HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 AMBON TUGAS AKHIR. Program Studi Psikologi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

LAMPIRAN 1 VALIDITAS ITEM SKALA SIKAP PERSEPSI SISWA TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Self-efficacy PENGOLAHAN PERTAMA Reliability Statistics Cronbach's

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

HUBUNGAN ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gambaran umum partisipan. mengenai gambaran umum partisipan.

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UKSW

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

Angket untuk Riset Partisipan Perawat

Salam sejahtera, dengan hormat

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengalih fungsian PGAN 6 Tahun Puteri menjadi dua madrasah, yaitu MTsN Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keharmonisan keluarga dengan rasa percaya diri siswa di SMP Negeri 3 Kota

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

Siswa dan Siswi SMA Katolik Mgr. Soegijapranata Pasuruan.

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk melakukan kategorisasi pada masing-masing data variabel

LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN. a. Sebelum Uji b. Setelah Uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A. Buku SkALA MotivASi BERPRESTASI, SKALA Kepemimpinan TRanSFORmaTiOnaL. dan SKaLa ProduKtivitaS KErJa. Identitas Responden

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan signifikan antara penggunaan jejaring sosial Facebook dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

Bagian 1. Angket Uji Coba Rekapitulasi Data Uji Coba Instrumen Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 PADANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIANN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1 : INSTRUMEN PENELITIAN A. Kuesioner / Skala Iklim Organisasi, Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

No. Aspek Indikator Aitem Jumlah F UF

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Lampiran 1 Kuesioner Minat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan. (Instrumen yang Diujikan)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur pengolahan data, deskripsi data

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA MA AL-HIDAYAH WAJAK MALANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Item

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan FKIP-UKSW

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Homogenitas dan Normalitas. dahulu yang meliputi uji Normalitas dan uji Homogenitas.

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

Transkripsi:

HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 AMBON OLEH PRISILIA TUPARIA 80 2010 021 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGEREI 4 AMBON Prisilia Tuparia Berta Esti A. P Ratriana Y. E Kusumiati Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Abstrak Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa. Sebanyak 97 siswa diambil sebagai sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik sampel insidental sampling. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode skala, yaitu skala self-control dan skala prokrastinasi akademik. Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi product moment. Dari hasil analisa ddata diperoleh koefisien korelasi (r) -0,311 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan negatif signifikansi antara selfcontrol dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa SMA Negeri 4 Ambon. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa self-control siswa yang tinggi akan membuat perilaku prokrastinasi akademik menjadi rendah. Kata Kunci : Self control, Perilaku Prokrastinasi Akademik, Siswa i

Abstrak The research is a correlation research that aims to determine the significance of the relationship between self-control and academic procrastination behavior of students. A total of 97 students were used as a samples using insidental sampling technique. The research method used is the scale method, like self-control scale and academic procrastination scale. Data analysis technique used is the product moment correlation technique. The analysis data makes a correlation coefficient (r) -0.311 with a significance value of 0.000 (p<0.05), which means there is a significant negative relationship between self-control and academic procrastination behavior on SMA Negeri 4 Ambon. These result indicate that if self-control of students is high will make academic procrastination behavior is low. Keywords : Self-control, academic procrastination behavior, student ii

1 PENGANTAR LATAR BELAKANG Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu tempat pendidikan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki individu baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hal tersebut diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi muda yang cerdas, kreatif, cekatan dan bertanggung jawab. Pada masa remaja, aspek afektif dan moral telah berkembang dan diharapkan remaja mampu mendukung menyelesaikan tugas-tugasnya. Piaget (dalam Santrock, 2007) memaparkan, masa remaja merupakan masa perkembangan dalam aspek kognitif yang sudah mencapai taraf operasi formal, sehingga aktivitas siswa SMA merupakan hasil dari berfikir logis. Berdasarkan pendapat tersebut maka seorang siswa SMA sudah mampu dianggap bertanggung jawab dalam menyelesaikan berbagai tugas termasuk tugas akademik. Namun berdasarkan fakta dan realita yang sering terjadi didalam bidang pendidikan bahwa siswa SMA masih mengalami masalah dalam menjalankan tugas-tugas akademik. Fenomena yang sering terjadi pada pelajar saat ini adalah banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk hal lain selain belajar. Hal ini terlihat dari kebiasaan suka begadang, jalan-jalan di mall atau plaza bersama teman-teman, menonton televisi hingga berjam-jam, kecanduan game online dan suka menunda waktu pekerjaan (Savira & Yudi, 2013). Selain itu juga dengan berkembangnya teknologi dan semakin banyak media sosial/jejaring sosial yang digemari remaja indonesia, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan kaskus (http://matinjoy.blogspot.com/2014/04/5-macam-sosialmedia-yang-paling.html) membuat remaja semakin banyak membuang waktu untuk memposting aktivitasnya di jejaring sosial ketimbang mengerjakan pekerjaan rumah

2 ataupun belajar. Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, banyak mengulur waktu untuk melakukan aktivitas lain dengan sengaja dan merasa aktivitas lain lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan sehingga tugas terbengkalai dan menyelesaikan tugas tidak maksimal maka dapat mengakibatkan kegagalan atau terhambatnya kesuksesan. Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama dalam penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik (Savira & Yudi, 2013). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil, seperti sebagian pelajar di sana. Sekitar 25 % sampai dengan 75 % dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka (Ferrari, Keane, Wolf, & Beck, 1998). Hasil pengamatan oleh Ghufron (2003), pada sebagian siswa SMU atau MA dan yang sederajat di Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa penundaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan remaja dalam menghadapi tugas-tugas mereka. Kebiasaan menunda-nunda tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di luar negeri pun fenomena ini bukan merupakan suatu hal yang luar biasa. Hasil penelitian di luar negeri menunjukan bahwa prokrastinasi terjadi di setiap bidang kehidupan, salah satunya di bidang akademik. Penelitian tentang prokrastinasi pada awalnya memang banyak terjadi di lingkungan akademik. Pada hasil survei majalah New Statement 26 Februari 1999 juga memperlihatkan bahwa kurang lebih 20% sampai dengan 70% pelajar melakukan prokrastinasi (Yuanita, 2010 dalam Aliya & Hervi, 2011). Penelitian dari Bruno (dalam

