VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa disebut dengan cupat merupakan bagian mahkota manggis yang berwarna hijau. Selama penyimpanan, kesegaran sepal buah manggis menjadi bagian hal yang sangat menentukan dalam menilai mutu kesegaran buah manggis. Buah manggis segar memiliki warna sepal hijau segar kemudian berubah menjadi coklat setelah tidak segar. Perubahan penampakan sepal buah manggis selama penyimpanan diukur dengan menggunakan penilaian secara skor dengan menggunakan angka 1 sampai dengan 4. Nilai skor semakin tinggi menunjukan bahwa penampakan sepal semakin bagus (segar). Pada awal pengamatan semua manggis memiliki nilai skor 100%, ini dikarenakan pada awal pemetikan dan penyimpanan penampakan sepal buah manggis masih hijau segar. Penurunan mutu penampakan sepal terjadi saat warna sepal mulai layu dan kering atau menjadi coklat. Ini menandakan sepal manggis tidak segar lagi dan menjadi salah satu parameter turunnya mutu buah manggis. Persentase perubahan penampakan sepal dari setiap perlakuan berbeda-beda. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap perubahan penampakan sepal, dengan melihat laju perubahan yang ditunjukkan dengan nilai slope. Slopenegatif menunjukkan terjadinya penurunan, semakin kecil nilai tersebut maka laju perubahan yang terjadi semakin kecil. Semakin besar nilai slope artinya laju perubahan yang terjadi semakin tinggi. Persentase perubahan sepal buah manggis selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan perlakuan suhu, buah manggis yang disimpan pada suhu dingin memiliki laju penurunan kesegaran sepal yang lebih kecil bila dibandingkan dengan manggis tanpa perlakuan maupun manggis yang disimpan pada suhu ruang. Hal ini diduga disebabkan karena suhu rendah dapat membuat laju respirasi yang terjadi pada buah sepal manggis terhambat. Pada suhu ruang, laju respirasi yang terjadi pada sepal manggis relatif tinggi sehingga proses kerusakan atau kelayuan sepal manggis 14

2 pun cenderung lebih cepat dibandingkan pada suhu dingin. Namun suhu yang terlalu rendah juga dapat menyebabkan terjadinya chilling injuries pada buah. 120,00 100,00 Perubahan Sepal (%) 80,00 60,00 40,00 Kontrol TAR TAD AR AD 20,00 0, Penyimpanan (hari) X Kontrol TAR TAD AR AD Slope -0,04-0,04-0,03-0,04-0,03 Intercept 90,97 83,34 92,15 88,73 95,96 Correl 0,957 0,956 0,963 0,930 0,964 Keterangan : Kontrol = Tanpa pelapisan TAR = Tanpa Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Ruang (29-31) C TAD = Tanpa Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Dingin (8-10) C AR = Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Ruang (29-31) C AD = Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Dingin (8-10) C Y Gambar 4. Grafik perubahan penampakan sepal buah manggis selama penyimpanan Berdasarkan hasil penelitian Sunarti (1995), penyimpanan buah manggis pada suhu (8-10) C dapat bertahan sampai enam minggu, tetapi bila terjadi chilling injuries suhu (4-7) C, akan mengakibatkan buah manggis menjadi mengeras dan 15

