Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:"

Transkripsi

1 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang tidak diberi kalsium. Skor getah kuning aril maupun kulit buah terbaik adalah skor 1, yang menunjukkan bahwa cemaran getah kuning semakin rendah. Kombinasi perlakuan sumber kalsium dolomit dengan dosis kalsium 2 ton Ca ha -1 atau kaptan dengan dosis 6 ton Ca ha -1 menghasilkan skor getah kuning, persentase juring bergetah kuning dan persentase buah yang arilnya bergetah kuning lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 1). Tabel 1 Pengaruh kombinasi sumber kalsium dan dosis kalsium terhadap cemaran getah kuning pada aril Skor getah kuning aril Rataan Peringkat Persentase juring bergetah kuning Persentase buah bergetah kuning pada aril (%) Kaptan 0 ton Ca ha ab 0.50abc 83.33a 2 ton Ca ha bc 0.25cd 60.00ab 4 ton Ca ha ab 0.46abc 73.33ab 6 ton Ca ha cd 0.01d 33.33bc Dolomit 0 ton Ca ha ab 0.70a 70.00ab 2 ton Ca ha d 0.03d 3.33c 4 ton Ca ha a 0.59ab 56.67ab 6 ton Ca ha ab 0.43bc 80.00a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Dunn (skor getah kuning aril) dan uji DMRT (jumlah juring bergetah kuning dan persentase getah kuning aril) pada taraf 1% Aplikasi kaptan dengan dosis 2 ton Ca ha -1 serta dolomit dengan dosis 2 dan 6 ton Ca ha -1 menghasilkan skor getah kuning kulit buah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Kombinasi perlakuan kaptan dengan dosis 2 ton Ca ha -1 serta dolomit dengan dosis 2 dan 6 ton Ca ha -1 menghasilkan persentase buah bergetah kuning pada kulit yang lebih rendah dibandingkan perlakuan 0 ton Ca ha -1 (tanpa aplikasi kalsium). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sumber kalsium kaptan maupun dolomit dengan dosis 2 ton Ca ha -1 dapat

2 23 mengurangi cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Rekapitulasi sidik ragam untuk peubah persentase juring bergetah kuning, serta persentase buah yang aril dan kulit buah nya bergetah kuning tercantum pada Lampiran 3. Tabel 2 Pengaruh interaksi sumber dan dosis kalsium terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah Skor getah kuning kulit buah Rataan Peringkat Persentasi buah bergetah kuning pada kulit (%) Kaptan 0 ton Ca ha a 66.77a 2 ton Ca ha bcd 10.00c 4 ton Ca ha abc 73.33a 6 ton Ca ha ab 56.67ab Dolomit 0 ton Ca ha ab 80.00a 2 ton Ca ha d 6.70c 4 ton Ca ha a 33.33bc 6 ton Ca ha cd 13.33c Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Dunn (skor getah kuning kulit) dan uji DMRT (persentase getah kuning kulit) pada taraf 1% Kandungan Kalsium pada Perikarp Buah dan Daun Manggis Analisis kandungan kalsium perikarp buah dilakukan pada tiga bagian perikarp, yaitu endokarp, mesokarp dan eksokarp. Kandungan kalsium pada endokarp dan mesokarp tidak dipengaruhi oleh sumber kalsium. sumber kalsium berpengaruh terhadap kandungan kalsium eksokarp (Tabel 3). Sumber kalsium dolomit meningkatkan kandungan kalsium eksokarp secara nyata dibandingkan sumber kalsium kaptan. dosis kalsium berpengaruh terhadap kandungan kalsium pada endokarp dan eksokarp. Rekapitulai sidik ragam untuk variabel kandungan kalsium perikarp tertera pada Lampiran 3. Aplikasi kalsium dengan dosis berbeda tidak meningkatkan kandungan kalsium endokarp secara nyata, tetapi berhasil meningkatkan kandungan kalsium pada eksokarp. Dosis kalsium 2 dan 6 ton Ca ha -1 menghasilkan kandungan kalsium eksokarp yang lebih tinggi daripada perlakuan 0 ton Ca ha -1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aplikasi kalsium yang dilakukan pada penelitian ini berhasil meningkatkan distribusi kalsium ke eksokarp buah.

