BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyebaran penyakit menular yang mewabah. Berdasarkan pasal 3

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

MODEL PREDATOR-PREY DENGAN DUA PREDATOR

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESTABILAN BEBAS PENYAKIT MODEL EPIDEMI CVPD (CITRUS VEIN PHLOEM DEGENERATION) PADA TANAMAN JERUK DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS DINAMIK MODEL PREDATOR-PREY PADA POPULASI ECENG GONDOK DENGAN ADANYA IKAN GRASS CARP DAN PEMANENAN

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT

ANALISIS MODEL MATEMATIKA TENTANG PENGARUH TERAPI GEN TERHADAP DINAMIKA PERTUMBUHAN SEL EFEKTOR DAN SEL TUMOR DALAM PENGOBATAN KANKER SKRIPSI

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

ANALISIS MODEL S-I-P INTERAKSI DUA SPESIES PREDATOR-PREY DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI TUGAS AKHIR. Oleh : SITI RAHMA

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

INTERAKSI POPULASI WERENG BATANG COKELAT

BAB II KAJIAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN DALAM MODEL MANGSA PEMANGSA BEDDINGTON DEANGELIS

ANALISIS MODEL MATEMATIKA RANTAI MAKANAN TIGA TINGKAT DENGAN ADANYA MANGSA TERINFEKSI SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

UNNES Journal of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens), biasa disebut hama WBC. Hama ini merupakan hama umum tanaman padi di Indonesia, yaitu sudah lebih dari 80 tahun menjadi kendala dalam produksi beras di Indonesia. Hal ini dikarenakan menurut Kalshoven (1981), seiring bertambahnya laju pertumbuhan hama WBC, hama ini dapat menimbulkan penyakit secara langsung maupun tidak langsung. Hama WBC secara langsung dapat merugikan tanaman padi dengan cara menghisap cairan pelepah daun dan cairan sel tanaman, sehingga tanaman padi menjadi kering dan tunasnya berkurang. Selain itu serangan hama WBC secara tidak langsung dapat mentransfer tiga virus yang berbahaya bagi tanaman padi, yaitu virus kerdil hampa, virus kerdil rumput tipe I, dan virus kerdil rumput tipe II. Virus ini mengakibatkan warna daun dan batang tanaman padi berubah menjadi kuning, cokelat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman padi menjadi mengering seperti disiram air panas, (Oka, 1995). Dari uraian di atas perlu ada usaha untuk menyelamatkan tanaman padi dari serangan hama WBC, yaitu dengan pengendalian laju pertumbuhan hama WBC. Banyak usaha yang telah dilakukan para petani untuk pengendalian hama WBC maupun hama padi lainnya, salah satunya dengan pemberian pestisida. Walaupun sangat dipahami, bahwa penggunaan pestisida secara tidak tepat dapat menyebabkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, seperti pencemaran lingkungan, hama menjadi tahan terhadap berbagai jenis pestisida, dan hama menjadi cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Ewen, 1982). Sehingga populasi hama sulit dikendalikan hanya menggunakan pestisida. Pemanfaatan agensia hayati, merupakan suatu usaha untuk pengendalian hama, misalnya dengan menggunakan faktor predator. Usaha ini, dapat berperan 1

2 dalam praktek pengendalian hama WBC. Hal ini didukung dengan ketersediaan populasi predator biasanya tetap terjaga saat populasi hama rendah dan pola pemangsaan serangga predator dapat memangsa satu atau lebih spesies, (Bugg dan Pickett, 1998). Kepik predator (Cyrtorhinus lividipennis), merupakan jenis predator yang jumlahnya relatif dominan pada saat populasi WBC tinggi di ekosistem tanaman padi dan keberadaan lima ekor kepik predator, dalam setiap 0,1 m 2 area lahan tanaman padi, dapat menekan pertumbuhan populasi WBC, (Santoso, 1981). Interaksi antara individu memiliki beberapa sifat, salah satunya adalah pemangsaan. Pemangsaan merupakan hubungan antara predator dengan mangsa dalam interaksi dua populasi. Pertumbuhan populasi kepik predator, dalam hal ini, diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan populasi WBC. Dari uraian di atas, menarik untuk diketahui dinamika antara kepik predator, hama WBC, dan efek pemberian pestisida. Model matematika, menjadi alat penting untuk mengetahui proses dinamika antara predator dan hama dan menganalisa penyebaran hama pada waktu tertentu, hal ini, sebagai acuan bagi peneliti lain untuk pengendalian hama. Oleh karena itu pada penilitian ini, akan memodelkan dinamika predator hama dengan penerapan pestisida. Model ini, terdiri dari laju perubahan populasi predator dan populasi hama sebagai mangsa, yang pertama kali dikemukakan oleh Lotka Volterra (1926). Model dasar predator-prey Lotka Volterra dimodifikasi oleh banyak ilmuan, salah satu dikembangkan oleh Kar et al. (2012). Dikarenakan terdapat beberapa hama WBC yang mempunyai jenis jasad renik, sehingga hama WBC yang terinfeksi dapat menginfeksi hama WBC lainya. Jasad renik yang menginfeksi hama WBC, disebut entomopatogenik, yaitu menginfeksi melalui kulit atau masuk ke dalam alat pencernaan melalui makanan (Kartohardjono dan Baehaki, 1989). Sehingga dari fakta yang terjadi, pada model ini akan dikembangkan, yaitu untuk populasi hama dibagi menjadi dua kelas, yaitu populasi kelas hama rentan, dan kelas hama terinfeksi. Berbeda dengan model yang dikembangkan oleh Kar et al. (2012), dalam tesis ini, diterapkan pada populasi predator kepik dan hama WBC di ekosistem