3 jaringan daging buah yang matang bergetah sehingga sulit untuk memisahkan daging dengan kulitnya, dan akan berpengaruh terhadap daya simpan buah. Perlakuan adaptasi suhu pada buah manggis relatif dapat mempengaruhi perubahan sepal buah manggis. Buah manggis dengan perlakuan adaptasi suhu memiliki laju perubahan relatif lebih besar dibandingkan manggis tanpa perlakuan adaptasi suhu dan manggis tanpa pelapisan. Hal ini diduga disebabkan karena perlakuan adaptasi suhu pada awal penyimpanan dapat mengurangi efek perubahan suhu yang terlalu drastis pada saat penyimpanan, dimana saat panen suhu lingkungan manggis masih tinggi yang kemudian dipindahkan atau disimpan pada suhu rendah atau dingin. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan, dimana manggis dengan perlakuan adaptasi suhu yang disimpan pada suhu dingin memiliki tingkat ketahanan kesegaran yang relatif tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan manggis yang mendapatkan perlakuan adaptasi suhu yang disimpan pada suhu ruang, dimana laju penurunan kesegarannya relatif besar. Hal ini dapat disebabkan karena terjadi perubahan suhu lingkungan penyimpanan manggis yang drastis, dimana pada saat manggis dipetik suhu lebih tinggi dari 15 C, lalu dilakukan adaptasi pada suhu 15 C dan kemudian dikembalikan lagi atau disimpan pada suhu ruang (29-31) C. Berdasarkan pengamatan sepal visual tersebut diketahui bahwa perlakuan suhu penyimpanan lebih berpengaruh dalam perubahan kesegaran sepal buah manggis dibandingkan perlakuan adaptasi suhu awal. Penampakan sepal visual yang paling baik terdapat pada perlakuan dengan kombinasi dari pelapisan, adaptasi suhu dan penyimpanan pada suhu dingin. Perubahan suhu dari lingkungan luar ke suhu rendah lalu ke suhu ruang lagi, ternyata dapat menurunkan tingkat ketahanan kesegaran sepal buah manggis. Faktor suhu lingkungan penyimpanan yang berubah-ubah dapat mempengaruhi tingkat kesegaran sepal buah manggis.faktor adanya bahan pelapis tidak terlalu mempengaruhi kesegaran sepal buah manggis. Ini terjadi disebabkan karena bahan pelapis lebih banyak melapisi bagian kulit, sedangkan sepal hanya merupakan bagian kecil buah manggis atau kelopak buah manggis. Bahan pelapis berfungsi untuk menutupi kulit manggis yang dapat menghambat proses transpirasi pada buah manggis. Transpirasi merupakan penguapan air dari tanaman. Proses transpirasi pada buah yang 16

4 mengalami penyimpanan berlangsung melalui mulut daun dan kutikula. Selain dengan bahan pelapis, suhu rendah dan perlakuan adaptasi suhu juga dapat mempertahankan kesegaran sepal manggis. Pelapisan menggunakan kombinasi bahan pelapis yang diformulasikan Nurhayati (2009) yang terdiri dari lilin lebah 6%, giberelin 10 ppm dan benomil 1000 ppm dapat mempertahankan kesegaran buah manggis. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat yang terkandung pada masing-masing bahan pelapis. Lilin lebah selain dapat menghambat laju respirasi juga dapat melindungi manggis dari serangan mikroorganisme yang dapat merusak buah manggis. Lilin lebah juga dapat melindungi manggis dari kerusakan mekanis akibat benturan pada kulit buah manggis. Penggunaan giberelin sebagai campuran bahan pelapis kombinasi ini juga bertujuan untuk menghambat laju respirasi sehingga terjadi penundaan perubahan warna dan kesegaran sepal, sehingga sepal tidak cepat layu. Benomil berperan sebagai penghambat dan pelindung tumbuhnya mikroorganisme khususnya dari kelas fungi (jamur-jamuran). 2. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan terjadinya penurunan mutu buah. Penurunan susut bobot buah dipengaruhi oleh respirasi dan transpirasi. Respirasi adalah proses perombakan karbohidrat menjadi CO 2, H 2 O, dan menghasilkan energi, sedangkan transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air melalui proses penguapan. Selama proses penyimpanan bobot manggis cenderung mengalami penyusutan. Transpirasi merupakan faktor dominan penyebab susut bobot, yaitu terjadi perubahan fisikokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan. Kehilangan air ini juga berpengaruh langsung terhadap kerusakan tekstur, kandungan gizi, kelayuan, dan pengerutan (Kader, 1992). 17

5 Bobot (kg) 0,80 0,75 0,70 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45 kontrol TAR TAD AR AD 0, Penyimpanan (hari) X Kontrol TAR TAD AR AD Slope -0, , , , ,00158 Intercept 0,6548 0,7003 0,7524 0,7080 0,7640 Correl -0,9821-0,9948-0,9798-0,9909-0,9876 Keterangan : Kontrol = Tanpa pelapisan TAR = Tanpa Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Ruang (29-31) C TAD = Tanpa Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Dingin (8-10) C AR = Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Ruang (29-31) C AD = Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Dingin (8-10) C Y Gambar 5. Grafik perubahan susut bobot pada buah manggis selama penyimpanan Adaptasi suhu sebelum penyimpanan buah manggis mempengaruhi perubahan susut bobot buah manggis. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa rata-rata penurunan susut bobot buah manggis yang mendapatkan perlakuan adaptasi suhu sebesar 0,00393 relatif lebih rendah dibandingkan dengan buah yang tidak mendapatkan perlakuan adaptasi suhu (0,00497). Hal ini disebabkan karena adaptasi suhu 15 C dapat menghambat laju transpirasi buah manggis. Menurut Setyadjit dan Syaifullah (1994), suhu tinggi menyebabkan proses transpirasi lebih cepat dari pada suhu rendah. Transpirasi yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah sehingga susut bobot menjadi besar. Selain itu suhu tinggi menyebabkan respirasi meningkat. 18

