STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN MAKANAN RUMPUT LAUT (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Narasa di Palu Utara)

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUMAHAN BEKASI TIMUR REGENSI 3

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

VII. FORMULASI STRATEGI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IV. METODE PENELITIAN

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

Bab 3 Metodologi Penelitian

PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN PAKET DATA KAMPUS DALAM PERSAINGAN DI BIDANG PAKET DATA INTERNET (Studi Kasus pada PT. Telkomsel Cabang Malang)

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISA. mudah dan cepat serta mampu menterjemahkan Al-Qur'an. Metode ini

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

IV. METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA SOERABI PA IS BANDUNG. Analysis of Bussiness Development Strategic at Soerabi Pa is Bandung

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

III. METODE PENELITIAN

PENENTUAN STRATEGI BISNIS DI ATMOSPHERE CAFÉ DENGAN MENGGUNAKAN METODE QSPM

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUKSI ROTI BALI KENCANA BAKERY, DENPASAR.

BAB 3 METODOLOGI. Studi Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Analisa Faktor Internal dan Eksternal

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis

IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III METODE PENELITIAN

FORMULASI STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PASAR INDUSTRI SELULER DI PEKANBARU (STUDI KASUS PERUSAHAAN XXX)

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN MAKANAN RUMPUT LAUT (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Narasa di Palu Utara) M. Jauhar Musthofa nicijo_jauhar@yahoo.co.id (Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract The objective of this research was to identify the internal factors (the strength and weakness), the external one (opportunity and threat) and to state the alternative of development strategy for Narasa Home Industry. It was carried out in Narasa home industry of North Palu. The sampling was done purposively. Environment analysis, SWOT, and QSPM is used to analyze the development strategy decision. The analysis referred to the EFE matrix and IFE producing the biggest power, namely the good quality of material, the biggest weakness is uninteresting product package; the biggest opportunity is the support of Palu Government while the biggest threat is the increasing of raw materials and additional material prices. The result of industrial position determination and the SWOT analysis were S-O strategy to increase the quality, defend the products price, promote and penetrate market with target of middle class of society. QSPM analysis resulting the most interesting strategy for the development of this industry is increasing the quality and defending the price. Keywords: development strategy, industry, SWOT, QSPM Indonesia merupakan produsen rumput laut jenis Eucheuma sp terbesar di dunia. Seperti diketahui bahwa jenis ini merupakan penghasil karaginan sebagai bahan baku industri makanan. Akan tetapi, dari jenis ini yang diolah di dalam negeri baru menjadi 20 jenis produk, sisanya diekspor mentah-mentah sehingga pemilik brand product adalah bukan keseluruhan dari Indonesia. Jenis Gracilaria sp sebagai bahan baku agar-agar sudah ada pabrik terbesar di dunia yang dibangun, tetapi hampir seluruhnya diserap di dalam negeri karena hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Cina merupakan negara pengimpor rumput laut terbesar di dunia dengan nilai impor mencapai 100.001,6 ton. Jumlah nilai impor terbesar lainnya disusul oleh Jepang 57.441,2 ton; Amerika Serikat 28.421,8 ton dan negara-negara lainnya. Pangsa pasar komoditi rumput laut masih sangat besar jika mengacu pada rasio impor 7 negara utama terhadap impor dunia. Pemasok rumput laut terbesar berada di kawasan Indonesia bagian timur jika melihat potensi dalam negeri dalam 5 tahun terakhir (2005 2009). Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur adalah provinsi penghasil rumput laut terbesar dalam beberapa tahun. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 744.826 ton basah. Sulawesi Tengah berada dibawahnya dengan produksi mencapai 713.962 ton basah dan Nusa Tenggara Timur menempati urutan ke tiga dengan produksi sebesar 498.422 ton basah. Data terbaru sementara Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Tahun 2011, menunjukkan produksi rumput laut mencapai 790 ribu ton basah atau 100 ribu ton. Produksi tersebut telah memberikan kontribusi sekitar 25,6 % dari produksi nasional sebesar 3,082 juta ton. Produksi rumput laut Sulawesi Tengah Tahun 2010, telah memanfaatkan areal seluas 9 ribu ha dari potensi 106 ribu ha. Produksi tersebut tersebar di tiga klaster (cluster) kawasan produksi rumput 42