3 tanaman padi. Kemudian pada model ini, ditambahkan efek pestisida, yaitu zat kimia yang dapat membunuh hama WBC maupun predator. Unsur penting dalam model ini, adalah respon fungsional oleh Holling (1959), yaitu fungsi yang mengambarkan banyak mangsa yang dikonsumsi oleh pemangsa persatuan waktu, dan fungsi logistik pada sistem hama rentan oleh Verhulst (1830). Sejauh ini, penelitian yang mengkaji dinamika model predator hama wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi dengan penerapan pestisida, belum pernah dilakukan di indonesia. Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup biologi matematika yang membahas tentang interaksi predator dan mangsa. Penelitian ini, diharapkan dapat menjadi aplikasi nyata matematika dalam bidang biologi pertanian. 1.2. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari model matematika yang berkaitan dengan dinamika predator hama dengan penerapan pestisida. Sehingga dari dinamika model ini, diharapkan dapat mengetahui seberapa pengaruh predator dan pestisida terhadap pengendalian laju pertumbuhan hama WBC pada ekosistem tanaman padi. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Membentuk model matematika dinamika predator hama dengan penerapan pestisida pada ekosistem tanaman padi dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada. 2. Melakukan analisis terhadap model yang telah dibentuk terkait titik ekuilibrium, kestabilannya, dan diagram bifurkasi. 3. Melakukan simulasi model matematika dari masing-masing kasus pada diagram bifurkasi. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan 1. Memberikan acuan dalam pengendalian hama WBC pada ekosistem tanaman padi.

4 2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang hama tanaman padi. 1.4. Tinjauan Pustaka Penelitian ini dilakukan dengan merujuk dari beberapa buku dan makalah. Kalshoven (1981) menjelaskan dampak dari hama WBC terhadap tanaman padi baik secara langsung maupun tidak langsung dan Oka (1995) dalam bukunya menjelaskan dampak virus dari hama WBC terhadap tanaman padi yang dapat merusak tanaman padi. Oleh karena itu perlu ada usaha penanganan salah satunya pendapat Ewen (1982) menyatakan pestisida bisa digunakan untuk me-nekan laju pertumbuhan hama WBC, teteapi jika digunakan berlebihan menimbul-kan dampak negatif baik bagi manusia maupun lingkungan yang dijelaskan oleh Heong (1999) pada makalahnya. Selanjutnya Bug dan Pickett (1981) menjelaskan Kepik predator merupakan jenis serangga yang jumlahnya sangat dominan untuk menekan hama WBC, hal ini didukung oleh pendapat Santoso (1981) yaitu dalam setiap lima ekor Kepik predator dapat menekan laju pertumbuhan WBC dalam sekitar 0,1 2 m area lahan tanaman padi. Interaksi antara Kepik predator dan WBC dijelaskan oleh Miniati (1982), yang menjelaskan dari siklus hidup sampai dampak interaksi antara WBC dan Kepik predator. Selanjutnya Baehaki (1989) menjelaskan jasad renik yang menginfeksi hama WBC yang dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan hama WBC dan Kepik predator. Penyebaran Jasad renik tersebut mengakibatkan hama WBC terinfeksi dengan penyebaranya di jelaskan oleh Hamilton (1990). Selanjutnya, Kidd dan Jervis (1996) menjelaskan variasi umur WBC dapat mempengaruhi respon terhadap predator dan pemangsaan dari Kepik predator terhadap hama WBC merujuk pada skripsinya Mawan (2008). Penyusunan model predator hama dalam tesis ini, merujuk pada satu makalah yang ditulis oleh Kar et al. (2012). Pada makalah ini, populasi hama dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas hama rentan dan kelas hama terinfeksi. Pada tesis ini, dinamika model predator dan hama diterapkan pada hama WBC di ekosistem tanaman padi. Selanjutnya, pada model ini ditambahkan efek pestisida,

5 yaitu zat kimia yang dapat membunuh hama WBC maupun predator, maka akan diperoleh model dan analisis yang berbeda dengan makalah Kar et. al. (2012). Selain itu, pada tesis ini, membahas mengenai analisis bifurkasi dua parameter yang tidak dibahas pada makalah Kar et al. (2012). Konsep model dasar predator-prey Lotka Volterra dimodifikasi oleh banyak ilmuan, salah satu modifikasi model dasar mangsa pemangsa Lotka Volterra dikembangkan oleh Freedman (1988), kemudian pada penelitian ini model dimotivasi oleh Kar et al. (2012), populasi hama sebagai mangsa dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas populasi hama rentan dana hama terinfeksi, selanjutnya, pemangsaan predator hama menggunakan respon fungsional oleh Holling (1959), yaitu fungsi yang menggambarkan kepadatan mangsa yang dikonsumsi oleh predator per satuan waktu dan laju pertumbuhan hama kelas rentan memenuhi model fungsi pertumbuhan logistik (Verhulst,1830). Analisis model ini, menggunakan beberapa teori dasar, yaitu Rudin (1979) dalam bukunya menjelaskan fungsi diferensiabel kontinu, dilanjutkan oleh Perko (1991) menjelaskan eksistensi dan ketunggalan dari suatu sistem diferensial. Dari model tersebut ditentukan titik ekuilibrium dan kriteria kestabilannya dijelaskan oleh Olsder (1994), kemudian Perko (1991) dalam bukunya menjelaskan definisi matriks Jacobian dari suatu fungsi nonlinear dan titik ekuilibrium hiperbolik maupun nonhiperbolik dijelaskan oleh Wiggins (2003). Dari model dilakukan linearisasi, linearisasi digunakan untuk melinearkan sistem persamaan nonlinear. Kestabilan titik-titik ekuilibrium diuji dengan menggunakan konsep nilai eigen yang dijelaskan oleh Anton, H. (1994) dan kriteria Routh-Hurwitz yang dijelaskan oleh Hanh (1967) dan Gantmacher (1959). Untuk mengetahui sifat kestabilan dijelaskan oleh Ross (1984) menjelaskan titik sadel, node, center, dan focus. Selanjutnya Khalil (2002) menjelaskan himpunan invariant yang mendasari keterbatasan suatu domain dari sistem. Selanjutnya Kuznetzov (1998) dalam bukunya menjelaskan orbit periodik dan bifurkasi yang bergantung parameter.

6 1.5. Metodelogi Penelitian Dalam tesis ini, penelitian diawali dengan mengumpulkan berbagai informasi yang terkait dinamika antara predator dengan hama WBC pada ekosistem tanaman padi. Informasi yang diperlukan berupa fakta-fakta terkait dinamika Kepik predator dan hama WBC dengan efek pestisida. Asumsi-asumsi yang digunakan disusun untuk memberikan informasi tambahan yang tidak diperoleh dari fakta-fakta di lapangan guna untuk membantu memudahkan analisis suatu sistem. Bentuk persamaan matematika dari model tersebut, dirumuskan dengan memperhatikan diagram transfer yang mengambarkan dinamika predator, hama WBC, dan efek pestisida pada ekosistem tanaman padi. Model matematika yang dihasilkan berbentuk sistem persamaan diferensial. Analisis yang dilakukan terhadap sistem, adalah penentuan eksistensi titik ekuilibrium yang bergantung parameter, kariteria kestabilan titik ekuilibrium, dan bifurkasi yang dibentuk dalam diagram dua parameter. Dalam simulasi ini, dilakukan dengan bantuan pogram MAPLE. Selanjutnya, nilai parameter u dan diubah dari masing-masing kasus pada diagram bifurkasi. Selanjutnya, simulasi model dibandingkan dengan simulasi model predator hama dengan pemberian pestisida sebanyak dua kali. Hasil simulasi berupa potret fase yang menggambarkan dinamika predator hama, dengan penerapan pestisida. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini, dibagi menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Bab ini, membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Bab ini, membahas dasar-dasar teori yang menjadi landasan pembahasan pada bab selanjutnya, meliputi model dasar predator-prey Lotka Volterra (1959), fungsi

7 respon, fungsi logistik, fungsi diferensiabel kontinu, sistem persamaan diferensial, titik ekuilibrium, linierisasi sistem persamaan diferensial nonlinear, kriteria kestabilan titik ekuilibrium, ktiteria Routh-Hurwitz, himpunan invarian, orbit perodik, dan bifurkasi Hopf. BAB III ANALISIS DINAMIKA MODEL PREDATOR HAMA WERENG BATANG COKELAT (NILAPARVATA LUGENS) PADA TANAMAN PADI DENGAN PENERAPAN PESTISIDA Bab ini, membahas pembentukan model dinamika predator dengan penerapan hama, menentukan eksistensi titik ekuilibrium dan kriteria kestabilan. Selanjutnya, dari syarat-syarat kestabilan titik ekuilibrium, dibuat analisis bifurkasi dua parameter yang disajikan dalam diagram bifurkasi. BAB IV SIMULASI DINAMIKA MODEL PREDATOR HAMA WERENG BATANG COKELAT (NILAPARVATA LUGENS) PADA TANAMAN PADI DENGAN PENERAPAN PESTISIDA Bab ini, membahas simulasi numerik menggunakan bantuan program Maple. Dengan menampilkan gambar potret fase dari masing-masing kasus pada diagram bifurkasi. Selanjutnya, mengkontrukasi model dengan menambahkan efek pemberian pestisida sebanyak dua kali, kemudian membuat simulasinya. Selanjutnya, membahas interpretasi terkait dinamika, antara predator, hama, dan efek pemberian pestisida. BAB V PENUTUP Bab ini, membuat kesimpulan, saran, dan arah penelitian lanjutan.