6 Diduga gula yang dihasilkan pada proses fotosintesis akan dipecah untuk menghasilkan CO 2 dan air pada proses respirasi, sehingga bobot buah berkurang. Penyimpanan buah manggis pada suhu dingin menunjukkan perubahan susut bobot yang relatif konstan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai slope yang relatif kecil (rata-rata 0,00016) dibandingkan dengan buah manggis yang disimpan pada suhu ruang (rata-rata 0,0073). Perlakuan pelapisan buah secara langsung tidak mempengaruhi perubahan susut bobot. Kombinasi perlakuan pelapisan, adanya adaptasi suhu dan penyimpanan pada suhu dingin menunjukkan perubahan susut bobot yang paling kecil dibandingkan perlakuan lainnya. Susut bobot merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam menentukan mutu manggis. Kehilangan (susut) bobot pada buah-buahan yang disimpan terutama disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat dari proses penguapan dan kehilangan karbon selama respirasi. Air dibebaskan dalam bentuk uap air pada proses transpirasi dan respirasi melalui stomata, lentisel, dan bagian jaringan tumbuhan lain yang berhubungan dengan sel epidermis (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Terjadinya susut bobot yang besar menandakan adanya penurunan kualitas buah manggis. 3. Tekstur atau kekerasan Kekerasan kulit manggis merupakan salah satu indikator kerusakan mutu manggis. Semakin keras kulit buah manggis dapat dikatakan buah telah rusak dan tidak disukai oleh konsumen karena buah menjadi sulit dibuka. Peningkatan kekerasan kulit buah disebabkan oleh penguapan air pada ruang-ruang antar sel yang menyebabkan sel menjadi kecil sehingga ruang antar sel menyatu dan zat pektin menjadi saling berikatan. Terjadinya pengerasan kulit buah merupakan akibat dari tingginya laju proses desikasi. Tingginya laju proses desikasi dapat menyebabkan kulit buah menjadi kering dan keras sehingga sulit untuk dibelah atau dibuka. Proses desikasi merupakan kekeringan yang terjadi akibat dehidrasi secara berlebihan. Kekerasan buah manggis merupakan indikator kerusakan yang sering digunakan untuk menilai mutu buah manggis. Pengerasan cangkang buah secara fisiologis terjadi setelah mengalami proses pemasakan, yaitu setelah melalui proses klimakterik. Permukaan buah secara keseluruhan mengalami pengerasan sehingga sangat sulit untuk dibuka. 19

7 Pengukuran kekerasan kulit manggis ini menggunakan alat yang dinamakan penetrometer. Alat tersebut dilengkapi dengan jarum dan beban dengan berat tertentu yang bekerja menggunakan gaya berat. Semakin kecil nilai kekerasan artinya kedalaman yang dapat dilewati jarum penetrometer semakin rendah atau dapat diartikan manggis memiliki tingkat kekerasan yang tinggi. 0,0200 0,0180 0,0160 Kekerasan (mm/gr det) 0,0140 0,0120 0,0100 0,0080 0,0060 0,0040 0,0020 kontrol TAR TAD AR AD 0, Penyimpanan (hari) X Kontrol TAR TAD AR AD Slope -0, , , , , Intercept 0,0113 0,0166 0,0076 0,0210 0,0092 Correl -0,9076-0,9949-0,9254-0,9101-0,9615 Keterangan : Kontrol = Tanpa pelapisan TAR = Tanpa Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Ruang (29-31) C TAD = Tanpa Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Dingin (8-10) C AR = Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Ruang (29-31) C AD = Adaptasi suhu 15 C, disimpan pada suhu Dingin (8-10) C Y Gambar 6. Grafik perubahan kekerasan pada buah manggis selama penyimpanan Nilai kekerasan pada buah manggis yang ditampilkan pada Gambar 6 berbanding terbalik dengan tingkat kekerasan manggis yang sesungguhnya. Artinya, 20

