VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan

dokumen-dokumen yang mirip
VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. FORMULASI STRATEGI

METODOLOGI PENELITIAN

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

III. METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE PENELITIAN

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

VII. PERANCANGAN PROGRAM. dukungan industri yang kuat dan sumberdaya manusia yang unggul, guna. mewujudkan masyarakat sejahtera dan makmur tahun 2020.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

III. METODE PENELITIAN

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis

IV. METODE PENELITIAN

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

III. METODOLOGI KAJIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

: Bachtiar Rifai NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Komsi Koranti, MM.

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

III. METODE PENELITIAN

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

BAB IV METODE PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Transkripsi:

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN 6.1. Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan Faktor-faktor strategis merupakan beberapa elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan agroindutri perdesaan di Kabupaten Bengkalis. Untuk mengetahui faktor-faktor strategi apa saja yang mempengaruhi dan menentukan keberhasilan pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis, maka digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dalam menganalis is faktor-faktor lingkungan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis terbagi dua yaitu, analisis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan analis is eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal sebenarnya cukup banyak dalam pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis, dalam pembahasan ini hanya ditentukan beberapa faktor saja yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri perdesaan. Dalam penentuan faktor internal dan eksternal ditentukan melalui studi pustaka dan wawancara dengan dinas/intansi atau pejabat terkait. Setelah diperoleh faktor-faktor strategis internal/eksternal, melalui kuesioner diminta pendapat reponden apakah faktor strategis tersebut termasuk sebagai faktor kekuatan dan kelemahan atau merupakan faktor ancaman dan peluang. Disamping faktor-faktor tersebut diatas, responden diberi peluang untuk menambahkan faktor strategis yang mereka anggap mempunyai pengaruh pada pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis.

54 6.1.1. Faktor Internal Berdasarkan hasil studi perpustakaan, wawancara dengan para instansi terkait serta dari hasil kuesioner telah diperoleh beberapa faktor strategis internal pada komoditas agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis berbasis sagu. Faktor - faktor strategis internal tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor Kekuatan. Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang sangat mempengaruhi pengembangan komoditas agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis berbasis sagu untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam upaya pencapaian tujuan yang diharapkan, yang terdiri dari : 1. Ketersediaan Bahan Baku. Ketersediaan bahan baku dimaksud adalah luas panen dan produksi, merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu dan juga merupakan motivasi bagi petani agroindustri untuk komoditas bahan baku sagu. Dalam pengembangan agroind ustri dilihat dari luas panen pada tahun 2001 seluas 62.450 ha, tahun 2002 seluas 62.458 ha, tahun 2003 seluas ha, tahun seluas 62.479 ha, tahun 2004 seluas 41.674 ha dan tahun 2005 seluas 67.780 dengan pertumbuhan 2,07 persen pertahun sedangkan produksi tanaman perkebunan komoditas sagu pada tahun 2001 sebesar 328.940 ton, tahun 2002 sebesar 151.160 ton, tahun 2004 sebesar 53.416 ton dan tahun 2005 sebesar 339.769 ton dengan pertumbuhan 0,81 persen.

55 2. Lembaga Pembina Tersedianya lembaga pembina seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Perindustrian Perdagangan dan Investasi, Koperasi serta dinas/instansi terkait lainnya merupakan modal utama dalam usaha pengembangan agroindustri perdesaan. Keberadaan lembaga pembina diharapkan menjadi fasilitator bagi pelaku usaha baik dibidang manajemen kualitas produksi serta pemasaran hasil. 3. Kebijakan Pemerintah Salah satu kebijakan pemerintah Kabupaten Bengkalis, pengembangan sektor ekonomi kerakyatan dalam mendukung misi Kabupaten Bengkalis menjadikan Bengkalis pusat perdagangan Asia Tenggara pada tahun 2020. Dilihat dari Visi tersebut pemerintah Kabupaten Bengkalis telah menempatkan agribisnis sebagai salah satu program strategis pembangunan wilayahnya. Pada masa otonomi daerah dan telah banyak program-program yang dilaksanakan dalam rangka untuk mendukung agribisnis dan agroindustri tersebut antara lain sarana dan prasarana jalan, jembatan dan bahkan pelabuhan yang bertaraf internasional. 4. Kualitas Produk Kualitas produk yang dihasilkan oleh pelaku agroindustri perdesaan saat ini cukup baik hal ini terlihat dari konsumsi masyarakat kelas menengah saat ini cenderung menyukai produk

