HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK MUHAMMAD INDRA KUSWARA A

PENGARUH PEMBUNGKUSAN BUAH TERHADAP KUALITAS MELON

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III.TATA CARA PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, 2009.Pupuk Hantu untuk Pertanian Organik. Januari 2010.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

Transkripsi:

13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca sangat tinggi berkisar antara 40-45ºC saat siang hari dan 17.5-22ºC saat pagi hari (Lampiran 3) dan kelembaban antara 20-96 % (Lampiran 4). Suhu yang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan sementara. Hama tanaman yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung adalah pengorok daun (Liriomyza spp). Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya embun tepung (Erysipht cichoracearum) dan penyakit kerdil (Cucumber Green Mottle Mosaic Virus). Hama dan penyakit yang menyerang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengendalian hama menggunakan insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos dengan konsentrasi 2 ml/liter. s Gambar 2. Tanaman Melon dengan budidaya Hidroponik pada umur 8 MST

14 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Berdasarkan Gambar 3 pertambahan tinggi tanaman melon paling tinggi terjadi pada 8 MST yaitu sebesar 79.14 cm. Pertambahan tinggi tanaman dihentikan pada 8 MST dengan melakukan pemangkasan pucuk. Tinggi Tanaman (cm) 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 216.16 137.02 66.76 26.41 11.63 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat jumlah buku (ruas) pada tanaman setiap minggu mengalami pertambahan. Pertambahan jumlah buku tanaman paling banyak pada umur 8 MST yaitu sebanyak 9 buah Jumlah buku 35 30 25 20 15 10 5 0 31 22 14 7 3 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Gambar 4. Jumlah Buku Tanaman melon Rata-rata panjang ruas diantara dua buku tanaman mengalami pertambahan panjang ruas setiap minggu (Gambar 5). Pada awal pertumbuhan tanaman pertambahan panjang ruas diantara dua buku tanaman bertambah sangat rendah diduga karena tanaman baru melakukan penyesuaian dengan kondisi di dalam rumah kaca. Pertambahan panjang ruas rata-rata terbesar terjadi pada umur 7 MST yaitu sebesar 1.45 cm.

15 Panjang Ruas (cm) 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 6.36 6.98 4.91 3.83 3.99 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Gambar 5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon Panjang, Diameter dan Bobot Buah Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah saat panen. Panjang dan diameter buah berkisar antara 11.05 sampai 11.89 cm untuk panjang buah, sedangkan untuk diameter buah 10.51 sampai 10.97 cm. Panjang dan diameter buah melebihi ukuran kotak sehingga kotak menjadi rusak (pecah). Bobot buah melon saat panen berkisar 966.40 sampai 1 057.50 gram. Tabel 1. Panjang, Diameter dan Bobot Buah Melon Saat Panen Perlakuan Panjang Buah Diameter Bobot buah (cm) (cm) (gr) Kontrol (P0) 11.33 10.97 1 001.60 Kotak kecil saat 1 MSA (P1) 11.42 10.76 1 003.40 Kotak kecil saat 2 MSA (P2) 11.05 10.92 966.40 Kotak besar saat 1 MSA (P3) 11.76 10.51 1 049.40 Kotak besar saat 2 MSA (P4) 11.89 10.89 1 057.50 Uji F tn tn tn KK 5.56 4.12 14.56 Ket : tn menunjukan tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5% Kekerasan Kulit dan Daging buah Berdasarkan data pada Tabel 2, didapatkan bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Kekerasan kulit dan daging buah terbesar pada perlakuan P1 yaitu 20.28 mm.kg -1.5s -1 dan 59.64 mm.kg -1.5s -1 dan yang terkecil yaitu pada Kontrol (P0) yaitu 12.52 mm.kg -1.5s -1 dan 24.08 mm.kg -1.5s -1. Nilai kekerasan