43 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52 laut sulawesi tengah. Klaster III meliputi Teluk Tolo (Morowali, Banggai Kepulauan dan Banggai) berkontribusi sebesar 70 %. Klaster II di Teluk Tomini (Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una dan Banggai) sebesar 23 % dan sisanya berasal dari klaster I Selat Makassar dan laut sulawesi (Buol, Tolitoli, Donggala dan Kota Palu). Pengembangan rumput laut disinergikan dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu yang terfokus pada 3 komoditas yaitu rumput laut, rotan dan kakao. Industri olahan makanan rumput laut di Kota Palu yaitu industri rumah tangga Narasa. Industri ini merupakan usaha kelompok masyarakat yang didirikan pada tahun 2005 menggunakan modal sendiri dan memiliki 6 orang tenaga kerja. Industri ini diklasifikasikan dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kebutuhan bahan baku berasal dari Kabupaten Parigi, Luwuk dan Morowali melalui pesanan dan diantar langsung ke tempat industri. Hal ini disebabkan produksi rumput laut di Kota Palu tidak lagi mencukupi kebutuhan bahan baku industri ini. Meskipun usaha tersebut hanya bersifat sampingan, namun pengembangan industri rumah tangga Narasa berperan penting untuk peningkatan pendapatan masyarakat sekitar. Kemampuan penguasaan strategi-strategi pemasaran akan terkait dengan kemampuan mengenal lingkungan internal dan eksternal industri dalam bentuk analisis faktor lingkungan, untuk memilih strategi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan kondisi permodalan, peralatan dan sumberdaya industri. Pengembangan industri diperlukan untuk menciptakan daya saing dan manfaat ekonomi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kemampuan inovasi, dan meningkatkan peran perguruan tinggi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk menentukan strategi-strategi dalam pengembangan industri olahan makanan rumput laut di Kota Palu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan industri rumah tangga Narasa, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan industri rumah tangga Narasa. Penelitian ini juga bertujuan untuk menetapkan alternatif strategi pengembangan yang sesuai bagi industri rumah tangga Narasa. Penelitian ini bermanfaat bagi pihakpihak terkait. Manfaat penelitian ini sebagai bahan informasi dalam menentukan kebijakan Pemerintah Kota Palu bagi pengembangan industri olahan makanan rumput laut, referensi Pemerintah Kota Palu maupun akademisi dalam kajian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan industri olahan makanan rumput laut dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pelaku usaha industri olahan makanan rumput laut khususnya di Kota Palu untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatannya. METODE Analisis Lingkungan Perusahaan Analisis Deskriptif Menurut Simamora (2004), analisis deskriptif merupakan upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran. Analisis Lingkungan Internal Menurut Umar (2003), analisis terhadap lingkungan internal dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis berupa matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting, misalnya dari aspek manajemen, keuangan,

M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi... 44 SDM, pemasaran, sistem informasi dan produksi/operasi. Analisis Lingkungan Eksternal Menurut Umar (2003), analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis matriks EFE (External Factor Evaluation). Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Uji Indeks Konsistensi (CI) Uji Indeks Konsistensi perlu dilakukan sebelum analisis SWOT. Menurut Marimin (2004: 87), perhitungan indeks konsistensi (CI) dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut: Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR 0,1. Rumus CR adalah: Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory. Matriks SWOT Faktor-faktor strategis dalam pengembangan industri rumah tangga Narasa disusun dalam suatu matriks yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategi sebagai berikut: a. Strategi SO (Strength-Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan-kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluangpeluang yang ada di luar industri. b. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. Strategi ST (Strength-Threat). Strategi menuntut industri berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. d. Strategi WT (Weakness-Threat). Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. IFE EFE Opportunities (O) Faktor peluang Eksternal Treaths (T) Faktor ancaman eksternal Sumber: Rangkuti, 2009. Tabel 1. Matriks SWOT Strenghts (S) Faktor kekuatan Internal Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Menciptakan stategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weaknes (W) Faktor kelemahan internal Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

