BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Diagram Alir
43 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Sumber : Dibuat oleh penulis menggunakan software Visio 2003
44 3.2. Observasi Lapangan Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan topik permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir penulis. Observasi dilakukan pada PT Natra Raya yang berlokasi di jalan Narogong Raya Km 19 Cileungsi 16820. 3.3. Menentukan Masalah Setelah kegiatan observasi maka akan ditentukan masalah di perusahaan tersebut yang akan penulis bahas dalam tugas akhir penulis. Kriteria masalah pengangkatan yang penulis bahas adalah perbaikan terhadap layout di PT Natra Raya yang memiliki kegiatan manual lifting barang yang melebihi berat 2 kg. 3.4. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang dibutuhkan dalam pembahasan penyelesaian masalah. Studi pustaka dilakukan dengan melihat berbagai literatur referensi dari berbagai sumber seperti buku teks, jurnal ilmiah maupun internet. Dimana dikerjakan untuk mendapatkan metode yang dipakai untuk menyelesaikan masalah yang penulis angkat pada tugas akhir ini.
45 3.5. Menentukan Workstation yang akan Dipilih Workstation yang dipilih merupakan workstation yang berada pada VST (Value Stream Transformation) assembly HEX (Hydraulic Excavator) ataupun assembly TTT (Track-Type Tractor). Value Stream Transformation atau lebih dikenal dengan VST merupakan suatu pendekatan sistematis untuk mencapai peningkatan yang berkesinambungan pada People (Manusia), Quality (Kualitas), Velocity (Kecepatan) dan Cost (Biaya), sambil menetapkan budaya Continuous Improvement (perbaikan terus-menerus). Yang menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan adalah workstation assembly yang melakukan lebih banyak kegiatan pengambilan bahan dibandingan workstation fabrikasi. Workstation Assembly (WA) dibelah lagi menjadi WA untuk tractor dan untuk excavator. Penulis memilih WA tractor karena lebih banyak melakukan manual handling dibandingkan excavator. Kemudian diantara workstation assembly tractor tersebut dipilih lagi dua workstation yang paling banyak melakukan kegiatan manual lifting dengan cara mengamati secara langsung di lapangan. Karena semakin banyak bahan yang diambil maka semakin besar risiko bahaya yang bisa ditimbulkan sehingga diperlukan prioritas perbaikan terlebih dahulu. Workstation yang ada di WA tractor adalah seat, fender, engine, canopy, bottom guard, tracking dan finishing. Akhirnya yang penulis pilih adalah workstation engine dan workstation fender karena keduanya yang paling banyak melakukan manual lifting dibanding WA tractor yang lain.
46 3.6. Mengamati Kegiatan di Workstation Tersebut Mengamati kegiatan di workstation dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dan penyelesaian masalah. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui perilaku pekerja untuk mengambil bahan tersebut dan dimana letak asal mula bahan tersebut. Sehingga bisa dianalisa faktor jarak, faktor biaya, dan faktor keamanan. 3.7. Menilai Kegiatan di Workstation Menilai kegiatan di workstation dilakukan penilaian atas kegiatan pekerja. Berapa jarak yang dibutuhkan dan biayanya. Lalu melakukan pemeriksaan apakah pekerjaan yang mereka sudah aman atau belum. Sehingga akan bisa dibandingkan dengan hasil penilaian atas rancangan layout yang baru. 3.8. Membuat ARC, ARD dan ATBD Membuat analisa kualitatif terhadap aliran bahan yang ada di workstation tersebut. ARC (Activity Relationship Chart) adalah suatu cara atau teknik yang sederhana di dalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam penilaian kualitatif dan cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subjektif dari masing-masing departemen. ARD (Activity Relationship Diagram) adalah diagram yang menjelaskan mengenai hubungan pola aliran bahan dan lokasi dari masingmasing departemen penunjang terhadap departemen produksinya. Sedangkan ATBD
47 (Activity Template Block Diagram ) merupakan sesuatu yang hanya bersifat memberi penjelasan mengenai hubungan aktivitas antara departemen satu dengan departemen yang lain. Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003), suatu peta hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart) dapat dikontruksikan dengan prosedur sebagai berikut : a. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang akan diatur tata letaknya dan dituliskan daftar urutannya dalam peta. b. Lakukan interview / wawancara atau survei terhadap karyawan dari setiap departemen yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan departemen manajemen yang berwenang. c. Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur letaknya berdasarkan derajat kedekatan hubungan serta alasan masing-masing dalam peta. Selanjutnya tetapkan nilai hubungan tersebut untuk setiap hubungan aktivitas antar departemen yang ada dalam peta. d. Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan tersebut dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri kesempatan untuk evaluasi dan perubahan yang lebih sesuai. Cek dan lakukan cek ulang perlu dilakukan agar ada konsistensi atau kesamaan persepsi dari mereka yang terlibat dalam hubungan kerja.
48 3.9. Membuat Rancangan Layout Dari hasil ATBD yang sudah dibuat, maka dibuatlah rancangan layout workstation tersebut. Yang diharapkan akan lebih baik penempatannya dibanding sebelumnya sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Rancangan layout yang baru ini harus memikirkan faktor jarak perpindahan. Dimana rancangan ini harus menyebabkan nilai jarak perpindahan lebih kecil dibandingan layout sebelumnya. Perancangan layout ini dibuat dengan menggunakan software autocad 2008. 3.10. Melakukan perhitungan Jarak Dari rancangan layout workstation tersebut. dilakukan pengecekan terhadap jarak tempuh dari beberapa layout yang telah dibuat. Apabila jarak tempuh pergerakan material lebih jauh dari layout awal maka layout tersebut tidak memenuhi syarat perbaikan dan dilakukan pembuatan rancangan terbaru dari mulai ARC sampai ATBD. 3.11. Melakukan perhitungan biaya Setelah memperoleh layout yang baru, setelah itu bisa dihitung total perpindahan jaraknya. Dibandingkan antara layout sebelum dan layout usulan. Dengan metode trial and error pada saat pembuatan ATBD maka didapatkan hasil yang lebih baik pada total jarak perpindahan material. Sehingga hasil yang diperoleh bisa di gambarkan secara analisis biaya karena total jarak yang dimaksud merupakan variabel yang digunakan dalam perhitungan biaya. Perhitungan biaya yang timbul
49 dari layout usulan tersebut akan dibandingkan dengan layout awal, apabila biaya yang timbul lebih besar maka akan kembali lagi ke perancangan layout lagi. Perhitungan tersebut didasarkan pada perhitungan rasio manfaat terhadap biaya. Apabila dalam perhitungannya memenuhi persyaratan maka layout usulan tersebut akan diteruskan. 3.12. Cek Rancangan Layout Menggunakan NIOSH Lifting Equation Melakukan cek terhadap layout yang telah dirancang menggunakan NIOSH Lifting Equation. NIOSH Lifting Equation merupakan suatu perhitungan yang dikeluarkan oleh NIOSH untuk menghindari bahaya ergonomi terutama pada manual lifting. Dimana perhitungan ini digunakan untuk menentukan apakah suatu kegiatan material handling dianggap aman atau tidak. Dimana harus diyakinkan bahwa seluruh kegiatan pengambilan bahan yang dikerjakan pada workstation tersebut sudah memasuki area aman. Apabila ternyata rancangan layout tersebut dirasa masih kurang memberikan keamanan pada pekerjanya. Maka lakukan perbaikan terhadap cara pengangkatan berdasarkan NIOSH Lifiting Equation. Jika perbaikan cara pengangkatan sudah tidak mungkin dilakukan, maka barang tersebut harus diangkat menggunakan crane.