PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KURTOSIS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA

dokumen-dokumen yang mirip
PENAKSIR UNTUK RASIO POPULASI DENGAN VARIABEL BANTU YANG DITRANSFORMASI PADA METODE PASCA STRATIFIKASI ABSTRACT

PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN. Rince Adrianti 1, Haposan Sirait 2 ABSTRACT ABSTRAK

PENDUGA RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KOEFISIEN KURTOSIS PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA

PENAKSIR RATA-RATA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERPOTONG. Agustinus Simanjuntak ABSTRACT

PENDUGA RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN GABUNGAN KOEFISIEN VARIASI DAN KOEFISIEN KURTOSIS PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA

ESTIMASI RASIO MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI DAN KORELASI PADA PRODUKSI KACANG TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk. kedua orang tuaku ibu Menik, bapak Slamet Suseno, ketiga kakakku Ani, Oky dan Pe i

PENDUGA RASIO PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI, KURTOSIS, DAN KORELASI

PENDUGA RASIO MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI, VARIASI VARIABEL BANTU, DAN KORELASI PADA PRODUKSI KEDELAI DI PULAU JAWA TAHUN 2013

PERBANDINGAN EFISIENSI PENDUGA RASIO EKSPONENSIAL

KOMBINASI PENAKSIR RASIO DAN PENAKSIR REGRESI UNTUK RATA-RATA POPULASI MENGGUNAKAN MEDIAN DAN KOEFISIEN SKEWNESS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA ABSTRACT

Sarimah. ABSTRACT

(R.10) ESTIMASI TOTAL POPULASI DENGAN MENGGUNAKAN PENAKSIR GENERALIZED REGRESSION (GREG)

MODIFIKASI FAMILI METODE ITERASI MULTI-POINT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Yolla Sarwenda 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

ESTIMASI RASIO MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI DAN KORELASI PADA PRODUKSI KACANG TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

KEAKURATAN PENDUGA RASIO MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI SELURUH STRATA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK STRATIFIKASI

PERBAIKAN METODE OSTROWSKI UNTUK MENCARI AKAR PERSAMAAN NONLINEAR. Rin Riani ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

METODE CHEBYSHEV-HALLEY DENGAN KEKONVERGENAN ORDE DELAPAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Anisa Rizky Apriliana 1 ABSTRACT ABSTRAK

DISTRIBUSI ERLANG DAN PENERAPANNYA. Rini Kurniasih 1, Getut Pramesti 2 Mahasiswi Pendidikan Matematika FKIP UNS, Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNS

Pengantar Statistika Matematika II

ESTIMASI PARAMETER UNTUK DISTRIBUSI HALF LOGISTIK. Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu penelitian, seringkali tidak mungkin untuk melakukan

MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

Oleh FATMA JULITA M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

VARIAN METODE HALLEY BEBAS TURUNAN KEDUA DENGAN ORDE KEKONVERGENAN ENAM. Siti Mariana 1 ABSTRACT ABSTRAK

Oleh FATMA JULITA M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT

SIMULASI DAMPAK MULTIKOLINEARITAS PADA KONDISI PENYIMPANGAN ASUMSI NORMALITAS

PENAKSIRAN PARAMETER REGRESI LINIER DENGAN METODE BOOTSTRAP MENGGUNAKAN DATA BERDISTRIBUSI NORMAL DAN UNIFORM

METODE MODIFIKASI NEWTON DENGAN ORDE KONVERGENSI Lely Jusnita 1

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen

KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

oleh PRITA DEWI HUTRIANA SARI NIM. M

FAMILI METODE ITERASI BEBAS TURUNAN DENGAN ORDE KONVERGENSI ENAM. Oktario Anjar Pratama ABSTRACT

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1.

FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA. Rahmawati ABSTRACT

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL DAN BERBAGAI METODE UNTUK PENDEKATAN SOLUSI PERSAMAAN NONLINEAR. Yeni Cahyati 1, Agusni 2 ABSTRACT

PENDUGAAN PARAMETER DISTRIBUSI BETA DENGAN METODE MOMEN DAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

MODIFIKASI METODE NEWTON DENGAN KEKONVERGENAN ORDE EMPAT. Yenni May Sovia 1, Agusni 2 ABSTRACT

Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Bayes

SOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR. Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 ABSTRACT

SEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT ABSTRACT

BEBERAPA METODE ITERASI ORDE TIGA DAN ORDE EMPAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Neli Sulastri 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA

FAMILI BARU METODE ITERASI BERORDE TIGA UNTUK MENEMUKAN AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR. Nurul Khoiromi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

Kontrak Kuliah Metode Statistika 2

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

STATISTIKA INDUSTRI 2 TIN 4004

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SAMPLING METHODS Metode Penarikan Contoh STK221 3(2-2)

STATISTIKA UNIPA SURABAYA

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi

The Central Limit Theorem

METODE ITERASI BEBAS TURUNAN BERDASARKAN KOMBINASI KOEFISIEN TAK TENTU DAN FORWARD DIFFERENCE UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

ESTIMASI TOTAL DAYA LISTRIK YANG HILANG MELALUI PROSES POISSON TERPANCUNG MAJEMUK

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

PERBANDINGAN ORDINARY RIDGE REGRESSION DAN UNBIASED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA DATA

Penentuan Momen ke-5 dari Distribusi Gamma

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

METODE BERTIPE STEFFENSEN SATU LANGKAH DENGAN KONVERGENSI SUPER KUBIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Neng Ipa Patimatuzzaroh 1 ABSTRACT

Pertemuan 8 STATISTIKA INDUSTRI 2 08/11/2013. Introduction to Linier Regression. Introduction to Linier Regression. Introduction to Linier Regression

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB 2 LANDASAN TEORI

STATISTIKA DASAR MAF Dosen: Dr. Lutfi Rohman Wenny Maulina, M.Si

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN

(M.9) PEMODELAN MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA STUDI DENGAN PENDEKATAN MODEL BINER BIVARIAT

METODE GENERALISASI SIMPSON-NEWTON UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN KONVERGENSI KUBIK. Resdianti Marny 1 ABSTRACT

KINERJA JACKKNIFE RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

PENAKSIR MAKSIMUM LIKELIHOOD DENGAN METODE ITERASI NEWTON - RAPHSON

OLEH : Riana Ekawati ( ) Dosen Pembimbing : Dra. Farida Agustini W, M.S

UNTUK PENGENDALIAN VARIABEL PROSES MULTIVARIAT

Kajian Simulasi terhadap Sensitivitas Portofolio Optimal Model Mean-Variance

Distribusi Peluang Kontinyu STATISTIK INDUSTRI 1. Distribusi Peluang Kontinyu. Distribusi Diskrit Uniform. Distribusi Diskrit Uniform 17/12/2014

PEMILIHAN KOEFISIEN TERBAIK KUADRATUR KUADRAT TERKECIL DUA TITIK DAN TIGA TITIK. Nurul Ain Farhana 1, Imran M. 2 ABSTRACT

KONVOLUSI DARI PEUBAH ACAK BINOMIAL NEGATIF

METODE ITERASI OPTIMAL TANPA TURUNAN BERDASARKAN BEDA TERBAGI ABSTRACT

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA

METODE ITERASI DUA LANGKAH BEBAS TURUNAN BERDASARKAN INTERPOLASI POLINOMIAL ABSTRACT

FORMULA SELISIH DAN PENJUMLAHAN BARISAN BILANGAN k-fibonacci. Rini Adha Apriani ABSTRACT

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER DENGAN BOOTSTRAP. Tarno. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Semarang. Subanar Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta

PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM MENAKSIR PARAMETER REGRESI UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS

(ESTIMASI/ PENAKSIRAN)

Distribusi Peluang Kontinyu STATISTIK INDUSTRI 1. Distribusi Peluang Kontinyu. Distribusi Diskrit Uniform. Distribusi Diskrit Uniform 13/11/2013

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar

Transkripsi:

PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KURTOSIS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA Erpan Gusnawan 1, Arisman Adnan 2, Haposan Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru 28293, Indonesia ragus nara@yahoocom ABSTRACT This paper is a review of Kadilar and Chingi Journal of Modern Applied Statistical Method, 35 (2006), 111 115 which discusses three estimators of ratio population variances Ŝ2 KC1, Ŝ2 KC2 and Ŝ2 KC3 of the population of variables Y using known auxiliary variables X on simple random sampling The three estimators Ŝ2 KC1, Ŝ2 KC2 and Ŝ2 KC3 are the modified of ratio variances estimator using coefficien of variation and kurtosis Bias and mean square error (M SE) of the three estimators are obtained by MacLaurin series approximation Furthermore, the M SE of each estimator is compared This comparison shows that the estimator having the smallest MSE is the most efficient estimator Keywords: Simple random sampling, ratio estimator, coef f icien of variation, kurtosis ABSTRAK Artikel ini merupakan tinjauan ulang artikel Kadilar dan Chingi Journal of Modern Applied Statistical Method, 35 (2006), 111 115 yang membahas tiga penaksir untuk rasio variansi populasi yaitu Ŝ2 KC1, Ŝ2 KC2 dan Ŝ2 KC3 dari populasi yang mempunyai variabel Y dengan variabel bantu X yang diketahui pada sampling acak sederhana Ketiga penaksir ŜKC1 2, Ŝ2 KC2 dan Ŝ2 KC3 merupakan modifikasi dari penaksir rasio variansi ŜR 2 menggunakan koefisien variasi dan kurtosis Bias dan mean square error (M SE) dari ketiga penaksir ditunjukkan melalui pendekatan deret MacLaurin Selanjutnya, masing-masing penaksir akan dibandingkan M SE Perbandingan ini dapat menunjukkan bahwa penaksir yang memiliki M SE paling kecil adalah penaksir yang efisien Kata kunci: Sampling acak sederhana, penaksir rasio, koefisien variasi, kurtosis 1

1 PENDAHULUAN Sampling probabilitas merupakan pengambilan sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terambil menjadi anggota sampel Pengambilan sampel berguna untuk menaksir nilai parameter dari populasi, yang dikenal dengan penaksir parameter populasi Penaksir dari parameter populasi ada yang dikenal dengan penaksir bias dan penaksir tak bias Variansi pada populasi Y akan ditaksir dengan menggunakan informasi tambahan populasi X yang telah diketahui Pemanfaatan informasi tambahan populasi X tersebut dilakukan dengan metode rasio Tujuan dari metode rasio adalah untuk meningkatkan ketelitian dengan mengambil manfaat hubungan antara y i dan x i, dimana y i adalah unit dari populasi Y dan x i adalah unit dari populasi X Pada tahun 1983 Isaki 3 mengajukan penaksir untuk variansi populasi yaitu ŜR 2, Kadilar dan Cingi 4 memodifikasi penaksir yang diajukan oleh Isaki dengan menggunakan koefisien variasi dan kurtosis Pada skripsi ini, dibahas ketiga penaksir tersebut yaitu Ŝ2 KC1, Ŝ2 KC2 dan Ŝ2 KC3 Selanjutnya, ditunjukkan bahwa ketiga penaksir tersebut bersifat takbias sehingga dibandingkan rata-rata kesalahan kuadrat atau (M SE) Semakin kecil MSE yang diperoleh maka penaksir semakin efisien Hal inilah yang mendasari untuk menggunakan penaksir rasio yang diajukan guna memilih M SE terkecil 2 PENAKSIR PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA Pada bagian ini dibahas beberapa penaksir untuk variansi populasi pada sampling acak sederhana serta beberapa definisi dan teorema yang merupakan teori pendukung untuk menyelesaikan permasalahan Penarikan sampel acak sederhana adalah suatu metode untuk mengambil unit dari populasi berukuran N, dimana setiap elemen mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan pengembalian atau tanpa pengembalian Dalam analisis data, terdapat ukuran untuk menjelaskan suatu distribusi data, diantaranya ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran Ukuran pemusatan merupakan ukuran yang menyatakan pusat dari sebaran data, beberapa diantaranya adalah rata-rata dan modus Terdapat beberapa ukuran penyebaran diantaranya variansi, simpangan baku dan koefisien variasi Koefisien variasi merupakan rasio dari standar deviasi terhadap nilai rata-ratanya, dinotasikan dengan C x didefinisikan sebagai 7, h 101 C x = S X Terdapat ukuran lain yang bisa diturunkan dari momen, diantaranya adalah koefisien kurtosis Koefisien kurtosis dinotasikan dengan β 2 dan didefinisikan 2