16 20.28 mm.kg -1.5s -1 memiliki arti bahwa dengan tekanan 1 kg kedalaman jarum pada buah mencapai 20.28 mm selama 5 detik. Hasil yang didapat menunjukan perlakuan P1 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak dari perlakuan P0 (Kontrol). Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak dan dengan kotak terhadap kekerasan kulit dan daging buah memberikan pengaruh nyata. Perlakuan dengan kotak memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut 17.53 mm.kg -1.5s -1 dan 42.07 mm.kg -1.5s -1. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kekerasan kulit. Sedangkan untuk kekerasan daging didapatkan hasil yang berbeda sangat nyata dengan nilai kotak kecil lebih besar (lebih lunak) yaitu mm.kg -1.5s -1. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil berbeda nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut yaitu 18.77 mm.kg -1.5s -1 dan 48.09 mm.kg -1.5s -1. Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen Perlakuan Kekerasan kulit Kekerasan daging ------(mm.kg -1.5s -1 )------ Kontrol (P0) 12.52 24.08 Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 20.28 59.64 Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 16.36 35.03 Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 17.25 36.54 Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 16.22 37.07 Uji F ** ** KK 11.17 16.45 Uji kontras : Tanpa kotak 12.52 24.08 Kotak 17.53 42.07 Uji kontras ** ** Kotak kecil 18.32 47.34 Kotak besar 16.74 36.81 Uji kontras tn ** 1 MSA 18.77 48.09 2 MSA 16.29 36.05 Uji kontras * ** Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%)

17 Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Berdasarkan data pada Tabel 3, bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap padatan total terlarut (PTT) saat panen. Padatan total terlarut (PTT) buah saat panen memiliki kiasaran 8.03 sampai 10.06 ºBrix. Menurut Setyowati (2009), nilai padatan total terlarut (PTT) dapat digunakan dalam menggambarkan cita rasa yang dimiliki suatu buah, semakin tinggi nilai padatan total terlarut (lebih dari 10 Brixº) maka kualitas buah tersebut akan baik. Tabel 3. Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Saat Panen Perlakuan Ketebalan Ketebalan PTT kulit buah daging buah (ºBrix) (mm) (mm) Kontrol (P0) 9.86 2.48 22.97 Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 8.03 1.85 23.18 Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 9.77 1.94 22.10 Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 10.06 1.79 25.03 Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 9.24 2.01 25.55 Uji F tn * * KK 9.82 14.05 6.08 Uji kontras : Tanpa kotak 9.86 2.48 22.97 Kotak 9.28 1.90 23.97 Uji kontras tn ** tn Kotak kecil 8.90 1.90 22.64 Kotak besar 9.65 1.90 25.29 Uji kontas tn tn ** 1 MSA 9.05 1.82 24.11 2 MSA 9.51 1.98 23.83 Uji kontras tn tn tn Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%) Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh nyata terhadap ketebalan kulit dan daging buah saat panen. Pada kontrol (P0) didapat ketebalan kulit buah yang paling tebal yaitu 2.48 mm, sedangkan untuk perlakuan Kotak besar saat 1 MSA (P3), Kotak kecil saat 2 MSA (P2), Kotak kecil saat 1 MSA (P1), Kotak besar saat 2 MSA (P4) yaitu berturut-turut 1.79 mm, 1.85 mm, 1.94 mm dan 2.01 mm. Hasil yang didapat pada ketebalan daging buah untuk pelakuan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) memberikan

18 pengaruh nyata yaitu sebesar 25.55 mm, sedangkan ketebalaan daging buah pada pelakuan P0, P1, P2, P3 berurutan 22.97 mm, 23.18 mm, 22.10 mm, 25.03 mm. Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak memberikan hasil lebih besar yaitu 2.48 mm dibandingkan perlakuan dengan kotak yaitu 1.90 mm, terhadap ketebalan kulit buah. Perlakuan pengkotakan memberikan pengaruh sangat nyata (lebih tipis) terhadap ketebalan kulit. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil perlakuan kotak besar memberikan nilai lebih besar yaitu 25.29 mm dibandingkan kotak kecil 22.64 mm, terhadap ketebalan daging buah. Perlakuan ukuran kotak memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ketebalan daging buah. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap padatan total terlarut (PTT), ketebalan kulit dan daging buah. Uji Organoleptik Berdasarkan Tabel 4, responden lebih menyukai perlakuan kotak besar saat 1MSA (P3) (Gambar 6b). Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut memiliki rasa daging buah yang paling manis yaitu dengan skor 4.40 ± 0.88. Selain itu pelakuan kotak besar saat 1 MSA (P3) memiliki aroma buah yang paling wangi yaitu dengan skor 3.55 ± 0.60 dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) mempunyai penampilan buah yang paling disukai responden (3.80 ± 0.89) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 6a). Hal ini terjadi karena pada perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) memiliki bentuk buah yang buah yang hampir kotak sempurna. Tabel 4. Uji Organoleptik Terhadap Aroma, Rasa, dan Penampilan Buah Saat Panen Skor Pelakuan Rasa Aroma Penampilan Kontrol (P0) 2.05 ± 0.69 3.55 ± 1.19 2.55 ± 0.69 Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 3.10 ± 0.97 3.15 ± 0.59 3.35 ± 0.88 Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 3.30 ± 0.80 2.85 ± 0.49 3.40 ± 0.88 Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 4.40 ± 0.88 3.55 ± 0.60 3.35 ± 0.93 Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 2.70 ± 0.92 3.15 ± 0.93 3.80 ± 0.89 Keterangan : Skor : 1 = sangat tidak suka 3 = netral 5 = sangat suka 2 = tidak suka 4 = suka

19 (a) Gambar 6. (a) Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 2 MSA (P4) (b) Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 1 MSA (P3) Cacat Pada Buah Cacat buah pada penelitian ini terjadi pada seluruh perlakuan. Berdasarkan Tabel 5, cacat buah 100 % dan 25 % terjadi pada semua perlakuan masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 75 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA (P1) dan kotak besar dengan waktu aplikasi 1 MSA (P3) masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 50 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 2 MSA (P2) sebanyak 1 buah dan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) sebanyak 1 buah. Tabel 5. Cacat Pada Buah Saat Panen 100 % 75 % 50 % 25 % Pelakuan ----buah---- Kontrol (P0) 1 - - 2 Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 1 1-2 Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 1-1 2 Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 1 1-2 Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 1-1 2 (b)

20 (a) (b) (c) Pengelompokan Buah Pengelompokan buah dilakukan pada saat panen, pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas buah yang baik. Dalam pengelompokan ini dilakukan dengan cara skoring. Skor dibagi menjadi 1-6 nilai (Tabel 6). Skor Gambar 7. (a) Cacat Buah 25% (b) Cacat Buah 50% (c) Cacat Buah 75% pada buah melon Tabel 6. Pengelompokan Pada Buah Saat Panen Keterangan 1 Buah berbentuk bulat tidak mengalami perubahan bentuk. 2 Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 25% 3 Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 50% 4 Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 75% Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 9 0 2 2 3 0 2 2 3 3 0 3 3 3 2 0 5 3 2 2 5 Buah mengalami perubahan bentuk 0 0 0 0 0 buah menjadi berbentuk kotak 100% 6 Buah afkir / busuk 3 2 2 2 2 Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan diduga karena bentuk dan ukuran kotak yang kurang tepat. Buah melon yang terbentuk kotak 25% - 75% sebanyak 33 buah melon atau sebesar 55% dari total buah yang diamati. Perlakuan yang paling banyak membentuk buah menjadi berbentuk kotak 75% adalah perlakuan kotak kecil saat 1 MSA (P1) yaitu sebanyak 5 buah.

21 Pembahasan Pertumbuhan vegetatif yang diamati pada pernelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah buku dan panjang ruas rata-rata. Pengamatan vegetatif ini bertujuan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk pada tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu dan selalu terjadi peningkatan pada setiap minggu. Peningkatan terbesar terjadi saat tanaman berumur 8 MST. Tanaman memasuki fase generatif yaitu pada saat tanaman mulai berbuah rata-rata pada umur 9 MST. Pada saat tanaman mulai memasuki fase generatif dilakukan pemangkasan pucuk (toping) yang dilakukan pada seluruh tanaman. Pemangkasan pucuk dilakukan untuk mengurangi transpirasi tanaman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanaman dan pengurangi serangan hama penyakit. Pengamatan pada saat panen yaitu panjang buah, diameter buah dan bobot buah memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini didapat berdasarakan hasil uji F, jadi perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah. Hal ini disebabkan buah yang dipertahankan 1 buah pertanaman. Menurut Setyowati (2009), buah melon yang dipertahankan 1 buah pertanaman dapat menghasilkan panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan bobot buah yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kekerasan kulit dan daging buah perlakuan kontrol (P0) mendapatkan nilai lebih kecil (lebih keras) dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini diduga bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakkan) buah menyebabkan kulit dan daging buah menjadi lebih lunak karena adanya gangguan mekanis pada lapisan-lapisan epidermal pada sistem jaringan kulit buah saat pemasakan buah. Pantastico (1989) menyatakan pengaturan permulaan berbagai proses fisika dan fisiko-kimiawi pada buahbuahan yang telah dipanen bergantung pada sifat lapisan-lapisan epidermal. Pertukaran gas, kehilangan air, patogen-patogen, peresapan bahan kimia, kerusakan mekanis, perubahan-perubahan tekstural, semuanya dimulai dari permukaan buah. Namun perbedaan tidak nyata didapat antara perlakuan kotak kecil dan kotak besar disemua waktu perlakuan baik 1 MSA maupun 2 MSA.

22 Perlakuan perbedaan ukuran kotak yang dipakai tidak mempengaruhi kekerasan yang didapat. Nilai padatan total terlarut (PTT) yang terdapat pada suatu buah menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas buah tersebut. Padatan total terlarut (PTT) ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat rasa, kemanisan dan kematangan buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), tinggi kadar padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatkan kualitas buah. Hasil penelitian ini didapatkan hasil padatan total terlarut antara 8-10 ºBrix. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon yang berkualitas memiliki kandugan padatan total terlarut sebesar 10% (ºBrix) atau lebih. Berdasarkan hasil yang didapat perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap padatan total terlarut (PTT). Cacat buah yang terjadi pada semua perlakuan menunjukan pelakuan manipulasi bentuk tidak berpengaruh nyata terhadap cacat buah yang terjadi. Cacat buah yang terjadi umumnya adalah pecah buah. Pecah buah ini terjadi diduga karena hanya terdapat 1 buah pertanaman yang menyebabkan akumulasi asimilat yang berlebih pada buah dan terdapat tekanan atau paksaan secara mekanis saat kulit buah mulai menyentuh dinding kotak perlakuan. Poerwanto (1996) menyatakan buah yang menerima asimilat lebih bayak lebih rentan terhadap pecah buah. Andriyani (2006) menyatakan hibrida H7 memiliki kekurangan pada buah yang mudah mengalami cracking atau pecah buah. Pelakuan pengkotakkan juga diduga menyebabkan akumulasi panas yang terjadi di dalan kotak, sehingga proses pematangan dan perkembangan buah menjadi lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian Setyowati (2009) yang menyatakan pelakuan penutupan buah saat awal perkembangan buah menyebabkan akumulasi panas, sehingga proses perkembangan dan pematangan buah lebih cepat. Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah melon ini memberikan penampilan buah yang berbeda dengan kontrol. Untuk penampilan buah yang berbentuk kotak sempurna tidak didapatkan, hal ini dikarenakan kotak yang digunakan untuk mencetak buah menjadi bentuk kotak tidak kuat menahan tekanan buah saat proses perkembangan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak. Semua

23 perlakuan yang dapat membentuk kotak hingga 75 %, tetapi perlakuan yang paling banyak mendapatkan hasil yaitu kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA. Panen buah dilakukan sekitar umur 11-12 MST (4 MSA). Buah yang dipanen merupakan buah yang menunjukan tanda-tanda sudah layak panen seperti tercium aroma buah, perkembangan zona absisik antara buah dan tangkai buah. Perlakuan manipulasi bentuk juga mampu meningkatkan daya tarik konsumen. Hal ini berdasarkan hasil uji organoleptik, responden lebih menyukai penampilan, aroma dan rasa melon dengan perlakuan pengkotakan buah dibandingkan dengan kontrol (tanpa pengkotakan).