8 semakin rendah nilai kekerasan yang dihasilkan maka kekerasan kulit manggis semakin tinggi. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada awal-awal penyimpanan, buah manggis memiliki tingkat kekerasan yang berbeda-beda pada tiap perlakuan. Buah manggis dengan perlakuan lebih mampu mempertahankan struktur kulit manggis daripada manggis tanpa perlakuan. Hal ini diduga disebabkan proses pelapisan yang dilakukan dapat melindungi kulit buah manggis dari kerusakan, baik faktor mekanis, kimiawi maupunbiologis. Pelapisan yang dilakukan dapat melindungi buah manggis dari efek benturan yang mungkin terjadi pada saat proses pengangkutan ataupun distribusi buah manggis saat dilakukan penyimpanan. Selain itu, pelapisan juga dapat menghambat laju penguapan pada buah manggis sehingga proses pengerasan kulit manggis terhambat. Pelapisan buah manggis juga dapat melindungi manggis dari serangan mikroorganisme yang dapat merusak kulit manggis sehingga kulit manggis menjadi keras. Kulit buah manggis selama penyimpanan umumnya menunjukkan kecenderungan peningkatan kekerasan, terlihat dari semakin kecilnya nilai penetrasi jarum penetrometer. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya serangan cendawan yang mengakibatkan kulit manggis menjadi keras. Salah satunya adalah jenis Zignoela garcinae yang bisa mengakibatkan kulit buah benjol-benjol dan mengeras (Ashari, 2006). Salah satu indikator penentu mutu buah manggis adalahpengerasan kulit atau dikenal dengan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Botrydiplodia theobromae. Ditandai dengan berubahnya kulit buah menjadi kehitam-hitaman dan mengkilat, selanjutnya warna kulit berubah menjadi hitam suram, kemudian dengan cepat meluas ke seluruh bagian buah. Penampakan buah menjadi tidak menarik dan buah menjadi keras. Setelah dibuka daging buah berair, busuk, dan lekat dengan kuit buah (Widiastuti, 2006). Perlakuan suhu dingin pada buah manggis relatif dapat menghambat laju kekerasan pada buah manggis. Manggis yang disimpan pada suhu dingin relatif memiliki nilai slope yang lebih kecil dibandingkan manggis yang disimpan pada suhu ruang.ini terlihat pada buah manggis yang disimpan pada suhu dingin memiliki laju penurunan penetrasi jarum yang lebih kecil (rata-rata 0, ) bila 21

9 dibandingkan dengan manggis tanpa pelapisan(0, ) maupun manggis yang disimpan pada suhu ruang (rata-rata 0, ).Manggis dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang pada awal penyimpanan cenderung memiliki tingkat kekerasan yang rendah atau kulit terasa lebih lunak dibandingkan manggis yang disimpan pada suhu dingin. Namun seiring lamanya penyimpanan, buah manggis yang disimpan pada suhu ruang mengalami peningkatan kekerasan lebih cepat dibandingkan pada suhu dingin karena pada suhu ruang laju metabolisme buah manggis lebih tinggi, serta terjadinya pengerasan kulit buahsehingga kulit buah manggis menjadi kering dan keras akibat dari tingginya laju proses penguapan dan transpirasi. Berdasarkan perlakuan adaptasi suhu, buah manggis dengan perlakuan adaptasi suhu memiliki laju perubahan relatif lebih besar(rata-rata 0, )dibandingkan dengan manggis tanpa perlakuan adaptasi suhu (rata-rata 0, ) dan manggis tanpa pelapisan (0, ). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan suhu penyimpanan lebih berpengaruh dalam laju penurunan penetrasi jarumpada kulit buah manggis dibandingkan perlakuan adaptasi suhu. Kombinasi perlakuan pelapisan, penyimpanan dingin yang sebelumnya dilakukan adaptasi suhu menunjukkan perubahan tekstur atau kekerasan yang paling kecil dibandingkan perlakuan lainnya. Namun hal ini tidak terjadi pada manggis yang mendapatkan perlakuan pelapisan serta adaptasi suhu yang disimpan pada suhu ruang, dimana manggis yang disimpan pada suhu ruang yang diberi perlakuan adaptasi suhu memiliki nilai slope yang lebih besar dibandingkan dengan manggis yang tidak diberikan perlakuan adaptasi suhu yang disimpan juga pada suhu ruang. Hal ini disebabkan terjadinya shock temperature pada buah manggis. Manggis yang diberi perlakuan adaptasi suhu 15 C mengalami penurunan mutu karena suhu yang berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. Pada suhu rendah tekstur masih bisa terjaga dengan baik karena pengaruh suhu. Suhu rendah mampu menekan kerusakan yang diakibatkan oleh degradasi dinding sel. Pada suhu rendah, respirasi bisa terhambat (Priyanto, 1988), sehingga perombakan (degradasi) senyawa penyusun dinding sel terhambat juga. 22