45 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52 Keterangan: a. IFE (Internal Factor Evaluation) yaitu faktor-faktor strategi internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan/organisasi. b. EFE (Eksternal Factor Evaluation) yaitu faktor-faktor strategi eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan/organisasi. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Faktor-Faktor Sukses Kritis Tabel 2. Penjabaran Matriks QSP Alternatif Strategi Bobot Strategi I Strategi II Strategi III AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber: David, F. R. 2002. Manajemen Strategis (Edisi Bahasa Indonesia). PT. Prenhallindo, Jakarta. Keterangan: AS = Attractiveness Score TAS = Total Attractiveness Score (AS x Bobot) Dari matriks tersebut dapat ditentukan strategi alternatif terbaik yang dilihat dari nilai total TAS yang tertinggi. Penentuan Nilai Kemenarikan (Attractiveness Score/AS). Nilai Kemenarikan (Attractiveness Score/AS): nilai 1 = tidak menarik, nilai 2 = agak menarik, nilai 3 = secara logis menarik, nilai 4 = sangat menarik. HASIL DAN PEMBAHASAN Internal Factor Evaluation (IFE) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki industri rumah tangga Narasa. Kekuatan yang dimiliki antara lain: (1) dukungan dari karyawan (tenaga kerja), (2) harga produk yang bersaing, (3) merek produk sudah dikenal, (4) bahan baku berkualitas baik. Kelemahan yang dimiliki antara lain: (1) tidak adanya manajemen terpadu, (2) peralatan manual dan tradisional, (3) kurangnya intensitas promosi produk, (4) kemasan produk tidak menarik. External Factor Evaluation (EFE) Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa peluang dan ancaman yang dimiliki industri rumah tangga Narasa. Peluang yang dimiliki antara lain: (1) peningkatan tingkat pendidikan masyarakat, (2) dukungan dari Pemerintah Kota Palu, (3) meningkatnya mobilitas penduduk, (4) tersedianya media promosi berbasis internet. Ancaman yang dimiliki antara lain: (1) Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu, (2) UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik, (3) tuntutan izin BPOM RI dan label halal, (4) kenaikan harga rumput laut kering.

M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi... 46 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Skor terbobot sebesar 3,21 menunjukkan bahwa industri pada posisi kuat. Artinya, industri ini relatif lebih kuat dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mampu mengatasi kelemahannya. Kekuatan utama yang dimiliki industri ini adalah bahan baku berkualitas baik dengan skor 0,80. Pada posisi kedua ditempati oleh dukungan dari karyawan (tenaga kerja) dengan skor 0,76. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh harga produk yang bersaing dan merek produk sudah dikenal dengan skor 0,54 dan 0,28. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Internal Factor Evaluation (IFE), 2013 Faktor Internal Skor Bobot Rating Kekuatan (Strengths) Terbobot a. Dukungan dari karyawan (tenaga kerja). 0,19 4 0,76 b. Harga produk yang bersaing. 0,18 3 0,54 c. Merek produk sudah dikenal. 0,14 2 0,28 d. Bahan baku berkualitas baik. 0,20 4 0,80 Total Skor Terbobot 2,38 Kelemahan (Weaknesses) e. Tidak adanya manajemen terpadu. 0,08 3 0,24 f. Peralatan manual dan tradisional. 0,04 3 0,12 g. Kurangnya intensitas promosi produk. 0,04 2 0,08 h. Kemasan produk tidak menarik. 0,13 3 0,39 Total Skor Terbobot 0,83 Total 1,00 3,21 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013. Industri ini memiliki kondisi lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan. Kelemahan utama yang dimiliki industri rumah tangga Narasa adalah kemasan produk tidak menarik dengan skor 0,39. Pada posisi kedua ditempati oleh tidak adanya manajemen terpadu dengan skor 0,24. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh peralatan manual dan tradisional dan kurangnya intensitas promosi produk dengan skor 0,12 dan 0,08. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) Berdasarkan matriks EFE didapatkan total skor terbobot sebesar 3,02. Artinya, industri rumah tangga Narasa mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Peluang utama yang dimiliki industri ini adalah dukungan dari pemerintah Kota Palu dengan skor 0,88. Pada posisi kedua ditempati oleh meningkatnya mobilitas penduduk dengan skor 0,51. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh tersedianya media promosi berbasis internet dan peningkatan tingkat pendidikan masyarakat dengan skor 0,45 dan 0,16. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