3 Hayyinah, 2004 ) mengungkapkan bahwa ada 60% individu memasukkan sikap menunda sebagai kebiasaan dalam hidup mereka. Menurut Zakarilya (2002) anak-anak usia sekolah, dari SD sampai SMU cenderung lebih banyak mengisi waktunya dengan bermain dan menonton televisi daripada belajar. Semangat belajar para remaja ini semakin lama semakin menipis dan kalah dengan keinginan untuk belajar. Beberapa fenomena lain yang ada menunjukan bahwa anakanak SMA justru menghindari kegiatan akademik dengan melakukan hal lain yang lebih negatif seperti menggunakan obat-obatan terlarang, merokok, minum-minuman keras, melakukan free-sex, dan sebagainya (Suara merdeka Cyber Media, 17 Juli 2006 dalam Tyta, 2007). Ferrari menjelaskan seseorang yang dikatakan melakukan prokrastinasi akademik adalah ketika seseorang memiliki ciri-ciri menunda untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lainyang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan (Ghufron & Rini, 2010). Menurut Ferrari dan Morales (2007) prokrastinasi akademik memberikan dampak yang negatif bagi para pelajar, yaitu banyaknya waktu yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Prokrastinasi juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan etos kerja individu sehingga membuat kualitas individu menjadi rendah. Kerugian lain yang dihasilkan dari perilaku prokrastinasi menurut Solomon dan Rothblum (1984) adalah tugas tidak terselesaikan, atau terselesaikan namun hasilnya tidak maksimal, karena dikejar deadline.

4 Beberapa faktor-faktor menurut Ferrari (1995), yang mempengaruhi terjadinya perilaku prokrastinasi, seperti kelelahan, Self-afficacy, tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang, rendahnya self-control, motivasi yang rendah dan kondisi lingkungan lenient (pengawasan rendah). Dari faktor-faktor tersebut dapat terjadi pada pelajar, seperti kelelahan dalam belajar karena tugas yang banyak/padatnya jam belajar, tidak ada semangat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan juga seperti selfcontrol yang rendah, sebagai remaja dunia berteman dan bergaul akan menjadi lebih penting dibandingkan duduk mengerjakan tugas di rumah. Remaja akan lebih memilih hal yang lebih menyenangkan seperti bersama teman sebaya dari pada duduk mengerjakan tugas sekolahnya. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan siswa R ia mengatakan bahwa sering bosan dengan kegiatan belajar yang ada itu juga yang membuat ia sering menunda-nunda mengerjakan tugas ataupun pekerjaan rumah. Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku, yaitu self-control. Menurut Goldfried dan Marbaum (dalam Muhid, 2009) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki selfcontrol yang tinggi dan ada individu yang memiliki self-control yang rendah. Individu yang memiliki self-control yang tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang membawa pada konsekuensi positif (dalam Aini & Mahardayani, 2011).

5 Secara umum orang yang mempunyai self-control yang tinggi akan menggunakan waktu dengan tepat dan mengarah pada perilaku yang lebih utama (Ghufron, 2003). Apabila sebagai seorang pelajar yang tahu tentang kewajibannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan mempunyai self-control yang tinggi, mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka mampu mengatur stimulus sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang untuk menyelesaikan tugasnya. Dan sebaliknya jika pelajar yang memiliki self-control yang rendah maka ia tidak mampu mengatur dan mengarahkan perilakunya. Ia akan mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, sehingga banyak melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini & Mahardayani (2011) dengan nilai rxy sebesar -0,401 dan p sebesar 0,000 (p<0,01), mengemukakan bahwa seorang mahasiswa yang memiliki kontrol diri yang tinggi dapat mengontrol perilakunya untuk segera mengerjakan skripsi. Individu tersebut mampu mengatur stimulusnya, sehingga dapat mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dihendaki (yaitu stimulus yang menghambat penyelesaian skripsi) dan mampu menghadapi stimulus tersebut agar tidak berakibat melakukan prokrastinasi dalam pengerjaan skripsi. Senada dengan penelitian yang dilakukan Herasti (2011), dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,988 atau p mendekati 1. Mengemukakan bahwa prokrastinasi yang diartikan sebagai proses menunda dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik tidak terlepas dari adanya peran kontrol diri yang dimiliki oleh tiap siswa. Pada hakekatnya self-control pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki self-control yang tinggi, namun ada pula individu yang memiliki self-control yang rendah.

