2 PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu dalam masyarakat yang memperoleh statusnya melalui perguruan tinggi tempat mereka menuntut i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu dalam masyarakat yang memperoleh statusnya melalui perguruan tinggi tempat mereka menuntut i"

Transkripsi

1 1 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Psikologi Tingkat Satu Universitas Gunadarma Arum Puspita Sari Dr. Eko Djuniarto Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengendalian emosi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa psikologi tingkat satu dikarenakan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas kuliah yang lebih sulit dibandingkan tingkat SMA serta kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dengan kemampuan tersebut individu akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu Universitas Gunadarma. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Gunadarma dengan sampel mahasiswa psikologi tingkat tiga universitas gunadarma sebanyak 80 mahasiswa. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk mengukur kecerdasan emosional dengan menggunakan skala yang didasarkan dari komponenkomponen kecerdasan emosional, sedangkan untuk mengukur prestasi akademik menggunakan data Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa. Hasil validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0,333 sampai 0,557 dengan reliabilitas sebesar 0,891. Sedangkan untuk data IPK prestasi akademik terendah 2.29 dan yang tertinggi Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson (1 tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (P < 0,01). Hal ini artinya terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik, maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi akademiknya. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula tingkat prestasi akademiknya. Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Prestasi Akademik, Mahasiswa

2 2 PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu dalam masyarakat yang memperoleh statusnya melalui perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu. Salah satu tingkatan mahasiswa ialah mahasiswa tingkat awal atau tingkat satu. Kegiatan mahasiswa tingkat satu pada umumnya adalah menyelesaikan tugas-tugas mata kuliah dan mempersiapkan diri menjelang ujian. Memasuki masa awal perkuliahan seorang mahasiswa tentulah dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan kampus, lingkungan kelas, dan temantemannya. Secara emosi mahasiswa tingkat awal biasanya merasakan ketidaknyamanan dengan teman-teman baru atau senang dengan adanya temanteman baru. Menurut Armiyanti (2008) emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami seseorang serta berpengaruh terhadap kehidupan, karena itu orang tidak akan pernah dapat lepas dari emosi. Emosi-emosi tertentu dapat ditentukan melalui rangsang suara atau gambar. Meskipun dalam hal ini unsur biologis memainkan peran tetapi pengalaman kehidupan serta budaya akan mempengaruhi ekspresinya. Oleh karena itu pengelolaan emosi sangat dimungkinkan, agar kekuatan yang terkandung dalam emosi dapat dimanfaatkan secara positif. Proses belajar yang terjadi pada setiap mahasiswa umum sekali terjadi. Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1999) belajar adalah setiap perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Perubahan tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Winkel (1996) adalah suatu proses dari yang belum mampu ke arah yang sudah mampu. Pada masa proses belajar tersebut mahasiswa pasti mengharapkan hasil belajar yang maksimal. Pada mahasiswa tingkat satu, untuk meraih prestasi akademik yang memuaskan, seorang mahasiswa harus memiliki perilaku yang mendukung. Perilaku yang mendukung tersebut antara lain meliputi pedoman belajar, cara belajar, pengaturan waktu dan cara membaca yang baik (Tjundjing, 2001). Untuk melihat hasil belajar yang dicapai peserta didik selama dalam beberapa kurun waktu tertentu maka akan diadakan suatu evaluasi belajar. Hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa atau mahasiswa dengan tujuan yang telah ditetapkan disebut

3 3 sebagai prestasi akademik. Berbagai penilaian dalam proses belajar tersebut diberikan melalui kuis, tugas, UTS, dan UAS dari materi pelajaran yang diberikan. Hasil dari mahasiswa tersebut dinamakan indeks prestasi. Indeks prestasi merupakan rumusan terakhir yang diberikan oleh dosen mengenai kemajuan atau hasil belajar. Secara tidak langsung prestasi yang dicapai dapat menjadi prediksi bagi keberhasilan individu di masa mendatang sehingga terbentuklah sumber daya manusia yang berkualitas. Purwadarminta (dalam Tanaya, Hartanti dan Kartika,1999) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil belajar. Masrun dan Martaniah (dalam Tjundjing, 2001) berpendapat bahwa prestasi akademik merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan. Prestasi akademik merupakan cerminan usaha yang dilakukan siswa atau mahasiswa dalam menyelesaikan tugas belajar yang diberikan kepadanya. Prestasi akademik juga menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan daya serap mahasiswa dalam belajar. Prestasi akademik yang tinggi menggambarkan daya serap yang tinggi, demikian sebaliknya. Keadaan ini juga mencerminkan kualitas dari mahasiswa tersebut. Kualitas mahasiswa dikatakan tinggi apabila mereka dapat mencapai predikat lulus memuaskan (B) atau sangat memuaskan (A). Hal ini berarti mereka mampu menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap program belajar yang dibebankan kepadanya. Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit individu dengan IQ tinggi yang memiliki prestasi rendah dan individu dengan IQ sedang dapat mengungguli prestasi studi individu dengan IQ tinggi. Siswa dengan kemampuan intelektual yang tinggi ternyata memiliki resiko yang tinggi juga dalam mengahadapi kesulitan-kesulitan seperti kegagalan akademis, kecanduan alkohol dan tindak kejahatan, hal tersebut bukan karena intelektualitas mereka yang kurang tetapi karena kendali mereka terhadap kehidupan emosionalnya terganggu (Goleman, 2009). Hal ini

4 4 menunjukkan bahwa IQ tidak selalu dapat menentukan prestasi akademik seseorang (Goleman, 2009) juga berpendapat bahwa kecermelangan seorang individu berdasarkan IQ (intelligence quotient) hanyalah sekitar 20%, dan 80% lainnya bergantung pada faktor lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi akademik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan berprestasi mahasiswa, karena kecerdasan secara akademis saja tidak memberikan kesiapan individu untuk mengahadapi kegagalan secara akademis, maka harus di imbangi dengan kecerdasan secara emosional. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi akademik siswa atau mahasiswa, faktor tersebut berasal dari dalam diri mahasiswa maupun dari luar diri mahasiswa (dalam Utami dan Hawadi, 2006). Faktor yang berasal dari dirinya sendiri (internal) meliputi kesehatan secara fisiologis atau fisik, minat, motivasi, inteligensi, perilaku, sikap. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal) meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Kehidupan seseorang mahasiswa tidaklah statis, melainkan selalu dinamis dan diwarnai oleh tekanan, tuntutan dan tantangan, baik hal tersebut dari segi proses belajar mengajar maupun kehidupan secara umum. Pada keadaan normal seseorang yang memiliki IQ dan kecerdasan emosional yang tinggi (cerdas dan pandai bergaul) mungkin dapat tetap bertahan dan juga berprestasi, namun ketika menghadapi masalah misalnya kegagalan dalam menjalani proses belajar, tidak mendapatkan nilai sesuai dengan yang diinginkan, terlalu lelah dalam menajalani rutinitas kuliah, tidak dapat membagi waktu antara belajar dengan keterlibatnnya dalam organisasi mahasiswa, ataupun permasalahan yang lebih dramatis seperti kehilangan seseorang yang sangat berarti (dalam hal ini meninggal dunia) dan perceraian orang tua. Tidak semua individu dapat bertahan dan mengembangkan dirinya kembali dengan permasalahan tersebut, maka kematangan dalam mengelola emosi menjadi sangat penting bagi mahasiswa dalam menjalani proses belajar mengajar, karena mahasiswa yang memiliki masalah dalam pengelolaan emosi akan lebih mudah mengalami kesulitan dalam belajar dan juga bergaul dengan orang lain.

5 5 Mengamati masalah tersebut maka individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi ditandai dengan adanya kemampuan untuk menguasai pikiran dan emosinya sehingga mampu mendorong produktivitas seseorang, sedangkan individu yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah ditandai dengan ketidakmampuan diri dalam menjalin hubungan antar pribadi sehingga hal tersebut dapat menimbulkan konflik dan gangguan emosional sehingga tidak memiliki pikiran yang jernih (Goleman, 2009). Dari penjelasan tersebut maka kecerdasan emosi menjadi penting bagi mahasiswa karena mahasiswa adalah insan yang sedang menjalani pendidikan di sebuah universitas atau perguruan tinggi, yang mana mahasiswa tersebut dituntut untuk dapat meraih prestasi akademik yang baik di kampusnya agar menjadi manusia yang lebih berkualitas. Dari kajian di atas, menarik peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu Universitas Gunadarma. TINJAUAN PUSTAKA Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (dalam Melianawati, Prihanto, dan Tjahjoanggoro, 2001) kecerdasan emosional adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, mampu berempati serta berharap. Di samping itu individu juga mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain dan mudah mengenali emosi orang lain dan penuh perhatian. Patton (2000) kecerdasan emosi adalah dasas-dasar pembentukan emosi yang mencakup keterampilanketerampilan seseorang untuk mengadakan impuls-impuls dan menyalurkan emosi yang kuat secara efektif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkain keterampilan atau kemampuan, seperti kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi untuk dapat mengendalikan diri sendiri

6 6 dan memiliki daya tahan ketika mengahadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat puas serta mampu mengatur suasana hati, mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2009) faktorfaktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional meliputi: a) Faktor yang bersifat bawaan genetik b) Faktor yang berasal dari lingkungan Komponen-komponen Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2009) kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama yaitu: a) Mengenali emosi diri b) Mengelola emosi c) Memotivasi diri d) Mengenali emosi orang lain e) Membina hubungan dengan orang lain Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Emosi Tinggi Goleman (2009) mengemukakan cirri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, yaitu: a) Memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan dapat bertahan dalam menghadapi frustrasi b) Dapat mengendalikan dorongandorongan hati sehingga tidak melebihlebihkan suatu kesenangan c) Mampu mengatur suasana hati dan dapat menjaganya agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir seseorang d) Mampu untuk berempati terhadap orang lain dan tidak lupa berdoa Prestasi Akademik Prestasi akademik menurut Suryabrata (1998) ialah sebagai penilaian hasil pendidikan, yaitu untuk mengetahui pada waktu dilakukannya penilaian sejauh manakah anak didik setelah ia belajar dan berlatih dengan sengaja. Menurut Bloom (dalam Winkel, 1996) prestasi akademik adalah proses yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah penilaian hasil pendidikan siswa yang berupa perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi, hasil penilaian diberikan

7 7 berdasarkan hasil tes, evaluasi atau ujian dari setiap mata kuliah, hasil tersebut diinterpretasikan secara objektif dan diterapkan dalam bentuk angka. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Menurut Akbar (2003) terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi akademik. Faktor internal meliputi: kemampuan intelektual, minat, bakat, sikap, motivasi berprestasi, konsep diri dan sistem nilai. Sedangkan faktor eksternal meliputi: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Aspek-aspek Dalam Prestasi Belajar Menurut Gagne (dalam Winkel,1996): a) Informasi Verbal b) Keterampilan Intelektual c) Keterampilan Motorik d) Sikap e) Siasat Kognitif Pengukuran Prestasi Akademik Salah satu pedoman dalam menentukan tingkat kompetensi aitem tes adalah taksonomi tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Benjamin S. Bloom dkk (dalam Azwar, 2005). Taksonomi ini secara luas mencakup sistem klasifikasi tujuan pendidikan dalam tiga kawasan (domain) perilaku, yaitu kawasan afektif, kawasan kognitif, dan kawasan psikomotor. Taksonomi Bloom (dalam Prabowo dan Puspitawati, 1997) telah mengadakan taksonomi pendidikan dalam ranah kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan dan pengenalan), comprehension (pemahaman), Application (penerapan), Analysis (analisis), synthesis (sintesis), evaluation (evaluasi). Mahasiswa Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi (Salim & Salim 2002). Sedangkan menurut Sudarman (2004) mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaskud dengan mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar menjalankan kewajiban-kewajiban pendidikannya dalam suatu perguruan tinggi.

8 8 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Psikologi Tingkat Satu Universitas Gunadarma Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA dan melanjutkannya ke perguruan tinggi biasanya mulai belajar beradaptasi mengenai perubahan-perubahan sistem pengajaran serta penilaian hasil belajar yang sebelumnya berupa rapor diganti menjadi DNS (Daftar Nilai Semester) dan DNU (Daftar Nilai Utama) yang ditunjukkan oleh nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) dari hasil belajar selama satu semester. Prestasi akademik merupakan suatu topik utama dalam bidang pendidikan, pendapat tersebut berkembang dengan pertimbangan bahwa prestasi akademik merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh mahasiswa. Pada umumnya prestasi merupakan suatu penilaian dari hasil belajar yang dirumuskan pada suatu evaluasi belajar atau biasa disebut Daftar Nilai Semester. Proses belajar di sekolah ataupun di perguruan tinggi adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa tersebut biasanya mengalami rintangan yang juga tidaklah mudah. Banyak individu yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar seseorang harus memiliki IQ yang tinggi karena intelektual merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi akademik yang optimal. Namun kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah ataupun perguruan tinggi sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi akademik yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi akademik siswa dari yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa (Dalyono, 2001). Faktor internal tersebut meliputi faktor fisiologis yang mengacu pada keadaan fisik, khususnya sistem penglihatan dan pendengaran, dimana kesehatan fisik memang sangat diperlukan dalam meningkatkan prestasi akademik seseorang. Lalu faktor psikologis yang meliputi faktor non-fisik seperti minat, motivasi, intelegensi, perilaku dan sikap yang mengaitkan bahwa tanpa adanya suatu minat dan motivasi yang kuat untuk tujuan

9 9 meningkatkan prestasi akademik seseorang, maka tidak akan tercipta intelegensi atau kemudahan seseorang dalam menyelesaikan masalah dengan baik. Dalam faktor eksternal terdapat faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau kampus dan lingkungan masyarakat yang dapat menjadi sebab suatu prestasi akademik yang baik bagi mahasiswa. Selama ini inteligensi dianggap sebagai faktor yang menentukan keberhasilan akademik seorang mahasiswa. Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (dalam Goleman, 2009) menjelaskan bahwa keberhasilan di sekolah ditentukan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial yaitu pada diri sendiri dan mempunyai minat, mengetahui pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal. Memiliki tujuan belajar yang jelas, seorang mahasiswa dapat termotivasi untuk belajar dengan sungguhsungguh. Menurut Tjundjing (2001) tanpa tujuan belajar motivasi akan mudah padam karena tidak memiliki sesuatu untuk diperjuangkan. Pada umumnya mahasiswa memiliki minat yang kurang untuk mempelajari suatu pengetahuan namun individu yang memiliki minat terhadap hal tersebut akan melakukan sesuatu dengan baik dalam mempelajarinya. Menurut Akbar (2003) minat mahasiswa terhadap pelajaran memungkinkan terjadinya pemusatan pikiran bahkan juga dapat menimbulkan kesenangan dalam usaha belajarnya sendiri. Sikap dan perilaku yang baik juga diperlukan oleh seorang mahasiswa dalam meraih prestasi akademik yang memuaskan. Tjundjing (2001) menjelaskan perilaku tersebut meliputi memiliki pedoman belajar yang baik, belajar dengan teratur, disiplin dalam belajar, serta memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana dalam memperdalam dan memusatkan perhatian pada pelajaran, memiliki cara belajar yang baik dan pengaturan waktu yang baik. Namun, faktor tersebut tidaklah cukup, ada faktor lain yang harus mendampingi untuk menghadapi kesulitan serta rintangan yang melanda mahasiswa dikarenakan terdapat banyak tuntutan dan kondisi yang dialami mahasiswa psikologi tingkat satu. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004) prestasi belajar seseorang dapat berhubungan dengan faktor psikologis

10 10 salah satunya oleh faktor kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional meliputi kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2009). Keterampilan dasar emosional seperti itu tidak dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang mendukung pembentukan kecerdasan emosional tersebut sangat besar pengaruhnya. Hal positif yang akan diperoleh anak ialah lebih cerdas dalam mengelola emosi, penuh pengertian, mudah menerima perasaan, dan mudah dalam menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga pada saat remaja akan lebih sukses di sekolah dan dalam berhubungan dengan teman-temannya serta terlindung dari resiko-resiko seperti penggunaan obat terlarang, keterlibatan kenakalan remaja serta perilaku kekerasaan (Gottman, 2001). Penelitian Walter Mischel (Dalam Goleman, 2009) mengenai marsmallow challenge menunjukkan anak yang ketika berumur empat tahun mampu menunda dorongan hatinya, setelah lulus sekolah menengah atas secara akademis lebih kompeten, lebih mampu menyusun gagasan secara nalar, serta memiliki gairah belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mampu menunda dorongan hatinya. Goleman (2009) menjelaskan bila seorang individu sedang kacau secara emosionalnya dan tidak dapat berpikir jernih akan mengakibatkan kekurangan pada kemampuan intelektual seorang anak dan menghambat kemampuan belajarnya. Kecerdasan emosional bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif yang terdapat dalam aspek-aspek prestasi akademik. Individu yang memiliki keduanya akan berprestasi baik. Melianawati, Prihanto, dan Tjahjoanggoro (2001) menjelaskan keterampilan kognitif dapat meliputi kemampuan dalam mengelola sistem belajarnya, tanpa kecerdasan emosi individu tidak akan dapat menggunakan kemampuankemampuan kognitif mereka dengan potensi yang maksimal serta membedakan permasalahan yang dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Kecerdasan emosional yang memiliki keterampilan secara kognitif merupakan kunci dalam keberhasilan akademik seseorang sehingga mampu menghadapi masalah, menyelesaikan kegagalan dalam meraih

11 11 nilai akademisnya (Girgus dalam Tjundjing, 2001). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik mahasiswa tingkat satu terbentuk karena adanya kesesuaian antara minat belajar, motivasi berprestasi mahasiswa serta perilaku mahasiswa yang menunjukkan hal tersebut sehingga tujuan belajarnya tercapai. Selain itu dalam proses belajar mahasiswa untuk meraih prestasi akademik yang baik maka diperlukan kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional yang saling berinteraksi. Menurut Goleman (2009) kedua inteligensi tersebut saling melengkapi, jika keduanya dapat seimbang satu sama lain maka kecerdasan emosional akan bertambah demikian juga dengan kecerdasan intelektualnya. Hipotesis Berdasarkan hasil uraian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu universitas gunadarma, dimana semakin tinggi kecerdasan emosional, maka prestasi akademik yang diperoleh akan tinggi dan semakin rendah kecerdasan emosional maka prestasi akademik yang diperoleh akan rendah. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Gunadarma, yang mengambil sampel mahasiswa psikologi tingkat tiga Universitas Gunadarma. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk skala pada kecerdasan emosioanal dan berupa data Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa Validitas dan Reliabilitas Pengumpulan Data Validitas tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes tersebut dapat mengukur apa yang harus diukur dari tes berikut. Validitas tes memberi informasi tentang apa yang bisa disimpulkan dari skor-skor tes. Validitas secara umum adalah mengukur apa yang harus diukur. Suatu item dikatakan valid apabila nilai koefisiennya pada output SPSS, dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation 0,300 (Azwar dalam Prabowo dan Suhendra, 2008).

12 12 Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Reliabilitas sangat erat kaitannya dengan ketepatan dan ketelitian pengukuran. Pengukuran dikatakan stabil jika pengukuran pada sebuah obyek dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berbeda, menunjukkan hasil yang sama, dikatakan ekivalen jika pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang sama jika dilakukan peneliti lain atau memakai contoh item lain, serta dikatakan konsisten internal jika item-item atau indikator yang digunakan adalah konsisten satu sama lain. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Kesepakatan secara umum, reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika 0,700 (pada output SPSS, dapat dilihat pada nilai Alpha) (Azwar dalam Prabowo dan Suhendra, 2008). HASIL PENELITIAN Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Berdasarkan hasil perhitungan uji kesahihan dan uji keandalan pada skala kecerdasan emosional dari 40 item yang di uji cobakan, 10 item dinyatakan gugur sehingga item yang valid berjumlah 30 item. Item-item yang valid bergerak antara 0,333 sampai dengan 0,557. Uji keandalan dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas 0,891. Hasil Uji Normalitas dan Linearitas Untuk melihat sebaran skor dalam uji normalitas dapat dilihat pada uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas pada skala kecerdasan emosional diketahui nilai statistiknya sebesar 0,151 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p>0,05). Hal ini menunjukkan distribusi skor skala kecerdasan emosional pada subjek penelitian adalah tidak normal. Pada variabel prestasi akademik berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa, nilai statistiknya 0,086 dengan signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05). Hal ini menunjukkan distribusi skor prestasi akademik adalah normal. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa hubungan yang terjadi antar

13 13 variabel adalah hubungan yang linear. Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara skala kecerdasan emosional dengan skala prestasi akademik adalah linear. UJI HIPOTESIS Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (1- tailed) pada program SPSS ver.17.0 For Windows diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0,385 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima, yang artinya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu Universitas Gunadarma. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa semakin tinggi prestasi akademiknya, semakin rendah kecerdasan emosional semakin rendah prestasi akademiknya PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu Universitas Gunadarma. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi akademiknya. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula tingkat prestasi akademiknya. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada penelitian ini juga diketahui bahwa mean empirik skala kecerdasan emosional berada pada kategori tinggi yang berarti secara umum subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Menurut Goleman (2009) individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi memiliki lebih besar kemungkinan untuk merasa bahagia dan berhasil dalam hidupnya, dan ditandai juga dengan adanya kemampuan untuk menguasai pikiran dan emosinya yang dapat mendorong produktifitas mereka. Jika, berdasarkan prestasi akademik subjek penelitian berada pada kategori sedang. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal yang kurang mendukung bagi

14 14 peningkatan hasil belajar siswa seperti kelengkapan fasilitas belajar, bahan pelajaran, masalah pribadi dan keluarga, kesehatan, sikap mental serta cara belajar para siswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Saran untuk Subjek Penelitian Kecerdasan emosional subjek termasuk dalam kategori yang tinggi, hal tersebut sangat baik bila terus dipertahankan oleh subjek penelitian. Sedangkan prestasi akademik subjek termasuk dalam kategori sedang, sebaiknya lebih diperhatikan lagi faktor pendukung lain yang dapat meningkatkan prestasi akademik seperti permasalahan pribadi dan keluarga, sikap, mental, fasilitas belajar serta cara belajarnya. 2. Saran untuk Orangtua Bagi orang tua diharapkan agar lebih membimbing dan memperhatikan anak-anaknya dengan memberikan pelatihan dalam mengelola emosi sejak dini sehingga hal ini dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi permasalahan dalam belajar. 3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut Bagi penelitian selanjutnya sehubungan dengan peran kecerdasan emosional dan prestasi belajar dalam pendidikan, diharapkan dapat memperluas ruang lingkup penelitian ini dengan memperhatikan variabelvariabel lain yang mungkin dapat berpengaruh dengan variabel penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A., & Supriyono, W Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Akbar, R Psikologi perkembangan anak: mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak. Jakarta: PT Gramedia Ali, M., & M. Asrori Psikologi remaja: perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Anwar, D. (2001). Kamus lengkap bahasa indonesia. Surabaya: Putra Harsa. Armiyanti, E.O Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Psikovidya, Volume: Azwar, S Tes prestasi: fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bona, F Sukses studi di perguruan tinggi. Jakarta: Restu Agung. Crow, A An outcome of educational psychology. New Jersey: Little field; Adam and co.

15 15 Dalyono, M Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Fariselli, Ghini & Freedman ( nslate?hl=id&langpair=en id& u= /wp-age.php). Diakses tanggal 31 Desember 2010 Goleman, D Emotional Intelligence: Mengapa EI lebih penting daripada IQ. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Gottman, J., & De Claire, J Kiatkiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia Kuswanto, M.H. & Siswanto, Bambang, S.H Sosiologi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Melianawati, F.X., Prihanto, S., & Tjahjoanggoro, A.J Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Anima, 17 (1) Naderi, H., Abdullah, R., Aizan, H.T., & Sharir, J Intelligence and academic achievement: an investigation of gender differences ( et Diakses tanggal 1 April Patton, P EQ: pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta: Media Publishers. Prabowo, H. & Puspitawati, I Psikologi pendidikan sri diktat kuliah. Jakarta: Universitas Gunadarma. Prabowo, H., & Suhendra, E.S Diktat kursus SPSS. Jakarta : Universitas Gunadarma. Purwanto, M. N Psikologi pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Qurniyawati, E Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada mahasiswa program studi D IV Kebidanan Jalur Reguler FK UNS tahun ajaran 2008/2009. KTI. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS Ridwan, Deden Tradisi baru penelitian agama islam: tinjauan antardisiplin ilmu. Bandung: Yayasan Nusantara Cendikia. Salim, M. A. & Salim. (2002). Kamus bahasa indonesia kontemporer. Jakarta: Modern Inggris Crash. Shapiro, L. (1997). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Sobur, A Psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Sudarman, P. (2004). Belajar efektif di perguruan tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Suryabrata, S Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tanaya, H. T., Hartanti & Kartika, A Perbedaan prestasi belajar matematika antara kompetisi peringkat kelas dan metode kompetisi alternatif. Anima, Volume XIV, Tjundjing, S Hubungan antara IQ, EQ, dan AQ dengan prestasi studi pada siswa SMU. Anima, Indonesian Psychological

16 16 Journal, Volume XVII No. 1, Utami, A.B., & Hawadi, L.F Kontribusi adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMU program percepatan belajar di Jakarta. Jurnal penelitian psikologi universitas gunadarma. 2 (11), Winkel, W. S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 Millati Hayati, Yuyun Wahyu I.I., S.S.T (Program DIII Kebidanan STIKES YPIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman melalui globalisasi, perubahan teknologi dan informasi membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA Widi Nusitawati, Ari Kurniarum & Suwanti Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG Arika Fitri, Linda Fitria Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email : linda.fitria81@gmail.com,

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI Cita Bakti Utama Putra Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20 DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 (765-771) HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN UNS Istiqomah Risa Wahyuningsih Dosen Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH Frida Dwi Gunarsih; Budiyono Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN.

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN. Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 23-28 23 PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN Husnul Madihah* ABSTRAK Pengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

Hubungan komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen dengan prestasi akademik mahasisawa fakultas psikologi Universitas Gunadarma.

Hubungan komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen dengan prestasi akademik mahasisawa fakultas psikologi Universitas Gunadarma. Hubungan komunikasi interpersonal antara mahasiswa dan dosen dengan prestasi akademik mahasisawa fakultas psikologi Universitas Gunadarma Ernawati Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM : HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X Nama Disusun Oleh : Dyah Anggraini NPM : 10507067 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Intaglia Harsanti, S.Psi., M.Si Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA Deni Fernando 11512828 4PA04 Pembimbing: Dr. Wahyu Rahardjo, SPsi., MSi.

Lebih terperinci

Oleh: HESTI NUFRIDA A

Oleh: HESTI NUFRIDA A PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MI MUHAMMADIYAH NGASEM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KOMPARASI HASIL BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA ANTARA LULUSAN SMA DENGAN SMK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI Diajukanoleh : APRIYANDER YUDHO N S F100070124 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa remaja awal, perkembangan emosi bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia

Lebih terperinci

1. Latar Belakang Penelitian

1. Latar Belakang Penelitian Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN KOMPONEN DASAR KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROSES ADAPTASI MAHASISWA TINGGAL DI ASRAMA STIKES SANTO BARROMEUS Elizabeth Ari Setyarini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH MICROTEACHING MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH MICROTEACHING MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran p-issn: 2354-6883 ; e-issn: 2581-172X Volume 5, No 2, December 2017 (251-258) DOI: https://doi.org/10.24252/mapan.2017v5n2a7 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta Dini Amalia Ulfah 12512192 Dr. Intaglia Harsanti BAB 1: Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana individu mulai menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu tujuannya adalah pencapaian hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SDN KEBON KACANG 01 PAGI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SDN KEBON KACANG 01 PAGI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SDN KEBON KACANG 01 PAGI An-nisa Rizki Pertiwi Universitas Bina Nusantara, annisa_129@yahoo.com (An-nisa Rizki Pertiwi, Inez Taniwangsa)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. empiric mengenai hubungan dalam masalah tersebut. Rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. empiric mengenai hubungan dalam masalah tersebut. Rancangan penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rancangan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan dapat memperoleh jawaban untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR Tulozomasi Hulu 1*), Irna Minauli 1 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Oleh : Arum Kusuma Putri Uly Gusniarti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Nuraini Sribina Universitas Potensi Utama rainribi2701@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 ALASTUWO KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit bagi kebanyakan peserta didik. Prestasi belajar untuk memahami pelajaran fisika dalam suatu sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, untuk menentukan keberbakatan dan kreativitas

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUKODONO TAHUN AJARAN 2013/2014. JURNAL PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP Jumiyanti (jumiyanti963@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The objective of this research was to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat vital untuk menolong manusia dalam menjalani kehidupannya, karena pendidikan merupakan suatu proses penyiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm. 438) merupakan daya reaksi atau penyesuaian yang secara tepat, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN Sumowono 02 yang terletak di jalan Haji Anwar No.39 Dusun Sukorono,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN 1 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN a.i.a. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Ada pengaruh signifikan secara parsial

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR 0 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Lulu endar wati (lulu endarwati@yahoo.co.id)¹ Di bawah bimbingan Yusmansyah² Ratna widiastuti³ ABSTRACT The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: Variabel independent : motivasi kerja (X 1 ) dan sikap karyawan (X 2 ) Variabel dependent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosi 2. Variabel Tergantung : Stres Akademik 1. Kecerdasan Emosi B. Definisi Operasional Variabel Kecerdasan emosi sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen yang III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen yang menggunakan sampel. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang mencari ada tidaknya hubungan dua variabel penelitian. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO Jauharotul Maknunah Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang berbentuk korelasional, artinya penelitian ini

Lebih terperinci