan sekecil apapun dapat berpengaruh pada hasil produktivitas, melibatkan banyak departemen dan memerlukan dukungan dari pihak manajemen. Metode TPM merupakan metode yang cukup ampuh dalam penerapan industri akan tetapi akan lebih baik lagi jika dipadukan dengan konsep RCA dimana menggunakan 5 langkah yaitu, Definisi, Pengumpulan data, Identifikasi penyebab masalah, Identifikasi akar permasalahan dan Perbaikan untuk lebih mempertegas dari kegiatan TPM. 5.3 Implikasi Industri Bagi perusahaan manufaktur peranan peralatan mesin sangat penting, oleh karena itu perusahaan berupaya untuk memelihara kinerja semua mesin yang ada di perusahaan. Implikasi perusahaan terhadap pemeliharaan mesin sangat terlihat, karena bagi perusahaan manufaktur mesin merupakan alat yang digunakan untuk membuat produk yang nantinya akan dijual ke pasaran, semakin baik kondisi mesin maka semakin banyak dan berkualitas produk yang dapat dijual, dengan makin banyaknya produk yang dijual maka semakin besar keuntungan yang perusahaan dapatkan. Keterkaitan perusahaan terhadap pemeliharaan mesin tidak dapat dihindari, perusahaan harus terlibat seutuhnya untuk memelihara semua mesinnya. OEE merupakan ukuran parameter mesin untuk mengetahui seberapa besar kinerja suatu mesin, semakin tinggi nilai OEE maka semakin baik kondisi mesin, sedangkan semakin rendah nilai OEE maka semakin buruk kondisi mesin. Untuk meningkatkan nilai OEE pada mesin wet blast dibutuhkan metode yang tepat, dalam permasalahan kali ini perusahaan menggunakan analisis diagram pareto, fish bone dan why why untuk mengidentifikasikan akar permasalahaan. Perusahaan melakukan analisis sebagian besar pada faktor 4M yaitu manusia, mesin, material dan metode yang dianggap mempunyai keterkaitan yang sangat kuat terhadap permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil pengolahan data bulan November 2014 sampai April 2015, nilai OEE pada mesin wet blast rata-rata tiap bulannya sebesar 76,18%, ini 92

merupakan nilai yang masih kurang dari terget perusahaan yang telah tetapkan yaitu minimal sebesar 85%. Standar internasional sendiri meletakan nilai OEE sebesar 85%, sedangkan rata-rata pencapaian perusahaan manufaktur di Indonesia sebesar 62.96%. Dengan kondisi seperti ini dibutuhkan adanya perbaikan untuk meningkatkan nilai OEE pada mesin wet blast khususnya pada bagian filter inside ini. Meningkatkan nilai OEE dapat dilakukan dengan cara menaikan nilai, availability, performance dan quality. Untuk meningkatkan tiga nilai tersebut dibutuhkan analisis yang tepat berdasarkan faktor-faktor yang mengakibatkan nilainya rendah. Faktorfaktor tersebut adalah manusia, mesin, material dan metode. 5.3.1 Availability 5.3.1.1 Manusia Manusia memiliki peranan penting terhadap permasalahan ini, filter yang mampet membuat tidak dapat berlanjutnya produksi. Apabila dibiarkan maka filter akan rusak dan produk hasil produksi akan memiliki kualitas yang buruk atau cacat. Jika terjadi mampet pada filter, maka dilakukan cleaning atau perbaikan, kegiatan ini tentu saja memakan jam kerja mesin yang tidak sedikit, dengan demikian losses break down mesin menjadi bertambah. Untuk losses setup and adjusment tidak ada record datanya. Penyebab masalah yang ditimbulkan dari faktor manusia dan perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: a. Karyawan baru. Penyebab utama dari filter mampet karena karyawan baru, karyawan yang masih baru kurang paham terhadap cara handling material yang benar. Kebanyakan karyawan melakukan handling material secara asal, hal ini mengakibatkan filter inside menjadi mampet. Perusahaan melakukan perbaikan untuk permasalhaan ini adalah dengan cara memberikan training kepada karyawan yang terkait. Setiap karyawan yang baru dan yang belum mempunyai pengetahuan yang cukup akan diberikan training. 93

