DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS LAPORAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

KEBIJAKAN DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN PELATIHAN DITJEN BINALATTAS - KEMNAKER

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

PENGAMBANGAN SKKNI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL

Darmawansyah, ST, M.Si /

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

DOKUMEN PENETAPAN PERJANJIAN KINERJA

Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

LAKIP BPPSDMP TAHUN 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ikhtisar Eksekutif. vii

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

L A P O R A N K I N E R J A

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

IKHTISAR EKSEKUTIF. Target Realisasi Kategori Penilaian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Indikator Kinerja. Persentase. pencari kerja

SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG LOGISTIK. Yukki Nugrahawan Hanafi

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

II Tahun Anggaran 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

K A T A P E N G A N T A R

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

Kementerian Perindustrian

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA 2018

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH Jl. Cendrawasih No. 28 Telp./ Fax. (0287)

2016, No Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS TENAGA KERJA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

AH UN H f ls I. sm? Iftwsfiiist#' ".-» ( */ ji»«*i «"HJ" inni«r7! V"'' EKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DOKUMEN PENETAPAN PERJANJIAN KINERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PEMERINTAH PROVINSI BALI. LAPORAN KINERJA (LKjIP) DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Bab II Perencanaan Kinerja

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

Transkripsi:

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS LAPORAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN

Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan R.I

KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tahun disusun dalam rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan laporan ini mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Ditjen Binalattas merupakan gambaran capaian kinerja Ditjen Binalattas selama tahun anggaran, sekaligus merupakan cerminan pelaksanaan misi Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka mencapai visi yaitu Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Misi yang terkait dengan dengan Ditjen Binalattas adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemerintah, Ditjen Binalattas telah menyelenggarakan agenda pembangunan prioritas yang tercantum dalam Nawa Cita yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. Dalam rangka mencapai visi Pemerintah tersebut Ditjen Binalattas melakukan langkah pembenahan dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai bagian dari reformasi birokrasi, karena tahun merupakan tahun kedua RPJMN 2015 2019 sehingga perlu disampaikan capaian kinerja selama 1 tahun dalam rangka untuk memberikan gambaran kinerja yang telah dicapai dan menjadi evaluasi dalam menyusunan kegiatan pada tahun berikutnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 27 Tahun tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015-2019, Ditjen Binalattas telah memiliki 2 Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) dan 4 Indikator Kinerja Program (IKP) yang merupakan ukuran capaian kinerja baik secara kuantitatif ii

iii

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar......... Daftar Isi............ Daftar Tabel............. Daftar Gambar........... Daftar Singkatan.......... Ikhtisar Eksekutif...... ii iv v vi vii ix BAB I PENDAHULUAN....... 1 A. Latar Belakang..... 1 B. Tugas dan Fungsi Ditjen Binalattas........ 2 C. Peran Strategis Bidang Pelatihan dan Produktivitas... 4 D. Isu Strategis Di Bidang Pelatihan dan Produktivitas. 7 BAB II PERENCANAAN KINERJA........ 10 A. Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan...... 10 B. Perjanjian Kinerja Tahun... 15 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA....... 16 A. Capaian Indikator Kinerja Ditjen Binalattas Tahun... 16 B. Realisasi Anggaran...... 34 BAB IV PENUTUP.......... 42 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Binalattas Tahun 2. Pengukuran Kinerja Ditjen Binalattas Tahun iv

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perjanjian Kinerja Tahun....... 15 Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Ditjen Binalattas Tahun... 17 Tabel 3. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 1... 18 Tabel 4. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 2... 22 Tabel 5. Penyebaran LSP Per Sektor s.d Tahun... 25 Tabel 6. Penyebaran LSP Bedasarkan Wilayah s.d Tahun... 26 Tabel 7. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 3... 28 Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bersertifikat Kompetensi s.d Tahun... 29 Tabel 9. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 4... 31 Tabel 10. Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Sebelum Self Blocking... 36 Tabel 11. Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Sesudah Self Blocking... 38 Tabel 12. Rekapitulasi dan Realisasi Keuangan Ditjen Binalattas Tahun 2014... 39 v

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Ditjen Binalattas....... 3 Gambar 2. Kondisi Ketenagakerjaan Umum Di Indonesia... 6 Gambar 3. 8 Profesi Yang Akan Bersaing Dalam MEA... 8 Gambar 4. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2011... 33 Gambar 5. Konferensi Gerakan Produktifitas Nasional Tahun... 35 Gambar 6. Grafik Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Dengan Realisasi Keuangan dan Fisik Tahun 2010 -... 40 vi

DAFTAR SINGKATAN AEC APBN APBN-P ASEAN Economic Community Anggaran Pendapatan Belanja Negara Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Perubahan ASEAN Association of Southeast Asian Nations BLK BLKLN BPPD BPS BNSP DIPA Ditjen Binalattas GIZ IKK IKP IKSS K/L KKNI Balai Latihan Kerja Balai Latihan Kerja Luar Negeri Balai Peningkatan Produktivitas Daerah Biro Pusat Statistik Badan Nasional Sertifikasi Profesi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia vii

KMPI LA-LPK LPK LPKS MEA MRA NSPK PDB PK Renstra RPJMN SDM TLRT TKI UPTD UPTP UMP Kerangka Mutu Pelatihan Indonesia Lembaga Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja Lembaga Pelatihan Kerja Lembaga Pelatihan Kerja Swasta Masyarakat Ekonomi ASEAN Mutual Recognition Arrangements Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Produk Domestik Bruto Perjanjian Kerja Rencana Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Sumber Daya Manusia Tata Laksana Rumah Tangga Tenaga Kerja Indonesia Unit Pelaksana Teknis Daerah Unit Pelaksana Teknis Pusat Upah Minimum Provinsi viii

IKHTISAR IKHTISAR EKSEKUTIF EKSEKUTIF

IKHTISAR EKSEKUTIF Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas adalah unit kerja eselon 1 di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan RI yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015 2019 maka salah satu sasaran strategis yang akan dicapai adalah pelatihan kerja dan produktivitas. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut maka agenda dan sasaran pembangunan nasional yang terkait dengan Ditjen Binalattas adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional yang dilakukan melalui peningkatan daya saing tenaga kerja. Dengan mengacu pada agenda dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan Ditjen Binalattas telah menetapkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun. Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun, sampai dengan berakhirnya tahun anggaran capaian kinerja Ditjen Binalattas dapat dilihat pada tabel capaian kinerja Ditjen Binalattas Tahun. Secara umum dari 4 Indikator Kinerja Program (IKP), 3 IKP dapat tercapai melebihi target, 1 IKP belum mencapai target, hal ini dikarenakan penghematan belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran. ix

CAPAIAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN NO SASARAN PROGRAM 1 Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing INDIKATOR KINERJA PROGRAM 1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi 2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi REALISASI 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 PENCAPAIAN TARGET RENSTRA S.D 14,46 17,00 12,50 73,53 32,00 39,06 222,00 58,00 100,00 172,41 94,00 106,38 3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi 4 Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) 1481,25 64,00 46,52 72,69 79,00 58,89 4,62 3,73 6,60 176,87 9,26 71,24 IKP-1 2.502 Lembaga IKP-2 644 Lembaga IKP-3 IKP-4 79,66 231.962 Orang Juta per Tenaga Kerja per tahun Capaian Kinerja : 73,53 Capaian Kinerja : 172,41 Capaian Kinerja : 72,69 Capaian Kinerja : 176,87 x

Ditjen Binalattas Kementerian Ketenagakerjaan RI, telah melakukan identifikasi secara mandiri terhadap program/kegiatan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan melalui blokir mandiri (self blocking) pada Ditjen Binalattas sebesar Rp. 124.175.686.000,- pada tanggal 29 September. Sehingga pagu Ditjen Binalattas setelah dikurangi self blocking adalah sebesar Rp 954.625.158.000,00. Realisasi tahun Ditjen Binalattas adalah Rp 885.443.960.234,00 dengan pagu sebesar Rp 1.078.800.844.00,00 maka realisasi keuangan sebesar 82,08, sedangkan dengan pagu setelah dikurangi self blocking yaitu Rp 954.625.158.000,00 maka realisasi keuangan Ditjen Binalattas adalah 92,75. Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan penjadwalan ulang kembali semua kegiatan agar dapat diprediksi penyerapan sampai dengan bulan Desember, melakukan identifikasi terhadap kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dan bila memungkinkan dilakukan revisi sehingga anggaran yang tersedia dapat diserap secara optimal. Penyerapan anggaran dibawah 90 karena ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilakukan karena adanya self blocking, sehingga realisasi keuangan yang dicapai hanya sebesar 82,08. Mengingat pada tahun adalah tahun kedua pelaksanaan RPJMN tahun 2015-2019, maka tahun ini menjadi awal dari pencapaian target RPJMN tahun 2015-2019. Capaian kinerja tahun ini menjadi indikasi bahwa pelaksanaan program peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas telah memberikan kontribusi bagi tenaga kerja dalam upaya meningkatan kompetensinya, kendati masih memiliki berbagai kekurangan. xi

