Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan emosional sangat berpengaruh pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik, akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan untuk berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaannya. Tetapi seseorang yang mampu mengelola perasaan dengan baik, maka akan mampu memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuannya untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik skala. Untuk mengukur kecerdasan emosional adalah dengan menggunakan skala kecerdasan emosional yang didasarkan dari komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Goleman (2008), sedangkan untuk mengukur prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi adalah dengan menggunakan skala prokrastinasi yang didasarkan dari ciri-ciri prokrastinasi yang dikemukakan oleh Ferrari dan McCown (2008). Subjek pada penelitian adalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma angkatan 2006 sebanyak 118 subjek. Hasil pengujian validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0.314 0.673 dengan reliabilitas sebesar 0.918. Sedangkan korelasi skor total item pada skala sikap prokrastinasi bergerak antara 0.324 0.705 dengan reliabilitas sebesar 0.941. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (1-tailed) diketahui nlai koefisien korelai sebesar r = - 0.503 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01). Artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi. Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Prokrastinasi, Mahasiswa, Skripsi
PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempuh seluruh mata kuliah dan dinyatakan lulus seluruhnya, diwajibkan membuktikan kematangannya dengan membuat skripsi yang disusun berdasarkan kegiatan penelitian (Ganda, 2004). Dalam menyusun skripsi, pada umumnya mahasiswa mengalami berbagai kendala atau hambatan. Kendala yang seringkali dialami oleh para mahasiswa diantaranya; kesulitan mencari bahan reverensi, dana yang terbatas, dan takut bertemu dosen pembimbing. Kendala-kendala tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stres, rendah diri, dan frustasi, sehingga mahasiswa memilih untuk menunda-nunda tugasnya dalam menyelesaikan skripsi (Mutadin, 2002). Dalam dunia akademik perilaku menunda-nunda tugas adalah hal yang umum terjadi, perilaku ini disebut dengan istilah prokrastinasi (Steel, dalam Kartadinata & Tjundjing, 2008). Suatu penundaan dikatakan prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting. Dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan tidak nyaman (Solomon & Rothblum, dalam Tondok, Ristyadi, dan kartika, 2008). Salah satu konsekuensi dari prokrastinasi pada mahasiswa adalah tertundanya memperoleh gelar sarjana karena terlambat menyelesaikan skripsi (Muszynski & Akamatsu, dalam Surijah & Tjundjing, 2007). Adapun data kelulusan yang diperoleh penulis dari sekretariat Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma (2010), diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma angkatan 2006 yang lulus tepat waktu adalah 15% dari jumlah keseluruhan mahasiwa yaitu 168 mahasiswa. Menurut Tondok, Ristyadi, dan kartika (2008), salah satu faktor mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi adalah karena kondisi psikologis seperti rendahnya kontrol
diri yang merupakan cakupan dari kecerdasan emosional menurut Aristoteles (dalam Goleman, 2000). Menurut Achir (dalam Armiyanti, 2008), kecerdasan emosional adalah kemampuan individu untuk menguasai situasi yang penuh tantangan dan biasanya dapat menimbulkan kecemasan. Sehingga apabila individu memiliki kecerdasan pada dimensi kehidupan emosionalnya, maka akan mampu mengendalikan perilakunya hingga tidak terpengaruh oleh kegagalan. Sehingga apabila seorang mahasiswa yang sedang menyusun skripsi memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka mahasiswa tersebut juga dapat mengontrol perilaku prokrastinasi dalam menyusun skripsi dan terhindar dari kegagalan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma pada Angkatan 2006? TINJAUAN PUSTAKA Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinare yang berarti menunda hingga esok hari, istilah ini tersusun dari kata pro yang artinya bergerak maju dan crastinus yang berarti esok hari (Desimone, dalam Surijah & Tjundjing, 2007). Secara umum didefinisikan bahwa prokrastinasi adalah kecenderungan perilaku untuk memulai sesuatu dengan lambat dan membawa konsekuensi yang buruk pada pelakunya (Dewitte & Schouwenburg, dalam Surijah & Tjundjing, 2007). Dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda tugas atau pekerjaan yang diinginkan atau harus dilakukan dengan sengaja, meskipun mengetahui akibat buruk perilaku tersebut. Jenis-jenis Prokrastinasi Peterson (dalam Jerry & Newcombe, 2005) menambahkan
bahwa prokrastinasi akademik sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas di atas menjadi: a. Prokrastinasi akademik Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formula yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. b. Prokrastinasi non-akademik Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Menurut Tondok, Ristyadi dan Kartika (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktorfaktor tersebut meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prorakstinasi. Faktorfaktor tersebut berupa faktor SES (Status Ekonomi Sosial), keluarga atau pola asuh orang tua, peer group, dan lain-lan. Ciri-ciri Prokrastinasi Menurut Ferrari dan McCown (dalam Tondok, Ristyadi & Kartika, 2008), prokrastinas dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dari ciri-ciri berikut: a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual d. Melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan
Dampak Prokrastinasi Menurut Letham (2007), dampak perilaku prokrastinasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Dampak Positif b. Dampak Negatif Cara Mengatasi Prokrastinasi Banyak ahli berusaha memberikan penyelesaian bagi masalah prokrastinasi. Beberapa ahli atau penulis buku menyarankan penggunaan manajemen waktu (misalnya, Cox & Read, 1989; Frings, 1999; Van Eerde, 2003), sebab prokrastinasi dianggap sebagai pemboros waktu terbesar, dan prokrastinasi merupakan siklus jahat yang dapat meningkatkan tekanan waktu. Kecerdasan Emosional Ahli yang pertama kali mengungkapkan konsep kecerdasan emosional adalah Goleman. Menurut Goleman (dalam Melianawati, Prihanto, & Tjahjoanggoro, 2001) kecerdasan emosional adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, mampu berempati serta berharap. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi Menurut Goleman (2005) faktorfaktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional meliputi : a. Faktor yang bersifat bawaan genetik b. Faktor yang berasal dari lingkungan Komponen-komponen Kecerdasan Emosi Menurut Goleman (dalam Armiyanti, 2008) kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama yaitu : a. Mengenali Emosi Diri b. Mengelola Emosi c. Memotivasi Diri d. Mengenali Emosi Orang Lain e. Membina Hubungan Dengan Orang
lain Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Kecerdasan Emosi Tinggi Goleman (2007) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, yaitu : a. Memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan dapat bertahan dalam menghadapi frustrasi. b. Dapat mengendalikan dorongandorongan hati sehingga tidak melebihlebihkan suatu kesenangan. c. Mampu mengatur suasana hati dan dapat menjaganya agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir seseorang. d. Mampu untuk berempati terhadap orang lain dan tidak lupa berdoa. Mahasiswa Menurut Kail dan Cavanaugh (2000), seseorang dikatakan mahasiswa jika sudah melewati bangku sekolah dan biasanya berada pada usia 18 sampai dengan usia 25 tahun. Adapun menurut Sudarman (2004) mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi. Dinamika Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi Dalam Studi perguruan tinggi strata satu, skripsi merupakan tugas akhir bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada umumnya setiap mahasiswa yang akan menempuh ujian sarjana strata satu dan diwajibkan untuk menyusun suatu tulisan ilmiah yang disebut skripsi. Namun, penundaan dalam mengerjakan tugas pada kalangan mahasiswa adalah suatu hal yang umum terjadi. Penundaan tugas dalam menyelesaikan skripsi oleh pelaku prokrastinasi (prokrastinator) membawa konsekuensi yang kurang menyenangkan bagi prokrastinator. Salah satu konsekuensi yang kurang menyenangkan tersebut adalah tekanan psikologis yang dapat berasal dari diri
sendiri maupun dari lingkungan, yaitu berupa tuntutan untuk segera menyelesaikan skripsi. Sedangkan kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi tuntutan dari diri sendiri dan orang lain. Dalam hal ini, jika seorang mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka mahasiswa tersebut akan memiliki kemampuan untuk mengatasi tuntutan tanpa melakukan prokrastinasi, yaitu menyelesaikan skripsi tepat waktu. Selain itu, kecerdasan emosional juga dapat diartikan sebagai keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan. Apabila seorang mahasiswa yang sedang menyusun skripsi memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka mahasiswa tersebut akan mampu memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuannya yaitu menyelesaikan skripsi dengan baik tanpa melakukan penundaan atau prokrastinasi. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik, maka akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan untuk berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaannya. Dalam hal ini, jika seorang mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang kurang baik, maka mahasiswa tersebut akan sulit berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik, dalam hal ini menyelesaikan skripsi tanpa melakukan prokrastinasi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi, yaitu semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat prokrastinasi. Hipotesis Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan
prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma angkatan 2006. METODOLOGI PENELITIAN Adapun sampel pada penelitian ini terdiri atas 118 mahasiswa yang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma angkatan 2006. Teknik pengumpulan data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan kuesioner berbentuk skala Likert yaitu skala dari variabel kecerdasan emosional dan skala dari variabel prokrastinasi yang bersumber dari data mahasiswa angkatan 2006 yang tidak lulus tepat waktu yang didapatkan dari sekretariat Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma. Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Persiapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, beberapa persiapan dilakukan, yaitu penyiapan bahan penelitian, penyusunan alat ukur yang berupa skala kecerdasan emosional dan skala prokrastinasi, kemudian kedua skala tersebut diujicobakan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Uji coba dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Pengambilan data uji coba (try out) berlangsung pada hari sabtu tanggal 20 November 2010 dan hari Selasa tanggal 23 November 2010 yang berlokasi di Universitas Gunadarma kampus E Depok. Adapun jumlah angket yang disebar sebanyak 30 eksemplar. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian berlangsung pada tanggal 6 Desember 2010-13 Desember 2010. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma yang sedang menyusun skripsi angkatan 2006. Untuk pengambilan data, peneliti menyebarkan 118 eksemplar angket. b. Uji Reliabilitas Hasilnya diketahui bahwa koefisien reliabilitas sebesar 0, 941 sehingga skala dinyatakan reliabel. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosional a. Uji Valditias Dalam penelitian ini, dari 50 item yang diujicobakan, terdapat 41 item yang valid. Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,314 sampai dengan 0,673. b. Uji Reliabilitas Hasilnya diketahui bahwa koefisien reliabilitas sebesar 0, 918 sehingga skala dinyatakan reliabel. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Prokrastinasi a. Uji Valditias Dalam penelitian ini, dari 42 item yang diujicobakan, terdapat 38 item yang valid. Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,324 sampai dengan 0,705 Uji Hipotesis Dari hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson (1- tailed) diketahui nlai koefisien korelasi sebesar r = - 0.503 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01). Hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang menyususn skripsi dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin tinggi prokratinasi. Dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk untuk menguji hubungan antara
kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi. Berdasarkan hasil analisis korelasi yang diketahui nilai signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.01) yang artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang menyususn skripsi. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi. Dengan demikian diketahui bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Pada perhitungan perbandingan Mean empirik dan Mean hipotetik diketahui bahwa secara umum subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan faktor genetik yaitu bawaan atau bisa juga karena faktor lingkungan, baik itu lingkungan tempat tinggal ataupun lingkungan kampus universitas Gunadarma (Goleman, 2005). Sedangkan prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma angkatan 2006 memiliki sikap prokrastinasi yang sedang. Hal ini mungkin dikarenakan faktor internal prokrasrtinasi yaitu kondisi fisik dan psikologis subjek, atau eksternal seperti pola asuh orang tua di rumah dan hubungan pertemanan di lingkungan kampus Universitas Gunadrama (Tondok, Ristyadi, & Kartika, 2008). Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang menyusun skripsi. Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prokrastinasi, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang menyususn skripsi. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi. Dengan
demikian hipotesis pada penelitian ini diterima. Dilihat dari perbandingan antara mean empirik dan mean hipotetik diketahui bahwa responden penelitian memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan prokrastinasi yang sedang atau ratarata. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat diberikan, diantaranya: 1. Bagi Mahasiswa yang menyusun skripsi Peneliti menyarankan kepada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi untuk mengolah emosi dengan baik, agar dapat mengerjakan skripsi dengan baik dan mampu mengatasi hambatanhambatan dalam penyelesaian skripsi. 2. Dosen dan Dosen Pembimbing Penulis menyarankan agar para dosen memberikan motivasi, dan membimbing mahasiswa yang sedang menyusun skripsi agar dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat waktu 3. Orang Tua Penulis menyarankan agar lebih mendorong atau memotivasi putra-putrinya yang sedang menyusun skripsi, agar mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan mampu menghadapi tantangan atau hambatan-hambatan dalam penyelsaian skripsi 4. Peneliti Lain Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisa lebih jauh bagaimana kecerdasan emosional dan prokrastinasi dikaitkan dengan variabel lainnya, seperti hubungan kecerdasan intelegensi dengan prokrastiansi. Daftar Pustaka Armiyanti, E.O. (2008). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Psikovidya, 12(1), 1-10. Azwar, S. (2005). Tes prestasi : Fungsi dan pengembangan
pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Goleman, D. (2005). Working with emotional intelligence: Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. (2007). Kecerdasan emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jerry, N., & Newcombe, K.(2005). Saya akan melakukannya... besok!. Jakarta: Metanoia. Kail, R., & Cavanaugh, C. (2000). Human Development: a lifespan view (2 nd ed). USA: Woodswoth Publishing, CO. Kartadinata, I., & Tjunding, S. (2008). I love tomorrow: Prokrastinasi akademik dan manajemen waktu. Anima, Indonesian Psychological Journal, 23(2), 109-119. Letham, S.J. (2007). http://www.theprocrastinationpro blem.successconciousness: guestarticleprocrastination. Tanggal akses 28 Oktober 2010. Melianawati, F.X., Prihanto, S., & Tjahjoanggoro, A.J. (2001). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Anima, 17 (1). 57-62. Mutadin, Z. (2002). Kesulitan menulis skripsi. http://www.epsikologi.com/epsi/pendidikan_det ail.asp?id=226. Tanggal akses 29 Maret 2011. Sudarman, P. (2004). Belajar efektif di perguruan tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Surijah & Tjundjing. (2007). Mahasiswa versus tugas: Prokrastinasi akademik dan concientiousness. Anima, Indonesian Psychological Journal, 22(4), 352-374. Tondok, Ristyadi, Kartika. 2008. Prokrastinasi akademik dan niat membeli skripsi. Anima, Indonesian Psychological Journal, 24(1), 76-87.