dengan 7, h 109 β 2 = µ rs µ r 2 20 µ r 2 02 Definisi 1 5, h 223 Penaksir ˆθ dikatakan penaksir takbias untuk parameter θ jika E(θ) ˆ = θ Jika penaksir tersebut bias, maka selisih dari E ˆ (θ) θ, dikatakan bias untuk penaksir θ untuk E ˆ (θ) θ Definisi 2 5, h 18 Misalkan ˆθ adalah penaksir bias untuk θ, untuk setiap θ Ω, Ω ruang parameter Rata-rata kesalahan kuadrat dari penaksir θ yang dinotasikan dengan MSE(ˆθ) = E(ˆθ θ) 2 Definisi 3 5, h 184 Misalkan ˆθ 1 dan ˆθ 2 adalah penaksir bias untuk θ, selanjutnya misalkan MSE(ˆθ 1 ) dan MSE(ˆθ 1 ) adalah MSE dari ˆθ 1 dan ˆθ 2, maka efisiensi relatif ˆθ 1 terhadap ˆθ 2 dinotasikan dengan RE(ˆθ 1, ˆθ 2 ) dan didefinisikan dengan RE(ˆθ 1, ˆθ) = MSE(ˆθ 1 ) MSE(ˆθ 2 ) Jika RE(ˆθ 1, ˆθ 2 ) < 1, artinya MSE(ˆθ 1 ) lebih kecil dari MSE(ˆθ 2 ) Sehingga dapat disimpulkan bahwa penaksir ˆθ1 lebih efisien dari penaksir ˆθ2 Berdasarkan Definisi (3) dapat ditulis sebagai berikut: dapat juga ditulis MSE(ˆθ 1 ) MSE(ˆθ 2 ) < 1, MSE(ˆθ 1 ) MSE(ˆθ 2 ) < 0, sehingga penaksir yang efisien antara penaksir ˆθ1 dan penaksir ˆθ2 dapat ditentukan berdasarkan selisih MSE(ˆθ 1 ) dengan MSE(ˆθ 2 ) Teorema 4 (Deret Taylor) 1, h 189 Misalkan k A dan I = a, b, misalkan f : I R dan f, f, f,, f (k) adalah kontinu pada I dan f k+1 ada pada (a, b) Jika x 0 I maka untuk sembarang x I terdapat suatu titik c (x, x 0 ) sehingga f(x) =f(x 0 ) + (x x 0 )f (x 0 ) + (x x 0) 2 f (x 0 ) + + (x x 0) k f k (x 0 ) 2! k! + (x x 0) k+1 f k+1 (c) k + 1! 3

Bukti lihat 1, h 189 Teorema 5 2 Jika s 2 y merupakan variansi sampel yang diperoleh dari sampel acak sederhana, maka variansi s 2 y yang dinotasikan dengan V (s 2 y) didefinisikan dengan V (s 2 y) = γsy(β 4 2(y) 1), dengan γ = 1 n, β 2(y) = 1 N 1 N n (y i Ȳ )4 i=1 n (y i Ȳ )2 i=1 2 Kovariansi dari variansi sampel acak sederhana s 2 y dan variansi dari sampel acak sederhana s 2 x adalah cov ( s 2 y, s 2 x) = γs 2 y S 2 x(λ 22 1) Bukti lihat 6, h 35 3 PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KURTOSIS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA Pada bagian ini dibahas bias, mean square error, serta perbandingan mean square error dari penaksir rasio yang diajukan oleh Kadilar dan Chingi 4 yaitu ŜKC1 2 = s 2 Sx 2 + C x y, s 2 x + C x S ŜKC2 2 = s 2 2 x + β 2(x) y, s 2 x + β 2(x) S ŜKC3 2 = s 2 2 x β 2(x) + C x y s 2 xβ 2(x) + C x Ketiga penaksir tersebut dapat ditentukan efisiensinya dengan membandingkan M SE dari masing-masing penaksir Semakin kecil M SE yang diperoleh dari masingmasing penaksir maka penaksir tersbut akan lebih efisien 31 BIAS DARI PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI 1 Bias dan MSE dari penaksir rasio untuk variansi populasi Ŝ2 KC1 ) B = γs 2yA 1 A 1 (β 2(x) 1) (λ 22 1), (Ŝ2 KC1 adalah 3 4

