PENGEMBANGAN MEDIA TUTORIAL PRAKTIK BIOLOGI BERBASIS INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY UNTUK PEMBINAAN KEGIATAN KELOMPOK ILMIAH REMAJA Alaik Idzham Holid, Mimien Henie Irawati, dan Sofia Ery Rahayu Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur E-mail: alexcardo@rocketmail.com Abstrak : penelitian ini mrupakan penelitian pengembangan. Bertujuan untuk mengembangkan media tutorial dalam pelaksanaan praktik dengan menggunakan hewan uji, pembedahan dan pengambilan organ, serta cara pembuatan awetan hewan uji, sehingga pembelajaran menjadi semakin mudah, efektif dan efisien. Penelitian berdasar pada model pengembangan Borg dan Gall, dengan menggunakan 5 tahap pengembangan saja. Validasi dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan 7 orang guru lapangan dari sekolah yang berbeda. Hasilnya, dari segi media dianggap layak, dari segi materi dianggap layak, dan dari segi keefektifan dan efisiensi media mendapat predikat cukup layak. Kata kunci : media tutorial, Information and Communication Technology, Kelompok Ilmiah Remaja Pendidikan adalah salah satu cara untuk menumbuhkan kemauan, kemampuan, bakat dan potensi diri yang dimiliki oleh siswa. Mutu pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sistem pembelajaran. Menurut Suyatna (2009), meskipun dalam era komunikasi global, untuk Indonesia, guru atau pembimbing masih tetap merupakan faktor dominan dalam proses pembelajaran, karena gurulah yang berperan secara terprogram dan senantiasa berinteraksi dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir siswa, akan lebih baik bila siswa berinteraksi dengan teman belajarnya. Interaksi ini biasanya terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (kelompok belajar). Siswa diharapkan mampu bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil tersebut, sehingga dapat menangkap dan mendapatkan konsep antar sesamanya (Yustini dan Mariani, 2005). Kelompok-kelompok tersebut biasanya di sekolah terbentuk dalam kelompok yang diistilahkan dengan KIR (kelompok ilmiah remaja). KIR ini merupakan bentuk pendidikan yang tidak hanya memberikan teori, namun juga memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, sehingga peserta didik lebih terlatih untuk menerapkan prinsip-prinsip kerja ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman langsung seperti itu sering disebut juga dengan istilah pembelajaran kontekstual. Penelitian Oka (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memperkuat daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya. Permasalahan yang muncul, ketika sekolah atau lembaga pendidikan menerapkan KIR, terkadang kekurangan tenaga guru yang mampu menjadi pembimbing. Suyatna (2009) menyebutkan bahwa menjadi guru pembimbing KIR tidaklah mudah. Pembimbing kelompok ilmiah remaja dituntut memiliki pengetahuan penelitian yang cukup memadai, metode pendampingan siswa yang baik, tekun, kreatif, dan pengorbanan waktu dan tenaga yang tidak terbatas. Karena beratnya prasyarat untuk menjadi guru pembimbing kelompok ilmiah 1
remaja, maka belum banyak guru yang dengan kesadaran penuh bersedia untuk menjadi pendamping peneliti remaja. Selain itu, rendahnya penguasaan metodologi penelitian di kalangan guru SMP, SMA, dan SMK menjadi kendala utama bagi banyak guru untuk ikut berpartisipasi dalam membina para peneliti remaja. Kendala lain bagi guru adalah kesulitan untuk menyediakan banyak waktu luang dalam mempelajari kembali prinsip-prinsip praktikum dengan menggunakan hewan uji, baik yang terkait dengan cara pembedahan dan pengambilan organ, maupun pembuatan awetan spesimennya. Untuk itu alternatifnya adalah dengan menyediakan media yang dapat mempermudah guru untuk belajar dengan lebih efektif dan efisien. Raudhatul (2012), menyebutkan bahwa media pembelajaran yang dirancang dengan baik dan kreatif akan dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mengingat lebih baik, dan meningkatkan kinerja (performance) siswa dalam melakukan keterampilan tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dirancanglah sebuah media pembelajaran dengan judul Pengembangan Media Tutorial Praktik Biologi Berbasis Information and Communication Technology untuk Pembinaan Kegiatan Kelompok Ilmiah Remaja Pengertian dari pengembangan media pembelajaran adalah kegiatan mengkreasikan produk yang