47 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52 Tabel 4. Hasil Analisis External Factor Evaluation (EFE), 2013 Faktor Eksternal Skor Bobot Rating Peluang (Opportunities) Terbobot a. Peningkatan tingkat pendidikan 0.08 2 0,16 masyarakat. b. Dukungan dari pemerintah Kota Palu. 0.22 4 0,88 c. Meningkatnya mobilitas penduduk. 0.17 3 0,51 d. Tersedianya media promosi berbasis 0.15 3 0,45 internet. Total Skor Terbobot 2,00 Ancaman (Threats) a. Menurunnya produksi rumput laut sebagai 2 0,14 0.07 bahan baku di Kota Palu. b. UMKM dengan usaha sejenis yang lebih 3 0,24 0.08 baik. c. Tuntutan izin BPOM RI dan Label Halal. 0.05 2 0,10 d. Kenaikan harga bahan baku dan bahan 3 0,54 0.18 pelengkap. Total Skor Terbobot 1,02 Total 1,00 3,02 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013. Industri ini memiliki kondisi lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman. Ancaman utama yang dimiliki industri rumah tangga Narasa adalah Kenaikan harga bahan baku dan bahan pelengkap dengan skor 0,54. Pada posisi kedua ditempati oleh UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik dengan skor 0,24. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu dan tuntutan izin BPOM RI dan label halal dengan skor 0,14 dan 0,10. Uji Indeks Konsistensi (CI) Berdasarkan perhitungan penentuan bobot dari nilai kepentingan faktor internal diperoleh: (N = 8); (RI = 1,41); (λ maks = 9,47); (CI = 0,15) dan (CR = 0,10). Artinya bahwa peneliti sudah konsisten dalam melakukan penilaian. Sedangkan untuk penentuan bobot dari nilai kepentingan faktor eksternal diperoleh (N = 8); (RI = 1,41); (λ maks = 9,31); (CI = 0,13) dan (CR = 0,09). Artinya bahwa peneliti sudah konsisten dalam melakukan penilaian. Untuk kasus ini dirasa cukup dan tidak perlu dilakukan revisi penilaian. Matriks SWOT Matriks SWOT disusun berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal industri yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh industri tersebut. Penerapan dalam menggunakan matrik SWOT yaitu

M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi... 48 dengan menggunakan strategi SO, dimana menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Narasa di Kota Palu, 2013 IFE EFE Peluang (Opportunities) = O 1. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. 2. Dukungan dari Pemerintah Kota Palu. 3. Meningkatnya mobilitas penduduk. 4. Tersedianya media promosi berbasis internet. Ancaman (Threats) = T 1. Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu. 2. UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik. 3. Tuntutan izin BPOM RI dan Label Halal. 4. Kenaikan harga bahan baku dan bahan pelengkap. Sumbe : Data Primer Setelah Diolah, 2013. Kekuatan (Strengths) = S 1. Dukungan dari karyawan. 2. Bahan baku berkualitas baik. 3. Merek produk sudah dikenal. 4. Harga produk yang bersaing. Strategi S O 1. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk (S1, S2, S3, S4 dan O1, O2, O4). 2. Melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas (S1, S2, S4 dan O1, O2, O3, O4). Strategi S T 1. Membangun kemitraan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga tercipta costumer value (S1, S2, S3, S4 dan T1, T3, T4). 2. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memperoleh izin BPOM RI dan label halal (S1, S2 dan T2). Kelemahan (Weaknesses) = W 1. Tidak adanya manajemen terpadu. 2. Peralatan manual dan tradisional. 3. Kurangnya intensitas promosi produk. 4. Kemasan produk tidak menarik. Strategi W O 1. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi pengemasan serta memanfaatkan promosi berbasis internet (W1, W2, W3, W4 dan O1, O2, O3, O4). Strategi W T 1. Melakukan kerjasama kemitraan pasar dan peran instansi terkait dalam pembinaan industri (W1, W2, W3, W4 dan O1, O2, O3, O4). Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Matriks QSPM dibuat berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal pada matriks EFE, IFE, serta matriks SWOT. Pada matriks QSPM terdapat nilai AS (Attractiveness Score) dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada para responden saat melakukan Focus Group Discussion (FGD) secara independen. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap faktor

49 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52 kunci strategis. Perhitungan Total Attractive- ness Score (TAS) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan Total Attractiveness Score (TAS) pada Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix), 2013 Faktor Strategi TAS1 TAS2 TAS3 TAS4 TAS5 TAS6 Kekuatan (Strengths) a. Dukungan dari karyawan (tenaga kerja). 0,697 0,665 0,697 0,570 0,633 0,633 b. Harga produk yang bersaing. 0,600 0,540 0,600 0,480 0,570 0,570 c. Merek produk sudah dikenal. 0,443 0,420 0,397 0,397 0,397 0,327 d. Bahan baku berkualitas baik. 0,633 0,700 0,733 0,600 0,533 0,600 Kelemahan (Weaknesses) a. Tidak adanya manajemen terpadu. 0,253 0,253 0,253 0,280 0,213 0,240 b. Peralatan manual dan tradisional. 0,113 0,113 0,140 0,087 0,107 0,107 c. Kurangnya intensitas promosi produk. 0,113 0,120 0,100 0,107 0,113 0,093 d. Kemasan produk tidak menarik 0,412 0,390 0,282 0,412 0,325 0,368 Peluang (Opportunities) a. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. 0,253 0,267 0,227 0,293 0,253 0,187 b. Dukungan dari pemerintah Kota Palu. 0,770 0,733 0,770 0,733 0,733 0,697 c. Meningkatnya mobilitas penduduk. 0,538 0,567 0,567 0,623 0,538 0,453 d. Tersedianya media promosi berbasis internet. 0,425 0,450 0,525 0,375 0,450 0,425 Ancaman (Threats) a. Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu. 0,198 0,187 0,175 0,175 0,187 0,152 b. UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik. 0,253 0,227 0,227 0,200 0,213 0,227 c. Tuntutan izin BPOM RI dan Label Halal. 0,167 0,150 0,100 0,142 0,133 0,100 d. Kenaikan harga bahan baku dan bahan pelengkap. 0,540 0,540 0,420 0,570 0,510 0,450 Total 6,410 6,322 6,212 6,043 5,910 5,628 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013. Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSPM, maka diperoleh urutan strategi dari yang nilai TAS-nya paling tinggi hingga paling rendah sebagai strategi yang paling menarik untuk dilaksanakan untuk pengembangan industri rumah tangga Narasa. Adapun urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut: Strategi 1 : Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk,

M. Jauhar Musthofa, Strategi Pengembangan Industri Olahan Makanan Rumput Laut (Studi... 50 (TAS = 6,410). Strategi 2 : Melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas, (TAS = 6,322). Strategi 3 : Membangun kemitraan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga tercipta costumer value, (TAS = 6,212). Strategi 4 : Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memperoleh izin BPOM RI/label halal, (TAS = 6,043). Strategi 5 : Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi pengemasan serta memanfaatkan promosi berbasis internet, (TAS = 5,910). Strategi 6 : Melakukan kerjasama kemitraan pasar dan peran instansi terkait dalam pembinaan industri, (TAS = 5,628). Berdasarkan jumlah TAS diketahui bahwa nilai TAS tertinggi bertepatan berada di Kuadran I. Kegiatan pengembangan yang dilakukan pada wilayah ini mendukung strategi agresif. Pada wilayah ini, industri berada pada kondisi yang sangat menguntungkan, sebab kekuatan dan peluang lebih besar dari kelemahan dan ancaman yang ada pada industri. Keputusan Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan dan Implementasi Kegiatan Yang Dilakukan Berdasarkan hasil penentuan posisi industri rumah tangga Narasa yang dilakukan dengan analisis SWOT diperoleh angka tertinggi pada Kuadran I sebesar 4,38. Maka strategi S-O (Strengths Opportunities) yaitu (1) meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk, dan (2) melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas; menjadi pilihan utama. David (2007) membuat beberapa langkah untuk mengembangkan QSPM yaitu : membuat daftar internal dan eksternal dari matriks IFE dan EFE; memberi bobot pada afktor internal dan eksternal; memeriksa matriks-matriks pencocokan dan mengenali strategi-strategi alternatif yang dipertimbangkan organisasi untuk ditetapkan; menentukan Total Attractiveness Score (TAS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif di setiap strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) diperoleh Total Attractiveness Score (TAS) tertinggi sebesar 6,410. Artinya bahwa strategi meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk saat ini dianggap sebagai strategi yang paling menarik untuk diterapkan bagi pengembangan industri rumah tangga Narasa di Kota Palu dibandingkan alternatif strategi lainnya. Adapun program dan implementasi kegiatan yang dilakukan oleh industri rumah tangga Narasa. Berdasarkan hasil penentuan prioritas strategi dengan QSPM maka didapatkan alternatif strategi yang dapat dilihat pada Tabel 7.

51 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52 Tabel 7. Matriks Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan dan Implementasi Kegiatan Yang Dilakukan Industri Rumah Tangga Narasa, 2013 No. Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk 1) Mengupayakan diadakannya sistem pengendalian kualitas (quality control) terhadap semua aktivitas industri, sehingga penggunaan bahan, tenaga, dan waktu yang berlebihan tidak terulang lagi. 2) Membangun kerjasama dengan pemerintah dan perguruan tinggi melalui lembaga pengabdian kepada masyarakat untuk mendapatkan kegiatan pendampingan agar penerapan manajemen terpadu bisa diterapkan. 3) Mengembangka n teknologi tepat guna untuk melakukan strategi harga dengan lebih efektif dan efisien. Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013. a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk melalui pendekatan Total Quality Management (TQM). b. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan produk untuk mengembangkan berbagai macam varian produk. c. Memperbaiki kemasan produk Narasa untuk menciptakan brand produk yang lebih menarik. a. Pelatihan manajemen usaha meliputi manajemen persediaan bahan baku, manajemen keuangan (sistem akuntansi), manajemen sumberdaya manusia, manajemen pemasaran. b. Pembinaan, pendampingan dan evaluasi secara bertahap terhadap aplikasi manajemen terpadu dalam usahanya. a. Pelatihan dan pengadaan alat pemotong otomatis untuk mendapatkan ukuran produk yang simetris. b. Pelatihan menjadi operator website dan pengadaan komputer dan modem sebagai langkah industri untuk melakukan promosi di internet. Pelaksana dan Penanggung Jawab a. Industri Terkait a. Industri Terkait, b. Pemerintah Kota Palu, c. Perguruan Tinggi a. Industri Terkait, b. Pemerintah Kota Palu, c. Perguruan Tinggi

52 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 42-52 SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada industri rumah tangga Narasa, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor internal dalam pengembangan industri rumah tangga Narasa sebagai kekuatan adalah dukungan dari karyawan (tenaga kerja), harga produk yang bersaing, merek produk sudah dikenal dan bahan baku berkualitas baik. Sedangkan kelemahan adalah tidak adanya manajemen terpadu, peralatan manual dan tradisional, kurangnya intensitas promosi produk, kemasan produk tidak menarik. 2. Faktor-faktor eksternal dalam pengembangan industri rumah tangga Narasa sebagai peluang adalah peningkatan tingkat pendidikan masyarakat, dukungan dari Pemerintah Kota Palu, meningkatnya mobilitas penduduk dan tersedianya media promosi berbasis internet. Sedangkan ancaman adalah Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu, UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik, tuntutan izin BPOM RI dan label halal, serta kenaikan harga rumput laut kering. 3. Strategi meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk saat ini dianggap sebagai strategi yang paling menarik untuk diterapkan bagi pengembangan industri rumah tangga. DAFTAR RUJUKAN David, M. E., David, F. R., and David, F. R. 2007. Manajemen Strategis (Edisi Kesembilan Terjemahan). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Simamora, B. 2004. Analisis Multivarian Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Umar, H. 2003. Strategic Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.