6 Dengan demikian sejauh sepengetahuan penulis penelitian terhadap hubungan selfcontrol dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Ambon belum pernah dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. TINJAUAN PUSTAKA Prokrastinasi Akademik Berbagai macam definisi mengenai prokrastinasi akademik yang dikemukakan oleh para ahli, sebagaimana yang dikutip oleh De Simone (dalam Wulan, 2000), Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin Procrastination dengan awalan Pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinate yang berarti kepunyaan hari esok, atau jika digabungkan maka artinya menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Ferrari et al. (1995), prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastinare. Kata procrastinare memiliki awalan pro yang berarti bergerak maju atau maju ke depan dan akhiran crastinus yang berarti kepunyaan hari esok. Jika digabungkan berarti menunda untuk hari esok. Solomon & Rothblum (1984: 503) mengatakan: Procrastination, the act of needlessly delaying tasks to the point of experiencing subjective discomfort, is an all-too-familiar problem. Pernyataan ini menjelaskan bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja, menimbulkan perasaan tidak nyaman, serta secara subyektif dirasakan oleh seorang prokrastinator. Dalam kaitannya dengan lingkup akademik, prokrastinasi dijelaskan sebagai perilaku menunda tugas-tugas akademis (seperti: mengerjakan PR,

7 mempersiapkan diri untuk ujian, atau mengerjakan tugas makalah) sampai batas akhir waktu yang tersedia (Solomon & Rothblum, 1984). Jadi berdasarkan berbagai pendapat para ahli diatas pengertian prokrastinasi akademik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perilaku penundaan yang dilakukan berulang-ulang secara disengaja dalam memulai maupun menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan bidang akademik dan dapat dipandang sebagai suatu kebiasaan sehingga muncul perasaan tidak nyaman, cemas, dan rasa bersalah dalam dirinya. Area Prokrastinasi Akademik Salomon & Rothblum (1984), membuat Procrastination Assesment Scale for Student (PASS) terdiri menjadi dua bagian. bagian pertama untuk mengukur tingkat secara umum prokrastinasi akademik dan PASS bagian ke-dua untuk memeriksa alasan siswa melakukan prokrastinasi. berikut area-area dari PASS pertama dan kedua : a. Tugas mengarang yang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugastugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau mengarang lainnya. b. Tugas belajar menghadapi ujian mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian, misalnya ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ulangan mingguan. c. Tugas membaca meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan. d. Kinerja tugas administratif, seperti menulis catatan, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, mengembalikan buku perpustakaan. e. Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam mengahadapi pelajaran.

8 f. Penundaan kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan. Dan, pada bagian kedua ini Solomon dan Rothblum menurunkan 13 variabel yang terdiri dari : 1. Evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi) 2. Perfectionism (perfeksionis) 3. Difficulty making decision (sukar membuat keputusan) 4. Dependency and help seeking (tidak mandiri dan perlu bantuan) 5. Aversiveness of the task and low frustration tolerance (aversi kepada tugas) 6. Lack of self confidence (kurang percaya diri) 7. Laziness (malas) 8. Lack of assertion (tidak asertif) 9. Fear of success (takut berhasil) 10. Tendency to feel overwhelmed and poorly manage time (tidak dapat mengatur waktu dan beban) 11. Rebellion agains control (sikap pemberontakan) 12. Risk taking (suka pada resiko tinggi) 13. Peer influence (pengaruh teman sebaya) Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik Ferrari et al. 1995 mengemukakan ciri-ciri prokrastinasi akademik (dalam Zhella, 2012):

9 a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan kerja tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan dan berguna bagi diri procrastinator, akan tetapi menunda nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika ia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Seorang procrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimiliki. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja Seorang procrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan yang bersifat hiburan. Seorang procrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktifitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Solomon dan Rothblum (1984), berpendapat faktor-faktor penyebab prokrastinasi adalah: a. Ketakutan akan gagal (Fear of Failure) Takut gagal atau menolak kegagalan ini merupakan kecenderungan mengalami rasa bersalah ia tidak dapat mencapai tujuan atau keinginan. Ketakutan ini

10 mendorong seseorang untuk cenderung menunda atau mengulur waktu dalam menyelesaikan suatu pekeijaan. b. Tidak menyukai tugas (Aversive of the task) Perasaan tidak menyukai suatu tugas ini berkaitan dengan perasaan terbebani tugas yang berlebihan, tidak puas dengan tugas yang didapat dan perasaan tidak senang atau benci terhadap tugas yang diberikan. Selain itu Menurut Ferrari (1995), faktor-faktor yang menyebabkan prokrastinasi kademik ada dua macam, yaitu faktor dari dalam individu (internal) dan faktor dari luar individu (eksternal) (dalam Eviisfandiari, 2003) : a. Faktor internal Faktor internal yang berasal dari dalam diri sendiri yaitu kondisi fisik dan kondisi psikologis individu : 1) Kodisi fisik Orangdengan kondisi fisik yang kurang sehat maka ia akan cenderung malas melakukan sesuatu. Sehingga ia memiliki alasan untuk menunda-nunda pekerjaannya. 2) Kondisi psikologis Kondisi psikologis ini termasuk pola kepribadian yang dimiliki individu yang ikut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Aspek lain dalam diri individu yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah harga diri, efikasi diri, self conscious, self control dan self critical (Ferrari et al., 1995). b. Faktor eksternal

11 Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah gaya pengasuhan orang tua, kondisi lingkungan yang rendah pengawasan (lenient )serta kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir. 1) Gaya pengasuhan orang tua Hasil penelitian Ferrari dan Ollivate (dalam Nurpitasari, 2000) menemukan bahwa tingkat otoriter ayah akan menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi kronis pada subjek penelitian anak perempuan. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan penundaan perilaku (avoidance procrastination) menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi. 2) Kondisi lingkungan lenient Prokrastinasi banyak terjadi pada lingkungan yang rendah pengawasan dari pada lingkungan yang tinggi pengawasan. 3) Kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir Pada lingkungan yang mendasarkan penilaian berdasarkan hasil akhir yang ditunjukkan seseorang, tapi bukan penilaian yang didasarkan pada usaha yang dilakukan seseorang akan menimbulkan prokrastinasi yang lebih tinggi daripada lingkungan yang mementingkan usaha, bukan hasil akhir. Bruno (1998) menambahkan penyebab timbulnya prokrastinasi adalah kebutuhan akan otonomi, takut sukses, kelambanan, pengalaman masa anak-anak, rasa permusuhan, dan besarnya pekerjaan.