b. Karyawan lama kurang perduli. Karyawan yang sudah lama merupakan karyawan senior dan lebih banyak tahu mengenai kondisi produksi perusahaan. Karyawan lama mengerti bagaimana melakukan handling material yang benar, akan tetapi banyak karyawan lama yang tidak perduli terhadap keberlangsungan mesin wet bast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara memberikan surat peringatan (SP) kepada karyawan yang tidak perduli. 5.3.1.2 Mesin Mesin merupakan faktor penting dalam permasalahaan ini, hampir keseluruhan kegiatan produksi bergantung pada mesin. Baik tidaknya kondisi kinerja mesin tergantung kepada sejauh mana karyawan merawatnya dan perduli terhadap kemampuan dan kapasitas mesin. Faktor mesin yang menimbulkan masalah pada availability yaitu: a. Ukuran filter tidak dapat diupgrade. Kemampuan mein wet blast saat ini hanya mempunyai kemampuan menampung material maksimum 10 kg, apabila diberi beban lebih dari itu maka potensi filter rusak sangat besar. Dari awal kondisi filter tidak dapat diupgrade lagi. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya b. Kapasitas mesin tidak dapat diupgrade. Memasukan material atau produk ke dalam mesin wet blast terlalu banyak dapat merusak filter dan hal ini sering terjadi sehingga poin ini mempunyai potensi besar terhadap kerusakan filter. Kapasitas mesin tidak bisa diupgrade lagi untuk menjalankan proses produksi sekali jalan dengan jumlah yang banyak. Pada dasarnya permasalahan ini hampir sama dengan permasalahan ukuran filter yang tidak dapat diupgrade, oleh karena itu Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya, sama halnya dengan perbaikan sebelumnya. 94

5.3.1.3 Material Material merupakan benda yang menjadi beban loading mesin sehingga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap mesin. Apabila material yang dimasukan ke mesin masih dalam kriteria normal bagi mesin, maka mesin dapat berjalan dengan normal. Akan tetapi apabila material yang dimasukan ke mesin lebih dari normal maka kemungkinan besar dapat merusak mesin itu sendiri, begitupun dengan filter mesin wet blast ini. a. Ukuran produk besar dan berat berbeda. Filter mempunyai batas kemapuan kapasitas, filter tidak kuat menahan beban produk/material yang berukuran besar, dengan ukuran besar maka berat materialpun lebih berat, dengan demikian filter rusak karena ukuran material yang besar potensinya cukup besar. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya 5.3.1.4 Metode Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya metode yang digunakan akan sangat berpengaruh sekali terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam masalah filter ini faktor metode mempunyai andil yang cukup besar terhadap permasalahan filter. Metode yang buruk mempunyai potensi yang besar terhadap rusaknya filter mesin wet blast. a. Metode pengambilan material tidak sistematis. Pengambilan material dari gudang untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk tidak sistematis dan tidak menggunakan metode. Pengambilan material dari gudang dilakukan secara acak dan tidak teratur. Material yang lama mengendap di gudang akan berkarat, hal ini karena material banyak yang berbahan logam dan mudah berkarat. Material yang berkarat dipakai untuk produksi dapat merusak filter mesin wet blast, karena bagian material karat yang rontok dapat merusak filter. Perusahaan melakukan perbaikan pada 95

permasalahaan ini dengan cara membuat sistem metode FIFO (First In First Out) untuk mengambil material dari gudang. b. Tidak ada jadwal pembersihan. Salah satu penyebab filter yang rusak adalah kotor dan mampetnya kondisi filter saat digunakan. Filter yang kotor dan mampet perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, akan tetapi karyawan mesin wet blast tidak tau apakah filter mesin dalam kondisi bersih atau kotor, karena letak filter berada di dalam mesin sehingga tidak dapat terlihat secara langsung. Dengan tidak adanya jadwal pembersihan filter maka karyawan mesin wet blast tidak dapat mengontrol kebersihan filter itu sendiri. Untuk mensiasati ini perlu dibuatkan jadwal pembersihan filter secara rutin dan teratur. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance. 5.3.2 Performance 5.3.2.1 Manusia Manusia memiliki peranan penting terhadap permasalahan ini, mesin yang menghasilkan suara-suara abnormal (noise) menandakan adanya ketidak beresan terhadap mesin tersebut, hal ini perlu dilakukan tindakan pengecekan mesin untuk memastikan noise tersebut. Pada saat dilakukan pengecekan maka mesin harus dalam keadaan stop, kegiatan ini tentu saja memakan waktu jam kerja walau hanya dibawah 10 menit. Stop 10 menit inilah yang dapat mempengaruhi performance pada mesin wet blast. Permasalahaan yang ditimbulkan dari faktor manusia sebgai adalah berikut: a. Filter tidak dicek dan tidak dikencangkan oleh karyawan. Kondisi mesin noise dapat terjadi karena filter kendor, kondisi ini sering kerap terjadi. Butuh waktu beberapa menit untuk mengembalikan kondisi filter ke posisi semula agar mesin tidak lagi noise. Noise seperti ini sebenarnya bisa dihindari jika karyawan disiplin dalam mengecek kondisi filter sebelum mesin dioperasikan. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance. 96

