3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik (Fauzi, 2008). Oleh karena itu, aspek pemanenan merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya kelapa sawit. Persiapan Panen Persiapan panen merupakan kegiatan penyiapan areal yang akan dipanen sejak TBM hingga menjadi TM, penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang diperlukan (Sunarko, 2009). Persiapan panen merupakan kegiatan yang perlu dipersiapkan dengan baik dan terencana sampai kegiatan panen berlangsung. Kegiatan persiapan panen antara lain perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen), pembersihan pokok jaringan, pemasangan jembatan dan titi panen dan lain-lain (Miranda, 2009). Alat Perlengkapan Panen Alat perlengkapan panen harus disiapkan dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda bedasarkan tinggi tanaman (Pahan, 2010). Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH. Pisau egrek, dodos, kapak dan batu asah merupakan alat yang digunakan untuk memotong TBS. Angkong, gancu dan karung goni merupakan alat yang digunakan untuk membawa TBS ke TPH serta tojok besi merupakan alat untuk bongkar muat TBS dari TPH ke PMKS. Selain memperhatikan kelengkapan alat-alat panen, alat pelindung diri (APD) untuk pemanen harus diperhatikan untuk menjaga keselamatan pemanen.
4 Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen merupakan indikasi yang tepat untuk membantu pemanen agar memotong buah kelapa sawit yang telah layak panen. Menurut Sunarko (2009) tingkat kematangan buah kelapa sawit juga dapat dilihat dari perubahan warna dimana pada saat masih muda, buah kelapa sawit berwarna hijau karena mengandung pigmen klorofil kemudian buah akan berubah menjadi warna merah atau oranye akibat pengaruh pigmen beta karoten yang menandakan bahwa minyak sawit yang terkandung di dalamnya telah tinggi dan buah akan lepas dari tandannya (membrondol). Umumnya, kriteria lain yang dapat digunakan tergantung pada bobot tandan yaitu bobot tandan > 10 kg sebanyak 2 brondolan/kg tandan dan untuk berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan (Setyamidjaja, 2006). Umumnya panen dilaksanakan antara 1-2 brondolan per kg tandan yang telah jatuh ke tanah (Hakim, 2007). Manajemen Panen Sistem Panen Secara umum sistem panen pada perkebunan kelapa sawit menggunakan sistem hanca giring murni, sistem hanca tetap dan hanca giring tetap per mandoran (Pahan, 2010). Terdapat kelebihan dan kekurangan pada sistem-sistem panen tersebut. Kelebihan sistem hanca giring murni adalah pekerjaan lebih cepat selesai karena selalu diawasi oleh mandor, memudahkan transport TBS dan kemungkinan hanca tertinggal kecil sedangkan kekurangannya yakni, tanggung jawab karyawan terhadap hancanya rendah, susah untuk menyelusuri kesalahan yang dilakukan karyawan dan output karyawan rendah. Adapun kelebihan dari sistem hanca tetap adalah tanggung jawab karyawan terhadap hancanya tinggi, kondisi areal relatif bagus dan penguasaan terhadap areal tinggi sedangkan kekurangannya yakni, ada kesan bahwa mandor malas, distribusi buah menyebar, transport kurang efektif dan turnover karyawan tinggi. Pada sistem hanca giring tetap per mandoran, kelebihannya adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur (harus ditambah/dikurangi) sesuai kebutuhan dan kondisi kematangan buah, antara
5 mandor dapat bersaing dengan sehat, menghindari kecemburuan di antara karyawan karena hanca dapat ditukar/digilir dari pusingan yang satu ke selanjutnya sedangkan kekurangannya yakni, tanggung jawab karyawan relatif kecil dan jika ada pelanggaran sulit untuk dideteksi. Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antar panen yang terakhir dan panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang. Menurut Pahan (2010), rotasi panen merupakan faktor yang paling mempengaruhi pekerjaan panen. Rotasi panen juga dapat mempengaruhi transport, pengolahan, biaya potong buah, persentase buah mentah, kesempurnaan pengutipan brondolan dan kadar asam lemak bebas (FFA) (Hutagaol, 2009). Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 6/7 yang artinya enam hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali (Miranda, 2009). Umumnya rotasi dengan menggunakan sistem tersebut masih sesuai dan buah tidak lewat matang. Taksasi Produksi Taksasi produksi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen bedasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang akan menjadi tandan buah (Sunarko, 2009). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen, sehingga mencapai produksi yang maksimal. Adapun tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui perkiraan produksi harian, bulanan ataupun semesteran. Taksasi harian digunakan untuk meramal besarnya produksi harian yang tercemin pada angka kerapatan panen (AKP). Angka kerapatan panen menujukkan persentase jumlah buah yang matang pada suatu seksi yang akan dipanen. Perhitungan AKP dilakukan oleh mandor untuk mengetahui dan meramalkan jumlah produksi TBS yang akan dipanen keesokan harinya dan menentukan kebutuhan jumlah pemanen per hari. Selain itu, tujuan lainnya untuk memudahkan dalam penyediaan dan pengaturan transportasi.
6 Cara mencarinya dapat dihitung dengan rumus: Angka Kerapatan Panen (AKP) = Jumlah Tandan Matang Jumlah Pokok Contoh Basis dan Premi Panen Basis dan premi panen mempunyai hubungan yang sangat erat. Pemanen harus mendapatkan basis terlebih dahulu jika ingin mendapatkan premi. Menurut Pahan (2010), penetapan jumlah basis borong untuk setiap pemanen umumnya didasarkan pada pertimbangan, yakni rata-rata kemampuan seorang karyawan memanen TBS, keadaan tanaman dalam blok-blok yang bersangkutan, dan kondisi spesifik setempat. Pembuatan dan penetapan premi panen harus didasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya (Pahan, 2010). Premi yang ditetapkan perusahaan dapat berdasarkan jumlah janjang yang didapat atau jumlah bobot janjangan yang didapat (Agricultural Policy Manual Asian Agri Group, 2011). Premi dibagi menjadi 2 jenis, yakni premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang telah ditentukan sedangkan premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat janjang panen yang lebih dari jumlah janjang basis borong yang ditentukan. Pengawasan Panen Pengawasan panen diperlukan untuk mendapatkan produksi dan kualitas yang baik. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa hanca, mutu buah di TPH dengan tujuan agar mutu hanca dan buah dapat terjaga serta mengurangi terjadinya losses. Di perkebunan kelapa sawit, yang paling berperan dan bertanggung jawab terhadap besar kecilnya losses produksi yaitu asisten Afdeling (Pahan, 2010). Pemanen yang melakukan kesalahan akan mempeloreh hukuman berupa denda atau sanksi dengan tujuan agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan
7 panen secara benar dan diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat. Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengangkutan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemanenan. TBS dan brondolan harus segera diangkut ke PMKS untuk diolah pada hari itu juga. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PMKS akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir Ketersediaan alat angkut yang cukup dan sarana jalan yang baik sangat mendukung sistem pengangkutan TBS sehingga menjamin TBS tidak menginap di lapang (restan). Kebutuhan alat angkut tergantung pada jumlah produksi, kapasitas alat angkut dan waktu yang dibutuhkan alat angkut dari kebun ke pabrik dan sebaliknya. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit. Dalam pemanenan, praktik manajemen sangat berpengaruh untuk meningkatkan efisiensi produktifitas yaitu dalam memanen seluruh buah yang masak dengan rotasi panen setiap minggu, pemberian pupuk yang efisien dan efektif, pertumbuhan tanaman dan produksi TBS yang optimal, serta ketersediaan air yang cukup sepanjang tahun. Menurut Pahan (2010), praktik manajemen terbaik secara strategis akan memberikan data produksi blok tanaman yang dirawat secara optimal.