12 Kontrol Diri (Self-Control) Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyatakan bahwa self-control membuat seseorang menahan suatu respon yang dianggap negatif dan mengarahkannya kepada respon lain yang lebih baik dalam segi self discipline, deliberate/non impulsive, healthy habits, work ethic, dan reliability. Calhoun & Acocela (1976) mengartikan kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Dengan kata lain merupakan serangkaian proses yang membentuk diri sendiri. Kontrol diri dianggap sebagai lawan dari kontrol eksternal. Kontrol diri mengandung pengertian individu menentukan standar perilaku, kontrol diri akan member ganjaran bila memenuhi standar tersebut. Pada kontrol eksternal, orang lain menentukan standar dan memberi atau menahan ganjaran. Berdasarkan berbagai pendapat para ahli diatas pengertian Self-control dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang membawa individu ke arah konsekuensi positif sehingga tingkah lakunya sesuai dengan aturan atau norma sosial. Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya dengan menggunakan sikap yang rasional sehingga mampu membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif. Aspek-aspek Self-control Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), Self-control memiliki empat domain atau aspek yakni kontrol terhadap pemikiran (kognitif), kontrol terhadap impulse (dorongan hati), kontrol terhadap emosi, dan kontrol terhadap unjuk kerja (performance). Berikut ini penjelasan dari keempat domain tersebut:

13 a. Kontrol terhadap pemikiran (kognitif) adalah kemampuan dari individu untuk mengendalikan pikiran sehingga menghasilkan sikap yang yang positif atau mengarah kepada perilaku yang objektif. b. Kontrol terhadap impulse (dorongan hati) adalah kemampuan individu untuk mengendalikan diri serta bertindak secara bijak terhadap setiap dorongan hati negatif yang muncul secara tiba-tiba. c. Kontrol terhadap emosi adalah kemampuan individu untuk memiliki kesadaran diri emosi dalam hubungan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. d. Kontrol terhadap unjuk kerja adalah kemampuan individu untuk memperoleh nilai yang lebih baik dalam jangka waktu panjang, karena mereka akan lebih baik dalam mengerjakan tugas tepat waktu, mencegah dari aktivitas-aktivitas untuk menundanunda waktu saat bekerja, belajar dengan efektif, memilih mata pelajaran dengan tepat dan mampu menjaga emosi negatif yang merusak kinerja. Hubungan Self-control Dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik Ghufron (2003) menyatakan bahwa setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur perilaku utama yang membawa kepada konsekuensi positif. Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, tidak mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat (Muhid, 2009). Dengan adanya self-control yang baik maka seorang siswa dapat menghindari perilaku prokrastinasi terutama yang banyak terjadi di lingkungan akademik. Hal ini

14 sejalan dengan yang dituturkan oleh Muhid (2009), dalam sebuah penelitian ditemukan aspek-aspek pada diri individu yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi, antara lain rendahnya kontrol diri (self-control), self consciuous, rendahnya self esteem, self efficacy, dan kecemasan sosial. Ketika seorang siswa memiliki self-control yang tinggi maka ia akan tahu tentang kewajibannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik serta tepat pada waktunya, sebaliknya ketika seorang siswa memiliki self-control yang rendah ia akan lebih memilih sesuatu yang hanya menyenangkan diri pribadi seperti bersama-sama dengan teman dari pada duduk mengerjakan tugas sekolahnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ghufron (2003), yang menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh kontrol diri seseorang. Self-control dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai seorang pelajar maka self-control yang tinggi akan mampu mengarahkan siswa untuk bertindak dengan positif, dan menghindari perilaku prokrastinasi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gren (1982), bahwa keadaan yang merugikan belajar, dikarenakan sedikit pelajar yang menggunakan kontrol diri sebagai strategi mengelola lingkungan belajar dan mereduksi secara simultan prokrastinasi akademiknya. Demikian ini, pelajar yang memiliki selfcontrol dan harga diri tinggi efektif dalam meningkatkan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas, hadir di sekolah dan mereduksi kelambanan, menunda-nunda tugas maupun belajar. Hal senada juga dari hasil penelitian oleh Aini & Mahardayani (2011) mengemukakan bahwa dengan kontrol diri yang tinggi seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi mampu segera menyelesaikan skripsi tersebut dengan baik, dan jika seorang mahasiswa tersebut memiliki kontrol diri yang rendah ia akan sering untuk

15 menunda-nunda dan lebih berminat dengan pekerjaan lain yang lebih menyenangkan dan tetntunya tidak bermanfaat untuk skripsinya tersebut. Herasti (2011), mengemukakan sebagai seorang pelajar yang mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu di sekolah, apabila mempunyai self-control yang tinggi, maka akan mampu unntuk mengarahkan dan mengatur perilakunya sehingga dapat menyesuaikan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menunjang kegiatan belajar mereka, baik di sekolah maupun di rumah. Ditambahkan oleh Herasti (2011), bahwa kontrol diri yang tinggi pada siswa yang memiliki peringkat tinggi di kelasnya, belum tentu tidak melakukan prokrastinasi. Hal ini kemungkinan dikarenakan faktor fear of failure atau ketakutan akan kegagalan, sehingga para siswa tersebut memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan tugas lebih lama dari pada waktu yang ditentukan. Siswa SMA Negeri 4 Ambon merupakan bagian dari tunas-tunas harapan bangsa yang sangat diharapkan dapat memajukan Kota Ambon dan juga Negara Indonesia kedepannya dan pula diharapkan untuk dapat mempertahankan eksistensi bangsa di masa yang akan datang. Dan mereka juga merupakan calon kompetitor yang akan menghadapi persaingan hidup yang tinggi, namun jika perilaku prokrastinasi akademik sering dilakukan akan menjadi masalah tersendiri bagi diri pribadi mereka, sehingga dapat pula dikatakan bahwa tingkat pengontrolan diri mereka rendah. Dengan demikian itu, prokrastinasi akademik pada mereka dapat dikatakan sebagai suatu masalah dan patut untuk diteliti lebih lanjut. Hipotesa Berdasarkan tinjauan yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