10 4. Warna Warna buah manggis merah keunguan disebabkan karena kandungan pigmen betalain yang mudah rusak (berubah warna) karena tidak stabil dan dapat larut dalam air serta peka terhadap cahaya matahari, oksigen dan air panas (Arisamita et al., 1997). Pigmen betalain merupakan suatu jenis pigmen warna tanaman yang disusun oleh dua jenis pigmen betasianin untuk warna merah-ungu dan betaxantin untuk warna kuning-oranye. Selain itu, perubahan warna dapat juga disebabkan oleh kerusakan mekanis seperti adanya luka, lecet karena tergores atau memar. Kerusakan mekanis pada kulit buah akan mempercepat terjadinya perubahan warna dan penurunan mutu buah. Kerusakan mekanis dapat mempercepat laju kehilangan air serta menurunkan kualitas buah. Luka mekanis selain menyebabkan penampakan yang kurang baik, juga mempercepat kehilangan air, mempermudah serangan kapang pada komoditi buah-buahan (Kader, 1992). Pada Gambar 7 ditampilkan nilai a dan b serta nilai chroma dan derajat hue untuk masing-masing perlakuan. Pada gambar juga dapat dilihat bahwa manggis yang disimpan pada suhu ruang cenderung mengalami perubahan warna dari biru menjadi keunguan. Ini berbeda dengan manggis yang disimpan pada suhu dingin. Manggis yang disimpan pada suhu dingin cenderung memiliki warna merah yang semakin lama penyimpanan, warna merah tersebut menjadi agak kebiruan. Manggis yang disimpan pada suhu ruang lebih cepat mengalami pematangan sehingga warna manggis menjadi lebih cepat berubah menjadi keunguan. Pada manggis yang disimpan pada suhu dingin proses pematangannya terhambat sehingga warna merah manggis bertahan lebih lama. Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai L atau kecerahan kulit buah manggis tanpa pelapisan sebesar 31,49 sedangkan buah manggis dengan perlakuan sebesar 27,91. Ini menandakan bahwa buah manggis tanpa pelapisan memiliki tingkat kecerahan yang lebih baik dibandingkan buah manggis dengan perlakuan. Hal ini diduga disebabkan karena proses pelapisan yang dilakukan terhadap buah manggis, sehingga kulit buah manggis tertutup oleh bahan pelapis. 23

11 (a) Tanpa pelapisan (b) Tanpa Adaptasi (Ruang) (c) Tanpa Adaptasi (Dingin) (d) Adaptasi (Ruang) (e) Adaptasi (Dingin) Gambar 7. Diagram warna kulit manggis dengan berbagai perlakuan selama penyimpanan 24