3 24 Tabel 3 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kandungan kalsium pada perikarp buah Kandungan kalsium (%) Endokarp Mesokarp Eksokarp Sumber kalsium Kaptan b Dolomit a Dosis kalsium 0 ton Ca ha ab b 2 ton Ca ha a a 4 ton Ca ha b ab 6 ton Ca ha ab a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada perlakuan dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Analisis kalsium daun dilakukan dua kali, yaitu pada awal penelitian (sebelum aplikasi kalsium) dan setelah buah dipanen (setelah aplikasi kalsium). Terjadi peningkatan rata-rata kandungan kalsium pada daun setelah aplikasi, dibandingkan dengan sebelum aplikasi kalsium. Kandungan kalsium daun setelah aplikasi dipengaruhi oleh sumber kalsium, tetapi tidak dipengaruhi oleh dosis kalsium (Tabel 4). Tabel 4 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kandungan kalsium daun sebelum dan setelah aplikasi kalsium Kandungan kalsium daun Sebelum aplikasi (%) Setelah aplikasi (%) Sumber kalsium Kaptan a Dolomit b Dosis kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada perlakuan dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Aplikasi sumber kalsium kaptan menghasilkan kandungan kalsium daun yang lebih tinggi daripada sumber kalsium dolomit (Tabel 4). Hasil tersebut

4 25 menunjukkan bahwa sumber kalsium kaptan lebih meningkatkan translokasi kalsium ke daun daripada perlakuan dolomit. dosis 2, 4 dan 6 ton Ca ha -1 tidak meningkatkan kandungan kalsium pada daun dibandingkan dosis 0 ton Ca ha -1 (Tabel 4). Rekapitulasi sidik ragam untuk variabel kandungan kalsium daun tercantum pada Lampiran 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Getah Kuning Kandungan kalsium pada endokarp berkorelasi sangat nyata terhadap skor getah kuning aril dengan koefisien korelasi sebesar 0.68 (Tabel 5), karena endokarp merupakan bagian kulit buah (perikarp) yang terdalam dan paling dekat dengan aril. Skor getah kuning kulit dipengaruhi oleh kandungan kalsium pada eksokarp, karena eksokarp merupakan bagian terluar dari kulit buah manggis. Tabel 5 Korelasi antara variabel-variabel yang mempengaruhi cemaran getah kuning Peubah Skor getah kuning aril Persentase juring bergetah kuning Koefisien Korelasi Persentase buah bergetah kuning (aril) Skor getah kuning kulit Persentase buah bergetah kuning (kulit) Ca eksokarp -0.38tn -0.42* -0.43* -0.50* -0.45* Ca mesokarp -0.39tn -0.29tn -0.42* -0.12tn -0.21tn Ca endokarp -0.68** -0.36tn -0.32tn -0.15tn -0.09tn Keterangan: tn = tidak nyata, * = nyata berdasarkan uji regresi pada taraf 5 %, ** = nyata berdasarkan uji regresi pada taraf 1 %. Kalsium eksokarp, mesokarp dan endokarp berkorelasi negatif dengan skor getah kuning aril dan kulit buah, yang berarti bahwa peningkatan kalsium akan mengurangi skor getah kuning. Penurunan skor getah kuning menunjukkan peningkatan kualitas buah, karena semakin rendah skor, maka getah kuning semakin sedikit dan kualitas buah semakin baik. Nilai negatif pada jumlah juring bergetah kuning serta persentase getah kuning aril dan kulit buah menunjukkan bahwa semakin tinggi kalsium eksokarp, mesokarp dan endokarp, maka persentase juring bergetah kuning dan persentase getah kuning pada aril maupun kulit buah semakin berkurang. Rekapitulasi hasil uji regresi kalsium perikarp terhadap cemaran getah kuning tercantum pada Lampiran 4.

5 26 Sifat Fisik Buah Manggis Aplikasi kalsium dengan sumber dan dosis berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sifat fisik buah manggis. Sifat fisik buah yang diamati adalah diameter transversal dan longitudinal, serta bobot buah dan bagian-bagiannya. Diameter transversal buah manggis yang dihasilkan pada penelitian ini adalah antara cm, sedangkan diameter longitudinal nya adalah mm. Diameter transversal dan longitudinal buah manggis tidak dipengaruhi oleh aplikasi kalsium (Tabel 6). Tabel 6 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis Diameter (mm) Transversal Longitudinal Sumber kalsium Kaptan Dolomit Dosis Kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha sumber dan dosis kalsium tidak berpengaruh terhadap bobot buah dan bagian-bagiannya (Tabel 7). Buah manggis yang diamati pada penelitian ini memiliki bobot antara g. Bobot buah dan bagian-bagiannya merupakan parameter untuk menghitung persentasi buah yang dapat dimakan (edible portion). Edible portion buah manggis yang dihasilkan pada penelitian ini adalah antara %, dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (Tabel 7). Salah satu parameter penilaian kualitas buah manggis menurut Badan Standardisasi Nasional (2009) selain sifat fisik buah, adalah kemudahan buah untuk dibuka. Terdapat kekhawatiran bahwa aplikasi kalsium dapat menyebabkan buah sulit dibuka karena meningkatnya kekerasan kulit buah. Hasil pengamatan terhadap kekerasan dan resistensi buah menunjukkan bahwa aplikasi kalsium yang dilakukan tidak meningkatkan kekerasan kulit buah, sehingga buah tidak sulit untuk dibuka. Terbukti dari nilai kekerasan dan resistensi buah yang tidak berbeda nyata, antara buah yang diberi kalsium dan buah yang tidak diberi kalsium (Tabel 8).