16 self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Ambon. H o : r xy 0 Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa. H 1 : r xy < 0 Ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa. METODOLOGI PENELITIAN Populasi, Teknik Sampling dan Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA Negeri 4 Ambon yang berjumlah 918 siswa. Menurut Sugiyono (2012) sampel merupakan sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah insidental sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemuin itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012). Dan untuk penentuan kelas mana saja yang menjadi sampel, penulis memberikan hak kepada pihak sekolah untuk menentukannya. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket atau skala pengukuran psikologi. Dalam penelitian ini memiliki 2 skala, yaitu skala self-control dan skala prokrastinasi akademik.

17 1. Pada Skala Self-Control. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Self-Control adalah Skala Self-Control yang disusun oleh penulis berdasarkan empat domain atau aspek yang dikemukakan oleh Tangney, Baumeister, dan Boone (2004). Empat domain atau aspek tersebut meliputi : a. Kontrol terhadap pemikiran (kognitif) b. Kontrol terhadap impulse (dorongan hati) c. Kontrol terhadap emosi d. Kontrol terhadap unjuk kerja Skala ini disusun dengan dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable yang menggunakan model Likert. Maka skala Likert tersebut mempunyai lima macam pilihan jawaban yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), netral, antara setuju atau tidak (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Penyekoran ini dilakukan dengan sistematika untuk item-item favorable, jawaban sangat setuju (SS) mendapat skor 5 dan bergerak menuju skor 1 untuk jawaban yang sangat tidak setuju (STS). Begitu juga dengan item-item unfavorable, jawaban sangat tidak setuju (STS) mendapat skor 5 dan bergerak menuju skor 1 untuk jawaban sangat setuju (SS). Sebelum peneliti menggunakan skala psikologi sebagai alat ukur pada penelitian ini, peneliti melakukan uji bahasa pada siswa siswi SMA di Salatiga. 10 skala psikologi dibagi pada 10 siswa SMA yang ditemui secara acak bertujuan untuk menguji bahasa dalam skala self-control dan prokrastinasi akademik apakah telah sesuai dan mudah untuk dimengerti. Dan dalam rangka menguji validitas dan reliabilitas dilakukan uji try out terpakai.

18 Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala self-control yang terdiri dari 36 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 7 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,303-0,704. Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala self-control sebesar 0,927. Hal ini berarti skala self-control reliabel. 2. Skala Prokrastinasi Akademik. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik siswa adalah Skala Prokrastinasi Akademik yang terbagi menjadi dua bagian dirancang berdasarkan area prokrastinasi akademik dan variabel-variabel hasil dari pilot study yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum (1984) : a. Tugas mengarang b. Tugas belajar menghadapi ujian c. Tugas membaca d. Kinerja tugas administratif e. Menghadiri pertemuan f. Penundaan kinerja akademik secara keseluruhan Dan, pada bagian kedua ini Solomon dan Rothblum menurunkan 13 variabel yang terdiri dari : 1. Evaluation anxiety (kecemasan dievaluasi) 2. Perfectionism (perfeksionis) 3. Difficulty making decision (sukar membuat keputusan) 4. Dependency and help seeking (tidak mandiri dan perlu bantuan) 5. Aversiveness of the task and low frustration tolerance (aversi kepada tugas)

19 6. Lack of self confidence (kurang percaya diri) 7. Laziness (malas) 8. Lack of assertion (tidak asertif) 9. Fear of success (takut berhasil) 10. Tendency to feel overwhelmed and poorly manage time (tidak dapat mengatur waktu dan beban) 11. Rebellion agains control (sikap pemberontakan) 12. Risk taking (suka pada resiko tinggi) 13. Peer influence (pengaruh teman sebaya) Metode yang digunakan sebagai pola dasar pengukuran skala ini adalah model Likert. Pada skala untuk mengukur prokrastinasi akademik siswa ini pilihan jawaban disesuaikan dengan pertanyaan dan pernyataan yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum (1984). Alat ukur Procrastination Assesment Scale for Students (PASS) memiliki dua bagian. Untuk bagian pertama subjek akan diminta memilih antara 5 pilihan skala Linkert, yaitu skala yang pilihan jawabannya ditulis dengan menggunakan angka a sampai e. masing-masing menunjukkan tidak pernah (a), jarang (b), kadang-kadang (c), sering (d), sangat sering (e). Pada bagian kedua, pilihan jawaban akan berkisar dari sama sekali tidak menggambarkan mengapa saya menunda (a), sedikit menggambarkan mengapa saya menunda (b), ragu-ragu/netral (c), menggambarkan mengapa saya menunda (d), sangat menggambarkan mengapa saya menunda (e). Dan hal yang sama dilakukan uji try out terpakai bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas pada skala prokrastinasi akademik. Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala prokastinasi akademik yang terdiri dari 44 item, diperoleh