BAB I BAB I BAB II BABPERE PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB II

BAB I A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015 2019 bahwa sasaran strategis yang akan dicapai adalah peningkatan daya saing tenaga kerja agar dapat bersaing dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Untuk itu maka agenda dan sasaran pembangunan di bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari agenda dan sasaran pembangunan nasional, pembangunan bidang ekonomi, pembangunan lintas bidang dan pembangunan wilayah demi terwujudnya 9 Agenda Pembangunan Nasional 2015 2019. Agenda Pembangunan Nasional 2015 2019 yang terkait dengan Ditjen Binalattas adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional yang dilakukan melalui peningkatan daya saing tenaga kerja dengan sasaran meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja melalui pelaksanaan pelatihan tenaga kerja dari 1.921.283 orang pada tahun 2014 menjadi 2.170.377 orang pada tahun 2019, memperbesar proporsi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan diakui secara nasional dan internasional melalui serangkaian proses sertifikasi tenaga kerja berkeahlian tinggi dari 8,4 menjadi 14 dan tenaga kerja berkeahlian menengah yang kompeten dari 30 menjadi 42, sertifikasi untuk tenaga kerja dari 576.887 orang pada tahun 2014 menjadi 863.819 orang pada tahun 2019 serta meningkatkan kinerja lembaga pelatihan 1

milik pemerintah untuk menjadi lembaga pelatihan berbasis kompetensi dari 5 menjadi 25. Dalam upaya perwujudan tujuan di atas maka keberadaan organisasi Ditjen Binalattas Kementerian Ketenagakerjaan RI didasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan RI, harus dapat dirasakan lebih nyata oleh masyarakat sebagaimana tertuang dalam Nawa Cita yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional melalui pelatihan kerja. Ditjen Binalattas sebagai salah satu Direktorat Teknis di Kementerian Ketenagakerjaan RI mengemban tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas. Dengan peran dan tugas tersebut, diharapkan organisasi Ditjen Binalattas mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan dibidang pelatihan dan produktivitas yang berkualitas dan implementatif. B. TUGAS DAN FUNGSI DITJEN BINALATTAS Ditjen Binalattas sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan RI, merupakan unsur pelaksana pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas. Ditjen Binalattas dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang bertanggung jawab kepada Menteri Ketenagakerjaan RI. 2

Gambar 1 Struktur Organisasi Ditjen Binalattas BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI (BNSP) DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS SEKRETARIAT BNSP SEKRETARIAT DITJEN BINALATTAS DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN KERJA DIREKTORAT BINA INSTRUKTUR DAN TENAGA PELATIHAN DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN PELATIHAN DIREKTORAT BINA PEMAGANGAN DIREKTORAT BINA PRODUKTIVITAS 17 UPTP BLK 2 UPTP BPP Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Ditjen Binalattas didukung oleh 2 Sekretariat dan 5 Direktorat setingkat Eselon II A. Disamping itu, terdapat 19 Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) di lingkungan Ditjen Binalattas. Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Ditjen Binalattas mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : 1. Tugas Ditjen Binalattas mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas. 3

2. Fungsi Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja, kelembagaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan, dan produktivitas; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pelatihan kerja dan peningkatan mutu pengelolaan lembaga pelatihan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja, kelembagaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan dan produktivitas; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja, kelembagaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan, dan produktivitas; e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja, kelembagaaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan dan produktivitas; f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas;dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. C. PERAN STRATEGIS BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Kondisi ketenagakerjaan Indonesia secara umum, dalam Gambar 1, dapat terlihat bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia pada tahun sebesar 125,44 juta orang (Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik No.103/11/Th.XIX, 07 November data diolah Pusdatin Naker). Dari total angkatan kerja tersebut, sekitar 94,39 (118,41 juta orang) adalah penduduk 4

yang bekerja dan sekitar 5,61 (7,03 juta orang) adalah pengangguran. Dari jumlah penduduk yang bekerja tersebut, sebagian besar pekerja bekerja pada sektor pertanian (31,90 ), sektor perdagangan (22,54 ) dan sektor jasa kemasyarakatan (16,43 ). Menurut jumlah jam kerja selama seminggu, sekitar 72,78 bekerja > 34 jam/minggu. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi oleh penganggur yang berpendidikan <SD (2,88 ), SMP (5,75 ), SMA (8,73 ), SMK (11,11 ), Diploma (6,04 ) dan Universitas (4,87 ) Dari sisi kualitas tenaga kerja, lemahnya kemampuan yang dicerminkan dari rendahnya tingkat pendidikan dan produktivitas pekerja dirasakan sebagai hambatan utama bagi penciptaan usaha baru dalam membuka investor baru masuk. Sejauh ini struktur pekerja kedepan masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah dan kompetensi yang terbatas. Hal ini akan menjadi hambatan utama dalam upaya meningkatkan daya saing nasional. Kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pengembangan perekonomian kedepan. Pengembangan sumber daya manusia yang memiliki skill dan kompetensi membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikembangkan Kementerian Ketenagakerjaan RI merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kompetensi dan skill pekerja. Namun, saat ini keberadaan BLK tersebut masih belum optimal. Berkenaan dengan kondisi ketenagakerjaan secara umum diatas, telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja yang dilakukan melalui pelatihan berbasis kompetensi di BLK. Untuk mendukung pelaksanaan pelatihan maka dilakukan kegiatan pengembangan standar kompetensi kerja, revitalisasi lembaga pelatihan kerja melalui penyediaan sarana pelatihan kerja, peningkatan kompetensi instruktur dan tenaga pelatihan. Untuk menjamin kompetensi tenaga kerja dilakukan sertifikasi kompetensi yang 5

dilaksanakan oleh Badan Nasional sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Gambar 2 Kondisi Ketenagakerjaan Umum Di Indonesia (Agustus ) PENGANGGUR TERBUKA MASALAH UTAMA KETENAGAKERJAAN ANGKATAN KERJA 125,44 (66,34) BEKERJA 7,03 (5,61 ) < SD : 1,48 (21,05) SMP : 1,3 (18,49) SMA : 1,95 (27,74) SMK : 1,52 (21,62) D I/II/III : 0,22 (3,13) UNIV : 0,56 (7,97) BEKERJA TIDAK PENUH (<34 jam/mg) 32,23 (27,22) PARUH WAKTU 23,26 (72,17) SETENGAH PENGGANGGUR 8,97 (27,83) < SD : 49,97 (42,20) SMP : 21,36 (18,04) SMA : 20,41 (17,24) SMK : 12,17 (10,28) D I/II/III : 3,41 ( 2,88) UNIV : 11,09 ( 9,37) 118,41 (94,39) PERTANIAN : 37,77 (31,90) INDUSTRI : 15,54 (13,12) BANGUNAN : 7,98 ( 6,74) PERDAGANGAN : 26,69 (22,54) ANGKUTAN : 5,61 ( 4,74) KEUANGAN : 3,53 ( 2,98 ) JASA : 19,46 (16,43) LAINNYA : 1,83 ( 1,55) BEKERJA PENUH (>34 jam/mg) 86,18 (72,78) Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik November, Diolah Pusdatinaker 6

Dengan kondisi tersebut peran program peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas menjadi sangat penting dalam pengembangan kompetensi tenaga kerja. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja, maka langkah strategis yang dilakukan melalui pengembangan standar kompetensi kerja melalui pelatihan kerja melalui pelatihan berbasis kompetensi, peningkatan kompetensi kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, peningkatan kapasitas kelembagaan, pengembangan kompetensi instruktur, pengembangan sistem sertifikasi profesi serta peningkatan produktivitas tenaga kerja. Dalam rangka ASEAN Economic Community (AEC) / Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka pemerintah dituntut untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing di pasar kerja global. Untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing diperlukan komitmen dari semua pihak baik dari pemerintah maupun swasta. Untuk itu telah dilakukan kerjasama antara lembaga pelatihan dengan industri diberbagai wilayah melalui pembentukan Forum Komunikasi Industri. D. ISU STRATEGIS DI BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Dalam rangka penerapan MEA, maka pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja Indonesia agar dapat bersaing di pasar kerja global. Sampai dengan saat ini kesiapan Indonesia menghadapi MEA pada 12 sektor prioritas masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada pelaksanaan MEA, 7 sektor perdagangan dan industri yaitu produk berbasis pertanian, produk karet, kayu, perikanan, tekstil dan produk tekstil, elektronika dan otomotif. 5 sektor jasa yaitu pariwisata, logistik, jasa online, kesehatan, penerbangan. Pemerintah Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap delapan profesi yang menjadi prioritas menyusul penandatanganan Mutual Recognition Arrangements (MRA) antara negara ASEAN. Dalam MRA, ada delapan profesi yakni akuntansi, teknik, survei, arsitektur, keperawatan, kesehatan, perawatan gigi 7

dan pariwisata yang akan terkena dampak kebijakan MEA. Delapan profesi tersebut memiliki aturan dan kesepakatan masing-masing. Misalnya, ada ASEAN Mutual Recognition Arrangements on Engineering Services, ASEAN MRA on Nursing Service, dan sebagainya. Artinya, negara-negara yang tergabung dalam MEA akan menerima tenaga kerja untuk profesi-profesi tersebut antara satu dengan lainnya, termasuk Indonesia. Untuk itu, delapan profesi tersebut harus segera menyesuaikan diri dan meningkatkan standarnya agar bisa bersaing dengan tenaga profesional dari luar. Gambar 3 8 Profesi Yang Akan Bersaing Dalam MEA 8

Agar dapat bersaing, sektor-sektor tersebut akan dilakukan sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerjanya untuk saling diakui di ASEAN. Isu strategis yang terkait dengan bidang pelatihan dan produktivitas dalam menghadapi MEA adalah infrastruktur pelatihan dan produktivitas pada masing-masing sektor belum semuanya ada, sehingga dampak dari MEA adalah tenaga kerja Indonesia tidak dapat memanfaatkan peluang untuk bersaing di pasar kerja global karena kompetensi yang dimiliki belum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja global. 9

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II A. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN Pada dasarnya arah kebijakan dan strategi Kementerian Ketenagakerjaan RI selaras dan mendukung agenda, sasaran dan arah kebijakan pembangunan nasional, pembangunan bidang ekonomi, pembangunan wilayah, serta pembangunan bidang aparatur negara. Sembilan agenda prioritas pembangunan bidang ketenagakerjaan, yang disebut dengan NAWA KERJA KETENAGAKERJAAN, yaitu : 1. Penguatan Perencanaan Tenaga Kerja Nasional; 2. Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja; 3. Percepatan Sertifikasi Profesi; 4. Perluasan Kesempatan Kerja Formal; 5. Penguatan Wirausaha Produktif; 6. Penciptaan Hubungan Industrial yang Sehat dan Produktif; 7. Penegakan Hukum Ketenagakerjaan; 8. Peningkatan Perlindungan Pekerja Imigran; 9. Pelayanan Ketenagakerjaan Sederhana, Transparan dan Akuntabel. Adapun arah kebijakan dan strategi Kementerian Ketenagakerjaan RI dijabarkan dalam Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja untuk memasuki pasar tenaga kerja : 10

1. Harmonisasi, standarisasi dan sertifikasi kompetensi melalui kerjasama lintas sektor, lintas daerah dan lintas negara mitra bisnis dalam kerangka keterbukaan pasar, dilakukan melalui strategi: a. Percepatan penetapan standar kompetensi seluruh sektor (K/L) dengan menyusun Rencana Induk Pengembangan Standar Kompetensi, Peta Kompetensi, Standar Kompetensi dan Pemaketan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); b. Percepatan akreditasi Lembaga Pelatihan; c. Percepatan penerapan pelatihan berbasis kompetensi dengan mendorong semua lembaga pelatihan untuk menerapkan pelatihan berbasis kompetensi mengacu pada kualifikasi dan okupasi; d. Percepatan sertifikasi tenaga kerja dan lulusan pelatihan dengan mendorong Badan Nasional Sertifikasi Profesi untuk membangun infrastruktur sertifikasi di setiap daerah; e. Peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja nasional yang mampu menempatkan dan menyalurkan tenaga kerja berkualitas di dalam dan luar negeri yang mendukung skilled based industries; f. Peningkatan produktivitas dan kompetensi tenaga kerja nasional melalui sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja serta penerapannya yang didukung peningkatan jumlah dan kapasitas asesor berbasis kerangka kualifikasi nasional indonesia untuk mendorong perubahan struktur tenaga kerja secara bertahap dari sektor/sub sektor lapangan usaha yang produktivitasnya rendah ke sektor/sub sektor yang produktivitasnya tinggi; g. Peningkatan kebijakan pemerintah untuk memperkuat sumber-sumber pendanaan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas keahlian tenaga kerja khususnya dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja yang mendukung skilled based industries; 11

h. Peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja yang mendukung skilled based industries untuk mendorong perubahan struktur tenaga kerja secara bertahap dari sektor/sub sektor lapangan usaha yang produktivitasnya rendah ke sektor/sub sektor yang produktivitasnya tinggi melalui standarisasi lembaga pelatihan berbasis kompetensi dalam kerangka Pasar Bebas AEC (ASEAN Economic Community) sehingga meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil yang siap menghadapi keterbukaan pasar; i. Peningkatan jumlah pekerja yang berpendapatan menengah ke pendapatan menengah tingkat atas melalui Transformasi Struktur Tenaga Kerja yang dilandasi oleh peningkatan produktivitas; j. Peningkatan penyelenggaraan pelatihan keterampilan bagi pekerja rentan agar dapat memasuki pasar tenaga kerja. 2. Pengembangan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha/ industri dan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk peningkatan kualitas tenaga kerja, dilakukan melalui strategi : a. Pengembangan standar kompetensi oleh pihak pengguna terutama asosiasi industri/profesi dan bersifat dinamis sesuai perkembangan iptek dan kebutuhan industri; b. Pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi menggunakan kurikulum/modul pelatihan mengacu kepada standar kompetensi yang dikembangkan industri; c. Sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang dilisensi oleh BNSP, dan memiliki masa berlaku (validitas) sesuai ketentuan. 12

3. Pengembangan Pola Pendanaan Pelatihan, melalui: a. Penguatan koordinasi antar pelaku kepentingan, pemerintah yang diwakili Kementerian/Lembaga, dunia usaha, pekerja, serta pemerintah daerah; b. Menjaga transparansi dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dana pelatihan dengan pola matching fund melalui pembentukan lembaga yang independen untuk mengelola dana pelatihan. 4. Penataan lembaga pelatihan berbasis kompetensi melalui pengelolaan program pelatihan yang komprehensif dengan mengembangkan lembaga pelatihan di tingkat pusat sebagai tempat pelatihan unggulan, dan pendampingan bagi lembaga pelatihan provinsi, serta lembaga pelatihan provinsi menjadi unggulan dan pendampingan bagi lembaga pelatihan kabupaten/kota, melalui: a. Promosi program penjangkauan (outreach) dalam rangka menjalin hubungan kerjasama dengan pemberi kerja dan lembaga pelatihan swasta; b. Pembangunan jejaring dan komunikasi intensif dengan masyarakat sekitar lembaga pelatihan di daerah; c. Pemberian sistem insentif berdasarkan kinerja untuk mendorong hasil pelatihan yang sesuai kebutuhan industri; d. Peningkatan kinerja dan efisiensi lembaga pelatihan dengan memberikan otonomi/kewenangan penuh penyelenggara pelatihan. 5. Peningkatan kualitas sistem tata kelola program pelatihan untuk mempercepat sertifikasi pekerja memerlukan strategi sosialisasi program pelatihan secara lebih intensif dan ekstensif agar kualitas angkatan kerja siap memasuki pasar tenaga kerja. Selain itu, diperlukan pengelolaan program pelatihan yang komprehensif dari tingkat pusat sampai kabupaten/kota, agar lembaga pelatihan yang ada menjadi tempat pelatihan unggulan, sekaligus melakukan dapat melakukan fungsi pendampingan pelatihan bagi lembaga pelatihan di tingkat bawahnya. 6. Identifikasi dan memilih sektor/sub sektor yang nilai tambah dan penyerapan tenga kerja tinggi, sehingga menjadi fokus untuk dikembangkan, dilakukan melalui strategi : 13

a. Perluasan skala ekonomi ke arah sektor/sub sektor yang produktivitasnya tinggi juga diperlukan untuk menyediakan lapangan kerja yang besar dalam rangka mengantisipasi berlangsungnya bonus demografi; b. Realokasi tenaga kerja ke sektor/sub sektor tertentu, memudahkan pemetaan kompetensi industri dan penetapan standar kompetensi; c. Standar kompetensi industri yang telah ditetapkan menjadi dasar penyusunan program pelatihan meliputi : kurikulum/bahan ajar, penyiapan tenaga instruktur dan asesor serta sarana prasarana pendukung program pelatihan; d. Mempercepat pelaksanaan perjanjian saling pengakuan MRA yang belum dapat direalisasikan; e. Harmonisasi program pendidikan dan pelatihan; f. Pengembangan kerangka standard kompetensi regional (regional competency standard framework); g. Mendorong lembaga pelatihan untuk mencapai KKNI (Kerangka Kerja Nasional Indonesia) dan penerapan KKNI. 14

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 27 Tahun tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015 2019 ada 4 Indikator Kinerja Program seperti tabel perjanjian kinerja dibawah ini. Tabel 1. Perjanjian Kinerja Tahun PERJANJIAN KINERJA TAHUN DITJEN PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET 1 Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing 1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan 17,00 Yang Terakreditasi 2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi 58,00 3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi 64,00 4 Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) 3,73 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas Anggaran Rp.1.078.800.844.000,- 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB IVPENUTUP

BAB III A. CAPAIAN KINERJA DITJEN BINALATTAS Setiap target kinerja dalam perjanjian kinerja yang ditetapkan perlu diketahui tingkat pencapaiannya pada akhir tahun anggaran. Sesuai target kinerja yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun, Ditjen Binalattas berupaya mencapai target kinerja yang telah ditetapkan tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada stakeholders. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian (keberhasilan /kegagalan) dari setiap target kinerja yang ditetapkan serta sebagai bahan evaluasi kinerja, diperlukan uraian dan analisis capaian kinerja yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini disajikan uraian tingkat ketercapaian dari seluruh sasaran program beserta indikator kinerjanya serta realisasi anggaran yang digunakan dalam upaya pencapaian target kinerja tersebut. Dalam rencana strategis Kementerian Ketenagakerjaan RI telah disusun kegiatan - kegiatan utama yang telah dituangkan dalam kegiatan dari tahun 2015-2019. Ditjen Binalattas secara formal telah menetapkan Perjanjian Kinerja Tahun sebagai alat ukur keberhasilan dalam pencapaian kinerja pada tahun tersebut dengan capaian disajikan pada tabel 2. Pengukuran atau evaluasi kinerja Ditjen Binalattas dilakukan dengan cara penyesuaian rencana kegiatan dengan anggaran yang tersedia. Pengukuran kinerja kegiatan Ditjen Binalattas dari bulan Januari sampai dengan Desember, dengan dasar dan realisasi kinerja dan indikator kinerja pada setiap kegiatan sebagaimana tercantum pada lampiran form Pengukuran Kinerja dari 16

masing-masing indikator kinerja, selanjutnya Perjanjian Kinerja Ditjen Binalattas dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Ditjen Binalattas Tahun NO SASARAN PROGRAM 1 Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing INDIKATOR KINERJA PROGRAM 1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi 2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi 3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi 4 Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) REALISASI 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 PENCAPAIAN TARGET RENSTRA S.D 14,46 17,00 12,50 73,53 32,00 39,06 222,00 58,00 100,00 172,41 94,00 106,38 1481,25 64,00 46,52 72,69 79,00 58,89 4,62 3,73 6,60 176,87 9,26 71,24 IKP-1 2.502 Lembaga IKP-2 644 Lembaga IKP-3 IKP-4 79,66 231.962 Orang Juta per Tenaga Kerja per tahun Capaian Kinerja : 73,53 Capaian Kinerja : 172,41 Capaian Kinerja : 72,69 Capaian Kinerja : 176,87 17

Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas dengan sasaran program : Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing dengan empat Indikator Kinerja Program (IKP) : 1. IKP-1 : Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi. Tabel 3. Pengukuran Indikator Kinerja Program 1 INDIKATOR KINERJA PROGRAM REALISASI 2015 REALISASI TARGET REA LISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 CAPAIAN TARGET RENSTRA S.D Persentase 2.224 2.502 17,00 12,50 73,53 32,00 39,06 Peningkatan Lembaga Lembaga Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi 2015 Jumlah LPK s/d tahun 2015 8873 Lembaga : - BLK UPTP : 17 Lembaga - BPP UPTP : 2 Lembaga - BLK UPTD : 262 Lembaga - BPP UPTD : 22 Lembaga - LPKS : 8066 Lembaga - BLKLN : 456 Lembaga - K/L lainnya : 48 Lembaga Akreditasi LPK Tahun 2015 : 281 Lembaga Akreditasi LPK s/d Tahun : 2.224 Lembaga Jumlah LPK s/d tahun 8818 Lembaga : - BLK UPTP : 17 Lembaga - BPP UPTP : 2 Lembaga - BLK UPTD : 246 Lembaga - BPP UPTD : 22 Lembaga - LPKS : 8066 Lembaga - BLKLN : 417 Lembaga - K/L lainnya : 48 Lembaga Akreditasi LPK Tahun : 278 Lembaga Akreditasi LPK s/d Tahun : 2.502 Lembaga 18

Yang dimaksud dengan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi adalah lembaga pelatihan yang telah mendapatkan sertifikat akreditasi yang diterbitkan oleh Lembaga Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja (LA-LPK). Cara pengukuran untuk indikator ini adalah jumlah lembaga pelatihan kerja (LPK) yang terakreditasi sampai dengan tahun n dikurangi jumlah lembaga pelatihan kerja (LPK) yang terakreditasi sampai dengan tahun n-1, dibagi jumlah LPK pada tahun n-1 dikali 100. Perhitungan realisasi tahun dilakukan dengan cara jumlah LPK yang terakreditasi sampai dengan tahun (2.502 lembaga) dikurangi cara jumlah LPK yang terakreditasi sampai dengan tahun 2015 (2.224 lembaga) dibagi jumlah LPK yang terakreditasi sampai dengan tahun 2015 (2.224 lembaga) dikali 100. Sehingga realisasi IKP-1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi sebesar 12,50 dan capaian kinerja 73,53. Realisasi pada tahun mencapai 12,50, kurang dari target 17,00. Dari sisi capaian target renstra sampai dengan tahun 2019, capaian IKP-1 sebesar 39,06. Target awal jumlah LPK yang terakreditasi sebesar 655 lembaga, dikarenakan adanya penghematan belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran, maka realisasi sebesar 278 lembaga. Kebijakan Ditjen Binalattas untuk melakukan akreditasi tidak hanya terbatas pada BLK milik Kementerian Ketenagakerjaan RI maupun BLK milik Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, tetapi juga pada Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) dan Balai Latihan Kerja Luar Negeri 19

(BLKLN). Akreditasi lembaga pelatihan kerja pada tahun dilaksanakan terhadap 21 BLK UPTD, 240 LPKS dan 17 BLKLN. Akreditasi LPK dilakukan dalam rangka mencapai tujuan sasaran pembangunan nasional di bidang ketenagakerjaan yaitu meningkatkan lembaga pelatihan milik pemerintah untuk menjadi lembaga pelatihan berbasis kompetensi dari 5 menjadi 25. Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target ini adalah sebagai berikut : a. Pemahaman LPK dalam pembuatan dokumen akreditasi masih kurang sehingga persiapan LPK untuk proses akreditasi membutuhkan waktu yang lama; b. Tidak adanya penghargaan atau prioritas bagi LPK yang sudah terakreditasi membuat LPK kurang termotivasi untuk mengikuti akreditasi oleh LA-LPK; c. Kurangnya pemahaman asesor terhadap pedoman akreditasi berdasarkan Kerangka Mutu Pelatihan Indonesia (KMPI) yang dibuat Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ); d. Target akreditasi berkurang karena adanya kebijakan melalui self blocking pada tahun. Solusi yang dilakukan atas hambatan tersebut melalui : a. Sosialisasi akreditasi LPK sudah dianggarkan melalui dana dekonsentrasi, tetapi terbatas. Diperlukan peningkatan jumlah LPK yang di berikan sosialisasi akreditasi LPK. b. Perlu dibuat prioritas khusus bagi LPK yang sudah terakreditasi dalam pemberian bantuan peralatan maupun program atau dibuat program kegiatan semacam bantuan khusus untuk LPK yang sudah terakreditasi sehingga akan membuat LPK termotivasi dalam mengurus akreditasi. 20

c. Saat ini sudah dianggarkan upgrading asesor tetapi hanya 30 asesor, tetapi perlu ditambah anggaran untuk kebutuhan upgrading 180 asesor. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian rencana yang akan dilakukan pada tahun 2017, antara lain : a. Meningkatkan pelayanan akreditasi melalui sistem online dengan dirilisnya SPA (Software Pengelolaan Akreditasi). Dengan sistem ini semua aktivitas akreditasi sebuah lembaga dilakukan dengan online dan memudahkan semua pihak antara lain : lembaga, asesor, dinas provinsi, LA-LPK dan Komite Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja (KA-LPK). Pengiriman hasil penilaian tidak lagi dilakukan secara manual tetapi sudah paperless system dengan aplikasi tersebut. Pleno LA-LPK juga dilakukan secara online sehingga hasilnya secara realtime langsung dapat diakses oleh lembaga maupun KA-LPK di daerah. b. Pembaruan pedoman akreditasi akan dibuat LA-LPK lebih komprehensif dan lebih dimengerti oleh asesor maupun lembaga yang mengajukan akreditasi. Selain itu LA-LPK akan membuat panduan mutu yang akan disosialisasikan melalui bimbingan teknis tata kelola KA-LPK. 21

2. IKP-2 : Persentase Peningkatan LSP Berlisensi Tabel 4. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 2 INDIKATOR KINERJA PROGRAM REALISASI 2015 REALISASI TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 CAPAIAN TARGET RENSTRA S.D Persentase 322 644 58,00 100,00 172,41 94,00 106,38 Peningkatan Lembaga Lembaga LSP Berlisensi 2015 LSP Berlisensi Tahun 2015 : 180 Lembaga LSP Berlisensi s/d Tahun 2015 : 322 Lembaga LSP Berlisensi Tahun : 322 Lembaga LSP Berlisensi s/d Tahun : 644 Lembaga Yang dimaksud dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) berlisensi adalah lembaga sertifikasi yang telah mendapatkan lisensi yang diterbitkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). BNSP merupakan lembaga yang independen dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggungjawab kepada Presiden. BNSP dibentuk melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dengan tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja untuk berbagai profesi di Indonesia. Dalam mendukung pelaksanaan sertifikasi tersebut, BNSP dapat memberikan lisensi kepada LSP guna melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi atas nama BNSP. Lisensi tersebut diberikan setelah 22

BNSP melakukan penilaian kesesuaian kepada LSP, sesuai dengan ketentuan BNSP. Cara pengukuran untuk indikator ini adalah jumlah LSP yang telah berlisensi sampai dengan tahun n dikurangi jumlah LSP berlisensi sampai dengan tahun n-1 dibagi dengan jumlah LSP berlisensi sampai dengan tahun n-1 dikali 100. Perhitungan realisasi tahun dilakukan dengan cara jumlah LSP berlisensi sampai dengan tahun (644 lembaga) dikurangi jumlah LSP berlisensi sampai dengan tahun 2015 (322 lembaga) dibagi dengan jumlah LSP berlisensi sampai dengan tahun 2015 (322 lembaga) dikali 100. Sehingga realisasi IKP-2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi sebesar 100,00 dan capaian kinerja 172,41. Realisasi pada tahun mencapai 100,00, melebihi dari target 58,00. Dari sisi capaian target renstra, IKP-2 sampai dengan tahun sudah berjalan 106,38 atau melebihi target 94,00 pada tahun 2019. Jumlah LSP berlisensi sampai dengan tahun sebesar 644 lembaga terdiri dari sebanyak 322 Lembaga sampai dengan tahun 2015 dan 322 Lembaga pada tahun. Dengan rincian terdiri dari 80 lembaga yang dicapai dari kegiatan yang didanai oleh APBN Sekretariat BNSP dan 242 yang dicapai melalui fasilitasi Sekretariat BNSP dengan mendorong sektor untuk membentuk LSP. Pencapaian target LSP berlisensi dengan anggaran APBN Sekretariat BNSP, hanya tercapai sebesar 80 yaitu 80 lembaga, yang seharusnya 100 lembaga disebabkan adanya Self blocking yaitu penghematan belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga 23

(K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran. Tahun, LSP berlisensi melalui dana sektor terkait sebesar 242 lembaga. Hal ini disebabkan tumbuhnya kesadaran di masyarakat dan sektor bahwa kebutuhan akan tenaga kerja yang kompeten semakin meningkat sehingga keberadaan LSP berlisensi diberbagai bidang profesi semakin dibutuhkan karena merupakan salah satu infrastruktur dari pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja. Dari sisi capaian target renstra, IKP-2 sampai dengan tahun sudah berjalan 106,38 atau melebihi target renstra 94,00. Dengan tercapainya IKP-2 dalam kurun dua tahun renstra 2015-2019, menjadi hal yang sangat menggembirakan, tetapi juga mengandung konsekuensi meningkatnya kebutuhan akan pemeliharaan sistem mutu LSP dan pelaksanaan sertifikasi. Jaminan sistem mutu ini dilakukan melalui kegiatan surveillance yang dalam pedoman BNSP ditetapkan minimal dilakukan sekali setahun pada setiap LSP berlisensi. Diharapkan pada tahun selanjutnya penganggaran pada kegiatan surveillance ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah LSP berlisensi. BNSP melakukan kegiatan desiminasi, rapat koordinasi, harmonisasi lintas sektor, menghadiri pertemuan bilateral dan internasional dalam rangka mendorong tumbuhnya minat masyarakat dan komitmen sektor untuk mendirikan LSP dan melaksanakan kegiatan sertifikasi kompetensi dibidangnya masing masing. Kegiatan kegiatan tersebut membawa dampak positif dengan meningkatnya kesadaran dan pelaksanaan kegiatan sertifikasi kompetensi kerja di masyarakat dan sektor. 24

NO Upaya-upaya di atas memberikan hasil, dilihat dari kontribusi dalam pencapaian jumlah LSP berlisensi pada tahun yang melebihi target yang ditetapkan. Beberapa sektor yang telah mendorong berdirinya LSP di sektornya antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perindustrian. KEMENTERIAN/ SEKTOR Tabel 5 Penyebaran LSP Per Sektor s.d Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Teknologi Informatika 1 1 1 5 6 dan Komunikasi 2 Pariwisata dan 1 2 1 2 5 1 1 2 7 12 11 Kebudayaan 3 Ketenagakerjaan 3 1 2 2 3 1 4 2 9 8 4 Industri 3 1 4 2 1 3 6 6 8 13 15 5 Perbankan dan Jasa 1 3 2 1 1 2 Keuangan 6 ESDM 1 1 1 2 1 1 1 2 2 7 Perhubungan 1 2 1 1 2 5 8 Kesehatan 1 2 1 1 3 3 9 Kecantikan dan SPA 1 1 1 1 1 2 10 Pertanian 1 2 1 3 4 11 Kelautan dan 1 5 10 Perikanan 12 Kehutanan 1 1 1 4 13 Perdagangan 1 1 1 14 Pekerjaan Umum 1 4 15 Koperasi dan UMKM 1 1 1 2 1 16 Aneka Jasa Lainnya 2 2 1 4 2 1 6 9 17 Pendidikan dan 3 2 116 236 Kebudayaan 18 Keamanan 1 1 19 Dalam Negeri 1 Total 13 9 13 17 13 11 18 24 24 180 322 25

Tabel 6 Penyebaran LSP Berdasarkan Wilayah s.d. Tahun NO PROVINSI JUMLAH LSP 1 Aceh 2 2 Sumatera Utara 5 3 Sumatera Barat 7 4 Sumatera Selatan 2 5 Kepulauan Riau 6 6 Riau 7 7 Bengkulu 3 8 Lampung 3 9 Banten 10 10 DKI Jakarta 140 11 Jawa Barat 75 12 Jawa Tengah 54 13 DI Yogyakarta 23 14 Jawa Timur 252 15 Bali 23 16 Kalimantan Timur 4 17 Kalimantan Tengah 2 18 Kalimantan Barat 2 19 Sulawesi Selatan 11 20 Sulawesi Utara 4 21 Maluku 2 22 Papua 1 23 Nusa Tenggara Barat 1 24 Nusa Tanggara Timur 5 Total 644 Pada tahun merupakan tahun pertama MEA, sehingga BNSP melakukan percepatan kompetensi tenaga kerja, agar pangsa pasar tenaga kerja tidak dikuasai oleh tenaga kerja negara ASEAN lainnya. Meskipun begitu, sektor-sektor lain yang tidak masuk prioritas MEA juga akan dilakukan sertifikasi kompetensi. Salah satu cara yang harus dilakukan dalam rangka percepatan sertifikasi kompetensi adalah dengan membangun infrastruktur sertifikasi di semua wilayah Indonesia dimana salah satu infrastruktur tersebut adalah keberadaan Lembaga Sertifikasi Profesi. 26

Pencapaian Tahun dilakukan melalui kegiatan : a. Assesmen terhadap Lembaga Sertifikasi Profesi yang mengajukan permohonan untuk diberi lisensi oleh BNSP, setelah melengkapi dokumen-dokumen dan persyaratan lainnya sebagaimana diatur dalam Pedoman BNSP 201 dan 202; b. Witness (penyaksian uji kompetensi), yang dilakukan setelah asesmen selesai, dan bila ada temuan ketidaksesuain dengan Pedoman BNSP yang terkait telah diperbaiki oleh LSP. Assesmen dan witness terhadap LSP dilakukan oleh asesor lisensi; c. Pelatihan asesor lisensi untuk memenuhi kebutuhan yang semakin bertambah seiring pertumbuhan LSP berlisensi. d. BNSP melakukan rapat koordinasi dan harmonisasi dalam rangka mendorong komitmen pembina sektor dan masyarakat untuk mendirikan LSP berlisensi sebagai salah satu infrastruktur pelaksanaan sertifikasi. Hal ini membawa dampak dengan bertumbuhnya LSP berlisensi tidak hanya mengandalkan dana APBN. Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target ini adalah sebagai berikut : a. Diperlukan perencanaan pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif untuk mengatur jadwal pelaksanaan assesmen dan witness mengingat asesor lisensi tidak bekerja full time sebagai tenaga asesor lisensi. b. Mendorong LSP agar cepat melalukan perbaikan bila ditemukan adanya ketidaksesuaian dengan Pedoman yang terkait. Solusi yang dilakukan atas hambatan tersebut melalui adalah melakukan koordinasi yang intensif dengan pihak LSP yang akan di asesmen dan witness dengan tim asesor lisensi agar jadwal bisa sinkorn, sehingga proses asesmen dapat berjalan tepat waktu sesuai rencana dan bila ada temuan ketidaksesuaian dapat cepat diproses oleh LSP dan tim 27

asesor lisensi, sehingga periode dari asesmen, witness sampai keluarnya lisensi bisa lebih cepat dan terukur. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian rencana yang akan dilakukan pada tahun 2017, antara lain : a. Melakukan sosialisasi dan koordinasi ke pembina sektor, pemerintah daerah dan masyarakat agar LSP semakin tumbuh dan berkembang diberbagai profesi di seluruh wilayah Indonesia; b. Perencanaan pelaksanaan kegiatan yang semakin efisien dan efektif. 3. IKP-3 : Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi Tabel 7. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 3 INDIKATOR KINERJA PROGRAM REALISASI 2015 REALISASI TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 CAPAIAN TARGET RENSTRA S.D Persentase 158.315 231.962 64,00 46,52 72,69 79,00 58,89 Peningkatan Orang Orang Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi Sertifikat Kompetensi : 231.962 Orang 2015 Sertifikasi Kompetensi : 158.315 Orang Yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi adalah tenaga Kerja yang telah mengikuti uji kompetensi dinyatakan kompeten serta mendapatkan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi. 28

Cara pengukuran untuk indikator ini adalah jumlah realisasi tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi pada tahun n dikurangi realisasi tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi pada tahun n-1, dibagi jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi pada tahun n-1 dikali 100. Perhitungan realisasi tahun dilakukan dengan cara jumlah realisasi tenaga kerja bersertifikat kompetensi pada tahun (231.962 orang terdiri dari 127.045 orang dari dana APBN dan 104.917 orang dari sektor terkait) dikurangi realisasi tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi pada tahun 2015 (158.315 orang), dibagi realisasi tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi pada tahun 2015 (158.315 orang) dikali 100. Sehingga realisasi IKP-3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi sebesar 46,52 dan capaian kinerja 72,69. Dari sisi capaian target renstra, IKP-3 sampai dengan tahun sudah berjalan 58,89. Realisasi pada tahun kurang dari target target 64,00 dikarenakan adanya penghematan belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/ Lembaga (K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran. Dalam menghadapi MEA pada tahun, BNSP melakukan percepatan kompetensi di semua sektor, karena ada 12 sektor yang akan diberlakukan oleh MEA. 7 sektor perdagangan berkaitan dengan ekspor impor, ditambah 5 sektor jasa yang terbuka untuk perpindahan tenaga kerja. Di masing-masing bidang itu, Indonesia masih memiliki kekurangan. 5 sektor jasa yang terbuka untuk lapangan pekerjaan yakni pariwisata, logistik, jasa online, kesehatan, penerbangan. Kemudian, tujuh sektor 29

perdagangan dan industri adalah produk berbasis pertanian, produk karet, kayu, perikanan, tekstil dan produk tekstil. Elektronika dan otomotif. Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target ini adalah sebagai berikut : a. Komitmen sertifikasi tenaga kerja secara nasonal masih rendah dalam membangun dan meningkatkan kapasitas pengembangan SDM sesuai kebutuhan nasional; b. Belum meratanya sebaran lembaga sertifikasi profesi dan asesor kompetensi; c. Koordinasi dan sinergi program pengembangan SDM antar Kementerian/Lembaga masih belum efektif. Solusi yang dilakukan atas hambatan tersebut melalui : a. Mendorong pembentukan dan pengembangan lembaga sertifikasi profesi di daerah; b. Mendorong pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi melalui kurikulum dan modul diklat yang mengacu standar yang dikembangkan industri; c. Penerapan pengembangan sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi di setiap sektor dan profesi oleh lembaga sertifikasi. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian rencana yang akan dilakukan pada tahun 2017, antara lain : a. Melakukan percepatan pembentukan infrastruktur LSP di Unit Pelaksana Tugas Pusat (UPTP); b. Melakukan pengembangan sistem sertifikasi kompetensi kerja nasional yang harmonis dan terpadu; c. Melakukan percepatan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja lulusan BLK; d. Melakukan percepatan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja pada 12 sektor prioritas, yaitu : 7 sektor perdagangan barang dan 5 sektor 30

perdagangan jasa; e. Melakukan percepatan sertifikasi Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI); f. Melakukan percepatan pengakuan sertifikasi pada pengguna industri nasional maupun internasional. 4. IKP-4 : Persentase Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) Tabel 9. Pengukuran Indikator Kinerja Program - 4 INDIKATOR KINERJA PROGRAM REALISASI 2015 REALISASI TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 PENCAPAIAN TARGET RENSTRA S.D Persentase 78,18 79,66 3,73 6,60 176,87 9,26 71,24 Peningkatan Juta per Juta per Produktivitas Tenaga Tenaga Tenaga Kerja kerja kerja (Nasional, per tahun per tahun Sektoral, Daerah) 2015 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja : 78,18 Juta per tenaga kerja per tahun Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja : 79,66 Juta per tenaga kerja per tahun Yang dimasud dengan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral dan Daerah) adalah Tingkat produktivitas tenaga kerja yang merupakan kontribusi tenaga kerja terhadap penciptaan nilai tambah melalui proses produksi barang dan jasa. Cara pengukuran nilai produktivitas per tenaga kerja dihitung dengan rumus Produk Domestik Bruto (PDB) dibagi jumlah tenaga kerja setiap tahun. Untuk menghitung peningkatan produktivitas rumus yang digunakan 31

adalah rumus nilai produktivitas per tenaga kerja pada tahun ke n di kurang nilai produktivitas pada tahun dasar (baseline 2014) dibagi nilai produktivitas per tenaga kerja pada tahun dasar (baseline 2014 dikali 100). Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan Indonesia tahun sebesar Rp.9.433,0 triliun (Berita Resmi Statistik BPS No. 16/02/Th.XX, 06 Februari 2017) dan jumlah tenaga kerja tahun sebesar 118.41 juta orang (Data bulan Agustus ). Sehingga tingkat produktivitas tenaga kerja tahun sebesar 79,66 juta per tenaga kerja per tahun. Tahun 2015 tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar 78,18 juta per tenaga kerja per tahun dan tahun 2014 sebesar 74,73 juta per tenaga kerja per tahun. Realisasi persentase peningkatan produktivitas tahun adalah nilai produktivitas per tenaga kerja pada tahun di kurang nilai produktivitas pada tahun dasar (baseline 2014) dibagi nilai produktivitas per tenaga kerja pada tahun dasar (baseline 2014 dikali 100) yaitu sebesar 6,60. Pada tahun, produktivitas tenaga kerja di Indonesia mencapai 79,66 juta per tenaga kerja per tahun. Angka ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut searah meningkatnya rata-rata Upah Minimim Provinsi (UMP) pada periode tahun 2011-. Dilihat dari pertumbuhannya, realisasi tahun meningkat sebesar 6,60 dari tahun dasar (Baseline 2014), melebihi dari target 3,73. Dari sisi pencapaian target renstra, realisasi IKP-4 sampai dengan tahun sudah berjalan 6,60 atau melebihi target renstra 2,87 dengan capaian target renstra 71,24. Produktivitas tenaga kerja menggambarkan ouput yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja pada tahun tertentu. Semakin tinggi angka yang dihasilkan, menandakan bahwa tenaga kerja semakin produktif. Selama periode 2011-, produktivitas tenaga kerja di Indonesia terus 32

mengalami peningkatan. Dilihat dari dari pertumbuhannya, angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya pada periode 2011- seperti pada gambar 6. Gambar 4 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 2011, (Juta Rupiah) 85 80 78.18 79.66 75 72.33 74.73 70 67.84 68.68 65 60 2011 2012 2013 2014 2015 Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target ini adalah sebagai berikut : a. Pelatihan peningkatan produktivitas masih belum bisa dilakukan sampai ke kabupaten dikarenakan kurang tersedianya anggaran. Saat ini alokasi anggaran hanya sampai di provinsi atau kota dan kabupaten terdekat dengan provinsi; b. Kurangnya instruktur produktivitas yang berada di Balai Peningkatan Produktivitas Daerah (BPPD)/Dinas yang membidangi ketenagakerjaan. 33

Pencapaian Tahun dilakukan melalui kegiatan Pengembangan dan Peningkatan Produktivitas dengan indikator kinerja kegiatan : a. Jumlah tenaga kerja yang meningkat produktivitasnya sebanyak 8.180 orang; b. Jumlah perusahaan/lembaga yang meningkat produktivitasnya sebanyak 715 perusahaan/lembaga; c. Jumlah tenaga ahli/kader produktivitas yang kompeten sebanyak 895 orang/kader; d. Jumlah institusi yang menjadi jejaring peningkatan produktivitas sebanyak 20 lembaga. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian rencana yang akan dilakukan pada tahun 2017, antara lain : a. Gerakan nasional peningkatan produktivitas yang mengacu pada 4 strategi dasar yaitu penciptaan inovasi technology dan engineering, peningkatan kualiatas SDM, pengembangan budaya produktif, perbaikan sistem manajemen dan birokrasi. b. Mencetak kader produktivitas secara nasional; c. Memberikan penghargaan siddhakarya dan paramakarya bagi perusahaan; d. Meningkatkan kemampuan instruktur produktivitas; e. Melakukan pengukuran produktivitas makro dan mikro; f. Memberikan bimbingan konsultansi bagi perusahaan dan memberikan pelatihan peningkatan produktivitas di perusahaan maupun di masyarakat (desa); g. Menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang produktivitas; h. Penerapan Gugus Kendali Mutu secara konsisten pada perusahaan; i. Pelaksanaan Bulan Mutu dan Produktivitas Nasional. 34

Gambar 5 Konferensi Gerakan Produktivitas Nasional Tahun 35

B. REALISASI ANGGARAN Guna mendukung seluruh kegiatan operasional Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan pada TA, memperoleh anggaran sebesar : Rp. 1.078.800.844.000,-. Untuk penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember realisasi keuangan yang dilaporkan adalah sebesar Rp. 885.443.960.234,- (82,08) sedangkan realisasi fisik sebesar 97,34 sebagaimana tabel berikut : Tabel 10. Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Sebelum Self Blocking NO UNIT KERJA ALOKASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN FISIK PAGU AWAL PAGU REVISI (Rp.) () () A. PUSAT UNIT ESELON II PUSAT 1. Sekretariat Ditjen Binalattas 53.481.022.000 48.898.395.000 38.212.521.000 82,18 99,81 Direktorat Standardisasi Kompetensi dan 2. Pelatihan Kerja 42.190.568.000 55.342.453.000 49.666.777.623 89,74 96,76 3. Direktorat Bina Kelembagaan Pelatihan 477.079.315.000 185.199.837.000 149.110.935.552 80,51 95,91 4. Direktorat Bina Intala 24.987.440.000 20.524.786.000 18.529.475.716 90,28 99,87 5. Direktorat Bina Pemagangan 8.960.000.000 7.652.425.000 5.040.417.196 65,87 99,33 6. Direktorat Bina Produktivitas 8.770.118.000 8.209.206.000 7.381.017.734 89,91 100,00 7. Sekretariat BNSP 87.716.678.000 65.453.053.000 52.651.667.110 80,44 91,83 UNIT ESELON II B (UPTP-Balai Besar) 8. Balai Besar Peningkatan Produktivitas 29.128.563.000 28.747.679.000 26.217.926.265 91,20 100,00 Balai Besar Pengembangan Latker 9. Medan 36.973.130.000 36.385.250.000 30.302.750.768 83,28 97,14 Balai Besar Pengembangan Latker 10. Serang 43.317.838.000 41.953.473.000 32.322.052.093 77,04 98,58 Balai Besar Pengembangan Latker 11. Bekasi 68.060.835.000 60.902.431.000 42.744.349.933 72,17 100,00 Balai Besar Pengembangan Latker 12. Bandung 61.556.223.000 61.206.013.000 55.902.601.575 89,44 99,07 Balai Besar Pengembangan Latker 13. Semarang 55.545.766.000 52.352.652.000 47.853.903.687 91,41 99,85 36

NO UNIT KERJA ALOKASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN FISIK PAGU AWAL PAGU REVISI (Rp.) () () UNIT ESELON III A 14. Balai Latihan Kerja Banda Aceh 22.934.284.000 22.545.449.000 18.750.400.761 83,17 100,00 15. Balai Latihan Kerja Padang 25.305.804.000 24.914.973.000 19.136.072.727 74,72 100,00 16. Balai Latihan Kerja Surakarta 42.931.353.000 42.539.710.000 38.183.117.681 88,22 98,35 17. Balai Latihan Kerja Samarinda 21.448.927.000 20.940.551.000 15.135.621.467 72,28 92,81 18. Balai Latihan Kerja Makassar 34.473.923.000 34.037.591.000 31.486.999.562 91,26 98,53 19. Balai Latihan Kerja Kendari 22.050.053.000 21.576.726.000 15.520.304.142 71,93 100,00 20. Balai Latihan Kerja Ternate 16.145.174.000 15.500.136.000 12.205.011.792 78,74 95,77 21. Balai Latihan Kerja Ambon 23.783.828.000 23.577.507.000 19.600.240.324 82,51 99,04 22. Balai Latihan Kerja Sorong 19.561.178.000 19.419.785.000 16.356.775.769 84,23 100,00 UNIT ESELON III B 23. Balai Latihan Kerja Lembang 21.987.703.000 19.977.203.000 14.879.148.017 74,48 97,00 24. Balai Latihan Kerja Lombok Timur 23.108.820.000 13.022.360.000 9.954.446.336 76,44 95,14 25. Balai Latihan Kerja Bantaeng 8.332.090.000 8.116.540.000 6.182.133.367 73,88 100,00 UPTP-BIDANG PRODUKTIVITAS 26. Balai Peningkatan Produktivitas Kendari 11.496.402.000 11.044.332.000 10.226.645.927 89,07 100,00 B. DAERAH 27. Dana Dekon 34 Provinsi 129.783.926.000 128.760.328.000 101.890.645.834 79,13 95,40 TOTAL 1.421.110.961.000 1.078.800.844.000 885.443.960.234 82,08 97,34 Dalam rangka penghematan belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran, Ditjen Binalattas Kementerian Ketenagakerjaan RI, telah melakukan identifikasi secara mandiri terhadap program/kegiatan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan melalui blokir mandiri (self blocking) pada Ditjen Binalattas sebesar Rp. 124.175.686.000,- pada tanggal 29 September. Sehingga pagu Ditjen 37

Binalattas setelah dikurangi self blocking adalah sebesar Rp 954.625.158.000,00. Realisasi tahun Ditjen Binalattas adalah Rp 885.443.960.234,00 dengan pagu sebesar Rp 1.078.800.844.00,00 maka realisasi keuangan sebesar 82,08, sedangkan dengan pagu setelah dikurangi self blocking yaitu Rp 954.625.158.000,00 maka realisasi keuangan Ditjen Binalattas adalah 92,75. Tabel 11. Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Sesudah Self Blocking REALISASI FISIK ALOKASI ANGGARAN NO UNIT KERJA ANGGARAN PAGU AWAL PAGU REVISI (Rp.) () () A. PUSAT UNIT ESELON II PUSAT 1. Sekretariat Ditjen Binalattas 53.481.022.000 40.623.451.000 38.212.521.000 94,07 99,81 Direktorat Standardisasi Kompetensi dan 2. Pelatihan Kerja 42.190.568.000 51.381.900.000 49.666.777.62396,66 96,76 3. Direktorat Bina Kelembagaan Pelatihan 477.079.315.000 162.699.837.000 149.110.935.552 91,65 95,91 4. Direktorat Bina Intala 24.987.440.000 19.274.786.000 18.529.475.716 96,13 99,87 5. Direktorat Bina Pemagangan 8.960.000.000 5.152.425.000 5.040.417.196 97,83 99,33 6. Direktorat Bina Produktivitas 8.770.118.000 7.409.206.000 7.381.017.734 99,62100,00 7. Sekretariat BNSP 87.716.678.000 53.985.266.000 52.651.667.110 97,52 91,83 UNIT ESELON II B (UPTP-Balai Besar) 8. Balai Besar Peningkatan Produktivitas 29.128.563.000 27.247.679.000 26.217.926.265 96,22100,00 9. Balai Besar Pengembangan Latker Medan 36.973.130.000 32.885.250.000 30.302.750.768 92,15 97,14 10. Balai Besar Pengembangan Latker Serang 43.317.838.000 34.953.473.000 32.322.052.093 92,47 98,58 11. Balai Besar Pengembangan Latker Bekasi 68.060.835.000 51.409.365.000 42.744.349.933 83,15100,00 12. Balai Besar Pengembangan Latker Bandung 61.556.223.000 58.005.921.000 55.902.601.575 96,37 99,07 Balai Besar Pengembangan Latker 13. Semarang 55.545.766.000 51.402.652.000 47.853.903.687 93,10 99,85 UNIT ESELON III A 14. Balai Latihan Kerja Banda Aceh 22.934.284.000 20.795.449.000 18.750.400.761 90,17 100,00 15. Balai Latihan Kerja Padang 25.305.804.000 21.089.101.000 19.136.072.727 90,74100,00 16. Balai Latihan Kerja Surakarta 42.931.353.000 41.003.114.000 38.183.117.681 93,05 98,35 38

REALISASI FISIK ALOKASI ANGGARAN NO UNIT KERJA ANGGARAN PAGU AWAL PAGU REVISI (Rp.) () () 17. Balai Latihan Kerja Samarinda 21.448.927.000 17.790.551.000 15.135.621.467 85,08 92,81 18. Balai Latihan Kerja Makassar 34.473.923.000 33.453.950.000 31.486.999.562 94,12 98,53 19. Balai Latihan Kerja Kendari 22.050.053.000 16.889.895.000 15.520.304.142 91,89100,00 20. Balai Latihan Kerja Ternate 16.145.174.000 14.300.136.000 12.205.011.792 85,35 95,77 21. Balai Latihan Kerja Ambon 23.783.828.000 20.385.799.000 19.600.240.324 96,15 99,04 22. Balai Latihan Kerja Sorong 19.561.178.000 18.669.785.000 16.356.775.769 87,61100,00 UNIT ESELON III B 23. Balai Latihan Kerja Lembang 21.987.703.000 15.821.667.000 14.879.148.017 94,04 97,00 24. Balai Latihan Kerja Lombok Timur 23.108.820.000 11.822.360.000 9.954.446.336 84,20 95,14 25. Balai Latihan Kerja Bantaeng 8.332.090.000 6.850.303.000 6.182.133.367 94,04100,00 UPTP-BIDANG PRODUKTIVITAS 26. Balai Peningkatan Produktivitas Kendari 11.496.402.000 11.082.173.000 10.226.645.927 92,28100,00 B. DAERAH 27. Dana Dekon 34 Provinsi 129.783.926.000 108.209.654.000 101.890.645.834 94,16 95,40 TOTAL 1.421.110.961.000 954.625.158.000 885.443.960.234 92,75 97,34 Tabel 12. Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Tahun 2014 NO. TAHUN PAGU REALISASI KEUANGAN FISIK (Rp) (Rp) 1 2014 782.266.499.000 684.953.084.990 87,56 91,65 2 2015 1.339.189.716.000 1.127.443.756.040 84,19 96,51 3 1.078.800.844.000 885.443.960.234*) 82,08*) 97,34 Keterangan : *) Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Sebelum Self Blocking 39

Jika diuraikan per tahunnya realisasi anggaran Ditjen Binalattas dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Gambar 6 Grafik Realisasi Keuangan dan Fisik Ditjen Binalattas Tahun 2014-1,600,000,000,000 1,400,000,000,000 1,200,000,000,000 96.51 97.34 91.65 87.56 84.19 82.08 1,339,189,714,000 1,127,443,756,040 1,078,800,844,000 100.00 90.00 80.00 70.00 1,000,000,000,000 800,000,000,000 600,000,000,000 400,000,000,000 782,266,499,000 684,953,084,990 885,443,960,234 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 Pagu Realisasi Keuangan Realisasi Keuangan Realisasi Fisi 200,000,000,000 10.00 0 2014 2015 0.00 Beberapa hal yang menjadi tantangan dan permasalahan sehingga menjadi hambatan atau kendala bagi Ditjen Binalattas rektorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas dalam mencapai target capaian kinerja dan terhadap penyerapan anggaran, antara lain : 1. Revisi DIPA satuan kerja di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan karena keterlambatan adanya proses revisi, revisi efisiensi anggaran; 40

2. Adanya penghematan belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran. Langkah-langkah percepatan penyerapan yang dilakukan antara lain : 1. Menginventarisasi dan membuat prioritas kegiatan kegiatan yang belum terlaksana; 2. Merevisi kegiatan-kegiatan yang berpotensi tidak bisa terserap; 3. Membuat rencana penyerapan anggaran per minggu. Dalam akuntabilitas keuangan, Laporan Kinerja Ditjen Binalattas hanya dapat menginformasikan realisasi penyerapan anggaran dan belum menginformasikan adanya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya. Hal ini karena adanya kendala dan sampai saat ini sistem penganggaran yang ada belum sepenuhnya berbasis kinerja, sehingga salah satu komponen untuk mengukur efisiensi, sehingga di waktu yang akan datang akan dibuatkan sistem pengukuran kinerja atas kegiatan tersebut dalam setiap indikator kinerja. 41

BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP

BAB IV Laporan Kinerja Ditjen Binalattas Tahun merupakan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Perjanjian Kinerja tahun. Laporan ini menyajikan capaian kinerja program Ditjen Binalattas. Tahun merupakan tahun kedua RPJMN 2015-2019 dan tahun kedua pelaksanaan renstra Kementerian Ketenagakerjaan 2015-2019. Walaupun pada tahun Kementerian Ketenagakerjaan melakukan reviu renstra, pembenahan struktur organisasi dan penataan pegawai. Laporan Kinerja Ditjen Binalattas tahun disusun berdasarkan laporan pelaksanaan kegiatan dari bulan Januari sampai dengan 31 Desember. Dengan tersusunnya Laporan Kinerja ini diharapkan dapat meningkatkan capaian kinerja melalui penyempurnaan terhadap penyusunan program kerja Ditjen Binalattas yang mengarah pada input, output, outcomes, benefit dari setiap kegiatan, sehingga pada tahun yang akan datang lebih efektif dalam pemanfaatan sumber dana dan sumber daya dapat ditingkatkan, yang didukung oleh kemampuan dan profesionalisme. Realisasi kinerja untuk masing-masing indikator kinerja adalah sebagai berikut IKP-1 sebesar 12,50, IKP-2 sebesar 100,00, IKP-3 sebesar 46,52 dan IKP-4 sebesar 6,60. 42

LAMPIRAN

44

45

Perjanjian Kinerja Tahun Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET 1 Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing 1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan 17,00 Yang Terakreditasi 2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi 58,00 3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja 64,00 Bersertifikat Kompetensi 4 Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) 3,73 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas Anggaran Rp.1.078.800.844.000,- 46

CAPAIAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tahun Anggaran : Program : Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas NO SASARAN PROGRAM 1 Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing INDIKATOR KINERJA PROGRAM 1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi 2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi 3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi 4 Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) REALISASI 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA TARGET RENSTRA 2019 PENCAPAIAN TARGET RENSTRA S.D 14,46 17,00 12,50 73,53 32,00 39,06 222,00 58,00 100,00 172,41 94,00 106,38 1481,25 64,00 46,52 72,69 79,00 58,89 4,62 3,73 6,60 176,87 9,26 71,24 IKP-1 2.502 Lembaga IKP-2 644 Lembaga IKP-3 IKP-4 79,66 231.962 Orang Juta per Tenaga Kerja per tahun Capaian Kinerja : 73,53 Capaian Kinerja : 172,41 Capaian Kinerja : 72,69 Capaian Kinerja : 176,87 Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun Pagu Awal : Rp.1.421.110.961.000,- Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun Pagu Revisi : Rp.1.078.800.844.000,- Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun Pagu Revisi Setelah Self Blocking : Rp. 954.625.158.000,- Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun : Rp. 885.443.960.234,- Persentase Realisasi Anggaran Tahun : 82,08 Persentase Realisasi Anggaran Tahun Setelah Self Blocking : 92,75 Realisasi Fisik Tahun : 97,34 47

Kementerian Ketenagakerjaan R.I Sasaran Strategis 1 : Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja IKSS 1.1 IKSS 1.2 Persentase Tenaga Kerja Yang Bersertifikat Kompetensi Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja No 1 Sasaran Strategis Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja Indikator Sasaran Strategis 1 Persentase Tenaga Kerja Yang Bersertifikat Kompetensi Definisi Operasional Cara Perhitungan Tahun Tenaga kerja yang memiliki Jumlah tenaga kerja yang sertifikat kompetensi yang memiliki sertifikat diterbitkan oleh BNSP kompetensi sampai tahun n dibagi jumlah orang yang bekerja pada tahun n dikali 100 Target Jumlah Orang Bekerja Jumlah tenaga kerja yang memiliki serttifikat kompetensi Realisasi Capaian Kinerja Target Renstra 2019 Pencapaian Target Renstra s.d 2015 1,90 114.820.000 Orang 2.528.019 Orang 2,20 115,88 3,50 62,91 2,30 118.410.000 Orang 2.759.981 Orang 2,33 101,34 3,50 66,60 Ket Indikator Sasaran Strategis Definisi Operasional Cara Perhitungan Target Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2014 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2015 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Realisasi Capaian Kinerja Target Renstra 2019 Pencapaian Target Renstra s.d Ket 2 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Kontribusi Tenaga Kerja terhadap penciptaan nilai tambah melalui produksi barang dan jasa Pendapatan Domestik Bruto pada tahun n dibagi dengan jumlah orang yang bekerja pada tahun n 75,05 Juta per pekerja per tahun 74,73 Juta per pekerja per tahun 78,18 Juta per pekerja per tahun 79,66 Juta per pekerja per tahun 106,14 79,05 Juta per pekerja per tahun 100,77 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Program : Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas Sasaran Program : Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing No Sasaran Program 1 Meningkatnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak Tenaga Kerja Yang Berdaya Saing Indikator Kinerja Program 1 Persentase Peningkatan Lembaga Pelatihan Yang Terakreditasi 2 Persentase Peningkatan LSP Berlisensi 3 Persentase Peningkatan Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi Target 2015 Realisasi 2015 Target Realisasi 2014 Realisasi 2015 Realisasi Realisasi Capaian Kinerja Target Renstra 2019 Pencapaian Target Renstra s.d 12,80 14,46 17,00 1.943 Lembaga 2.224 Lembaga 2.502 Lembaga 12,50 73,53 32,00 39,06 48,51 222,00 58,00 100 Lembaga 322 Lembaga 644 Lembaga 100,00 172,41 94,00 106,38 59,70 1481,25 64,00 10.012 Orang 158.315 Orang 231.962 Orang 46,52 72,69 79,00 58,89 Ket 4 Persentase Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (Nasional, Sektoral, Daerah) 2,10 4,62 3,73 74,73 Juta per pekerja per tahun 78,18 Juta per pekerja per tahun 79,66 Juta per pekerja per tahun 6,60 176,87 9,26 71,24 48

49 DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.51, Lt.VI, Jakarta Selatan Telp. (021) 52961311, Fax. (021) 52960456 http://binalattas.kemnaker.go.id