0
1 Economic Social of Society Processing Bricks in Serasi Village of South at Pasaman District. Thesis. Geography Education Study Program STKIP PGRI West Sumatera, Padang, 2016 By: Efni *Yeni Erita**Nefilinda*** Geography Education Students STKIP PGRI West Sumatra * Lecturer in Geography Education STKIP PGRI West Sumatra ** ABSTRACT The aims of this research to get the data, process and discusses the data about economic social of society processing bricks in the serasi village of south RRao at Pasaman distric that visits from: 1)Education, 2) Income, 3) Livelihood Side. The type of this research was descriptive. The population in this research was the head of family in society processing bricks in serasi village of south Rao at Pasaman district totaling 66 Family heads of samples taken by total sampling. Collekting data using. The result of this research showed that: 1) Education of society processing bricks in the Serasi village of south Rao at Pasaman district was 28 respondents graduated of elementasy school whit (42,42%) percentage. 2), He average income ofdistrict bricks in Serasi village of south Rao at Pasaman district was Rp 2000.000/ mounth. The average of minimum revenue of UMR west sumatera is Rp 1.800 725. 3) Livelihood of society processing bricks in Serasi village of south Rao at Pasaman district was 29 respondents answer thet their Livelihood was works with ( 43,94%) percentage the location doing livelihood is around the residence, income that got from livelihood the average of income that got from livelihood was Rp > 500. 000/mounth. Keyword: Economic Social of Society processing bricks in Serasi village of South Rao at Pasaman district, education, income, Livelihood side.
2 PENDAHULUAN Sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh sipembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu sendiri proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Menurut Driyarkara dalam Ihsan (2010) pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia muda, pengangkatan manusia ke taraf insani, itulah yang disebut mendidik. Disini dapat pula dilihat tentang pendidikan masyarakat pengolah batu bata disini kebanyakan pendidikan mereka tamat SD, dengan melihat kondisi ekonomi keluarga dan keterbatasan biaya mereka tidak melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi maka dari itu muncullah pemikiran untuk membuka usaha pembuatan batu bata. Oleh karenanya masyarakat di wilayah tersebut mencoba membuka peluang usaha dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk dijadikan sarana pembuatan batu bata sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penulis berasumsi bahwa pendidikan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembangunan dan semua bidang yang sangat berpengaruh terhadap pola pikr dan cara pandang masyarakat yang mengolah batu bata. Pola pikir dan cara pandang yang luasakan mempengaruhi etos kerja. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa status sosial ekonomi merupakan kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupinya. Dinamika dan keterkaitan sosial ekonomi, sosial politik dan sosial budaya mencerminkan pola kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan pada salah satu sisinya, misalnya ekonomi, akan senantiasa mempengaruhi aspek politik dan budaya. Perubahan-perubahan ekonomi dan budaya tanpa memberikan peluang perubahan pada aspek politik akan dapat menimbulkan ketegangan dan konflik dalam masyarakat. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Oleh karena itu interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia,maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial masyarakat pengolah batu bata dengan masyarakat yang berada di lingkungannya sedikit berkurang, karena masyarakat pengolah batu bata sangat jarang berada di rumah pada siang hari mereka banyak menghabiskan waktunya di tempat pembuatan batu bata tersebut. Pada umumnya masyarakat di Desa Pasaman merupakan masyarakat yang sebagian besar mengandalkan hidup dari sumber daya alam pedesaan dengan melakukan beberapa aktifitas sebagai sumber mata pencaharian antara lain: bertani, tukang, dan beberapa bentuk aktifitas pengrajin yang
3 memanfaatkan sumberdaya alam setempat seperti pembuatan batu bata. Aktifitas yang dijalankan masyarakat di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan ini sesuai dengan tujuan dilaksanakannya otonomi daerah yaitu, sebagaimana penjelasan pasal 10 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menjelaskan bahwa: Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah nya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan perundang-undangan dengan berpedoman dengan ketentuan di atas, maka usaha yang dijalankan masyarakat di Desa Pasaman merupakan suatu aktifitas masyarakat dalam membuka peluang kerja di daerah tersebut dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan usaha pengolahan batu bata untuk memperoleh penghasilan. Mata pencaharian merupakan pekerjaan pokok yang dilakukan untuk hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup) dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Dalam perkembangannya, mata pencaharian seseorang sering kali berubah baik karena faktor internal, external, ataupun kombinasi dari keduanya. Mata pencaharian smpingan atau sambilan masyarakat pengolah batu bata yaitu tukang bangunan, tukang ojek. (Supriyadi, 2007) Pendapatan merupakan hasil pencarian berupa usaha, hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai pada penggunaan faktor-faktor produksi, selain itu pendapatan merupakan arus masuk penyelesaian kewajiban dari penyerahan atau produk barang pemberian jasa dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama. Adapun pendapatan masyarakat dalam pengolahan batu bata selama 1 minggu dengan jumlah 1750 buah batu bata dan dalam 1 bulan batu bata yang siap sebanyak 7000 buah batu bata dengan pembakaran 3x dalam 1 bulan dengan harga satu buah batu bata Rp 300,-. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat pengolah batu bata di atas dalam 1 bulan Rp 2.000.000. Kelompok masyarakat yang mengandalkan sumber penghidupan yang membuat batu bata atau pengrajin yang berada di Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman adalah kelompok masyarakat yang membuka usaha sederhana dengan sistem ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang lebih memihak kepada kepentingan masyarakat banyak. Dengan demikian usaha pembuatan batu bata yang telah dilakukan warga tersebut merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan warga pengrajin dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, untuk mendapatkan penghasilan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di luar aktifitas pertanian yang merupakan pekerjaan utama masyarakat. Sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam yang memiliki potensi sedemikian baiknya, seharusnya masyarakat setempat dapat mengambil manfaat dengan melakukan hal-hal yang dapat menambah penghasilan, seperti pengolahan batu bata. Selanjutnya, masalah kesehatan masyarakat menurut Soekidjo (2007) masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di lihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi di lihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Dilihat dari kondisi kesehatan masyarakat, di sini kebanyakan
4 masyarakatnya masih suka berobat ketempat pengobatan tradisional. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang kemajuan suatu daerah. Sebab faktor tersebut menyangkut potensi dasar yang akan dikelola untuk menjalankan perekonomian guna mencapai kesejahteraan hidup masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman yang mayoritas ekonominya merupakan pengolah batu bata. Dilihat secara umum masyarakat Desa Serasi mayoritas bermatapencaharian pengolah batu bata, pertanian dan lading. Berdasarkan observasi, kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa masyarakat pengolah batu bata dari segi ekonomi sedikit membaik terlihat dari pendapatan yang mereka peroleh dari penjualan batu bata dan harga 1 buah batu bata Rp 300/batu bata, pendapatan masyarakat pengolah batu bata dalam 1 bulan Rp 2.000.000/bulan, pengeluaran dalam 1 bulan Rp < 1.000 000/bulan untuk kebutuhan sehari-hari. Sehubungan dengan usaha pengolahan batu bata di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengolah batu bata, dengan judul: Sosial Ekonomi Masyarakat Pengolah Batu Bata Di Desa Pasaman. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka penelitian ini tergolong pada penelitian Deskriptif. Menurut Arikunto (2007) mengatakan penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan informasi gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian, kejadian yang terjadi pada saat sekarang, dengan kata lain penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian yang penulis lakukan ini adalah bertujuan pada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang dan sebagaimana adanya dimana penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana sosial ekonomi masyarakat pengolah batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) Masyarakat Pengolah Batu Bata di Desa Pasaman. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik total sampling HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, jenjang pendidikan formal terakhir Masyarakat Pengolah Batu bata Di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman umumnya tamat SD (42%), hambatan dan kendala yang menyebabkan tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena faktor ekonomi (80,30%), selama menjalan kan pendidikan masyarakat Pengolah Batu bata di Desa Pasaman secara garis besar tidak pernah menerima bantuan (88%), bantuan pendidikan yang diterima hanya bantuan dari keluarga (63,64%),selain pendidikan formal masyarakat pengolah batu bata juga tidak pernah mendapatkan pendidikan non formal (93%). Jadi, berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa, pada umumnya Masyarakat Pengolah Batu bata di Desa Pasaman tidak melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi karena factor ekonomi, kemudian pendidikan non formal pada umumnya masyarakat tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, masyarakat beranggapan bahwa dalam mengolah batu bata tidak ada pengaruhnya