akan dijadikan sebagai perantara dalam memudahkan peserta didik melakukan atau memahami materi. Adapun prinsip dari penggunaan media sendiri dalam pembelajaran adalah menekankan aspek kemudahan bagi siswa. Menurut Chang (2001) dalam Çepni, et al., (2004) mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan komputer dalam pembelajaran, seiring dengan meningkatnya motivasi siswa juga bisa menyebabkan terjadinya peningkatan prestasi siswa. Menurut Idris (2008) terintegrasinya berbagai media dalam satu tampilan penyajian dapat merangsang satu atau lebih indra manusia. Dengan demikian, melalui pemanfaatan teknologi berbasis ICT, media akan menjadikan pembelajaran semakin mudah dan menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa. Untuk mempertajam proses pembuatan media berbasis ICT, Buts dan Halbuirth dalam Pujiantoro (2011) menyebutkan lima syarat penyusunan media, yaitu: pertama, Isi sebuah program harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan mempunyai bobot kejelasan yang lebih tinggi, sehingga penyajian harus sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami pengguna. Kedua, Cara penyajian materi berkaitan erat dengan sistematika penyusunan bahan ke dalam program. Ketiga, keterlibatan siswa, maksudnya bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang memungkinkan pengguna terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar. Keempat, kemudahan dalam penggunaan. Kelima, dokumentasi, yaitu program yang dibuat harus disimpan dan didokumentasikan dalam media kertas maupun dalam media magnetic. Selain itu, menurut Ali (2009) penting juga untuk diketahui beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan media pembelajaran, yaitu: Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas untuk memproduksi dan menampilkan media. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, artinya media ini bisa digunakan dimanapun dan kapanpun serta mudah untuk dipindahkan. Terakhir adalah keefektifan dan keefisienan media jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang. 2
METODE Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan yang dilakukan bertumpu pada model pengembangan Borg dan Gall (1989), yang meliputi 10 langkah yaitu : Melakukan penelitian pendahuluan (Prasurvei), Melakukan perencanaan pengembangan, Mengembangkan desain/produk awal, Melakukan uji coba lapangan tahap awal, Melakukan revisi hasil uji coba tahap awal, Melakukan uji coba lapangan utama, Melakukan revisi hasil produk operasional, Melakukan uji lapangan operasional, Melakukan revisi produk akhir, dan Mendesiminasi dan implementasi produk akhir. Akan tetapi pada penelitian ini hanya dilakukan 5 tahapan yang awal saja, yaitu hanya sampai pada tahap melakukan revisi hasil uji coba tahap awal. Media divalidasi oleh validator ahli media, validator ahli materi, dan ahli lapangan. Validator ahli madia dan ahli materi merupakan dosen ahli dalam bidang tersebut dengan kualifikasi minimal S2 dan minimal telah lima tahun berkecimpung dalam bidang praktik dengan menggunakan hewan uji dan pengawetan hewan uji. Pengujian ini dilakukan sebelum media dibuat sampai selesai dibuat. Adapun validasi ahli lapangan diambil dari 7 orang guru biologi atau pembina karya ilmiah remaja dari sekolah yang berbeda. Jenis data yang dikumpulkan yaitu meliputi: data mengenai kesesuaian teknik dan prosedur dengan kriteria yang telah ditentukan, dilakukan oleh ahli materi. Data tentang kesesuaian media dengan kaidah-kaidah penyusunan media, dilakukan oleh ahli media. Data yang ingin diketahui adalah keefektifan dan efisiensi media dilakukan oleh ahli lapangan. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner/angket dengan rentang skor penilaian antara 1 sampai 4. Selanjutnya data yang diperoleh diterjemahkan dalam bentuk prosentae data. Kemudian ditentukan nilai kelayakannya berdasarkan Tabel 1 berikut. Tabel 1. Kriteria Penilaian Data Persentase Validasi Produk Persentase Kelayakan Kualifikasi Keterangan 80% 100% Layak Baik, tidak perlu revisi 60% 79% Cukup Layak Baik, perlu revisi sebagian 50% 59% Kurang layak Kurang baik, revisi sebagian dan pengkajian ulang materi/media <50% Tidak layak Tidak baik, revisi total (Sumber: Sudjana, 2005 dalam Amalia, 2012) HASIL DAN PEMBAHASAN Validasi oleh ahli media dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum direvisi dan sesudah direvisi. Hasil dari validasi yang didapat dari ahli media sebelum direvisi disajikan dalam Tabel 2 berikut. 3