12 Tabel 4. Nilai beberapa parameter warna kulit manggis dengan berbagai perlakuan Perlakuan Parameter L a b Hue Chroma Tanpa pelapisan 31,49 16,72 16,09 45,82 23,53 Tanpa Adaptasi Ruang (TAR) 25,30 8,72 6,18 34,44 10,82 Tanpa Adaptasi Dingin (TAD) 30,69 17,32 14,80 40,18 22,90 Adaptasi Ruang (AR) 24,94 8,84 5,46 31,7 10,43 Adaptasi Dingin (AD) 30,72 17,86 16,11 42,24 24,15 Nilai a menandakan kecenderungan buah manggis berwarna merah, biru keunguan atau hijau. Pada Tabel 4 terlihat bahwa manggis dengan perlakuan suhu dingin mampu mempertahankan warna manggis (rata-rata 17,59) atau berwarna merah dibandingkan dengan manggis yang disimpan pada suhu ruang (rata-rata 8,78) atau berwarna biru keunguan. Hal ini disebabkan suhu dingin dapat menghambat laju metabolisme buah manggis sehingga proses perubahan warna manggis menjadi terhambat. Adanya bahan pelapis juga dapat menghambat terjadinya penguapan dan luka mekanis pada kulit buah, sehingga dapat mencegah serangan kapang pada buah manggis yang dapat merusak warna buah. Pada manggis dengan perlakuan adaptasi suhu memiliki nilai a relatif lebih besar (rata-rata 13,35) dibandingkan dengan buah manggis yang tidak mendapatkan perlakuan adaptasi suhu (rata-rata 13,02). Hal ini menunjukkan bahwa manggis dengan perlakuan adaptasi suhu mampu mempertahankan warna manggis, ini terlihat dari nilai a yang relatif besar atau cenderung lebih merah dibandingkan manggis tanpa perlakuan adaptasi suhu. Analisa warna ini juga dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai chroma dan derajat hue. Nilai crhoma pada buah manggis dengan perlakuan suhu dingin relatif lebih besar (rata-rata 23,53) dibandingkan dengan buah manggis yang disimpan pada suhu ruang (rata-rata 10,63). Hal ini menandakan bahwa perlakuan suhu dingin lebih mampu menghambat laju pemucatan warna yang terjadi pada kulit manggis. Berdasarkan adaptasi suhu, perlakuan adaptasi suhu juga dapat menghambat proses pemucatan warna yang terjadi, terlihat dari nilai relatif lebih besar (rata-rata 17,29) dibandingkan buah manggis yang tidak mendapatkan perlakuan adaptasi suhu (rata-rata 16,86). Ini menandakan bahwa manggis tanpa perlakuan adaptasi suhu 25

13 relatif lebih pucat dari pada manggis dengan perlakuan adaptasi suhu. Hal ini diduga disebabkan karena pengaruh perubahan suhu yang terlalu drastis pada saat akan dilakukan penyimpanan sehingga mempengaruhi warna manggis. Kombinasi bahan pelapis, perlakuan adaptasi suhu serta penyimpanan dingin lebih dapat mempertahankan kesegaran warna kulit buah manggis dibandingkan perlakuan lainnya. 5. Organoleptik Uji organoleptik penting dilakukan untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap batasan mutu buah manggis yang masih diterima dari setiap perlakuan selama penyimpanan. Penilaian visual terhadap buah adalah faktor utama dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen. Uji organoleptik (hedonik) meliputi warna, kesegaran kulit, kesegaran sepal, warna daging buah, rasa, dan tekstur (Soekarto, 1981). Dalam analisisnya, skala hedonik ditransformasikan menjadi skala numerik dengan skala naik menurut tingkat kesukaan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan panca indera panelis (Azhar, 2004). Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi warna kulit buah, warna daging buah, penampakan sepal, rasa, dan aroma buah. Analisis statistik menggunakan uji friedman menunjukkan bahwa pada pengamatan hari ke-5 perlakuan pelapisan dan adaptasi suhu serta suhu penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kesukaan warna kulit, warna daging dan rasa buah, sedangkan untuk parameter penampakan sepal dan aroma buah tidak berbeda nyata. Pada pengamatan hari ke-15 perlakuan berpengaruh nyata terhadap hampir semua parameter yaitu warna kulit, warna daging, rasa dan aroma, kecuali parameter penampakan sepal. Pada pengamatan hari ke-35, perlakuan berpengaruh nyata terhadap penampakan sepal, sedangkan untuk parameter lain tidak berbeda nyata. Pada uji organoleptik berdasarkan warna kulit buah dapat terlihat bahwa pada awal-awal penyimpanan buah manggis yang disimpan pada suhu ruang memiliki tingkat kesukaan yang cukup tinggi, namun seiring lamanya penyimpanan, tingkat kesukaan pada buah manggis pada suhu dingin meningkat (Lampiran 3). Hal ini mungkin disebabkan penampakan luar buah manggis terutama kulit manggis yang disimpan pada suhu dingin lebih segar dan lebih stabil selama penyimpanan. Begitu 26

14 juga pada parameter lain yang diujikanseperti warna daging buah, penampakan sepal, rasa dan aroma buah, pada awal-awal penyimpanan semua perlakuan menunjukkan tingkat kesukaan yang relatif tinggi, namun seiring lamanya penyimpanan dan kerusakan yang terjadi pada buah manggis, maka tingkat kesukaan menurun pada beberapa perlakuan. 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kematangan Buah Manggis Tingkat kematangan manggis yang dianalisis dalam tahap ini ada 3 yaitu tingkat kematangan 2, 3, dan 4. Tingkat kematangan 2 terlihat dari warna