6 27 Tabel 7 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap bobot buah, kulit buah, sepal, tangkai serta biji dan aril, dan edible portion Buah Kulit buah Bobot (g) Sepal Tangkai Biji Aril Edible portion (%) Sumber kalsium Kaptan Dolomit Dosis Kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha Kesegaran buah merupakan variabel untuk menilai kualitas fisik buah manggis. Beberapa variabel dapat digunakan untuk menguji kesegaran buah, antara lain warna kulit buah serta sepal dan tangkai buah. Warna kulit buah manggis merupakan parameter kematangan buah. Buah manggis untuk diekspor sesuai SNI adalah buah yang kulitnya berwarna hijau kemerahan sampai dengan merah muda mengkilap (Badan Standardisasi Nasional 2009). Hasil pengamatan warna kulit buah menunjukkan bahwa aplikasi kalsium tidak berpengaruh terhadap warna kulit buah (Tabel 9). Tabel 8 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kekerasan, resistensi dan tebal kulit buah manggis Kekerasan (kg/dt) Resistensi (kgf/cm 2 ) Tebal kulit buah (mm) Sumber kalsium Kaptan Dolomit Dosis kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha Warna sepal dan tangkai buah terkait dengan kadar air sepal dan tangkai buah tersebut. Penguapan air dari sepal dan tangkai buah menyebabkan sepal dan tangkai menjadi layu dan berwarna kecoklatan. Buah manggis yang memenuhi standar ekspor adalah buah yang memiliki sepal dan tangkai buah

7 28 yang masih segar, yaitu sepal dan tangkai yang berwarna hijau. Warna dan kadar air sepal dan tangkai buah tidak dipengaruhi oleh kalsium (Tabel 9). Buah manggis yang diamati pada penelitian ini umumnya masih memiliki sepal dan tangkai yang berwarna hijau. Tabel 9 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap skor warna kulit dan sepal buah Skor Warna kulit buah (1-5) Warna sepal (1-5) Sumber kalsium Kaptan Dolomit Dosis kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha Sifat Kimia Buah Manggis Aplikasi kaptan maupun dolomit dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap sifat kimia buah yang meliputi padatan terlarut total (PTT) dan asam tertitrasi total (ATT) maupun skor rasa buah (Tabel 10). Total padatan terlarut buah menunjukkan kandungan gula pada buah tersebut. Buah manggis yang diamati pada penelitian ini memiliki PTT brix. Nilai PTT tersebut cukup tinggi untuk buah manggis. PTT buah manggis yang telah matang umumnya adalah brix (Kader 2004; Rai 2004). Tabel 10 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap PTT, ATT dan skor rasa buah PTT ( 0 brix) ATT (%) Skor rasa buah Sumber kalsium Kaptan Dolomit Dosis kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha

8 29 Sifat kimia buah manggis lainnya adalah kadar air kulit buah, sepal dan tangkai. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa kadar air kulit buah, sepal dan tangkai buah tidak dipengaruhi oleh perlakuan sumber dan dosis kalsium (Tabel 11). Tabel 11 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kadar air kulit buah, sepal dan tangkai buah Kadar air (%) Kulit buah Sepal Tangkai Sumber kalsium Kaptan Dolomit Dosis kalsium 0 ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha ton Ca ha Pembahasan Cemaran getah kuning pada buah manggis dapat terjadi karena kerusakan dinding sel saluran getah kuning, yang terdapat pada perikarp buah maupun aril. Rusaknya dinding sel tersebut menyebabkan getah kuning keluar dari salurannya dan mengotori aril maupun perikarp buah. Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya saluran getah kuning tersebut adalah perbedaan kecepatan pertumbuhan antara aril dan biji dengan kulit buah, yang terjadi selama perkembangan buah (Dorly 2009). Pertumbuhan biji dan aril yang lebih cepat daripada kulit buah menyebabkan adanya desakan dari dalam terhadap kulit buah, sehingga saluran getah kuning yang berada di aril maupun kulit buah rusak. Faktor lain yang dapat menyebabkan cemaran getah kuning pada buah manggis adalah perubahan potensial air yang terjadi secara tiba-tiba. Potensial air yang tiba-tiba meningkat menyebabkan sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning menyerap banyak air, sehingga turgor sel meningkat. Peningkatan turgor sel yang melewati batas elastisitas dinding sel menyebabkan dinding sel menjadi pecah, sehingga getah keluar dari salurannya. Kalsium berperan penting dalam pencegahan kerusakan saluran getah kuning. Salah satu fungsi kalsium adalah untuk mempertahankan integritas