Tabel 2 Rekapitulasi Data Kuantitatif Hasil Validasi oleh Ahli Media Sebelum Direvisi 1 Desain Media 5 16 20 80 Layak 2 Teknologi 3 8 12 66,7 Cukup Layak 3 Gambar dan Foto 2 6 8 75 Cukup Layak 4 Video dan Audio 3 9 12 75 Cukup Layak RATA-RATA 74,18 Cukup Layak P : persentase x : total jumlah skor jawaban responden xi : total jumlah skor ideal Rekapitulasi data kuantitatif hasil validasi oleh ahli media di atas menunjukkan ada 4 aspek yang dinilai oleh ahli media. Berdasarkan data tersebut, terdapat 1 aspek yang dianggap layak yaitu aspek desain media. Ketiga aspek lain, yaitu teknologi, gambar dan foto, dan video dan audio memiliki kriteria cukup layak. Dengan demikian kesimpulan dari seluruh hasil validasi oleh ahli media adalah media dianggap cukup layak. Hal itu berarti dari segi media, media dianggap baik namun masih perlu dilakukan revisi sebagian. Dari hasil validasi oleh validator ahli media, seperti pada data di atas, selanjutnya dilakukan revisi media untuk selanjutnya dilakukan validasi lagi. Hasil validasi setelah dilakukan revisi seperti tertulis dalam data Tabel 3 berikut. Tabel 3 Rekapitulasi Data Kuantitatif Hasil Validasi oleh Ahli Media Setelah Direvisi 1 Desain Media 5 18 20 90 Layak 2 Teknologi 3 11 12 91,67 Layak 3 Gambar dan Foto 2 8 8 100 Layak 4 Video dan Audio 3 11 12 91,67 Layak RATA-RATA 93,34 Layak P : persentase x : total jumlah skor jawaban responden xi : total jumlah skor ideal Hasil validasi setelah dilakukan revisi menunjukkan bahwa keempat aspek yang dinilai memiliki kriteria layak. Dengan demikian kasimpulan dari hasil validasi kedua oleh ahli media ini adalah media sudah dianggap layak. Hal itu berarti bahwa media sudah dianggap baik dan tidak perlu dilakukan revisi lagi, sehingga dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli materi disajikan dalam Tabel 4 berikut. 4
Tabel 4 Rekapitulasi Data Kuantitatif Hasil Validasi oleh Ahli Materi 1 Tujan media 1 3 4 75 Cukup Layak 2 memasukkan bahan uji 3 11 12 91,67 Layak 3 pembedahan ikan 3 12 12 100 Layak 4 pembedahan katak 3 10 12 83 Layak 5 pembedahan merpati 4 16 16 100 Layak 6 pembedahan mencit 4 16 16 100 Layak 7 pembuatan awetan 4 14 16 87,5 Layak 8 Penyampaian isi media tutorial 3 12 12 100 Layak RATA-RATA 94 Layak P : Persentase x : Total jumlah skor jawaban responden xi : Total jumlah skor ideal Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 8 aspek materi yang divalidasi. Dari 8 aspek tersebut hanya ada satu aspek yang memiliki kriteria cukup layak, yaitu aspek tujuan media. Adapun 7 aspek lainnya sudah memiliki kriteria layak. Kesimpulan umum dari hasil validasi oleh ahli materi berdasarkan Tabel 4 adalah layak. Kesimpulan ini berarti bahwa dari segi materi, media sudah baik dan tidak perlu dilakukan revisi. Dengan demikian media sudah bisa digunakan untuk tahap berikutnya. Hasil validasi lapangan yang dilakukan oleh 7 ahli lapangan disajikan dalam Tabel 5 berikut. Tabel 5 Rekapitulasi Data Kuantitatif Hasil Validasi Ahli Lapangan 1 Desain Media 6 19,57 24 82 Layak 2 Materi dan Teknik 3 9,29 12 77 Cukup Layak 3 Video dan Gambar 5 16 20 80 Layak 4 Penggunaan Media 3 8,57 12 71 Cukup Layak RATA-RATA 77,5 Cukup Layak P : persentase x : total jumlah skor jawaban responden xi : total jumlah skor ideal Data hasil validasi oleh 7 ahli lapangan dikumpulkan dan dihitung rata-rata nilainya berdasarkan aspek yang dinilai. Terdapat 4 aspek yang dinilai oleh ahli lapangan. Sebanyak dua aspek sudah dianggap layak, yaitu aspek desain media dan aspek video dan gambar. Dua aspek lainnya mendapat kriteria cukup layak, yaitu aspek materi dan teknik, dan aspek penggunaan media. Kesimpulan akhir dari data hasil validasi oleh ahli lapangan adalah media mendapat kriteria cukup 5
layak. Hal itu berarti dari segi keterpakaian media dianggap sudah layak namun masih perlu dilakukan revisi sebagian. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil validasi dan uji coba tahap kecil pengembangan produk yang telah dilakukan, penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan. Dari segi media dan materi (isi), produk sudah dianggap layak, sehingga sudah bisa untuk diaplikasikan. Dari segi praktik dan efisiensi di lapangan, produk masih cukup layak, artinya produk sudah dinilai bagus namun masih perlu dilakukan revisi sebagian. Revisi dilakukan agar produk semakin praktis dan efisien bagi pembelajaran di lapangan. Saran Pemanfaatan Media tutorial yang telah dikembangkan ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran perlakuan hewan sebelum peserta didik melakukan praktik. Ukuran program yang cukup kecil dan video turorial yang sudah cukup jelas membuat media ini cukup efisien untuk belajar peserta didik, meskipun tanpa didampingi seorang tutor. Dalam penggunaan media ini, agar tampilan lebih optimal sebaiknya dijalankan pada komputer beresolusi 1280x800 pixel, karena resolusi tersebut merupakan resolusi terbaik dari tampilan media tutorial ini. Diseminasi Berdasarkan langkah pengembangan media yang ditulis oleh Borg dan Gall, diseminasi merupakan langkah paling akhir dari sebuah pengembangan produk, yaitu langkah kesepuluh. Adapun dalam pengembangan media ini hanya dilakukan sampai tahap kelima saja, dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Akan tetapi jika penggunaan media ini dilakukan dalam skala yang lebih luas sebaiknya perlu memperhatikan terlebih dahulu karakteristik sekolah dan permasalahan yang terjadi di sekolah. Karakteristik sekolah yang sesuai untuk melaksanakan media tutorial ini adalah sekolah yang memiliki kelompok ilmiah remaja, memiliki perangkat komputer yang mendukung penggunaan media ini dan memadai bagi seluruh siswa. Selain itu juga sekolah yang berkenan untuk melakukan praktikum atau penelitian dengan menggunakan hewan sebagai objek uji cobanya, khususnya hewan yang telah dipakai dalam media tutorial ini. Pengembangan Produk Lebih Lanjut Produk media tutorial ini sangat disarankan untuk diujicobakan secara bertahap dari lingkup yang sempit ke lingkup yang lebih luas. Selain itu, perlu juga untuk dikembangkan dengan pembuatan media yang sejenis dengan objek kajian yang semakin beragam. Keberagaman objek kajian itu dimaksudkan agar pembelajaran menjadi semakin mudah dan efisien bagi peserta didik, tentunya juga harus lebih memperhatikan kejelasan tampilan dan keindahan media dalam pembuatannya. DAFTAR RUJUKAN Ali, M. 2009. Pengembangan Media PembelajaranInteraktif Mata Kuliah Medan Elektromagnetik. Jurnal Edukasi Elektro, 1 (5). (Online), (journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/download/348/250), diakses tanggal 26 Desember 2012. 6
Amalia, S. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dengan Swishmax pada Materi Teori Kinetik untuk Siswa SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP Universitas Negeri Malang Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. 1989. Educational Research: An Introduction,Fifth Edition. New York: Longman. Çepni S., Tas, E., dan Köse, S. 2006. The Effects of Computer-Assisted Material on Students Cognitive Levels, Misconceptions and Attitudes Towards Science. Computers and Education Journal, 46: hlm. 192 205, (Online) (http://www.elsevier.com), diakses tanggal 28 Januari 2014. Idris, H. 2008. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbantuan Komputer. Jurnal Iqra, (Online), (5): 48-58, (Pengembangan multimedia pembelajaran berbantuan komputer jurnaliqro.files.wordpress.com/2008/08/05-husni-48-57-final.pdf), diakses tanggal 26 Januari 2014. Oka, A. A. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Bioedukasi Volume 2, Nomor 1, Hal. 81-91. Pujiantoro, W. 2011. Pengembangan Media Tutorial Berbasis Multimedia Interaktif Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII Semester II Di SMP Negeri Mojosari. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Raudhatul, S. 2012. Pengaruh Media PembelajaranTerhadap Hasil Belajar Ikatan Ion. JurnalTeknodik, XVI (1): 1-8. Suyatna. 2009. Kegiatan KIR Sebagai Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Siswa-Siswa Sekolah. Makalah disampaikan dalam workshop pendampingan dosen pada kegiatan KIR di sekolah, Yogyakarta, 28 Juli 2009. (Online), (http://www.staff.uny.ac.id), diakses 1 Juli 2013. Yustini, Y., dan Mariani N. 2005. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 17 SLTP Negeri 20 Pekanbaru. Jurnal Biogenesis, (Online), Vol. 2(1):8-12, (http://biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/2%20yustini- UPAYA%20PENINGKATAN%208-12.pdf), diakses 9 Januari 2013. 7