56 yang bebas kimia atau bahan pengawet, hal ini dapat terwujud setelah terlaksananya pembinaan. 5. Sarana dan Prasarana Produksi Dalam memperlancar kegiatan agroindustri perdesaan sarana dan prasarana sangat penting, karena untuk mendapatkan sarana produksi pelaku agroindustri dapat membelinya di pasar kecamatan atau kabupaten sedangkan toko yang menyediakan sarana produksi tersebut lebih satu toko yang menjual kebutuhan agroindustri berupa minyak goreng, bumbu penyedap dan alat pembungkus produk. Akses ke daerah atau ke lokasi usaha mudah dijangkau begitu juga dengan pengangkutan hasil terutama melalui alat angkut kapal motor baik yang berkapasitas kecil 5-500 GT. 6. Kemampuan Modal Usaha Modal usaha agroindustri disamping dimiliki oleh pelaku usaha itu sendiri juga dibantu oleh pemerintah daerah melalui program ekonomi kerakyatan untuk pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) bantuan diperoleh dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah serta dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. b. Kelemahan Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor internal, faktor tersebut dapat dianggap sebagai penghambat atau kendala dalam pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis. Faktor

57 kelemahan harus dikendalikan secara baik karena akan menjadi penghambat dalam upaya pencapaian tujuan, faktor-faktor tersebut adalah : 1. Keterampilan Pelaku Agroindustri Kualitas sumber daya manusia adalah segalanya, apapun majunya peralatan yang digunakan dan besarnya modal yang dipakai jika tidak dikelola oleh ahli maka daya tersebut akan tidak terkelola dengan baik dan benar. Kualitas yang dimaksud adalah keterampilan manajerial dan keterampilan teknis. Dalam rangka Pengembangan agroindustri perdesaan, keterampilan pelaku usaha adalah modal utama. Kondisi keterampilan pelaku usaha agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis secara umum masih lemah sehingga pengelolaan usaha dan penerapan teknologi serta penyerapan inovasi juga melemah. Hal ini mengakibatkan produk agroindutri tidak terjamin kontinuitas produksi dan sering tidak dapat memenuhi permintaan pasar. 2. Pelaksanaan Pembinaan Sekalipun lembaga pembina agroindustri di Kabupaten Bengkalis seperti Dinas Perindutrian Perdagangan dan Investasi, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa telah melakukan pembinaan namun seringnya pembinaan yang dilakukan tidak berkelanjutan dan bergantung pada pola proyek. Sehingga mengakibatkan pelaksanaan pembinaan tidak

58 dapat mencapai tujuan pembinaan, karena pembinaan hanya untuk memenuhi target proyek. 3. Koordinasi Antar Lembaga Terkait Pelaksanaan pengembangan komoditas agroindustri perdesaan unggulan tidak mungkin hanya dilakukan oleh Dinas Perindutrian Perdagangan dan Investasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Koprasi dan UKM, dan tidak kalah pentingnya keterlibatan lembaga penelitian, perbankan, perguruan tinggi, pihak swasta serta lembaga swadaya masyarakat untuk berkoordinasi sesuai dengan kewenangan yang ada dalam merealisasikan tugas dan fungsinya dengan baik. Sela ma ini kegiatan koordinasi ditafsirkan sebagai suatu kelemahan dimana kegiatan pembinaan komoditas agroindustri perdesaan selama ini belum melibatkan semua dinas/intansi terkait secara terpadu (berjalan sendiri-sendiri). 4. Manajemen Usaha Manajemen usaha pelaku agroindustri perdesaan selama ini belum begitu baik, baik dalam bidang teknis maupun pemasaran dan juga belum mengadakan analisis yang mendalam sebelum melakukan bidang usaha. Demikian juga masalah disiplin serta ketekunan dalam melaksanakan kegiatan hal ini mengakibatkan perolehan hasil kurang optimal.

59 5. Informasi Pasar Dengan perkembangan alat komunikasi sekarang ini serta didukung oleh sarana dan prasarana informasi pasar saat ini langsung dapat dimanfaatkan oleh pelaku agroindustri perdesaan ke pasar terdekat, seperti pasar-pasar desa, kecamatan, kota kabupaten dan kota-kota besar merupakan tempat transaksi belum dapat dimanfaatkan secara baik. Dengan demikian harga jual dari produk agroindustri masih dikuasai tengkulak, serta dengan ketrerbatasan informasi kedaerah lain. 6. Kemasan Produk Untuk mendapatkan tanggapan dari para konsumen secara baik, kemasan produk mejadikan hal utama yang harus diperhatikan, karena kemasan produk merupakan daya tarik bagi para konsumen. Kemasan produk agroindustri perdesaan masih ada yang bersipat tradisional seperti menggunakan pelastik biasa tanpa adanya modifikasi yang menarik buat pelanggan. 7. Pemilihan Komoditas yang Dihasilkan Pemilihan komoditas adalah sangat penting karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas hasil, maka nilai barang akan lebih tinggi dan keinginan konsumen akan terpenuhi. Perbedaan kualitas pemilihan bukan saja menyebabkan adanya perbedaan kualitas, tetap menyebabkan perbedaan segmentasi pasar juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.

60 6.1.2. Faktor eksternal Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden baik yang menggunakan daftar pertanyaan ( kuisioner ) maupun masukan langsung dari para responden diperoleh beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain : a. Peluang Faktor peluang merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor ini dapat dianggap sebagai peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan komoditas agroindustri perdesaan unggulan di Kabupaten Bengkalis. Peluang yang harus diambil dalam upaya tujuan pengembangan agroindustri perdesaan unggulan sebagai berikut : 1. Peluang Ekspor Dijual ke Daerah Lain Produk agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis selain dijual pada pasar lokal bahkan juga dijual ke daerah lain seperti Pekanbaru, Dumai dan Siak. Untuk masa-masa yang akan datang peluang agroindustri perdesaan yang berbasis sagu masih mempunyai prospek yang cukup baik mengingat kondisi geografis daerah sangat cocok untuk pengembangan sagu. Disamping dijual ke daerah lain sep erti Cirebon dan Semarang juga terbuka peluang untuk dijual ke Indonesia Bagian Timur (Papua) serta peluang untuk mengekspor dalam bentuk sagu kering sebesar 53.838 ton pada Tahun 2005 dan 25.937 ton sampai dengan bulan Juli Tahun 2006.

61 2. Potensi Pasar Potensi pasar saat ini langsung dapat dimanfaatkan oleh pelaku agroindustri perdesaan ke pasar terdekat, seperti pasarpasar desa, kecamatan, kota Kabupaten dan kota-kota besar seperti Duri dan Selat Panjang. Dengan penjualan langsung tersebut maka pola tengkulak dapat dihindari dan potensi daya serap pasar dapat diketehui oleh pengusaha agroindustri perdesaan. Pasar kabupaten terutama pasar Selat Panjang merupakan tempat transaksi terbesar di Kabupaten Bengkalis dan pedagang pengumpul agroindustri perdesaan di pasar Selat Panjang untuk dibawa ke daerah lain. 3. Otonomi Daerah Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, keputusan politik ini sangat besar artinya bagi pengembangan daerah, begitu juga dalam pengembangan agroindustri predesaan karena dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut berarti memberikan kebebasan bagi daerah untuk menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi yang dimiliki. 4. Ketersediaan Kredit Ketersediaan kredit atau lembaga permodalan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan komoditas agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis, karena pada saat ini terdapat beberapa lembaga permodalan seperti Bank Riau, BRI, BNI, Bank

62 Mandiri dan Koperasi Simpan Pinjam lainnya. yang sangat layak sebagai lembaga penyedia modal usaha bagi yang membutuhkan sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya mencari solusi dan alternatif pemecahan masalah kekurangan modal. 5. Kesempatan Bermitra Pola kemitraan merupakan bentuk yang harus dilaksanakan dalam menciptakan kesempatan dan peluang kerja sama antara pelaku agroindustri perdesaan dengan pemerintah dan pihak swasta secara terpadu. Peluang bermitra dengan pihak swasta atau perusahaan besar cukup terbuka untuk dapat dimanfaatkan dan pemda harus memfasilitasi pelaku agroindustri perdesaan tersebut baik dalam permodalan, pembinaan manajemen usaha, pengolahan hasil dan pemasaran produk. 6. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis pada tahun 2001 sebesar 7,14 persen pda tahun 2002 terjadi penurunan sebesar 0,56 persen menjadi 6,68 persen, pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 1,45 persen, kemudian pada tahun 2004 sebesar 8,20 persen dan pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 0,74 persen menjadi 7,54 persen dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2001 sampai tahun 2005 sebesar 7,538 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Berngkalis diharapkan menjadi peluang pengembangan agroindustri perdesaan.

63 7. Ketersediaan Teknologi Ketersediaan teknologi unmtuk melakukan kegiatan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis dapat dikatakan cukup memadai, karena untuk mendapatkan teknologi pelaku usaha dapat membelinya di pasar kabupaten atau kecamatan. Selama ini penerapan teknologi oleh pelaku agroindustri perdesaan masih banyak melihat dari penerapan oleh orang lain, dengan adanya pengembangan teknologi oleh pemerintah maka teknologi adalah salah satu hal yang cukup penting dan pemanfaatannya adalah suatu peluang dalam pengembangan agroindustri perdesaan. 8. Tingkat Keuntungan Usaha Keuntungan usaha oleh para pelaku agroindustri perdesaan merupakan prioritas utama dalam agroindustri perdesaan. Hal ini didukung oleh dekatnya lokasi usaha dengan bahan baku, pengolahannya dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana (TTG) artinya biaya oprasional yang dikeluarkan tidak terlalu besar. b. Ancaman Faktor ancaman adalah bagian dari faktor strategis eksternal yang dapat menghambat dan mengganggu pengembangan agroinstri perdesaan di Kabupaten Bengkalis yang seharusnya mendapat perlakuan secara baik dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan, terdiri dari :

64 1. Tingkat Inflasi Krisis ekonomi yang berkepanjangan tentunya berdampak pada sektor usaha agroindustri perdesaan terutama berkaitan dengan harga sarana produksi seperti harga bahan baku, sehingga pelaku usaha kesulitan membeli bahan baku. Akibatnya pelaku usaha sulit untuk mendapatkan keuntungan dan akan mengancam kelangsungan usaha agroindustri perdesaan terutama masyarakat yang mempunyai modal kecil. 2. Produk Sejenis Dari Daerah Lain Sebagian daerah di Kabupaten Bengkalis merupakan penghasil utama agroindustri predesaan berbasis sagu, juga dari daerah lain seperti Pekanbaru dan dari daerah Cirebon sekitarnya, walaupun bahan baku dasar sagu tersebut dari daerah Kabupaten Bengkalis. 3. Keadaan Politik dan Keamanan Keadaan politik dan keamanan secara nasional maupun lokal belum menunjukkan kesetabilan dan ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha komoditas agroindustri perdesaan. Pada tingkat lokal hubungan yang harmonis antara legislatif dan eksekutif menjadi suatu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, sementara putusan politik yang menyangkut dengan Peraturan Daerah (PERDA) seperti kerjasama antara investor dengan pelaku usaha agroindustri perdesaan. Hal seperti ini juga akan mempengaruhi

65 terhadap pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis. 4. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga perkreditan yang berlaku pada perbankan saat ini masih cukup tinggi hal ini akan menimbulkan biaya tinggi terhadap produksi usaha agroindustri dan komoditas yang dihasilkan menjadi sulit untuk bersaing di pasaran. Akibat dari tingginya tingkat suku bunga tersebut pelaku usaha menjadi enggan untuk membuka kredit di perbankan. 5. Fluktuasi Harga Produksi komoditas agroindustri sangat bergantung terhadap bahan baku, saat ini harga bahan baku agroindustri berbasis sagu harganya sangat berfluktuasi sehingga mengak ibatkan produksi tidak terjamin kontinuitas dan keseragaman mutu, untuk itu pada saat salah satu bahan baku terjadi kenaikan harga pelaku usaha agroindustri tidak dapat mempertahankan kualitas produk dan ini akan menjadi ancaman bagi pelaku usaha tersebut. 6. Standarisasi Produk/Selera Konsumen Tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat semekin meningkat, maka kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk akan lebih selektif baik dari kualitas maupun kuantitas.

66 6.1.3. Evaluasi Faktor Strategis Dalam melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis menggunakan Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk Faktor Internal, dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk Faktor ekstenal. Maksud dilakukannya matriks IFE/EFE adalah untuk melihat keberhasilan pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu. 6.1.3.1. Evaluasi Faktor Internal Faktor-faktor strategis internal yang mempengearuhi agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis. Setelah diperoleh pendapat dari responden sebanyak 7 orang untuk menentukan bobot dan rating maka hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 18. a. Elemen Kekuatan Pada elemen kekuatan terdapat enam faktor, dari keenam faktor tersebut, terdapat 4 faktor yang besar dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis lainnya adalah sangat menentukan : Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan bahan baku (0,099), kualitas produk (0,099) kebijakan pemerintah (0,092), sarana dan prasarana produksi (0,085), lembaga pembina (0,082) serta kemampuan modal usaha (0,078) variasi pembobotan yang diperoleh setelah dianalisis. Ketersediaan bahan baku mempunyai nilai rating 4 berarti bahwa pengaruh terhadap pengembangan komoditas agroindustri perdesaan unggulan sangat menentukan, sedangkan faktor lembaga pembina, kebijakan pemerintah, kualitas produk, sarana dan prasarana produksi dan

67 kemampuan modal usaha mempunyai nilai 3 berarti mempunyai pengaruh terhadap pengembangan agroindustri perdesaan. Tabel 19. EFI Pengembangan Komoditas Agroindustri Perdesaan di Kabupaten Bengkalis No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Weight Score A. Kekuatan 1 Ketersediaan bahan baku 0,099 4 0,397 2 Lembaga pembina 0,082 3 0,245 3 Kebijakan pemerintah 0,092 3 0,277 4 Kualitas produk 0,099 3 0,298 5 Sarana dan prasarana produksi 0,085 3 0,255 6 Kemampuan modal usaha 0,078 3 0,234 Jumlah 0,535 1,706 B. Kelemahan 1 Keterampilan pelaku Agroindustri 0,067 1 0,067 2 Pelaksanaan pembinaan 0,067 2 0,135 3 Koordinasi antar lembaga terkait 0,057 2 0,113 4 Manajemen usaha 0,064 1 0,064 5 Informasi pasar 0,071 2 0,142 6 Kemasan produk 0,071 2 0,142 7 Pemilihan komoditas yang dihasilkan 0,067 2 0,135 Jumlah 0,465 0,798 T O T A L 1,000 2,504 Elemen -elemen faktor kekuatan secara umum masih mampu mengatasi elemen-elemen kelemahan jika dikelola dengan baik, serta mengedepankan unsur kekuatan yang ada pada fak tor strategi internal yang hanya dapat dilakukan dengan prinsip pendekatan manajemen. b. Elemen Kelemahan Berdasarkan tujuh faktor kelemahan terdapat 2 faktor yang besar dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis lainnya adalah sangat menentukan. Faktor-faktor tersebut adalah keterampilan pelaku agroindustri dan manajemen usaha, faktor-faktor tersebut mempunyai nilai rating 1, dan lima faktor lainnya mempunyai nilai rating 2 yitu pelaksanaan pembinaan,

68 koordinasi antar lembaga terkait, informasi pasar, kemasan produk dan pemilihan komoditas yang dihasilkan. Pada elemen kelemahan faktor informasi pasar dan kemasan produk mempunyai bobot sebesar (0,071), keterampilan pelaku agroindustri, pelaksanaan pembinaan dan pemilihan komoditas yang dihasilkan dengan bobot sebesar (0,067), manajemen usaha mempunyai bobot sebesar (0,064) selanjutnnya koordinasi antar lembaga terkait mempunyai bobot sebesar (0,057). Dilihat dari jumlah skor total yang diberikan oleh responden cukup tinggi pada faktor kekuatan 1,706 sedangkan pada faktor kelemahan lebih rendah dengan skor sebesar 0,798 artinya kekuatan yang ada dapat memanfaatkan peluang yang ada dan kelemahan dapat diminimalisir untuk memanfaatkan peluang. Sementara total nilai weight score 2,504 yang berada di atas angka rata-rata 2,500 artinya komoditas ag roindustri perdesaan berbasis sagu masih layak untuk dipertahankan dan dipelihara eksistensinya di Kabupaten Bengkalis. 6.1.3.2. Evaluasi Faktor Eksternal Faktor-faktor strategis eksternal yang mempengaruhi agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis. Setelah diperoleh pendapat dari responden sebanyak 7 orang untuk menentukan bobot dan rating, maka penjumlahannya adalah 2.943 (eksternal). Uraian EFE pengembangan komoditas agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 20.

69 Tabel 20. EFE Pengembangan Komoditas Agroindustri Perdesaan di Kabupaten Bengkalis No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Weight Score A. Peluang 1 Peluang export dijual ke daerah lain 0,064 3 0,191 2 Potensi pasar 0,081 3 0,242 3 Otonomi daerah 0,070 4 0,282 4 Ketersediaan kredit 0,060 3 0,181 5 Kesempatan bermitra 0,074 2 0,148 6 Pertumbuhan ekonomi 0,067 3 0,201 7 Ketersediaan teknologi 0,084 3 0,252 8 Tingkat keuntungan usaha 0,074 3 0,221 Jumlah 0,574 1,718 B. Ancaman 1 Tingkat inflasi 0,054 2 0,107 2 Produk sejenis dari daerah lain 0,074 3 0,221 3 Keadaan politik dan keamanan 0,070 3 0,211 4 Tingkat suku bunga 0,067 3 0,201 5 Fluktuasi harga 0,070 3 0,211 6 Standarisasi produk/selera konsumen 0,091 3 0,272 Jumlah 0,426 0,225 T O T A L 1,000 2,943 a. Elemen Peluang Pada elemen kekuatan terdapat delapan faktor strategis, dari delapan faktor tersebut, terdapat 2 faktor sangat menentukan dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan teknologi mempunyai bobot sebesar (0,084) dan potensi pasar (0,081), sedangkan faktor-faktor lain dampaknya menentukan atau penting yaitu kesempatan bermitra, tingkat keuntungan usaha (0,074), otonomi daerah (0,070), pertumbuhan ekonomi (0,067), peluang ekspor dijual ke daerah lain (0,064) sementara ketersediaan kredit (0,060). Berdasarkan delapan faktor peluang terdapat 1 faktor yang mempunyai rating 4 yaitu otonomi daerah sedangkan peluang ekspor dijual ke daerah lain, Potensi pasar, ketersediaan kredit, pertumbuhan ekonomi,

70 ketersediaan teknologi dan tingkat keuntungan usaha mempunyai rating 3, sementara kesempatan bermitra mempunyai rating 2. b. Elemen Ancaman Standarisasi produk/selera konsumen mmemiliki bobot 0,091 artinya besar dampaknya dibandingkan dengan faktor-faktor strategis eksternal lainnya adalah sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu, faktor-faktor tersebut adalah produk sejenis dari daerah lain (0,074), keadaan politik dan keamanan serta fluktuasi harga mempunyai bobot (0,070), tingkat suku bunga (0,067) dan tingkat inflasi (0,054), semua faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis. Faktor rating ancaman yang mempunyai nilai rating 3 yaitu tingkat inflasi, produk sejenis dari daerah lain, keadaan politik dan keamanan, tingkat suku bunga (0,067) dan fluktuasi harga dan standarisasi produk/selera konsumen artinya faktor ancaman tersebut penting/menentukan kemudian tingkat inflasi mempunyai nilai rating 2 ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu. Total nilai peluang adalah 1,718, hal ini menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan total nilai ancaman 0,225, sementara total nilai peluang dan ancaman sebesar 2,943 berarti terhadap peluang dan ancaman cukup tinggi. Peluang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan ancaman dapat dikendalikan dalam upaya pengembangan komoditas agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis.

71 6.1.3.3. Matrikss Internal Eksternal Analisis matrikss I-E digunakan untuk mencari strategi umum (grand strategy) dalam pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis. Internal 2,504 V Eksternal 2,943 Gambar 4. Matriks I-E untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan di Kabupaten Bengkalis. Matrikss IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor total IFE pada sumbu-x dan skor total EFE pada sumbu-y. Berdasarkan perhitungan faktor-faktor strategis pengembangan agroindustri perdesaan di Kabupaten Bengkalis diperoleh total skor IFE sebesar 2,504 dan total skor EFE sebesar 2,943. Skor total sumbu-x pada matriks IFE pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis berada pada nili 2,0 sampai 2,99,

72 ini menunjukkan posisi internal sedang.untuk sumbu-y pada matriks EFE berada pada posisi eksternal rata-rata. Dengan demikian posisi pengembangan agroindustri perdesaan Kabupaten Bengkalis berada pada sel V seperti terlihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3, Posisi pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupten Bengkalis termasuk dalam divisi V dengan strategi umum penetrasi pasar dan peengembangan produk. Dalam posisi pertahankan dan pelihara strategi terbaik untuk dikelola adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui promosi yang intensif dan didukung oleh komunikasi yang lebih efektif, sedangkan strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau inovasi produk atau jasa yang sudah ada. 6.1.4. Matriks SWOT Berikutnya setelah melakukan analisis EFI dan EFE Dalam pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis, maka tahap berikutnya memindahkan mariks EFI/EFE kedalam matriks SWOT. Tujuannya adalah untuk memperoleh alternatif strategi (S -O, W- O, S-T, W-T) dalam rangka pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis. Dari Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada Tabel 21. 1. Strategi S O (Strength Opportunities) Strategi S O berarti menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan memafaatkan peluang yang ada diantaranya Dari hasil analisis yang dilakukan

73 berupa (1) Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas (2) Melaksanakan kemitraan antara industri besar/menengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengembangan agroindustri berbasis sagu. Tabel 21. Alternatif strategi pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis. Faktor Eksternal PELUANG ( O ) 1. Peluang export dijual ke daerah lain 2. Potensi pasar 3. Otonomi daerah 4. Ketersediaan kredit 5. Kesempatan bermitra 6. Pertumbuhan ekonomi 7. Ketersediaan teknologi 8. Tingkat keuntungan usaha ANCAMAN ( T ) 1. Tingkat inflasi 2. Produk sejenis dari daerah lain 3. Keadaan politik dan keamanan 4. Tingkat suku bunga 5. Fluktuasi harga 6. Standarisasi produk/selera konsumen Faktor Internal KEKUATAN ( S ) 1. Ketersediaan bahan baku 2. Lembaga pembina 3. Kebijakan pemerintah 4. Kualitas produk 5. Sarana dan prasarana produksi 6. Kemampuan modal usaha STRATEGI S-O 1. Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas (S1, S2, S3, S4, S5, S6 dan O1, O2, O3, O4, O7) 2. Melaksanakan kemitraan antara industri besar/menengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengem-bangan agroindustri berbasis sagu (S1, S2, S4, S5,S6 dan O1, O2, O5, O7) STRATEGI S-T 1. Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu (S1, S2, S3, S4, dan T2, T5, T6) KELEMAHAN ( W ) 1. Keterampilan pelaku Agroindustri 2. Pelaksanaan pembinaan 3. Koordinasi antar lembaga terkait 4. Manajemen usaha 5. Informasi pasar 6. Kemasan produk 7. Pemilihan komoditas yang dihasilkan STRATEGI W-O 1. Pembinaan dan pengembangan usaha agroindutri berbasis sagu secara terpadu (W1, W2, W4, W5, W6, W7 dan O1, O2, O3, O4, O5, O7, O8) 2. Memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaatkan peluang perdagangan antar daerah (W2, W3, W5,W6, W7 dan O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) STRATEGI W-T 1. Pemberdayaan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis sagu (W1, W2, W4, W7, dan T2, T6 ) 2. Meningkatkan intensitas pembinaan agroindustri perdesaan berbasis sagu melalui perluasan penguasaan faktor produksi dan pemberian pelatihan serta pemagangan guna meningkatkan kemampuan usaha (W1, W2, W3, dan T1, T2, T3, T4, T5, T6) Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku berkualitas dilakukan dengan memanfaatkan ketersediaan bahan baku, lembaga pembina, kebijakan pemerintah, kualitas produk, sarana dan prasarana produksi, kemampuan modal usaha, peluang expor dijual ke daerah lain, potensi pasar, otonomi daerah, ketersediaan

74 kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan teknologi dan tingkat keuntungan usaha. Bentuk kegiatan memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas telah dilakukan oleh pemerintah, melalui lembaga pembina dari dinas perdagangan dan perindustrian dengan ditetapkannya keputusan daerah yang tertuang didalam kebijakan pemerintah. Hal ini terkait dengan kualitas produk, membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana produksi untuk menciptakan keterkaitan kegiatan mulai dari hulu sampai hilir serta memberikan modal usaha pengembangan ekonomi kerakyatan (PEK), peluang expor dijual ke daerah lain, potensi pasar, otonomi daerah, ketersediaan kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan teknologi dan tingkat keuntungan usaha, kegiatan pengembangan dari faktor-faktor strategis merupakan satu kesatuan sistem dari input proses sampai output. 2. Strategi S T (Strength Threats) Strategi S T berarti menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mmengatasi ancaman yang ada dengan cara melakukan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu. Penetrasi pasar adalah mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk agroindustri berbasis sagu yang sudah ada atau mengembangkan yang baru. Hal ini dapat dilakukan karena tersedianya bahan baku agroindustri sagu, adanya lembaga pembina seperti Dinas Perindustrian Perdagangan dan Investasi, dan adanya dukungan kebijakan pemerintah serta kualitas produk yang baik.

75 3. Strategi W O (Weakneseses - Opportunities) Strategi W O adalah untuk meminimalkan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang ada dengan cara melakukan strategi pengembangan dan pembinaan agroindustri berbasis sagu secara terpadu dan memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaat peluang perdagangan antar daerah. Pembinaan terpadu dalam pengembangan agroindustri berbasis sagu dalam rangka meminimalkan kelemahan keterampilan pelaku agroindustri yang terbatas serta koordinasi yang kurang terpadu dengan melakukan perbaikan menejemen usaha untuk menembus pangsa pasar dengan penguatan informasi pasar, memperbaiki kualitas produk melalui pemilihan komoditas yang akan dihasilkan. 4. Strategi W T (Weakneseses - Threats) Strategi W T adalah untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki dalam menghadapi ancaman yang ada, dengan cara melakukan strategi pemberdayaan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis sagu dan meningkatkan intensitas agroindustri perdesaan berbasis sagu melalui perluasan penguasaan faktor produksi dan pemberian pelatihan serta pemagangan guna meningkatkan kemampuan usaha. Pemberdayaan kelembagaan dan meningkatkan intensitas pelaku usaha agroindustri berbasis sagu diperlukan karena adanya ancaman masuknya produk dari daerah lain dan tuntutan konsumen terhadap mutu produk sehingga nantinya dengan adannya pembinaan dapat diharapkan produk lokal mampu bersaing. 6.2. Penentuan Alternatif Strategi Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah salah satu alat untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktorfaktor internal dan eksternal dari matriks EFI dan EFE. Dalam pengembangan

76 agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis, secara teoritis matriks QSPM menentukan daya tarik dari beberapa strategi berdasarkan faktorfaktor sukses kritis eksternal dan internal. Dari hasil analisis terhadap perhitungan peringkat strategi dengan menggunakan analisis QSPM dalam pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Perhitungan Peringkat Strategi Pengembangan Agroindustri Perdesaan di Kabupaten Bengkalis No Alternatif Strategi Skor Peringkat 1. 2. 3. 4. 5. Memperkuat struktur agroindustri berbasis sagu melalui pengembangan industri hulu yang memproduksi bahan baku yang berkualitas. 5,760 V Melaksanakan kemitraan antara industri besar/menengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengembangan agroindustri 5,730 VII berbasis sagu. Pembinaan dan pengembangan usaha agroindutri berbasis sagu secara terpadu. 5,802 IV Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu. 5,955 I Memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaatkan peluang perdagangan antar daerah. 5,930 II 6. 7. Pemberdayaan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis sagu. Meningkatkan intensitas pembinaan agroindustri perdesaan berbasis sagu melalui perluasan penguasaan faktor produksi dan pemberian pelatihan serta pemagangan guna meningkatkan kemampuan usaha. 5,755 VI 5,805 III Pada Tabel 22 terlihat bahwa dari hasil strategi penentuan peringkat dengan menggunakan analisis QSPM diperoleh urutan prioritas pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis adalah Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu. terpilih sebagai urutan pertama dengan skor 5,955, sedangkan melaksanakan kemitraan antara industri

77 besar/menengah dengan agroindustri perdesaan dalam pengembangan agroindustri berbasis sagu berada pada urutan terakhir dengan skor 5,730. Pembinaan dan pengembangan usaha agroindutri berbasis sagu secara terpadu merupakan hal yang sangat perlu untuk dilaksanakan melihat selama ini para pelaku agroindustri masih lemah, terutama agroindustri perdesaan yang berbasis sagu baik dalam hal keterampilan pelaku agroindustri, pelaksanaan pembinaan, koordinasi antar lembaga terkait, manajemen usaha, kemasan produk untuk itu diperlukan upaya-upaya yang nyata dari pemerintah daerah dalam memfasilitasi penguatan jaringan informasi pasar. 6.3. Ikhtisar Faktor-faktor strategi dalam pengembangan agroindustri perdesaan unggulan di Kabupaten Bengkalis, adalah : 1. Faktor Internal a. Kekuatan meliputi : (1) Ketersediaan bahan baku, (2) Lembaga pembina, (3) Kebijakan pemerintah, (4) Kualitas produk, (5) Sarana dan prasarana produksi, dan (6) Kemampuan modal usaha. b. Kelemahan meliputi : (1) Keterampilan pelaku agroindustri, (2) Pelaksanaan pembinaan, (3) Koordinasi antar lembaga terkait, (4) Manajemen usaha, (5) Informasi pasar, (6) Kemasan produk, dan (7) Pemilihan komoditas yang dihasilkan. Dilihat dari sisi kekuatan ada faktor yang sangat besar dampaknya dan sangat menentukan dalam pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu adalah ketersediaan bahan baku, Lembaga Pembina, Kebijakan pemerintah, kualitas produk, sarana dan prasarana produksi sementara pada sisi

78 kelemahan terdapat faktor yang sangat menentukan antara lain keterampilan pelaku agroindustri, pelaksanaan pembinaan serta kemasan produk, koordinasi antar lembaga terkait, manajemen usaha informasi pasar, kemasan produk dan pemilihan komoditas yang dihasilkan. Total nilai kekuatan adalah 1,706, hal ini menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan total nilai kelemahan 0,798, sementara total nilai kekuatan dan kelemahan sebesar 2,504 berarti kekuatan masih dapat mengatasi kelemahan, namun mengantisipasi kelemahan dengan kekuatan yang ada harus dicermati dengan sebaik-baiknya. 1. Faktor eksternal antara lain : a. Peluang meliputi: (1) Peluang ekspor dijual kedaerah lain, (2) Potensi pasar, (3) Otonomi daerah, (4) Ketersediaan keredit (5) Kesempatan bermitra, (6) Pertumbuhan ekonomi (7) Ketersediaan teknologi, dan (8) Tingkat keuntungan usaha. b. Ancaman meliputi: (1) Tingkat inflasi, (2) Produk sejenis dari daerah lain, (3) Keadaan politik dan keamanan, (4) Tingkat suku bunga, (5) Fluktuasi harga, dan (6) Standarisasi produk/selera konsumen. Dilihat dari sisi peluang ada 2 besar dampaknya terhadap pengembangan agroindustri perdesaan unggulan berbasis sagu adalah Potensi pasar (0,081) dan Ketersediaan teknologi (0,084) sementara ancaman hanya 1 yaitu standarisasi produk/selera konsumen (0,091) sedangkan total nilai peluang adalah 1,718, hal ini menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan total nilai ancaman 1,225, sementara total nilai peluang dan ancaman sebesar 2,943 berarti terhadap peluang dan ancaman cukup tinggi. Peluang dapat dimanfaatkan dengan

79 sebaik -baiknya dan ancaman dapat dikendalikan dalam upaya pengembangan komoditas agroindustri. Dari hasil analisis terhadap perhitungan peringkat strategi dengan menggunakan analis is QSPM dalam pengembangan agroindustri perdesaan berbasis sagu di Kabupaten Bengkalis, alternatif strategi yang terpilih yaitu Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis sagu terpilih sebagai urutan pertama dengan skor 5,955.