9 30 dinding sel. Kalsium berikatan dengan pektin di mikrofibril pada dinding sel. Ikatan antara rantai pektin tersebut menjadi rusak apabila kalsium tidak tersedia. Berdasarkan fungsi kalsium tersebut maka kalsium sangat penting dalam mempertahankan integritas dinding sel pada sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning, dan mencegah cemaran getah kuning pada buah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa aplikasi kalsium dapat meningkatkan kualitas buah dengan mengurangi cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis. Sumber kalsium dolomit dengan dosis 2 ton Ca ha -1 dapat menurunkan cemaran getah kuning pada aril (Tabel 1) dan kulit buah (Tabel 2). Dosis kalsium yang sama (2 ton Ca ha -1 ) menghasilkan pengaruh yang berbeda untuk sumber kalsium kaptan. Sumber kalsium kaptan dengan dosis 2 ton Ca ha -1 hanya dapat mengurangi persentase juring bergetah kuning (Tabel 1) serta skor dan persentase buah yang kulitnya bergetah kuning (Tabel 2). Sumber kasium kaptan perlu dikombinasikan dengan dosis kalsium yang lebih banyak, yaitu 6 ton Ca ha - 1 untuk menurunkan skor dan persentase buah bergetah kuning (aril) (Tabel 1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa aplikasi dolomit lebih efektif mengurangi cemaran getah kuning dibandingkan kaptan. Sumber kalsium dolomit lebih efektif menurunkan cemaran getah kuning, karena aplikasi dolomit dapat meningkatkan translokasi kalsium ke buah daripada ke daun. Terlihat dari tingginya kandungan kalsium eksokarp pada perlakuan dolomit, dibandingkan kaptan (Tabel 3). Peningkatan kalsium pada eksokarp tersebut menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah (Tabel 5). Aplikasi kaptan menghasilkan pengaruh sebaliknya. Aplikasi kaptan justru meningkatkan translokasi kalsium ke daun daripada ke buah, terlihat dari tingginya kandungan kalsium daun pada aplikasi kaptan dibandingkan dolomit (Tabel 4). Perbedaan pengaruh sumber kalsium kaptan dan dolomit terjadi karena perbedaan komposisi antara kedua sumber kalsium tersebut. Dolomit adalah sumber kalsium yang terdiri atas kalsium (23 % Ca) dan magnesium (10.26 % Mg), sedangkan kaptan tidak mengandung magnesium. Kandungan magnesium pada dolomit tersebut yang meningkatkan translokasi kalsium ke buah secara tidak langsung. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang serupa. Hasil penelitian pada buah pisang yang direndam pada larutan MgSO 4 meningkatkan kandungan kalsium pada buah (Aghofack-Nguemezi dan Dassie 2007). Peningkatan kandungan kalsium pada buah tomat yang diberi pupuk kalsium-

10 31 magnesium lebih tinggi dibandingkan tanaman yang hanya diberi pupuk kalsium tunggal (Aghofack-Nguemezi dan Tatchago 2010). Pencegahan blossom end rot pada tomat yang disebabkan defisiensi kalsium, lebih efektif menggunakan larutan nutrisi yang mengandung 800 mg L -1 Ca dan 80 mg L -1 Mg (Hao dan Papadopoulus 2004). Kompetisi antara kalsium dan magnesium di rizosfer secara tidak langsung menyebabkan translokasi kalsium ke buah lebih tinggi daripada ke daun. Kalsium dan magnesium adalah unsur yang diserap tanaman melalui proses aliran masa dan terkadang intersepsi akar. Kalsium dan magnesium diserap tanaman dalam bentuk ion Ca 2+ dan Mg 2+. Terdapat kompetisi antara kedua ion tersebut untuk masuk ke akar tanaman, karena kedua ion tersebut sama-sama bermuatan positif dan memiliki valensi yang sama (Tisdale et al. 1985). Kation Mg 2+ dapat lebih dulu diserap oleh akar tanaman daripada kation Ca 2+ karena ukuran molekulnya yang lebih kecil daripada Ca 2+, dengan bobot atom 24.31, sedangkan bobot atom kalsium Kation Mg 2+ yang telah diserap akar tanaman ditranslokasikan secara simplas dan apoplas melewati sel-sel akar. Kation tersebut selanjutnya ditranslokasikan ke bagian tajuk, bersamaan dengan pergerakan air akibat proses transpirasi, melalui pembuluh xylem. Sebagian kation Mg 2+ akan diserap oleh sel-sel yang berada di sisi pembuluh xylem, karena sel-sel tersebut bermuatan negatif. Sebagian kation Mg 2+ lainnya kemudian ditranslokasikan ke daun dan sedikit ke buah, karena transpirasi daun yang lebih tinggi daripada buah. Kation Ca 2+ yang diserap akar setelah kation Mg 2+, hanya sedikit yang diserap oleh sel-sel di dinding xylem dan daun, karena kebutuhan sel-sel tersebut dan daun telah terpenuhi oleh kation Mg 2+ (Marschner 1995; Karley dan White 2009). Mekanisme tersebut menyebabkan lebih banyak kation Ca 2+ yang dapat ditranslokasikan ke buah pada perlakuan dolomit, dibandingkan perlakuan kaptan. Terbukti dari tingginya kandungan kalsium eksokarp buah pada perlakuan dolomit (Tabel 3). Sumber kalsium kaptan yang tidak mengandung magnesium menyebabkan kalsium yang diserap oleh akar tanaman langsung diserap oleh sel-sel di sisi pembuluh xylem dan sebagian ke daun. Terbukti dari tingginya kandungan kalsium daun pada perlakuan sumber kalsium kaptan (Tabel 4). Kation Ca 2+ dari pembuluh xylem pada batang masuk ke buah melalui pembuluh xylem pada tangkai buah. Kalsium masuk ke buah melalui saluran-