20 41 item yang valid dengan koefisien korelasi item total bergerak antara 0,302-0,687, dan koefisien Alpha cronbach pada skala prokrastinasi akademik sebesar 0,943 yang artinya skala tersebut reliabel. HASIL PENELITIAN Hasil Uji Deskriptif a. Variabel Self-Control Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pada skala self-control paling rendah adalah 41 dan skor paling tinggi adalah 127, rata-ratanya adalah 89,84 dengan standar deviasi 13,695. Norma Kategorisasi hasil pengukuran Skala self-control dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Control No Interval Kategori Mean N Persentase 1 121,8 x 145 Sangat 1 1,03% Tinggi 2 98,6 x<121,8 Tinggi 23 23,71% 3 75,4 x<98,6 Sedang 89,84 64 65,98% 4 52,2 x <75,4 Rendah 8 8,25% 5 29 x <52,2 Sangat 1 1,03% Rendah Jumlah 97 100% SD = 13,659 Min = 41 Max = 127 Keterangan: x = Self-Control Dapat dilihat bahwa 1 siswa memiliki skor self-control yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 1,03%, 23 siswa memiliki skor self-control yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 23,71%, 64 siswa memiliki skor self-control yang berada pada kategori sedang dengan persentase 65,98%, 8 siswa

21 memiliki skor self-control yang berada pada kategori rendah dengan persentase 8,25%, dan 1 siswa yang memiliki skor self-control yang sangat rendah dengan persentase 1,03%. Berdasarkan rata-rata sebesar 89,84 dapat dikatakan bahwa ratarata self-control siswa berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 41 sampai dengan skor maksimum sebesar 127 dengan standard deviasi 13,659. b. Variabel Prokrastinasi Akademik Dan pada variabel Prokrastinasi Akademik diperoleh skor paling rendah adalah 58 dan skor paling tinggi adalah 159, rata-ratanya adalah 119,01 dengan standar deviasi sebesar 19,916. Norma Kategorisasi hasil pengukuran Skala Prokrastinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran Skala Prokrastinasi Akademik No Interval Kategori Mean N Persentase 1 172,2 x 205 Sangat 0 0% Tinggi 2 139,4 x <172,2 Tinggi 10 10,31% 3 106,6 x <139,4 Sedang 119,01 67 69,07% 4 73,8 x <106,6 Rendah 15 15,46% 5 41 x <73,8 Sangat 5 5,16% Rendah Jumlah 97 100% SD = 19,916 Min = 58 Max = 159 Keterangan: x = Prokrastinasi Akademik siswa Dilihat bahwa tidak ada siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 0%, 10 siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 10,31%, 67 siswa memiliki skor

22 prokrastinasi yang berada pada kategori sedang dengan persentase 115,46%, 15 siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori rendah dengan persentase 15,46%, dan 5 siswa memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 5,16%. Berdasarkan rata-rata sebesar 119,01, dapat dikatakan bahwa prokrastinasi akademik siswa berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 58 sampai dengan skor maksimum sebesar 159 dengan standar deviasi 19,916. Uji Asumsi Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Prokrastinasi Self-Control Akademik N 97 97 Normal Parameters a Mean 119.01 89.84 Std. Deviation 19.916 13.659 Most Extreme Differences Absolute.121.091 Positive.084.085 Negative -.121 -.091 Kolmogorov-Smirnov Z 1.194.900 Asymp. Sig. (2-tailed).115.392 Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 4.7 di atas, kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel self-control memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,194 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,115 (p>0.05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data self-control berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel prokrastinasi yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,900 dengan

23 probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,392. Dengan demikian data prokrastinasi juga berdistribusi normal. Sementara dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.4 Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Prokrastinasi Akademik * Self-Control Between Groups (Combined) 10083.99 45 224.089 1.460.095 4 Linearity 46.165 1 46.165.301.586 Deviation from Linearity 10037.82 9 44 228.132 1.486.086 Within Groups 7827.367 51 153.478 Total 17911.36 1 96 Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F beda sebesar 0,1486 dengan sig.= 0,086 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-control dengan prokrastinasi adalahlinear Uji Korelasi Dari perhitungan uji korelasi antara variable bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.5 Hasil Uji Korelasi antara Self-Control dengan Prokrastinasi Akademik Correlations Self-Control Prokrastinasi Akademik Self-Control Pearson Correlation 1 -.311** Sig. (1-tailed).000 N 97 97

24 Prokrastinas i Akademik Pearson Correlation -.311** 1 Sig. (1-tailed).000 N 97 97 Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara selfcontrol dengan prokrastinasi sebesar -0,311 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan prokrastinasi. PEMBAHASAN Hasil pengukuran diatas membuktikan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa SMA Negeri 4 Ambon. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, kedua variabel memiliki r sebesar -0,311 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu selfcontrol dengan prokrastinasi akademik memiliki hubungan negatif yang signifikan yang artinya semakin tinggi self-control siswa maka semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan, begitu juga sebaliknya semakin rendah self-control siswa maka semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademiknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Green (1982), yang menyatakan bahwa keadaan yang merugikan pelajar dalam belajar, dikarenakan hanya sedikit pelajar yang menggunakan kontrol diri sebagai strategi mengelola lingkungan belajar dan mengurangi secara langsung prokrastinasi akademiknya. Secara demikian, pelajar yang memiliki self-control dan disiplin diri yang tinggi efektif dalam meningkatkan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas, belajar mandiri di rumah, kehadiran di sekolah dan mengurangi kelambanan, serta menunda-nunda tugas maupun pekerjaan. Demikian pula, hasil penelitian oleh Muhid (2009), yang menyatakan bahwa kontrol diri mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa. Begitu pula