5 dengan pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat pengolah batu bata. Hal ini sesuai dengan pendapat Ihsan (2005: 1-2) pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi membawa baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Kedua, Jumlah pendapatan yang diperoleh dari Masyarakat Pengolah Batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman 53 responden (80,30%) menjawab rata-rata Rp 1.000 000 - Rp 2.000 000/bulan, jumlah pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari 34 responden (51,52%) menjawab Rp < 1.000.000, dari pendapatan selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga dapat dipergunakan untuk biaya pendidikan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, maka pendapatan Masyarakat Pengolah Batu bata di Desa Pasaman, untuk kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Pendapatan merupakan gambaran yang lebih tepatnya tentang posisi ekonomi keluarga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga. Hull dalam Zia (2002) Ketiga, Mata pencaharian sampingan masyarakat pengolah batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman pada umumnya adalah buruh,29 responden (43,94%) dan tempat melakukan pekerjaan sampingan adalah di sekitar tempat tinggal 32 responden (48,48%), dari mata pencaharian sampingan mereka berpenghasilan Rp > 500 000 banyak responden 31 (46,97%), penghasilan yang didapat dari mata pencaharian sampingan dipergunakan untuk biaya pendidikan anak 61 responden (92,42%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan di atas, bahwa penghasilan yang diperoleh dari mata pencaharian sampingan digunakan untuk biaya pendidikan anak, tempat melakukan pekerjaan sampinagan disekitar tempat tinggal, mata pencaharian sampingan masyarakat pengolah batu bata yaitu buruh. Hasil ini sesuai dengan pendapat Kasim, (2006) mengatakan kepala keluarga yang mempunyai mata pencaharian yang alternatif cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga yang tidak memiliki mata pencarian alternatif, karena pendapatan berasal dari satu sumber dari mata pencaharian saja. Jadi, kesimpulan mata pencaharian sampingan adalah cara untuk mencukupi sesuatu yang belum terpenuhi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan variabel penelitian yang terdiri dari tiga variabel yaitu: Pendidikan, Pendapatan, Mata Pencaharian Sampingan. Dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari jenjang pendidikan formal terahir di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan kabupaten Pasaman pada umumnya tamat SD (42%), tidak memiliki pendidikan non formal, pendidikan formal anak dari masyarakat pengolah batu bata pada umumnya sedang menempuh pendidikan, dan tidak ada anak yang tidak tamat sekolah, pada umumnya
6 anak dari masyarakat pengolah batu bata menempuh jenjang pendidikan, yang belum memasuki usia sekolah masih banyak. 2. Kondisi pendapatan masyarakat pengolah batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman sumber pendapatan dari suami dan istri sebanyak 53 responden dengan persentse (80,30%) yang menjawab pendapatan pokok Rp 1.000 000 - Rp 2.000.000 dengan pengeluaran perbulan 34 responden dan persentase (51,52%) Rp < 1.000.000. Dari pendapatan yang mereka dapatkan setiap bulannya dari mengolah batu bata mereka merasa terpenuhi untuk kebutuhan seharihari. 3. Mata pencaharian sampingan masyarakat pengolah batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman, penghasilan yang didapat dari pekerjaan sampingan digunakan biaya pendidikan anak banyak responden 61 dengan persentase (92,42%), dan 29 responden dengan persentase ( 43,94%) pekerjaan sampingannya sebagai buruh, tempat melakukan pekerjaan sampingan di sekitar tempat tinggal banyak responden 32 dengan persentase (48,48%), dan penghasilan yang diperoleh dari mata pencaharian sampingan 31 responden dengan persentase (46,97%) rata-rata Rp > 500.000. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut 1. Diharapkan pada masyarakat pengolah batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman untuk lebih meningkatkan lagi ekonomi. 2. Diharapkan kepada pemerintah untuk meningkatkan lagi Sosial Ekonomi Masyarakat Pengolah Batu Bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutunya untuk mendalami lagi tentang Sosial Ekonomi dilihat dari variable lain.
7 DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieka Cipta Arikunto. 2006. Metodologi penelitian. Jakarta: Rajawali pers Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rinika Cipta Dasri. 2014. Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Padi Sawah di Kenagarian Geragahan Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Pendidikan Geografi (Skripsi). Padang Dinarti. 2011.Akselerasi perekonomian masyarakat transmigrasi di Hienteriand kota terpadu mandiri telang Sudjana, nana dan. 2007. Pendidikan dan penilaian pendidikan. Bandung: Algesindo Taleleu. (2014). Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Geografi (Skripsi). Padang Tatang S, 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung:Pustaka Setia Yuniarta. (2014). Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Keberadaan PT Bina Pratama Sakato Jaya di Kenagarian Taratak Tinggi Kecamatan Timpeh Kabupaten darmasraya. STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Geografi (Skripsi). Padang Ihsan Fuad.2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta. Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Rineka Cipta Notoatmodjo,, Soekijjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. PT Rineka Cipta. Sarbini,dan Lina, Neneng. 2011. Pengantar Pendidikan. Bandung: pustaka setia. Soekanto, Suryono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali pers Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta:Rineka Cipta. Sudarma, Momon. 2009. Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta:Salemba Medika.