BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB V ANALISIS HASIL

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

BAB II LANDASAN TEORI

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES) PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Study Kasus Pada PT XYZ

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANDASAN TEORI

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan dies dilakukan pada Departemen Machinery in Die Section. menjadi surface part yang diinginkan dilakukan disini.

ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANDASAN TEORI

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

RANCANGAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN SPINNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN GREY FMEA DI PT XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

USULAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN K413 BERDASARKAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS PADA DIVISI KNITTING DI PT MULIA KNITTING FACTORY

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

BAB V PEMBAHASAN. 3. Spare part MTC tidak mencukupi. 5. Belum ada standarisasi lebal kabel. 1. Belum ada backup network PC user

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN USULAN PERBAIKAN DENGAN METODE 5S PADA LINE 8 PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PROSES PRODUKSI TRANSFORMER (Studi Kasus : PT. NIKKATSU ELECTRIC WORKS)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

Transkripsi:

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah hasil pengolahan data Nilai Availability Rate wesel dari bulan April 2012 Juli 2015 tersaji pada tabel 5.1 sebagai berikut : Tabel 5. 1 Nilai Availability Rate April 2012 Juli 2015 Bulan Total Waktu (menit) Total Loading Availability Breakdown Setup Mesin Idle Mesin Downtime Time (%) Apr-12 120 60 0 180 2520 92,86% Mei-12 480 62 120 662 2520 73,73% Jun-12 0 60 0 60 2520 97,62% Jul-12 0 62 0 62 2520 97,54% Agust-12 0 62 0 62 2520 97,54% Sep-12 420 60 420 900 2520 64,29% Okt-12 0 62 0 62 2520 97,54% Nop-12 0 60 0 60 2520 97,62% Des-12 420 62 0 482 2520 80,87% Jan-13 120 62 0 182 2520 92,78% Feb-13 0 56 0 56 2520 97,78% Mar-13 0 62 0 62 2520 97,54% Apr-13 0 60 0 60 2520 97,62% Mei-13 420 62 120 602 2520 76,11% Jun-13 0 60 0 60 2520 97,62% Jul-13 0 62 0 62 2520 97,54% Agust-13 360 62 0 422 2520 83,25% Sep-13 420 60 360 840 2520 66,67% Okt-13 0 62 0 62 2520 97,54% Nop-13 0 60 0 60 2520 97,62% Des-13 480 62 0 542 2520 78,49% Jan-14 0 62 0 62 2520 97,54% Feb-14 0 56 0 56 2520 97,78% Mar-14 0 62 0 62 2520 97,54% Apr-14 0 60 0 60 2520 97,62% Mei-14 420 62 0 482 2520 80,87% Jun-14 420 60 0 480 2520 80,95% Jul-14 0 62 120 182 2520 92,78% Agust-14 0 62 0 62 2520 97,54% Sep-14 0 60 800 860 2520 65,87% Okt-14 420 62 0 482 2520 80,87% Nop-14 0 60 0 60 2520 97,62% Des-14 0 62 0 62 2520 97,54% Jan-15 0 62 0 62 2520 97,54% Feb-15 420 56 0 476 2520 81,11% Mar-15 0 62 460 522 2520 79,29% Apr-15 0 60 120 180 2520 92,86% Mei-15 720 62 0 782 2520 68,97% Jun-15 0 60 0 60 2520 97,62% Jul-15 360 62 0 422 2520 83,25% TOTAL 6000 2434 2520 10954 100800 89,13% 51

52 Gambar 5. 1 Nilai Availability Rate April 2012 Desember 2013 Gambar 5. 2 Nilai Availability Rate Januari 2014 Juli 2015 Dari gambar 5.1 dan 5.2 terlihat bahwa nilai availability rata-rata adalah 89,13%, maka dapat disimpulkan bahwa wesel yang di analisis masih dibawah nilai standar, dimana nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) memiliki standar > 90%. Untuk nilai availability terendah terdapat pada bulan September 2012 yaitu 64,29 %. Pada semester 2 setiap tahunnya memiliki availability rendah, hal ini terjadi akibat :

53 1. Pekerjaan penggantian komponen wesel biasanya terjadi pada semester 2 setiap tahunnya karena proses lelang kontrak yang memakan waktu lama dari awal tahun. Sehingga pada semester 2 banyak terjadi penggantian komponen yang menyebabkan downtime menjadi tinggi. 2. Cuaca yang tidak menentu antara kemarau dan hujan. Wesel merupakan material yang terbuat dari baja yang sangat terpengaruh apabila dikenai suhu yang ekstrim (siang hari panas dan sore hari dingin / hujan). Apabila intensitas hujan tinggi wesel ini bisa terendam banjir, hal ini dapat menyebabkan pergerakan lidah wesel tidak maksimal karena hilangnya oli / pelumas seperti terlihat pada gambar 5.3 dan 5.4. Gambar 5. 3 Banjir Pada Wesel Bulan September 2012 Gambar 5. 4 Banjir Pada Wesel Bulan September 2014

54 5.2 Analisis Performance Efficiency Performance Efficiency merupakan ratio kecepatan operasi aktual dari peralatan dengan kecepatan ideal berdasarkan kapasitas. Dengan membandingkan waktu siklus aktual terhadap waktu siklus yang ideal. Hasil pengolahan data pada Nilai Performance Efficiency wesel dari bulan April 2012 Juli 2015 tersaji pada tabel 5.2 dibawah ini : Tabel 5. 2 Nilai Performance Efficiency Bulan Performance Performance Bulan Efficiency (%) Efficiency (%) Apr-12 92,31% Jan-14 97,48% Mei-12 64,37% Feb-14 97,73% Jun-12 97,56% Mar-14 97,48% Jul-12 97,48% Apr-14 97,56% Agust-12 97,48% Mei-14 76,35% Sep-12 44,44% Jun-14 76,47% Okt-12 97,48% Jul-14 92,22% Nop-12 97,56% Agust-14 97,48% Des-12 76,35% Sep-14 48,19% Jan-13 92,22% Okt-14 76,35% Feb-13 97,73% Nop-14 97,56% Mar-13 97,48% Des-14 97,48% Apr-13 97,56% Jan-15 97,48% Mei-13 68,61% Feb-15 76,71% Jun-13 97,56% Mar-15 73,87% Jul-13 97,48% Apr-15 92,31% Agust-13 79,89% Mei-15 55,01% Sep-13 50,00% Jun-15 97,56% Okt-13 97,48% Jul-15 79,89% Nop-13 97,56% TOTAL 85,91% Des-13 72,60%

55 Gambar 5. 5 Nilai Performance Efficiency April 2012 Desember 2013 Gambar 5. 6 Nilai Performance Efficiency Januari 2014 Juli 2015 Dari gambar 5.5 dan 5.6 terlihat bahwa nilai rata-rata performance efficiency adalah 85,91% untuk nilai performance terendah terdapat pada bulan September 2012 yaitu 44,44%.

56 1. Pada semester 2 setiap tahunnya, proyek-proyek perawatan yang dikerjakan oleh pihak ketiga baru selesai proses lelang, sehingga proses perbaikan / pengadaan spare part baru teralisasi dan terkadang perbaikan & penggantian spare part saling bertumpuk di akhir tahun. Inilah yang membuat downtime menjadi besar pada semester 2 setiap tahunnya. 2. Jika dilihat data kerusakan (breakdown) yang paling dominan adalah kerusakan pada jarum wesel dan vang rel. Proses perbaikan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengelasan pada jarum dan vang rel tersebut. Jika di grafikkan kekuatan dari hasil pengelasan hanya bertahan ±4/5 bulan. Contoh : pada bulan mei 2012 kerusakan yang terjadi adalah jarum gompal dan setelah dilakukan perbaikan, kembali rusak pada lokasi yang sama di bulan September 2012. Hal ini bisa terjadi akibat proses pengelasan yang tidak sesuai prosedur / menggunakan material (kawat las) yang tidak sesuai. Dari hasil penelitian, masalah yang sering terjadi itu timbul karena performa wesel yang sudah tidak maksimal akibat kondisi lingkungan, perawatan dan perbaikan yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut yang mengakibatkan waktu delay. Salah satu contohnya akibat wesel rusak (kereta api tidak dapat berjalan sesuai kecepatan yang telah ditentukan). Dan kerusakan yang sering terjadi adalah di sekitar jarum dan vang rel. Dilihat dari standar nilai Performance untuk analisis pada penelitian ini yaitu 95%, maka dapat disimpulkan bahwa wesel yang di analisis masih jauh dibawah nilai standar untuk pengukuran nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE). Nilai selisih antara nilai tersebut sangat jauh berbeda yaitu 9,09%.

57 5.3 Analisis Rate of Quality Analisis Rate of Quality ini dalam kasus ini adalah terganggunya perjalanan kereta api (kereta api tidak dapat melaju dengan kecepatan normal 60-90 Km/Jam). Hasil pengolahan data pada Nilai Rate of Quality dari wesel bulan April 2012 Juli 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini : Bulan Tabel 5. 3 Nilai Rate of Quality Jumlah KA Lewat Jumlah KA yang mengalami gangguan Rate of Quality Product Apr-12 2520 21 99,17% Mei-12 2604 45 98,27% Jun-12 2604 0 100,00% Jul-12 2352 0 100,00% Agust-12 2604 0 100,00% Sep-12 2520 55 97,82% Okt-12 2604 0 100,00% Nop-12 2520 0 100,00% Des-12 2604 36 98,62% Jan-13 2604 15 99,42% Feb-13 2520 0 100,00% Mar-13 2604 0 100,00% Apr-13 2520 0 100,00% Mei-13 2604 39 98,50% Jun-13 2604 0 100,00% Jul-13 2352 0 100,00% Agust-13 2604 28 98,92% Sep-13 2520 0 100,00% Okt-13 2604 0 100,00% Nop-13 2520 0 100,00% Des-13 2604 39 98,50% Jan-14 2604 0 100,00% Feb-14 2352 0 100,00% Mar-14 2604 0 100,00% Apr-14 2520 0 100,00% Mei-14 2604 37 98,58% Jun-14 2520 0 100,00% Jul-14 2604 14 99,46% Agust-14 2604 0 100,00% Sep-14 2520 52 97,94% Okt-14 2604 0 100,00% Nop-14 2520 0 100,00% Des-14 2604 0 100,00% Jan-15 2604 0 100,00% Feb-15 2352 48 97,96% Mar-15 2604 52 98,00% Apr-15 2520 0 100,00% Mei-15 2604 0 100,00% Jun-15 2520 0 100,00% Jul-15 2604 0 100,00% TOTAL 102060 1202,50% 99,53%

58 Gambar 5. 7 Nilai Rate Of Quality April 2012 Desember 2013 Gambar 5. 8 Nilai Rate Of Quality Januari 2014 Juli 2015 Dari gambar 5.7 dan 5.8 terlihat bahwa nilai rata-rata Rate of Quality keseluruhan adalah 99,53%, untuk nilai quality terendah terdapat pada bulan September 2012 yaitu 97,82%. Dilihat dari standar nilai Quality untuk analisis pada penelitian ini yaitu 99%, maka dapat disimpulkan bahwa wesel yang dianalisis masih dalam standar untuk pengukuran nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE). Dengan kata lain, gangguan yang terjadi pada wesel tidak sampai membatalkan perjalanan KA.

59 5.4 Analisis Pengukuran Nilai OEE Berdasarkan pada pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk wesel dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut : Tabel 5. 4 Nilai Overall Equipment Effectiveness Bulan Availability (%) Performance Efficiency Rate of Quality Product Apr-12 92,86% 92,31% 99,17% 85,00% Mei-12 73,73% 64,37% 98,27% 46,64% Jun-12 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Jul-12 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Agust-12 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Sep-12 64,29% 44,44% 97,82% 27,95% Okt-12 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Nop-12 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Des-12 80,87% 76,35% 98,62% 60,89% Jan-13 92,78% 92,22% 99,42% 85,06% Feb-13 97,78% 97,73% 100,00% 95,56% Mar-13 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Apr-13 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Mei-13 76,11% 68,61% 98,50% 51,44% Jun-13 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Jul-13 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Agust-13 83,25% 79,89% 98,92% 65,79% Sep-13 66,67% 50,00% 100,00% 33,33% Okt-13 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Nop-13 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Des-13 78,49% 72,60% 98,50% 56,13% Jan-14 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Feb-14 97,78% 97,73% 100,00% 95,56% Mar-14 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Apr-14 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Mei-14 80,87% 76,35% 98,58% 60,87% Jun-14 80,95% 76,47% 100,00% 61,90% Jul-14 92,78% 92,22% 99,46% 85,10% Agust-14 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Sep-14 65,87% 48,19% 97,94% 31,09% Okt-14 80,87% 76,35% 100,00% 61,75% Nop-14 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Des-14 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Jan-15 97,54% 97,48% 100,00% 95,08% Feb-15 81,11% 76,71% 97,96% 60,95% Mar-15 79,29% 73,87% 98,00% 57,40% Apr-15 92,86% 92,31% 100,00% 85,71% Mei-15 68,97% 55,01% 100,00% 37,94% Jun-15 97,62% 97,56% 100,00% 95,24% Jul-15 83,25% 79,89% 100,00% 66,51% TOTAL 89,13% 85,91% 99,53% 78,01% OEE

60 Gambar 5. 9 Nilai Overall Equipment Effectiveness April 2012 Desember 2013 Gambar 5. 10 Nilai Overall Equipment Effectiveness Januari 2014 Juli 2015 Dari gambar 5.9 dan 5.10 terlihat bahwa pencapaian OEE dari wesel dibawah standar yaitu 27,95%, nilai untuk standar OEE adalah 88%. Nilai yang sangat mempengaruhi nilai OEE adalah nilai performance yaitu 44,44% dan nilai tersebut

61 masih jauh dibawah standar nilai OEE untuk performance yaitu > 95%. Pada bulan September 2012 nilai OEE 27,95% hal ini disebabkan oleh : 1. Terjadi banjir yang mengakibatkan wesel tidak dapat beroperasi. 2. Proses penggantian komponen yang tidak terjadwal, komponen yang rusak baru diganti setelah wesel mengalami gangguan. 5.5 Analisis Akar Permasalahan Analisis ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lapangan dan melakukan wawancara terhadap karyawan yang terkait pada penelitian ini, yaitu antara lain petugas perawatan resor jalan rel, petugas perawatan sintelis dan petugas stasiun kiaracondong. Hasil Wawancara tersebut merupakan salah satunya kemungkinan penyebab dari sulitnya pencapaian target OEE yang diiginkan. Untuk memperoleh hasil analisis yang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, dibutuhkan tools yang relevan dengan data yang sudah dikumpulkan, sehingga untuk memudahkan mengidentifikasi hal tersebut maka dibuatlah Diagram Sebab Akibat kemudian yang nantinya akan dirumuskan rencana perbaikan untuk mengatasi akar permasalahan. Dan dalam wawancara tersebut diambil beberapa parameter yaitu material, mesin, manusia (karyawan), dan metode. Gambar 5. 11 Diagram Akar Permasalahan

62 Diagram sebab akibat diatas mengidentifikasi penyebab berdasarkan 4 kategori yaitu manusia, mesin, metode dan lingkungan. Berikut adalah analisis dari diagram sebab akibat diatas : Manusia Untuk melihat seberapa besar kemampuan kerja karyawan dan ketaatan peraturan karyawan, diperlukan pengawasan yang baik dari perusahaan agar pekerjaan yang dilakukan bisa terkoordinasi dengan baik sesuai prosedur yang berlaku. Dari hasil pengamatan belum terlihat adanya pengawasan yang ketat dari pihak perusahaan sehingga karyawan yang seharusnya mengawasi dan mengkoordinasikan perbaikan wesel tidak berada ditempat. Pengawas perbaikan wesel juga tidak seluruhnya mengerti / paham tentang proses perbaikan yang sedang diawasi, sehingga ada tahapan / prosedur perbaikan yang tidak dilakukan. Operator yang mengoperasikan wesel, secara umum berlatar belakang pendidikan yang berbeda, tentunya ini sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan keterampilan dari operator tersebut. Dari hasil pengamatan belum adanya penyetaraan pendidikan dalam pemilihan atau memperkerjakan operator wesel yang ada. Pelatihan sangat dibutuhkan untuk menambah ilmu dan keterampilan karyawan, misalnya memberi pelatihan bagaimana cara mendeteksi gejala kerusakan dan melakukan tindakan awal perbaikan pada kerusakan wesel terhadap operator wesel. Sang operator hanya bisa menekan tombol saja. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan apabila terjadi kerusakan / gangguan pada wesel tersebut. Mesin Setting (pemasangan) terhadap mesin seharusnya dilakukan dengan efektif dan efisien, akan tetapi karena susahnya penyetelan (settingan) terhadap mesin mengakibatkan membutuhkan waktu yang lama bahkan penyetelan dilakukan salah, sehingga membutuhkan penyetelan ulang. Dari hasil pengamatan penyetelan yang salah sering dilakukan.

63 Preventive maintenance adalah salah satu usaha dalam menjaga umur wesel, agar mempunyai kerja yang optimal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan preventive maintenance yang dilakukan tidak efektif, ini dapat dilihat dari jadwal maintenance dan saat dilakukan maintenance sering didapatkan masalah yaitu spare part yang rusak sering ditemukan. Apabila ada spare part yang rusak perusahaan jarang melakukan pengadaan, sehingga petugas perawatan mencari part wesel yang masih layak pakai (kanibal). Setiap wesel mempunyai nilai umur setiap unitnya, semakin tua umur wesel tersebut maka tingkat kinerja mesin tersebut akan turun. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan wesel yang terdapat pada perusahaan ini, merupakan wesel yang diadopsi atau diambil dari stasiun lain, dan wesel tersebut adalah wesel yang sudah tua. Metode Prosedur perbaikan seperti pengelasan jarum dan vang rel masih belum dilaksanakan dengan baik. Seharusnya sebelum dilas, jarum / vang rel di panaskan terlebih dahulu sampai memenuhi syarat pengelasan. Bagian-bagian yang rusak / defect digerinda habis baru kemudian dilas. Dibuatkan jadwal penggantian komponen per periode tertentu, agar wesel tidak berhenti total. Lingkungan Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan banjir hampir setiap tahunnya. Hal ini disebabkan tidak adanya saluran pembuangan air dari daerah antar jalur KA ke luar. Oleh karena itu, pembuatan drainase / selokan untuk mengantisipasi banjir yang diharapkan dapat mengatasi masalah banjir tahunan ini. Sehingga wesel dapat berfungsi normal dalam cuaca hujan sekalipun. Selain pembuatan drainase, dapat dilakukan angkatan wesel agar posisi wesel lebih tinggi sehingga tidak terendam air apabila ada air tergenang.