5.3.2.2 Mesin Mesin merupakan faktor penting dalam permasalahaan ini, hampir keseluruhan kegiatan produksi bergantung pada mesin. Baik tidaknya kondisi kinerja mesin tergantung kepada sejauh mana karyawan merawatnya dan perduli terhadap keberadaan mesin. Faktor mesin yang menimbulkan masalah pada performance yaitu: a. Ukuran baut kecil, mudah kendor. Kondisi baut yang kendor pada filter dapat menyebabkan noise, bila terjadi seperti ini karyawan harus mengentikan mesin dan mengencangkan baut yang kendor karena jika dibiarkan maka berpotensi merusak filter. Menghentikan mesin untuk mengencangkan baut yang kendor ini dapat mempengaruhi performance mesin wet blast, walaupun stop mesin hanya beberapa menit. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara mengganti baut ukuran kecil dengan yang besar, melakukan tapping ulang. 5.3.2.3 Material Material merupakan benda yang menjadi beban loading mesin sehingga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap mesin. Apabila material yang dimasukan ke mesin masih dalam kriteria normal bagi mesin, maka mesin dapat berjalan dengan normal. Akan tetapi apabila material yang dimasukan ke mesin lebih dari normal maka kemungkinan besar dapat merusak mesin itu sendiri, begitupun dengan filter mesin wet blast ini. a. Kondisi material kurang bersih saat dimasukan kedalam mesin. Material yang tidak bersih saat dimasukan kedalam mesin dapat menimbulkan masalah bagi filter. Material yang tidak bersih cederung membawa kotoran dan kotoran tersebut menyumbat filter sehingga berpotensi merusak filter dan produk yang dihasilkan akan cacat. Pada saat kondisi seperti ini karyawan harus menghentikan mesin dan mengambil kotoran tersebut dari filter, walaupun hanya beberapa menit saja yang diperlukan untuk membersihkan sampah tersebut, tetap saja mengurangi jam kerja dan ini sangat berpengarauh terhadap performance mesin wet blast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini 97

dengan cara meminta kepada supplier untuk memperbaiki handling dan packing material. Tidakan perusahaan melibatkan supplier secara langsung dalam perbaikan OEE mesin wet blast ini merupakan implikasi atau ketrkaitan kegiatan perbaikan antara industri internal dan industri external. 5.3.2.4 Metode Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya metode yang digunakan akan sangat berpengaruh sekali terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam masalah filter ini faktor metode mempunyai andil yang cukup besar terhadap kinerja mesin wet blast. Metode yang buruk mempunyai potensi yang besar terhadap rusaknya filter mesin wet blast. a. Tidak ada metode pengecekan sensor secara berkala. Tidak adanya metode pengecekan sensor secara berkala membuat sensor-sensor yang ada pada mesin wet blast sering mengalami gangguan seperti sensor tidak dapat mendeteksi karena kondisi sensor kotor atau daya sensitivitasnya berkurang. Dengan kondisi seperti itu mesin tidak mendapat sinyal input dan efeknya mesin akan diam saja. Hal ini akan sangat mempengaruhi performance mesin wet blast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance. 5.3.3 Quality 5.3.3.1 Manusia Manusia memiliki peranan penting terhadap permasalahan ini, filter yang mampet membuat tidak dapat berlanjutnya produksi. Apabila dibiarkan maka filter akan rusak dan produk hasil produksi akan memiliki kualitas yang buruk atau cacat, hal ini akan sangat mempengaruhi nilai quality. Penyebab masalah yang ditimbulkan dari faktor manusia sebgai berikut: 98

a. Karyawan baru. Penyebab utama dari filter mampet karena karyawan kurang paham terhadap cara handling material yang benar. Kebanyakan karyawan melakukan handling material secara asal, hal ini mengakibatkan filter inside menjadi mampet. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara mentraining karyawan baru. b. Karyawan lama kurang perduli. Karyawan yang sudah lama merupakan karyawan senior dan lebih banyak tahu mengenai kondisi produksi perusahaan. Karyawan lama mengerti bagaimana melakukan handling material yang benar, akan tetapi banyak karyawan lama yang tidak perduli terhadap keberlangsungan mesin wet bast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara memberikan SP (Surat Peringatan) pada karyawan yang tidak perduli 5.3.3.2 Mesin Mesin merupakan faktor penting dalam permasalahaan ini, hampir keseluruhan kegiatan produksi bergantung pada mesin. Baik tidaknya kondisi kinerja mesin tergantung kepada sejauh mana karyawan merawatnya dan perduli terhadap keberadaan mesin selain itu faktor bawaan mesin itu sendiri turut mempengaruhi kinerja mesin. Faktor mesin yang menimbulkan masalah pada quality yaitu: a. Ukuran filter tidak dapat diupgrade. Kemampuan mein wet blast saat ini hanya mempunyai kemampuan menampung material maksimum 10 kg, apabila diberi beban lebih dari itu maka potensi filter rusak sangat besar. Kondisi filter tidak dapat diupgrade lagi. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya. b. Kapasitas mesin tidak dapat diupgrade. Memasukan material atau produk ke dalam mesin wet blast terlalu banyak dapat merusak filter dan hal ini sering terjadi sehingga poin ini mempunyai potensi besar terhadap kerusakan filter. Kapasitas mesin tidak bisa diupgrade lagi untuk 99

menjalankan proses produksi sekali jalan dengan jumlah yang banyak. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya. 5.3.3.3 Material Material merupakan benda yang menjadi beban loading mesin sehingga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap mesin. Apabila material yang dimasukan ke mesin masih dalam kriteria normal bagi mesin, maka mesin dapat berjalan dengan normal. Akan tetapi apabila material yang dimasukan ke mesin tidak normal maka kemungkinan besar dapat merusak mesin itu sendiri, begitupun dengan filter mesin wet blast ini. Kondisi material yang kurang bersih apabila langsung dimasukan ke mesin mempunyai potensi yang besar untuk merusak filter, filter yang rusak akan menghasilkan produk cacat. a. Ukuran produk besar dan berat berbeda. Filter mempunyai batas kemapuan kapasitas, filter tidak kuat menahan beban produk/material yang berukuran besar, dengan ukuran besar maka berat materialpun lebih berat, dengan demikian filter rusak karena ukuran material yang besar potensinya cukup besar. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara Membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya b. Packing dan handling supplier kurang tepat. Produk yang di supply dari vendor mempunyai potensi yang menyebabkan filter jadi kotor dan mampet. Filter yang kotor akan menghasilkan produk yang cacat, hal ini jelas akan mempengaruhi nilai quality. Kondisi packing material dari supplier mempunyai andil, karena apabila design kemasan packing material dari supplier tidak mengantisipasi faktor kotor yang dapat masuk kapan saja ke material maka sudah dipastikan kondisi material saat tiba di gudang akan kotor, kotoran inilah yang akan menimbulkan masalah terhadap filter inside. Pada saat filter masalah maka akan menghasilkan produk cacat dan ini akan sangat berpengaruh sekali terhadap nilai quality. Perusahaan melakukan perbaikan pada 100

permasalahaan ini dengan cara meminta kepada supplier untuk memperbaiki handling dan packing material. Tidakan perusahaan melibatkan supplier secara langsung dalam perbaikan OEE mesin wet blast ini merupakan implikasi atau ketrkaitan kegiatan perbaikan antara industri internal dan industri external. 5.3.3.4 Metode Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya metode yang digunakan akan sangat berpengaruh sekali terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam masalah filter ini faktor metode mempunyai andil yang cukup besar terhadap nilai quality. Metode yang buruk mempunyai potensi yang besar terhadap rusaknya filter mesin wet blast dan quality. a. Metode pengambilan material tidak sistematis. Pengambilan material dari gudang untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk tidak sistematis dan tidak menggunakan metode. Pengambilan material dari gudang dilakukan secara acak dan tidak teratur. Material yang lama mengendap di gudang akan berkarat, hal ini karena material banyak yang berbahan logam dan mudah berkarat. Material yang berkarat dipakai untuk produksi dapat merusak filter mesin wet blast, karena bagian material karat yang rontok dapat merusak filter. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat sistem metode FIFO (First In First Out) untuk mengambil material dari gudang. b. Tidak ada jadwal pembersihan. Salah satu penyebab filter yang rusak adalah kotor dan mampetnya kondisi filter saat digunakan. Filter yang kotor dan mampet perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, akan tetapi karyawan mesin wet blast tidak tau apakah filter mesin dalam kondisi bersih atau kotor, karena letak filter berada di dalam mesin sehingga tidak dapat terlihat secara langsung. Dengan tidak adanya jadwal pembersihan filter maka karyawan mesin wet blast tidak dapat mengontrol kebersihan filter itu sendiri. Untuk mensiasati ini perlu dibuatkan jadwal 101

pembersihan filter secara rutin dan teratur. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance. 5.4 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian yang jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahan didalamnya, seperti: 1. Dalam penelitian ini digunakan data-data produksi yang tidak terkumpul, artinya data-data yang digunakan tercecer dan terpisah, sehingga tidak mudah untuk mengumpulkan dan mencocokan keakuratan datanya. 2. Dalam penelitian ini tidak dibahas secara mendetail mengenai indikator-indikator dari TPM, hanya mengukur capaian OEE serta hanya menggunakan down time, small stoppage dan deffect saja sebagai faktor utama. 3. Dalam penelitian ini, objek langsung berfokus pada mesin wet blast saja dan pada bagian filter inside tanpa terlebih dahulu menghitung nilai OEE mesin-mesin lainnya walaupun pada mesin lainnya atau bagian lainnya juga mempunyai masalah-masalah tersendiri. 102