25 Ghufron (2003), yang menunjukkan bahwa semakin rendah self-control semakin tinggi prokrastinasi akademik pada remaja, begitu pula sebaliknya, semakin tinggi self-control remaja semakin rendah prokrastinasi akademik remaja terbukti. Jadi, prokrastinasi akademik berkorelasi dengan self-control seseorang. Aini & Mahardayani (2011) mengemukakan bahwa dengan kontrol diri yang tinggi mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi mampu segera menyelesaikan skripsi tersebut dan mencurahkan segala kekuatannya agar pekerjaaan tersebut segera selesai dan terhindar dari perilaku prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi. Menurut Averill (dalam Thalib, 2010), kemampuan kontrol diri mencangkup : mengontrol perilaku yang meliputi kemampuan mengatur pelaksanaan dan kemampuan mengatur stimulus, mengontrol kognitif yang meliputi kemampuan untuk memperoleh informasi dan kemampuan melakukan penilaian, serta mengontrol keputusan. Berdasarkan kemampuan mengontrol diri yang diungkapkan oleh Averill (dalam Thalib, 2010), siswa yang memiliki self-control yang tinggi akan mampu untuk mengontrol perilakunya untuk tidak menunda tugas atau belajar sehingga berujung pada perilaku prokrastinasi akademik, adanya kesadaran di dalam diri untuk mengontrol pekerjaan yang lebih penting serta didahulukan dan dapat mengetahui konsekuensi yang dilakukan ketika menunda hal yang lebih penting tersebut, jadi siswa dapat mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus tidak dikehendaki (stimulus menghambat penyelesaian tugas atau belajar) dan dapat mengelola dan menghadapi stimulus tersebut. Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri (Ghufron, 2003). Ketika seorang siswa memiliki kontrol diri yang tinggi maka siswa akan dapat mengarahkan perilakunya ketika stimulus negatif datang seperti sikap menunda-nunda pekerjaan. Terutama dalam bidang akademik

26 seperti dalam hal belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan adanya kontrol diri yang baik maka siswa dapat mampu mempertimbangkan tindakan tepat yang akan dia ambil dan dapat menghindari perilaku prokrastinasi akademik. Sedangkan individu yang self-controlya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya, dan bertindak lebih kearah negatif, seperti melakukan hal-hal yang dirasa lebih menyenangkan pribadinya (Muhid, 2009) misalnya dengan lebih banyak menonton televisi, bermain media sosial, atau pun jalan-jalan bersama teman dari pada mengerjakan tugas atau belajar di rumah, bahkan akan menunda-nunda tugas yang sebenarnya harus dikerjakan terlebih dahulu. Self-control yang rendah inilah siswa tidak mampu memilih tindakan yang tepat untuk dirinya sendiri dalam menggunakan waktu atau pun sekedar mengatur dorongan hatinya. Sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel self-control terhadap perilaku prokrastinasi akademik adalah sebesar 9,61% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 90,39% yang dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut kemungkinan adalah rendahnya motivasi, self esteem, self efficacy, kecemasan sosial, kurangnya pengawasan, gaya pengasuhan orang tua, persepsi terhadap guru, kurangnya dukungan, kesulitan memperoleh bahan, kurangnya sarana, dan aktifitas lain (Aini & Mahardayani, 2011). Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa selfcontrol sebesar 89,84 berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan 64 siswa SMA Negeri 4 Ambon memiliki pengontrolan diri yang sedang, ini menunjukkan bahwa belum semuanya memiliki pengontrolan diri yang baik. Pada perilaku prokrastinasi akademik siswa sebesar 119,01 yang berada pula pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa sebanyak 15 orang memiliki kategori prokrastinasi

27 yang masih rendah dan 5 orang pada kategori sangat rendah, artinya banyak melakukan prokrastinasi akademik. Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor internal (dari dalam diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu). Faktor-faktor ini yang dapat mempengaruhi kontrol diri siswa yang masih berada pada kategori sedang. Seperti Faktor Internal adalah usia. Nasichah (2001) mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas kita tahu sendiri bahwa pada masa remaja inilah para siswa masih dalam masa pencarian jati diri serta belum matang dalam proses berpikir. Ini dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan mengolah perilaku negatif serta positif. Faktor eksternal adalah lingkungan keluarga. Hurlock (1973), mengemukakan lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Berdasarkan pengamatan langsung peneliti sebagian orangtua yang menerapkan pola asuh acuh tak acuh (Permissif Indifferent) pada anak-anaknya di Ambon, tidak adanya pendampingan dan pengajaran secara intensif serta peraturan yang diterapkan orangtua kepada anak akan membuat kurangnya kontrol diri. Dan berdampak secara langsung terhadap seringnya mengabaikan tugastugas sekolah dan jam belajar. Dengan demikian, ketika tingginya sikap disiplin akan memacu kesungguhan dan pemanfaatan waktu yang efektif bagi para siswa. Sikap ini akan memacu para siswa sesegera mungkin untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas tugasnya terutama tugas akademiknya. Dan sikap seperti ini juga akan menjauhkan emosi emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan dan perasaaan bersalah dari diri mereka (Nuroh, 2006). Hal yang sama pada hasil analisis deskriptif perilaku prokrastinasi akademik siswa berada pula pada kategori sedang. Hal ini kemungkinan dapat dikarenakan ketakutan

28 akan kegagalan atau fear of failure pada siswa. Banyak alasan mengapa siswa melakukan penundaan, belum tentu karena tidak dapat mengelola waktu atau perilakunya tapi kemungkinan siswa tersebut ingin mendapatkan hasil yang terbaik dalam tugas-tugas akademiknya. Anggreani (2008) mengemukakan bahwa fear of failure ketakutan yang berlebihan untuk gagal, dalam penelitian tersebut seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas akhir yang dihadapinya karena takut jika gagal menyelesaikannya akan mendatangkan penilaian negatif tentang kemampuan yang dimilikinya. Faktor lain seperti gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif dapat mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik siswa. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam Nurpitasari, 2000) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan prokrastinasi, sedangkan tingkat pengasuhan pengasuhan otoritatif ayah tidak menyebabkan prokrastinasi. Hasil dari pengamatan peneliti, dalam keseharian dan budaya orang timur terutama di Ambon, pola asuh yang banyak diterapkan kebanyakan orangtua adalah pola asuh otoriter yang keras serta segala aturan orangtua harus ditaati oleh anak. Dari pengamatan langsung peneliti, banyak anak tidak dapat membantah orangtua karena dirasa belum besar dan belum tahu apa-apa, anak seolah robot yang harus mengikuti orangtua. Hal ini dapat membuat anak menjadi memberontak, nakal atau disiplin tetapi hanya sebagai bentuk menyenangkan hati orangtua saja, dan di belakang orang tua, anak akan menunjukan perilaku yang berbeda. Dengan pola asuh yang keras inilah, ketika orangtua menerapkan disiplin yang tinggi dapat saja anak hanya mengikutinya karena sekedar takut dan di kondisi dan tempat berbeda anak menunjukan

29 perilaku yang jauh dari pengajaran orangtua serta melakukan perilaku prokrastinasi hasil dari bentuk kepatuhan yang semu atau pemberontakan. Dan ditambahkan oleh Burka & Yuen (1983) bahwa kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Ambon, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Ambon. Artinya semakin tinggi self-control siswa maka semakin rendah perilaku prokrastinasi akademiknya, begitupun sebaliknya. Dalam hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi antara self-control dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Ambon adalah sebesar -0,311 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). dengan sumbangan efektif sebesar sebesar 9,61% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 90,39% yang kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain. 2. Tingkat Self-control siswa sebagian besar (89,84) adalah sedang, dan perilaku prokrastinasi akademik siswa sebagian besar (119,01) adalah sedang. 3. Yang kemungkinan mempengaruhi self-control siswa tidak berada pada kategori tinggi adanya pengaruh faktor internal (dari dalam diri individu) yaitu usia, dan faktor eksternal (lingkungan individu) yaitu pola asuh orangtua. Dan pada perilaku prokrastinasi akademik yang demikian pula berada pada kategori sedang dapat

30 dipengaruhi oleh faktor fear of failure dan gaya pengasuhan orangtua dan lingkungan linient. Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Saran kepada siswa-siswi Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa yang self-controlnya berada pada kategori sedang, dan perilaku prokrastinasi akademik sedang. Adanya informasi yang berharga ini, maka diharapkan hal ini menjadi kesadaran bagi para pelajar untuk lebih meningkatkan kemampuan mengontrol perilaku didalam dunia pergaulan ataupun lingkungan sehari-hari dan juga kemampuan dalam mengontrol stimulus dari luar, serta dalam hal kemampuan mengambil keputusan sebagai salah satu aspek kontrol diri. Dengan kecakapan para siswa-siswi dalam hal tersebut maka dapat meningkatkan self-control yang tinggi, ini dapat berdampak positif kepada hal akademik mereka. 2. Bagi sekolah dan guru Dalam lembaga kependidikan, sekolah menjadi tempat untuk para siswa menimba ilmu, itu sebabnya diharapkan sekolah dapat lebih mempertahankan peraturan-peraturan yang bisa membina siswa dalam berperilaku lebih disiplin agar lebih memiliki kontrol diri yang baik dan dapat mengurangi perilaku prokrastinasi akademik. Selain itu, peran guru dalam memperhatikan para siswa-siswinya sangat diperlukan, pengontrolan kepada setiap pelajar agar para guru lebih dapat mengetahui masalah atau kebutuhan para siswa.

31 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya lebih memperhatikan kemungkinan adanya faktor lain di luar self-control yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik sebesar 90,39% seperti faktor rendahnya motivasi, self esteem, self efficacy, kecemasan sosial, kurangnya pengawasan, gaya pengasuhan orang tua, persepsi terhadap guru, kurangnya dukungan, kesulitan memperoleh bahan, kurangnya sarana, dan aktifitas lain.

32 DAFTAR PUSTAKA Ahmat, M. (2014). Lima macam media sosial yang paling digemari. (Online). http://matinjoy.blogspot.com/2014/04/5-macam-sosial-media-yang-paling.html. Diakses pada tanggal 22 Mei 2014. Aini, A.N., & Mahardayani, I.H. (2011). Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi pada Mahasiswa Universitas Muria Kudus. Jurnal Psikologi Pitutur. 1 (2), 65-67. Anggraeni, P.D. (2007). Prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. (Skripsi Tidak Diterbitkan). Depok: Universitas Gunadarma. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burka, J. B. & Yuen, L. M. (1983). Procrastination: Why you do it, What to do about it. New York: Perseus Books. Eviisfandiari. (2003). Hubungan kecenderungan kepribadian tipe A dengan prokrastinasi akademik. (Skripsi tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Diunduh pada tanggal 07 Febuari 2014 dari http://repository.uii.ac.id. Ferrari, J.R. Johnson, J.L. & Mc Cown, W.G. (1995). Procrastination and task Avoidance, Theory, Research and Treathment. New York: Plenum Press. Ferrari, J. R., Keane, S., Wolf, R., & Beck, B. L. (1998) The antecedents and consequences of academic excuse-making: examining individual differences in procrastination. Research in Higher Education, 39, 199-215. Ferari, J. R. & Morales, J. F. D. (2007). Perceptions of self-concept and selfpresentation by procrastinators: Further Evidence. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1), 91-96. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17549881. Ghufron, N. M. & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar- Ruz Media. Ghufron, N. M. (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua terhadap prokrastinasi akademik. (Tesis Tidak Diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Green, L. (1982). Minority students, self control of procrastination, Journal of Counseling Psychology, 29, 636-644. Hayyinah. (2004). Religiusitas dan prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Psikologika, 11 (17), 31-41.