11 32 saluran pembuluh minor yang menuju ke biji, aril, mesokarp dan endokarp buah (Gambar 1). Kalsium dari pembuluh xylem masuk ke sitoplasma sel-sel yang berada pada biji, aril dan perikarp buah, termasuk ke saluran getah kuning yang berada pada aril dan perikarp buah. Kation Ca 2+ yang berada di sitoplasma akan dikompartementasi di vakuola dan disekresi ke membran sel, karena Ca 2+ berfungsi untuk mengikat rantai pektin di mikrofibril pada membran sel. Sekresi kalsium dari sitosol ke mikrofibril membutuhkan energi yang berasal dari ATP. Magnesium berperan dalam proses tersebut. Magnesium berperan dalam sintesis enzim ATPase merupakan sumber energi untuk sekresi Ca tersebut. (Taiz dan Zeiger 1991). Mekanisme tersebut merupakan pengaruh positif lain dari adanya unsur magnesium pada dolomit. Kandungan kalsium pada eksokarp selain dipengaruhi oleh sumber kalsium, juga dipengaruhi oleh dosis kalsium. dosis 2 dan 6 ton Ca ha - 1 meningkatkan kandungan kalsium eksokarp secara nyata dibandingkan dosis 0 ton Ca ha -1 (Tabel 3). Pengaruh dosis kalsium 2 dan 6 ton Ca ha -1 tidak berbeda nyata, namun dosis kalsium 2 ton sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium buah sehingga dapat mengendalikan cemaran getah kuning. Terbukti dari penurunan cemaran getah kuning pada aril (Tabel 1) dan kulit buah (Tabel 2) yang cukup tinggi pada perlakuan dosis kalsium 2 ton Ca ha -1 untuk sumber kalsium kaptan maupun dolomit. Dosis kalsium 2 ton Ca ha -1 efektif meningkatkan kandungan kalsium pada eksokarp buah, berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dorly (2009) dan Wulandari (2009), yang menyatakan bahwa dosis kalsium 3.5 ton Ca ha -1 efektif meningkatkan kandungan kalsium pada eksokarp. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan kondisi klimatologi di lokasi penelitian. Suhu harian rata-rata pada lokasi penelitian ini lebih tinggi daripada suhu harian rata-rata di lokasi penelitian oleh Dorly (2009) dan Wulandari (2009). Suhu harian di lokasi penelitian ini rata-rata 26 0 C sedangkan di lokasi penelitian sebelumnya adalah 24 0 C. Curah hujan dan kelembaban di lokasi penelitian ini lebih rendah dibandingkan di lokasi penelitian sebelumnya. Lokasi penelitian ini memiliki curah hujan tertinggi 400 mm dalam satu bulan, sedangkan pada lokasi penelitian oleh Dorly (2009) dan Wulandari (2009) mencapai 500 mm dalam satu bulan. Kelembaban udara pada penelitian ini tertinggi adalah 83 %, sedangkan pada penelitian sebelumnya mencapai 90 %. Data klimatologi penelitian ini tertera pada Lampiran 5. Tingginya suhu dan