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa

Lampiran 1. Prosedur Analisa LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Prosedur Analisa 1. Kesegaran Sepal (Penampakan Sepal) Sepal diamati secara visual, Kemudian diberikan penilaian atau skor 1 sampai dengan 4. Nilai 1 untuk sepal manggis dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manggis Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah tanaman daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya disebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

PELAPISAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN ADAPTASI SUHU TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIKNYA SELAMA PENYIMPANAN

PELAPISAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN ADAPTASI SUHU TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIKNYA SELAMA PENYIMPANAN PELAPISAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN ADAPTASI SUHU TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIKNYA SELAMA PENYIMPANAN Oleh: RHOBY DELFIAN F34052801 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal cold chaín Perubahan laju produksi CO 2 pada wortel terolah minimal baik pada wortel utuh (W1) maupun irisan wortel (W2) pada penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN PENGARUH PELILINAN BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) SELAMA PENYIMPANAN (Effect of Mangosteen Waxing during Storage) Sugiyono 1, Sutrisno 2, Bianca Dwiarsih 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Penyakit Pascapanen Salak Pondoh Berdasarkan pengamatan identifikasi dapat diketahui bahwa salak pondoh yang diserang oleh kapang secara cepat menjadi busuk

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DOSIS DAN KEMASAN BAHAN PENYERAP Penentuan dosis dilakukan untuk memperoleh dosis zeolit yang paling optimal sebagai bahan penyerap etilen dalam penyimpanan buah salak pondoh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah apel fuji sun moon di Hypermart Gorontalo. Tahapan sortasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.

BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill. BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) 4.1.1 Susut Bobot Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa persentase

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kemasan Alpukat Hasil Rancangan Kemasan distribusi dirancang dan dipilih terutama untuk mengatasi faktor getaran (vibrasi) dan kejutan (shock) karena faktor ini sangat berpengaruh

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penentuan waktu hydrocooling dan konsentrasi klorin optimal untuk pak choi Tahap precooling ini dilakukan untuk menentukan kombinasi lama hydrocooling dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F145981 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) memiliki ciri diameter sekitar 3,1 cm. Panen pisang Cavendish dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi Wortel Segar Nilai gizi suatu produk makanan merupakan faktor yang sangat rentan terhadap perubahan perlakuan sebelum, selama, dan sesudah

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Manggis II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Manggis Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang beranekaragam dan melimpah. Beberapa jenis buah yang berasal dari negara lain dapat dijumpai dapat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih

I. PENDAHULUAN. Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi, pisang banyak digemari masyarakat. Namun,

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Panen dan Mutu Buah Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Panen dan Mutu Buah Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis berasal dari daerah semenanjung Malaysia. Manggis merupakan buah eksotik daerah tropis (Brady, 1993). Manggis termasuk tanaman tahunan (parennial) yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut Bobot Buah Jambu Biji Merah Penimbagan susut bobot buah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jambu biji (Psidium guajava L.) Crystal adalah buah yang mengandung banyak

I. PENDAHULUAN. Jambu biji (Psidium guajava L.) Crystal adalah buah yang mengandung banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jambu biji (Psidium guajava L.) Crystal adalah buah yang mengandung banyak vitamin dan mineral yang berguna untuk tubuh. Selain kandungan vitamin dan mineral

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN PENYIMPANAN DINGIN Diperlukan untuk komoditi yang mudah rusak, karena dapat mengurangi Kegiatan respirasi dan metabolisme lainnya Proses penuaan karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN PEMATANGAN BUAH & INDEKS KEMATANGAN Pemasakan Tahap akhir fase perkembangan buah,,yang meliputi pembesaran sel, akumulasi fotosintat, dan senyawa aromatik, serta penurunan kadar asam, dan posisi buah masih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ASPEK FISIKO-KIMIA SELAMA PENYIMPANAN 1. Persen Kerusakan Persen kerusakan menyatakan persentase jumlah buah yang rusak setiap pengamatan. Semakin lama penyimpanan, jumlah buah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan β-karoten dan Aktivitas Vitamin A Selama Penyimpanan Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk buah dan sayuran segar (Worthington 2001),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci