BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) memiliki lima kosentrasi yaitu Koperasi, Akuntasi, Perkantoran, Pemasaran dan IPS. Subjek penelitian adalah mahasiswa FKIP-PE angkatan 2012 sampai 2015 Semester II tahun ajaraan 2015-2016 yang berjumlah 117 mahasiswa, yang terdiri dari mahasiswa FKIP-PE angkatan 2012 yang berjumlah 19, angkatan 2013 yang berjumlah 32, angkatan 2014 yang berjumlah 40, sedangkan angkatan 2015 berjumlah 26. Sample yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 10% dan ditentukan taraf kesalahannya 10% atau taraf kepercayaan atau (signifikansi) sebesar 90%, sehingga didapatkan jumlah sample mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga Angkatan 2012 sampai 2015 Semester II tahun ajaran 2015-2016 sebanyak 54 orang. 4.2 Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan atau analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran menegenai variabel yang diteliti. Deskripsi data masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat dari uraian berikut: 4.2.1 Motivasi Belajar Analisis deskriptif motivasi belajar dalam pengukuran ini dibuat lima kategori yaitu: sangat lemah, lemah, cukup kuat, kuat, sangat kuat, maka interval dari masing-masing kategori dihitung sebagai berikut:
Dari kriteria tersebut, hasil pengukuran Motivasi Belajar sebagai berikut: Tabel 4.1 Dristribusi Skor Variabel Motivasi Belajar Kategori Interval F Prosentase Mean SD Max Min Tidak Setuju 27 30,4 11 20,4 Kurang Setuju 30,5 33,4 11 20,4 Cukup Setuju 33,5 37,4 19 35,1 Setuju 37,5 40,9 9 16,7 34 17.51 44 27 Sangat Setuju 41 44,4 4 7,4 Jumlah 54 100 Sumber: data 2016 Data tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata Motivasi Belajar Mahasiswa sebesar 34 dan standar deviasai 17,51. Motivasi Belajar terdistribusi pada kategori sangat setuju 7,4%, kategori setuju 16,7%, kategori cukup setuju 35,1%, kategori kurang setuju 20,4% dan kategori tidak setuju 20,4%. Mahasiswa memiliki Motivasi Belajar pada ketegori cukup setuju 35,1%. 4.2.2 Status Sosial Orang Tua Analisis deskriptif status sosial orang tua dalam pengukuran ini dibuat lima kategori yaitu: sangat lemah, lemah, cukup kuat, kuat, sangat kuat, maka interval dari masing-masing kategori dihitung sebagai berikut:
Dari kriteria tersebut, hasil pengukuran Status Sosial Orang Tua sebagai berikut: Sumber:data 2016 Tabel 4.2Dristribusi Skor Variabel Status Sosial Orang Tua Kategori Interval F Prosentase Mean SD Max Min Rendah 8 11,2 10 18,5 Cukup 11,3 14,5 13 24,0 Lebih Dari Cukup 14,6 17,8 9 16,7 Tinggi 17,9 21,1 11 20,4 16,09 21,78 24 8 Sangat Tinggi 21,2 24,4 11 20,4 Jumlah 54 100 Data tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata Status Sosial Orang Tua Mahasiswa sebesar 16,09 dan standar deviasai 21,78. Status Sosial Orang Tua terdistribusi pada kategori sangat tinggi 20,4%, kategori tinggi 20,4%, kategori lebih dari cukup 16,7%, cukup 24,0% dan kategori rendah 18,5%. Mahasiswa memiliki Status Sosial Orang Tua pada ketegori cukup 24,0. 4.2.3 Prestasi Belajar Analisis deskriptif prestasi belajar dalam pengukuran ini dibuat lima kategori yaitu: cukup, lebih dari cukup, baik, lebih dari baik, baik sekali, maka interval dari masing-masing kategori dihitung sebagai berikut: Dari kriteria tersebut, hasil pengukuran Status Sosial Orang Tua sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Skor Variabel Prestasi Belajar Kategori Interval F Prosentase Mean SD Max Min Cukup 2,50 2,69 3 5,6 Lebih Dari Cukup 2,70 2,89 9 16,7 Baik 2,90 3,09 23 42,6 Lebih Dari Baik 3,10 3,29 14 25,9 3,03 0,03 3,47 2,50 Baik Sekali 3,30 3,49 5 9,2 Jumlah 54 100 Sumber: data 2016 Data tebel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata Prestasi Belajar Mahasiswa sebesar 3,03 dan standar deviasai 0,03. Prestasi Belajar terdistribusi pada kategori baik sekali 9,2%, kategori lebih dari baik 25,9%, kategori baik 42,6%, kategori lebih dari cukup 16,7% dan kategori cukup 5,6%. Mahasiswa memiliki Prestasi Belajar pada ketegori baik 42,6%. 4.3 Analisis Lanjut 4.3.1 Hasil Analisis Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar. Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Correlations Motivasi Prestasi Pearson Correlation 1,367 ** Motivasi Sig. (1-tailed),003 N 54 54 Pearson Correlation,367 ** 1 Prestasi Sig. (1-tailed),003 N 54 54 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Hasil Uji korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar tabel 4.4 menunjukan bahwa kooefisien korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sebesar 0,367 pada taraf signifikansi α 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
mempunyai hubungan yang rendah. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar. Tabel 4.4 menunjukan bahwa sig.(1-tailed) atau signifikansi satu sisi menunjukan angka sebesar 0,003. Hal ini menunjukan bahwa ada signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, karena α < 0,05 (0,003 < 0,05). 4.3.1 Hasil Analisis Korelasi Status Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar. Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Antara Status Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Correlations Status Prestasi Pearson Correlation 1,262 * Status Sig. (1-tailed),028 N 54 54 Pearson Correlation,262 * 1 Prestasi Sig. (1-tailed),028 N 54 54 *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Hasil Uji korelasi antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar Tabel 4.5 menunjukan koefisien korelasi antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar sebesar 0,262 pada taraf signifikansi α 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar mempunyai hubungan yang rendah. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan status sosial orang tua dengan prestasi belajar. Tabel 4.5 menunjukan bahwa sig.(1-tailed) atau signifikansi satu sisi menunjukan angka sebesar 0,028. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
signifikansi hubungan antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar, karena α > 0,05 (0,028 > 0,05). 4.3.2 Hasil Analisis Korelasi Ganda Motivasi Belajar Dan Status Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar. Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Ganda Antara Motivasi Belajar Dan Status Orang Tua, Dengan Pretasi Belajar Model Summary Mod R R Adjusted R Std. Error Change Statistics el Square Square of the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1,382 a,146,112,18914,146 4,353 2 51,018 a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001 Hasil uji korelasi ganda pada tabel 4.6 menunjukan bahwa koefisien korelasi antara motivasi belajar dan status orang tua, dengan pretasi belajar memperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,382 pada taraf signifikansi α 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara motivasi belajar dan status sosial orang tua dengan prestasi belajar mempunyai hubungan yang rendah.koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan motivasi belajar dan status orang tua, dengan pretasi belajar. Tabel 4.6 menunjukan bahwa signifikansi angka sebesar 0,018. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada signifikansi antara motivasi belajar dan status orang tua, dengan pretasi belajar, karena α > 0,05 (0,018 > 0,05). 4.3.3 Uji Hipotesis 1. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar
Analisis koefisien korelasi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar sebesar 0,367. Hal ini berarti menerima H 1 yang menyatakan ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar dan menolak Ho. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya semakin tinggi motivasi belajar semakin tinggi pula prestasi belajar. Sementara itu koefisien signifikansi sebesar α = 0,003 < 0,05 ada signifikan. Hal ini berarti ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. 2. Hubungan Status Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Analisis koefisien korelasi Status Sosial Orang Tua dengan Prestasi Belajar sebesar 0,262. Hal ini berarti menerima H 1 yang menyatakan ada hubungan antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar dan menolak H O. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya semakin tinggi status sosial orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar. Sementara itu koefisien signifikansi sebesar α = 0,028 > 0,05 tidak signifikan. Hal ini berarti ada hubungan positif dan tidak signifikan antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar. 3. Hubungan Motivasi Belajar Dan Status Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Analisis koefisien korelasi motivasi belajar dan status sosial orang tua dengan prestasi belajar sebesar 0,382. Hal ini berarti menerima H 1 yang menyatakan ada hubungan antara motivasi belajar dan status sosial orang tua dengan prestasi belajar dan menolak Ho. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya semakin tinggi motivasi belajar dan status sosial orang tua maka
semakin tinggi pula prestasi belajar. Sementara itu koefisien signifikansi sebesar α = 0,018 > 0,05 tidak signifikan. Hal ini berarti ada hubungan positif dan tidak signifikan antara motivasi belajar dan status sosial orang tua dengan prestasi belajar. 4.4 Pembahasan Hasil Analisis 1. Korelasi Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar. Perhitungan korelasi menggunakan program SPSS versi 16.0, sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan dan sudah mengetahui arah penelitian, maka signifikansi yang digunakan adalah one-tailed atau uji satu sisi. Hasil perhitungan uji korelasi tampak bahwa memperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,367 pada taraf signifikansi ɑ 5% dapat disimpulkan bahwa nilai hitung koefisien ini pada kategori rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar mempunyai hubungan yang rendah dan ada signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, karena α < 0,05 (0,003 < 0,05). Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan positif pada kategori rendah antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Sehingga hal tersebut membuktikan pendapat dari Winkel (2012:169) Motivasi Belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Sehingga adanya dampak positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar akan menghasilkan salah satu tujuan mahasiswa yaitu untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Hal ini juga menunjukan bahwa motivasi belajar memiliki korelasi pada prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Didukung oleh teori Dimyati dan Mudjiono (2009:80) mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang memiliki motivasi untuk belajar akan berusaha mengembangkan bakat dan mengarahkan agar tercapai cita-citanya. Berdasarkan deskripsi data rata-rata mahasiswa memiliki skor motivasi belajar pada kategori rendah. Hal ini berarti Mahasiswa Pendidikan Ekonomi merasa belum memperoleh motivasi belajar yang tinggi, oleh karena itu perlu adanya dorongan dari berbagai pihak yang terkait dengan lingkungan yang ada disekitar mahasiswa baik dari keluarga maupun dengan dosen untuk selalu memberikan semangat untuk selalu rajin belajar. 2. Korelasi Hubungan Status Sosial Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Perhitungan korelasi menggunakan program SPSS versi 16.0, sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan dan sudah mengetahui arah penelitian, maka signifikansi yang digunakan adalah one-tailed atau uji satu sisi. Hasil perhitungan uji korelasi tampak bahwa memperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,262, tidak ada signifikansi antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar, karena α > 0,05 (0,028 > 0,05). Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan positif pada kategori rendah antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar. Adanya dampak positif status sosial orang tua terhadap prestasi belajar sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas kuliahnya. Tingginya prestasi belajar salah satunya juga ditentukan oleh status sosial orang tua mahasiswa. Hal ini menunjukan bahwa status sosial orang tua memiliki korelasi pada prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Didukung oleh teori Jhon W. Santrock (2009: 194) status sosial ekonomi adalah ketegorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi, pendidikan dan pekerjaan mereka. Status sosial orang tua memiliki peranan yang penting terhadap perkembangan mahasiswa, meningkatkan prestasi belajar dan dapat membantu menyelesaikan tugas kuliahnya. Adanya perekonomian yang cukup, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menggembangkan kemampuannya secara luas. Hal itu didukung pendapat dari Wina (2008:200) mengatakan bahwa, kelangkapan sarana dan prasarana dapat memberikan bebagai pilihan pada mahasiswa untuk belajar. Berdasarkan deskripsi data rata-rata mahasiswa memiliki skor status sosial orang tua pada kategori rendah. Hal ini berarti Mahasiswa Pendidikan Ekonomi merasa belum sepenuhnya memperoleh kebutuhan yang mahasiswa perlukan baik material dan nonmaterial. Oleh karena itu mahasiswa dapat memanfatkan sarana dan prasaran yang ada dikampus maupun yang telah diberikan oleh orang tua dengan semaksimal mungkin, sehingga prestasi belajar yang diinginkan tercapai dan mendapatkan nilai yang memuaskan.