12 33 rendahnya kelembaban pada lokasi penelitian ini menyebabkan transpirasi daun dan buah lebih tinggi. Tingginya transpirasi menyebabkan lebih banyak kalsium yang dapat ditranslokasikan dari akar ke bagian tajuk tanaman, karena kalsium ditranslokasikan bersama dengan air pada proses transpirasi. Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan kandungan kalsium eksokarp dapat terjadi pada dosis kalsium yang lebih rendah daripada penelitian sebelumnya. Aplikasi kalsium dengan dosis 2, 4 dan 6 ton Ca ha -1 tidak meningkatkan kandungan kalsium pada endokarp secara nyata (Tabel 3). Hal ini diduga terkait dengan waktu aplikasi kalsium. Waktu aplikasi kalsium pada penelitian ini adalah saat antesis. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa aplikasi kalsium sebelum antesis tidak efektif meningkatkan kandungan kalsium pada endokarp buah. Kalsium lebih banyak ditranslokasikan ke daun (Dorly 2009; Wulandari 2009). Diduga aplikasi kalsium saat antesis dapat meningkatkan kandungan kalsium pada endokarp. Ternyata pada penelitian ini tidak terjadi peningkatan kandungan kalsium pada endokarp, meskipun cemaran getah kuning pada aril dapat dikurangi (Tabel 1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipun hanya terjadi sedikit peningkatan kandungan kalsium pada endokarp, namun peningkatan tersebut telah mencukupi untuk mengurangi cemaran getah kuning pada aril. Terlihat dari hasil analisis regresi yang menunjukkan bahwa peningkatan kandungan kalsium endokarp berpengaruh nyata terhadap penurunan skor getah kuning aril, meskipun tidak berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya bergetah kuning (Tabel 5). Peningkatan kandungan kalsium pada endokarp masih diperlukan untuk mencegah cemaran getah kuning secara efektif, hal ini dapat dicapai jika kalsium diaplikasikan pada waktu yang tepat. Hasil penelitian Oktaviani (2011) menunjukkan bahwa kandungan kalsium pada endokarp meningkat dengan aplikasi kalsium dua kali, yaitu pada saat antesis dan akhir stadia 1 (28 HSA). Aplikasi kalsium pada saat antesis dapat memenuhi kebutuhan kalsium buah pada umur 2 hingga 4 MSA, namun setelah itu masih diperlukan aplikasi kedua agar kalsium tersedia hingga umur 8 MSA, karena fase tersebut merupakan fase pertumbuhan cepat buah manggis. Translokasi kalsium ke buah yang terjadi pada fase tersebut mencapai 65 %, sedangkan hanya % K, Mg dan B yang ditranslokasikan ke buah (Poovaaradom dan Sumitra 2009). Fase pertumbuhan buah yang cepat tersebut menyebabkan lebih banyak nutrisi dan fotosintat yang ditranslokasikan ke buah, karena pada fase tersebut, buah

13 34 merupakan sink terkuat pada tanaman. Terjadi peningkatan sink demand (permintaan dari sink) yang tinggi pada fase tersebut sehingga translokasi nutrisi (termasuk kalsium) ke buah meningkat (Marschner 1995). Aplikasi kalsium untuk mengurangi cemaran getah kuning memerlukan dosis tinggi, mencapai 2 dan 6 ton Ca ha -1, sehingga aplikasi kalsium akan meningkatkan biaya produksi buah menjadi jauh lebih tinggi. Umumnya petani manggis di Indonesia tidak melakukan pemupukan pada tanaman manggis. Masalahnya adalah kualitas buah manggis yang dihasilkan menjadi rendah. Peningkatan kualitas buah yang dihasilkan dapat meningkatkan harga jual buah, sehingga peningkatan biaya produksi tersebut menjadi layak karena akan diikuti dengan peningkatan keuntungan yang dihasilkan. Kriteria kelayakan ekspor buah manggis selain dari penilaian getah kuning adalah penilaian kualitas fisik buah, yang terdiri dari kesegaran buah dan cacat atau kerusakan pada buah. Sebelum penentuan kualitas buah, umumnya buah dikelompokkan berdasarkan ukuran. Pengelompokan buah berdasarkan ukuran menurut Badan Standardisasi Nasional (2009) terdiri dari ukuran diameter buah yang diukur secara transversal dan bobot buah. yang dilakukan pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap diameter transversal buah. Diameter transversal buah yang diamati pada penelitian ini telah memenuhi syarat untuk diekspor berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Diameter buah yang dihasilkan pada penelitian ini adalah antara mm (Tabel 6), sehingga termasuk dalam kelas 2 (diameter cm) dan kelas 3 (diameter cm). Pengelompokan buah berdasarkan diameter tercantum pada Lampiran 6. sumber kalsium maupun dosis kalsium tidak berpengaruh terhadap bobot buah dan kulit buah manggis (Tabel 7). Pertambahan bobot dan diameter buah manggis disebabkan adanya pertambahan luas dan volume sel. Pertambahan luas dan volume sel-sel tersebut tidak dipengaruhi oleh kalsium, karena kalsium merupakan unsur yang berperan pada dinding sel dalam bentuk Ca-pektat dan berfungsi mempertahankan integritas dinding sel, sehingga kalsium tidak berpengaruh terhadap bobot maupun diameter buah. Bobot buah yang dihasilkan pada penelitian ini rata-rata g (Tabel 7) sehingga termasuk dalam kode ukuran 2 (bobot g) dan 3 (bobot g) (Badan Standardisasi Nasional 2009). Bobot buah yang dihasilkan tersebut telah