( ) MSE(Ŝ2 KC1) γsy 4 (β 2(y) 1) + A 2 1(β 2(x) 1) 2A 1 (λ 22 1), (1) ( ) S 2 dengan A 1 = x Sx 2 + C x 2 Bias dan MSE dari penaksir rasio untuk variansi populasi Ŝ2 KC2 adalah 3 B(Ŝ2 KC2) = γsya 2 2 A 2 (β 2(x) 1) (λ 22 1), ( ) MSE(Ŝ2 KC2) γsy 4 (β 2(y) 1) + A 2 2(β 2(x) 1) 2A 2 (λ 22 1), (2) ( ) Sx 2 dengan A 2 = Sx 2 + β 2(x) 3 Bias dan MSE dari penaksir rasio untuk variansi populasi Ŝ2 KC3 adalah 3 B(Ŝ2 KC3) = γsya 2 3 A 3 (β 2(x) 1) (λ 22 1), MSE(Ŝ2 KC3) γs 4 y ( S 2 ) dengan A 3 = xβ 2(x) SxC 2 x + β 2(x) ( ) (β 2(y) 1) + A 2 3(β 2(x) 1) 2A 3 (λ 22 1), (3) 32 PENAKSIR YANG EFISIEN UNTUK VARIANSI POPULASI Perbandingan MSE dari penaksir Ŝ2 KC1 dengan penaksir Ŝ2 KC2 Untuk mendapatkan penaksir yang lebih efisien antara penaksir ŜKC1 2 dan penaksir Ŝ2 KC2, dapat ditunjukkan dengan menentukan selisih antara MSE Ŝ2 KC1 pada persamaan (1) dan MSE Ŝ2 KC2 pada persamaan (2) berdasarkan Definisi (3) yaitu MSE(Ŝ2 KC1 Ŝ2 KC2) =γsy(a 4 1 A 2 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) (4) Dari persamaan (4) terdapat dua kemungkinan, yaitu A Kemungkinan pertama adalah γs 4 y(a 1 A 2 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Karena γsy 4 0 maka akan ditunjukkan (A 1 A 2 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 (5) 5

Dari persamaan (5) terdapat dua kemungkinan, yaitu a (A 1 A 2 ) < 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Pertidaksamaan (A 1 A 2 ) < 0 dapat diperoleh jika β 2(x) < C x, (6) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 diperoleh jika persamaan (6) dan (7) dapat juga ditulis β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ), (7) 2(λ 22 1) + ( ) < β 2(x) < C x (8) b (A 1 A 2 ) > 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Pertidaksamaan (A 1 A 2 ) > 0 diperoleh jika β 2(x) > C x, (9) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 dapat diperoleh jika persamaan (9) dan (10) dapat juga ditulis β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ), (10) C x < β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) (11) Dari persamaan (8) dan persamaan (11) dapat disimpulkan MSE(Ŝ2 KC1 ) lebih efisien dari pada MSE(Ŝ2 KC2 ) jika syarat 2(λ 22 1) + ( ) < β 2(x) < C x terpenuhi atau memenuhi syarat C x < β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) B Kemungkinan kedua adalah γs 4 y(a 1 A 2 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Karena γsy 4 0 maka akan ditunjukkan (A 1 A 2 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 (12) Dari persamaan (12) terdapat dua kemungkinan, yaitu a (A 1 A 2 ) > 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Pertidaksamaan (A 1 A 2 ) < 0 diperoleh jika 6

β 2(x) > C x, (13) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 diperoleh jika β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ) (14) b (A 1 A 2 ) < 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Peridaksamaan (A 1 A 2 ) < 0 diperoleh jika β 2(x) < C x, (15) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 diperoleh jika β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) (16) Dari persamaan (13), (14), (15) dan (16) dapat disimpulkan MSE(Ŝ2 KC2 ) akan lebih efisien dari pada MSE(Ŝ2 KC1 ) jika memenuhi syarat β 2(x) > C x dan β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ) atau syarat dari β 2(x) < C x dan β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) terpenuhi Perbandingan MSE dari penaksir Ŝ2 KC1 dengan penaksir Ŝ2 KC3 Untuk mendapatkan penaksir yang lebih efisien antara penaksir ŜKC1 2 dan penaksir Ŝ2 KC3, dapat ditunjukkan dengan menentukan selisih antara MSE Ŝ2 KC1 pada persamaan (1) dan MSE Ŝ2 KC3 pada persamaan (3) berdasarkan Definisi (3) yaitu MSE(Ŝ2 KC1 Ŝ2 KC3) =γsy(a 4 1 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) (17) Dari persamaan (17) terdapat dua kemungkinan, yaitu A Kemungkinan pertama adalah γs 4 y(a 1 A 3 ) Karena γs 4 y 0 maka akan ditunjukkan (A 1 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) Dari persamaan (18) terdapat dua kemungkinan, yaitu a (A 1 A 3 ) < 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Pertidaksamaan (A 1 A 3 ) < 0 diperoleh jika < 0 < 0 (18) β 2(x) > 1, (19) 7

dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 diperoleh jika β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ), (20) b (A 1 A 3 ) > 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Pertidaksamaan (A 1 A 3 ) > 0 diperoleh jika β 2(x) < 1, (21) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 diperoleh jika β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) (22) Dari persamaan (19), (20), (21) dan (22) dapat disimpulkan MSE(Ŝ2 KC1 ) lebih efisien dari pada MSE(Ŝ3 KC2 ) jika memenuhi syarat β 2(x) > 1 danβ 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ) atau dapat memenuhi syarat dari β 2(x) < 1 dan β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) B Kemungkinan kedua adalah γs 4 y(a 1 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Karena γsy 4 0 maka akan ditunjukkan (A 1 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 (23) Dari persamaan (23) terdapat dua kemungkinan, yaitu a (A 1 A 3 ) > 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Pertidaksamaan (A 1 A 3 ) > 0 dapat diperoleh jika β 2(x) < 1, (24) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 diperoleh jika persamaan (24) dan (25) dapat juga ditulis β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ), (25) 2(λ 22 1) + ( ) < β 2(x) < 1 (26) 8

b (A 1 A 3 ) < 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Pertidaksamaan (A 1 A 2 ) < 0 diperoleh jika β 2(x) > 1, (27) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 diperoleh jika persamaan (27) dan (28) dapat juga ditulis β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ), (28) 1 < β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) (29) Dari persamaan (26) dan persamaan (29) dapat disimpulkan MSE(Ŝ2 KC3 ) lebih efisien dari pada MSE(Ŝ2 KC1 ) jika memenuhi syarat 2(λ 22 1) + ( ) < β 2(x) < 1 atau memenuhi syarat dari persamaan 1 < β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) Perbandingan MSE dari penaksir Ŝ2 KC2 dengan penaksir Ŝ2 KC3 Untuk mendapatkan penaksir yang lebih efisien antara penaksir ŜKC2 2 dan penaksir Ŝ2 KC3, dapat ditunjukkan dengan menentukan selisih antara MSE Ŝ2 KC2 pada persamaan (2) dan MSE Ŝ2 KC3 pada persamaan (3), berdasarkan Definisi (3) yaitu MSE ) (Ŝ2 KC2 Ŝ2 KC3 =γsy(a 4 2 A 3 ) 2(λ 22 1) Dari persamaan (30) terdapat dua kemungkinan, yaitu A Kemungkinan pertama adalah γs 4 y(a 2 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) (30) < 0 Karena γsy 4 0 maka akan ditunjukkan (A 2 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 (31) Dari persamaan (31) terdapat dua kemungkinan, yaitu a (A 2 A 3 ) < 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Pertidaksamaan (A 2 A 3 ) < 0 diperoleh jika β 2(x) > C x, (32) 9

dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 diperoleh jika β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ), (33) b (A 2 A 3 ) > 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Pertidaksamaan (A 2 A 3 ) > 0 diperoleh jika β 2(x) < C x, (34) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 diperoleh jika β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) (35) Dari persamaan (32), (33), (34) dan (35) dapat disimpulkan MSE(Ŝ2 KC2 ) akan lebih efisien dari pada MSE(Ŝ2 KC3 ) jika memenuhi syarat dari β 2(x) > Cx dan β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ) atau memenuhi syarat β 2(x) < C x dan β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) B Kemungkinan kedua adalah γs 4 y(a 2 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0, Karena γs 4 y 0 maka akan ditunjukkan (A 2 A 3 ) ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 (36) Dari persamaan (36) terdapat dua kemungkinan, yaitu a (A 2 A 3 ) > 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 Pertidaksamaan (A 2 A 3 ) > 0 diperoleh jika β 2(x) < C x, (37) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) > 0 diperoleh jika persamaan (37) dan (38) dapat juga ditulis β 2(x) > 2(λ 22 1) + ( ), (38) Cx < β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) (39) 10

b (A 2 A 3 ) < 0 dan ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 Pertidaksamaan (A 2 A 3 ) < 0 diperoleh jika β 2(x) > C x, (40) dan untuk ( )(β 2(x) 1) 2(λ 22 1) < 0 diperoleh jika persamaan (40) dan (41) dapat juga ditulis β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ), (41) 2(λ 22 1) + ( ) < β 2(x) < C x (42) Dari persamaan (39) dan (42) dapat disimpulkan MSE(Ŝ2 KC3 ) lebih efisien dari pada MSE(Ŝ2 KC2 ) jika memenuhi syarat C x < β 2(x) < 2(λ 22 1) + ( ) memenuhi syarat 2(λ 22 1) + ( ) < β 2(x) < C x atau 4 KESIMPULAN Pada artikel ini telah ditunjukkan syarat keefisienan suatu penaksir terhadap penaksir lainnya, sehingga akan menjadi rujukan untuk memilih penaksir yang lebih efisien Berdasarkan hasil yang didapat pada pembahasan tersebut maka dapat ditentukan syarat untuk menentukan penaksir yang relatif efisien untuk digunakan tergantung sampel yang dimiliki Berdasarkan syarat-syarat di atas dapat disimpulkan efisiensi dari suatu penaksir terhadap penaksir lainnya tergantung besar atau kecilnya nilai dari koefisien kurtosis (β 2 ) dan koefisien variasinya (C x ) DAFTAR PUSTAKA 1 R G Bartle dan D R Sherbert, Introduction to Real Analysis, 4 th Ed, Jhon Wiley and Sons, New York, 2010 2 S Gupta dan J Shabb, Variance estimation in simple random sampling using auxiliari information, Journal of Modern Applied Statistical Methods, 37 (2008), 57-67 3 C T Isaki,Variance estimation using auxiliary information, Journal of the American Statistical Association, 78 (1983), 117-123 11

4 C Kadilar dan H Cingi, Improvement in variance estimation using auxiliary information, Hacettepe Journal of Mathematics and Statistics, 35 (2006), 111-115 5 D C Montgomery dan G C Runger, Applied Statistics and Probability for Engineers, Second Edition, John Willey dan Sons, New York, 1999 6 P V Sukhatme, Sampling Theory of Surveys with Applications, The Indian Council of Agricultural Research, New Delhi, 1976 7 Sudjana, Metoda Statistika, Edisi keenam, Tarsito, Bandung, 2005 12