14 35 memenuhi syarat untuk ekspor berdasarkan SNI. Pengelompokan buah manggis segar berdasarkan bobot tercantum pada Lampiran 6. Persyaratan mutu buah manggis segar lainnya adalah sepal dan tangkai utuh, lengkap dan segar (Badan Standardisasi Nasional 2009). Buah manggis yang diamati pada penelitiani ini umumnya masih memiliki tangkai dan sepal yang utuh dan lengkap. Kemudahan buah untuk dibuka merupakan parameter lain untuk menilai kualitas buah manggis berdasarkan SNI. Terdapat kekuatiran bahwa aplikasi kalsium dapat menyebabkan buah sulit dibuka karena meningkatnya kekerasan kulit buah. Kalsium merupakan penghubung antara rantai pektin pada dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991). Kadar kalsium pada perikarp yang terlalu tinggi diduga menyebabkan ikatan antara rantai pektin menguat dan kulit buah manjadi keras. Kekerasan kulit buah berdampak negatif karena menyebabkan buah sulit dibuka. Berdasarkan dugaan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kekerasan kulit buah dan kemudahan dibuka (resistensi) buah tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kalsium yang diaplikasikan pada penelitian ini tidak meningkatkan kekerasan dan resistensi kulit buah manggis (Tabel 8). Peningkatan kekerasan kulit buah manggis dapat terjadi karena hilangnya air dari kulit buah akibat transpirasi dan respirasi. Proses kehilangan air pada kulit buah tersebut menyebabkan kadar air kulit buah menjadi rendah. Ruang antar sel parenkim pada kulit buah yang awalnya terisi air menjadi kering sehingga ruang-ruang antar sel tersebut menyatu dan zat pektin yang terdapat pada dinding sel-sel parenkim saling berikatan. Ikatan pektin yang semakin kuat tersebut menyebabkan penebalan dinding sel. Penebalan dinding sel inilah yang menyebabkan kulit buah menjadi keras. Kulit buah yang keras menyebabkan buah sulit dibuka. Peningkatan kandungan kalsium pada kulit buah dapat menghambat laju respirasi buah, hal ini terjadi karena ikatan antara kalsium dengan pektat pada dinding sel mengurangi permeabilitas air pada membran sel sehingga menghambat laju respirasi. Terhambatnya laju respirasi mengurangi kehilangan air buah, sehingga mencegah terjadinya pengerasan kulit buah (Qanytah 2004). Kekerasan kulit buah manggis yang diukur dengan penetrometer menghasilkan nilai 0.4 kg/detik sampai 0.5 kg/detik (Tabel 8). Nilai kekerasan kg/detik menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah normal, artinya buah mash dapat dibuka. Penilaian kemudahan dibuka dapat dilakukan dengan uji

15 36 resistensi. Hasil uji resistensi pada penelitian ini menunjukkan bahwa kemudahan dibuka buah tidak dipengaruhi oleh kalsium. Nilai resistensi buah rata-rata adalah 2-3 kg/cm 2. Nilai resistensi tersebut menunjukkan bahwa resistensi buah rendah. Kondisi aril masih berwarna putih mulus dan banyak mengandung air. Selama proses pematangan buah terjadi perubahan warna pada kulit buah. Perubahan warna yang terjadi selama proses kematangan buah manggis tersebut disebabkan adanya perubahan kandungan pigmen pada kulit buah, yaitu klorofil dan antosianin. Kandungan klorofil kulit buah cenderung menurun dengan meningkatnya umur buah, sementara kandungan antosianin nya tetap (Rai 2004). Penurunan kandungan klorofil pada buah manggis menyebabkan warna hijau pada kulit buah semakin berkurang, sedangkan warna ungu akan semakin jelas terlihat akibat pigmen antosianin. Antosianin merupakan pigmen berwarna kuat yang menyebabkan warna merah, ungu dan biru dalam daun, buah dan bunga. Perubahan warna pada kulit buah manggis terjadi dari warna hijau menjadi coklat kemerahan, ungu kemerahan dan akhirnya menjadi ungu kehitaman (Rai 2004). Warna kulit buah manggis menunjukkan tingkat kematangan buah, oleh karena itu pemanenan buah manggis dapat dilakukan pada beberapa tingkat kematangan sesuai kebutuhan. Buah manggis untuk kebutuhan ekspor dapat dipanen pada saat berwarna hijau kemerahan sampai merah keunguan (Badan Standardisasi Nasional 2009), sementara untuk pasar domestik, buah dapat dipanen setelah berwarna ungu. Tingkat kematangan buah manggis saat panen sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan buah. Buah yang dipanen terlalu muda (kulit buah berwarna hijau) tidak dapat matang sempurnadan banyak mengandung getah (Suyanti et al. 1999). Pemanenan buah manggis pada penelitian ini dilakukan pada umur 104 HSA dan kulit buah berwarna coklat kemerahan. Pengamatan warna kulit buah dilakukan satu hari setelah buah dipanen. Warna kulit buah buah telah berubah menjadi merah keunguan saat pengamatan. Perubahan warna buah terjadi saat pengangkutan buah dari lokasi penelitian ke laboratorium selama satu malam. Skoring warna kulit buah yang dilakukan pada penelitian ini adalah skor 4, yaitu warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah yang berwarna merah keunguan cocok untuk tujuan ekspor (Suyanti et al. 1999). Kesegaran buah manggis merupakan variabel untuk menilai kualitas fisik buah manggis. Beberapa variabel dapat digunakan untuk menguji kesegaran

16 37 buah, antara lain warna sepal dan tangkai. Sepal yang berwarna hijau merupakan salah satu persyaratan untuk ekspor buah manggis. Warna sepal dan tangkai terkait dengan kadar air sepal dan tangkai tersebut. Penguapan air dari tangkai maupun sepal menyebabkan tangkai dan sepal menjadi layu dan berwarna kecoklatan. Buah manggis yang memenuhi standar ekspor adalah buah yang memiliki tangkai dan sepal yang masih segar dan berwarna hijau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi kalsium tidak mempengaruhi warna sepal (Tabel 9) serta kadar air sepal dan tangkai buah (Tabel 11). Hasil skoring warna sepal buah menunjukkan bahwa rata-rata sepal buah berwarna hijau (skor 5) dan hijau kekuningan (skor 4) sehingga buah layak untuk diekspor. Aplikasi kalsium yang dilakukan pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap sifat kimia buah. Sifat kimia buah yang diamati adalah PTT, ATT dan rasa buah. Terjadi perubahan kandungan PTT pada buah manggis selama proses perkembangan buah. PTT buah manggis meningkat dari 17 0 brix pada umur 90 HSA, hingga menjadi 21 0 brix pada umur 115 HSA (Rai 2004). Peningkatan PTT selama perkembangan buah manggis disebabkan adanya pemecahan dari bahan-bahan kompleks seperti karbohidrat menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa tersebut terjadi karena proses respirasi buah. Proses respirasi pada buah membutuhkan energi yang dihasilkan dari perombakan pati menjadi glukosa (Salisburry dan Ross 1995). Kandungan asam pada buah manggis tidak dipengaruhi oleh kandungan kalsium buah. Perubahan kandungan asam pada buah manggis sama dengan pisang Tanduk, Raja Sere, Barangan, mangga Gedong dan Nenas Subang. Semakin tua buah manggis maka semakin tinggi kandungan asamnya (Suyanti et al. 1999). Penilaian rasa buah berdasarkan skoring menghasilkan skor rasa buah rata-rata 2 (asam agak dominan dari manis) sampai skor 3 (manis sedikit asam).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 5 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Manggis Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Anatomi terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Struktur sekretori getah kuning (sayatan longitudinal) merupakan sebuah saluran yang panjang dan bercabang dengan tipe seperti

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Hasil analisis sampel tanah sebelum perlakuan menunjukkan sifat-sifat kimia tanah sebagai berikut: ph= 5.4 (sangat rendah), C-Org= 1.54% (rendah), N-Total= 0.16%

Lebih terperinci

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN LAMPIRAN 36 U Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian T B Lereng Atas Blok 3 Kontrol-(3) Ca(OH) 2-2(3) Ca(OH) 2-3(3) Ca(OH) 2-1(3) S CaCl 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-2(3) Ca(OH) 2-3(2) Ca(OH) 2-1(2) Kontrol-(2)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis berasal dari kawasan Asia Tenggara (hutan tropis Malaysia-Indonesia), namun budi dayanya sudah berkembang semakin meluas selain di Asia Tenggara juga ke

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis TINJAUAN PUSTAKA 18 Morfologi Tanaman Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) berasal dari Semenanjung Malaysia, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral, juga mengandung bahan antioksidan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) The Effect of Calcium Application on Gamboge in Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) Indah Wulandari 1 dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Manggis TINJAUAN PUSTAKA Manggis Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah eksotik, memiliki warna menarik dan kandungan gizi tinggi, yang populer di Asia tenggara dan Australia utara (Ramage et al.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L)

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L) TINJAUAN PUSTAKA Manggis (Garcinia mangostana L) Manggis merupakan tumbuhan dioceus dengan tinggi tanaman mencapai 6-25 m, berdaun rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek, daunnya tebal

Lebih terperinci

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 1 SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: 1693-9158 PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Oleh: Yulinda Tanari 1), Dolfie DD. Tinggogoy 2) ABSTRAK Getah kuning

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322

Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322 Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322 Aliran Hara dari Akar ke Jaringan Pembuluh ANGKUTAN DALAM XYLEM DAN PHLOEM Aliran dalam xylem satu arah (acropetal, ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) The Effect of Dolomite Aplication on Gamboge in Mangosteen

Lebih terperinci

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi

Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Time and Application Dosage of Calcium and Boron for Yellow

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya 55 5 DISKUSI UMUM Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas fotosintesis dan translokasi fotosintat

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Jati Tanaman selama masa hidupnya menghasilkan biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Perubahan akumulasi biomassa akan terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut Bobot Buah Jambu Biji Merah Penimbagan susut bobot buah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kosentrasi Kalsium Klorida (CaCl 2 ) terhadap Pematangan dan Kualitas Buah Pisang Ambon Kuning ( Musa paradisiaca Var Sapientum) Berdasarkan penelitian yang telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Panen dan Mutu Buah Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Panen dan Mutu Buah Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis berasal dari daerah semenanjung Malaysia. Manggis merupakan buah eksotik daerah tropis (Brady, 1993). Manggis termasuk tanaman tahunan (parennial) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji Buah jambu biji merupakan buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologis dengan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci