BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

III. METODOLOGI KAJIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

III. METODOLOGI KAJIAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

VII. FORMULASI STRATEGI

Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

IV METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

Transkripsi:

45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kabupaten Kampar memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas yang pada saat ini pemanfaatannya belum optimal. Usaha tani tanaman pangan dan hortikultura yang dilaksanakan petani di Kabupaten Kampar belum begitu intensif sehingga produksi yang dihasilkan masih sangat rendah. Pemasaran hasil komoditas tanaman pangan dan hortikultura pada saat panen yang sering kali tidak terjamin, menyebabkan produk yang dihasilkan petani seringkali tidak dapat dijual dengan harga yang layak, karena posisi tawar petani sangat rendah. Petani selama ini umumnya menjual produk pertanian tersebut dalam bentuk produk segar dan belum diolah menjadi berbagai macam bentuk produk olahan, sehingga petani belum mendapatkan nilai tambah dari usaha taninya. Hal ini tentu dapat menimbulkan masalah bagi petani karena fluktuasi harga tanaman pangan dan hortikultura yang sangat tinggi dan sifat dari komoditas tersebut yang tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar. Petani biasanya akan menjual hasil pertanian dengan harga yang murah pada saat panen untuk menghindari kerugian akibat rusaknya produk pada pasca panen. Hal ini menyebabkan pendapatan petani tidak stabil, sehingga mengurangi semangat untuk melaksanakan usaha tani secara intensif. Dalam pelaksanaan usaha tani tanaman pangan dan hortikultura, para petani seringkali menghadapi berbagai masalah berkaitan dengan informasi teknologi, kondisi infrastruktur pertanian yang kurang memadai dan belum optimalnya dukungan kelembagaan di perdesaan terhadap kegiatan usaha tani tanaman pangan dan hortikultura.. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar sebenarnya masih dapat dilaksanakan dengan menerapkan teknologi budidaya yang tepat guna sesuai dengan anjuran spesifik lokasi, diikuti dengan penanganan panen dan pasca panen yang lebih baik, serta penyempurnaan infrastruktur pertanian di perdesaan.

46 Dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka usaha tani tanaman pangan dan hortikultura harus dikelola sebagai suatu usaha agribisnis dengan memanfaatkan peluang yang ada, antara lain peluang pasar yang masih terbuka baik pasar domestik, nasional maupun pasar global (regional dan internasional). Produksi tanaman pangan dan hortikultura (buah-buahan ) tropis di masa depan cenderung meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya, hal ini di pengaruhi oleh meningkatnya tingkat pendapatan per kapita penduduk dunia, meningkatnya jumlah penduduk dunia, serta meningkatnya permintaan pasar dengan adanya perubahan perilaku masyarakat modern yang lebih menyukai mengonsumsi buah dalam keadaan segar dan produk olahan yang dikemas dengan baik dan menarik, serta higienis. Kegiatan yang dilaksanakan petani dan masyarakat perdesaan harus ditingkatkan melalui program pengembangan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Dengan pelaksanaan program ini diharapkan meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar. Produk yang dihasilkan petani akan diolah menjadi beraneka ragam produk olahan dengan kegiatan industri perdesaan yang dilaksanakan oleh Industri Rumah Tangga (IRT) maupun oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) di perdesaan. Dengan demikian diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat perdesaan pada masa yang akan datang dapat lebih meningkat. Untuk pengembangan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui komoditas yang menjadi sektor basis di suatu kecamatan yang perlu dikembangkan sebagai komoditas andalan. Budidaya komoditas yang terpilih perlu lebih ditingkatkan untuk menjamin pasokan bahan baku bagi kegiatan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di daerah ini. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka kerangka pemikiran pelaksanaan kajian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

47 Kebutuhan Pengembangan Industrialisasi Perdesaan di Kabupaten Kampar Pemilihan Komoditas Yang Akan Dikembangkan Permasalahan Produktivitas tanaman rendah Mutu produk pertanian rendah Penerapan teknologi rendah Kurangnya kemampuan SDM Kurangnya permodalan Lemahnya kelembagaan perdesaan Kurangnya dukungan infrastruktur Penentuan Komoditas Basis Analisis LQ Wilayah AHP Analisis Strategis dan Program Pengembangan Komoditas Basis Analisis SWOT Strategi dan Program Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Guna Peningkatan Pendapatan Masyarakat Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar

48 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kampar dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini sangat potensial untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Pemilihan Kabupaten tersebut di atas sebagai lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan penelitian lapangan yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan April sampai Mei 2009. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Teknik Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode survei melalui wawancara dengan responden yang dipilih secara dan berjumlah. Daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan, sebelum digunakan akan dicoba lebih dahulu untuk kemudian disempurnakan sesuai kondisi lapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi atau lembaga yang berkaitan dengan topik kajian, yaitu: BPS, Bappeda, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian, Dinas Perindustrian, Dinas Koperasi dan UKM tingkat Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau. Untuk memperoleh masukan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi pada Kabupaten Kampar dalam pengembangan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dilakukan dengan wawancara kelompok dari sejumlah individu stake holder dengan menerapkan metode Focus Group Discussion (FGD). Focus Group Discussion (FGD) adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan yang salah dari peneliti terhadap fokus masalah yang diteliti. Lebih jauh lagi teknik ini digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna inter subyektif yang sulit dimaknakan sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh ketidaktahuan peneliti terhadap makna sesungguhnya dari orang-orang di sekitar sebuah

49 fenomena yang sedang diteliti serta sejauh mungkin peneliti menghindari diri dari dorongan subjektivitas peneliti tersebut (Bungin, 2003). Di dalam proses FGD, peneliti melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap persoalan yang didiskusikan, peserta yang dilibatkan dalam FGD ini terdiri dari 8 12 orang yang dipilih dari berbagai kalangan stake holder, dengan pertimbangan beberapa hal; (a) keahlian atau kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan; (b) pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah; (c) pribadi terlibat dalam fokus masalah; (d) tokoh otoritas terhadap kasus yang didiskusikan; (e) masyarakat awam yang tidak tahu menahu dengan masalah tersebut namun ikut merasakan persoalan sebenarnya. Untuk keperluan itu, maka peserta yang akan dipilih dalam FGD ini antara lain berasal dari Perguruan Tinggi (Universitas Islam Riau), Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Balai Penelitian dan Pengembangan Provinsi, Balai Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, pelaku agrobisnis tanaman pangan dan hortikultura. Oleh karena FGD akan digunakan sebagai alat analisis, maka secara singkat FGD menggunakan dua tahapan utama, yaitu: 1) Tahap diskusi dengan melibatkan berbagai anggota FGD yang diperoleh berdasarkan kemampuan dan kompetensi formal serta kompetensi penguasaan fokus masalah FGD. 2) Tahap analisis hasil FG, pada tahap ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu analisis mikro dan tahap analisis makro. 3.4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Metode penentuan sektor basis 2) Metode analisis faktor penentu pengembangan industrialisasi perdesaan. 3) Perumusan strategi dan program pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura

50 3.4.1. Metode Analisis Penentuan Sektor Basis Dalam menetapkan komoditas yang menjadi sektor basis pada kecamatankecamatan di Kabupaten Kampar dilakukan analisis data yang ada dengan metode Analisis Location Quotient (LQ). Metoda analisis ini digunakan untuk mengkaji keunggulan komparatif atau basis ekonomi yang dilihat dari kontribusi masingmasing subsektor terhadap perekonomian suatu wilayah. Analisis model LQ ini digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis dari suatu wilayah perencanaan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah. Pada penelitian ini pendekatan dengan menggunakan metode LQ ini adalah dengan menganalisis jumlah produksi tanaman pangan dan hortikultura metode LQ ini dirumuskan sebagai: Xij / Xi. LQ IJ =...(1) Xj / X.. dimana: LQ ij = Indeks kuosien lokasi kecamatan i untuk komoditas j Xij = Jumlah produksi masing-masing komoditas j di kecamatan i Xi. = Jumlah produksi total tanaman pangan/hortikultura di kecamatan i X.j = Jumlah produksi total komoditas j di Kabupaten Kampar. X.. = Jumlah produksi total seluruh komoditas tanaman pangan/ hortikultura di Kabupaten Kampar. Kriteria penilaian dalam penentuan ukuran derajat basis dan non basis adalah jika nilai indeks LQ lebih besar atau sama dengan satu (LQ >1), maka sektor tersebut merupakan sektor basis, sedangkan apabila nilainya kurang dari satu (LQ < 1) berarti sektor yang dimaksud termasuk ke dalam sektor non basis pada kegiatan perekonomian wilayah Provinsi Riau.

51 3.4.2. Metode Analisis Faktor Penentu Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penentu dalam pengembangan industrialisasi perdesaan di Kabupaten Kampar pengolahan data dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian dan variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan; lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat ( Saaty, 1993). Menurut Saaty, 1993, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu (a) prinsip menyusun hirarki (Decomposition), (b). Prinsip menentukan prioritas ( Comparative Judgement). dan (c). Prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponenkomponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteriakriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Setelah persoalan di definisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan

52 beberapa tujuan tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). AHP dapat digunakan dalam berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumberdaya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Mayhoneys. (2008) mengemukakan bahwa secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat diringkas sebagai berikut ini: 1) Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas alternatif, maka pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif. 2) Menyusun masalah dalam struktur hirarki. Setiap permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur. 3) Menyusun masalah prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Langkah pertama pada tahap ini adalah menyusun perbandingan berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks, sehingga matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan. 4) Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hirarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. 5) Melakukan pengujian konsistensi hirarki. Pengujian ini bertujuan untuk menguji kekonsistenan perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki. Permadi, 1992. mengemukakan bahwa proses hirarki secara praktis dapat dijelaskan sebagai berikut :

53 1) Mengidentifikasikan tujuan keseluruhan hirarki atau yang lazim disebut Goal. Yang disebutkan di sini adalah masalah yang akan dicari pemecahan lewat model AHP. 2) Tentukan kriteria-kriteria yang diperlukan atau kira-kira sesuai dengan tujuan keseluruhan tersebut. Kriteria ini biasanya terdiri dari syarat-syarat atau keadaan yang kiranya dapat menunjang tercapainya sebuah goal dan biasanya masih bersifat umum (general). Sejalan dengan hal tersebut, maka perlu dipertimbangkan kemungkinan penambahan sub-sub kriteria di bawah setiap kriteria. Sub kriteria merupakan penjabaran lebih detail dari kriteria yang masih bersifat umum tersebut dan hal ini biasanya diperlukan bagi para pengambil keputusan yang menyukai hal-hal yang lebih detail. 3) Identifikasikan alternatif-alternatif yang akan dievaluasi di bawah sub-sub kriteria Secara lengkap, langkah-langkah dalam analisis data dengan pendekatan Analysis Hierarchy Process (AHP) adalah : 1) Mendefinisikan masalah dan menetukan solusi masalah. 2) Membuat struktur hirarki tentang strategi pengembangan komoditas 3) Membuat matriks perbandingan berpasangan Perbandingan antar elemen satu dengan yang lain digunakan untuk memperoleh gambaran pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan (elemen yang lain) setingkat di atasnya. Perbandingan didasarkan pada penilaian (judgement) dari para pengambil keputusan dengan memberikan penilaian tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Perbandingan sesuai tingkat kepentingan secara berpasangan dilakukan dengan kuantifikasi atas data kualitatif pada materi wawancara atau melalui kuesioner dengan nilai komparasi/ pembobotan antara nilai 1 sampai 9. Skala 1 sampai dengan 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkuantifikasikan pendapat (penilaian), yaitu berdasarkan akurasinya yang ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square Deviation) dan MAD (Median Absolute Deviation), selengkapnya sebagaimana Tabel 1 (Saaty, 1993).

54 Tabel 1. Skala Banding Secara Berpasangan Dalam AHP Tingkat Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain. 7 Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lain. 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain. 2,4,6,8 Kebalikan Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivitas ke-i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas ke-j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan Pengalamam dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding dengan elemen lainnya. Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya. Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 4) Melakukan Perbandingan Berpasangan Perbandingan berpasangan dilakukan dengan melakukan perbandingan antar elemen dari hasil penilaian (judgment) seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2], dimana n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan secara berpasangan. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, dan A3 dinayatakan sebagai vektor W, dengan W = (w1, w2, w3), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan dengan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 terhadap A2, yakni;

55 W 1 = A12 W 2 Nilai wi/wj dengan i, j = 1, 2, 3,, n didapat dari responden, yaitu pada stakeholders yang berkompeten dalam strategi pengembagan komoditas. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W (w1, w2, w3,, wn) maka diperoleh hubungan AW = nw. Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut: [ A-nI ] W = 0, dimana I = matriks identitas. Untuk menghitung akar ciri, vektor ciri dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi, yaitu: a) Menghitung akar ciri. Untuk mendapatkan akar ciri (n) maka harus ada kondisi [A n I ] = 0 dan n3. b) Menghitung vektor ciri Nilai vektor ciri merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini bertujuan untuk mensintesiskan penilaian (judgement) dalam penentuan prioritas. Untuk menghitung vektor ciri, maka akar ciri (n) maksimum hasil perhitungannya di atas disubstitusikan dengan persamaan: [A n I ] = 0 dengan menggunakan normalisasi w1 + w2 + w3 = 1, sehingga bila didapatkan maksimum = 2, maka perkaliannya menjadi sebagai berikut: [ A n I ] W = 0 dimana pada akhir perhitungan akan diperoleh vektor ciri w1, w2, dan w3. Vektor ini memberikan informasi berupa pilihan skenario yang paling optimal. c) Perhitungan Indeks Konsistensi (Concictency Index/CI) Indeks konsitensi menyatakan penyimpangan konsistensi dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan, dihitung dengan menggunakan rumus: CI = λ max n n-1

56 dimana λ max = akar ciri maksimum dan n = ukuran matriks. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap validitas atau keabsahan hasil. Perhitungan Concistency Ratio (CR) dengan persamaan : CR = CI RI dimana nilai RI diperoleh dari Tabel 2 berikut. Tabel 2. Nilai Random Indeks Ukuran Matriks Indeks Random 1 dan 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 5) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengukur tingkat perubahan pada pembobotan suatu pilihan karena adanya suatu perubahan pilihan yang lain. Sehingga apabila terjadi adanya pergeseran subyektivitas dari stakeholders atas pembobotan pada suatu pilihan maka akan dapat mempengaruhi besarnya bobot pilihan lainnya dan berdampak terhadap proses yang akan dilakukan guna mencapai pilihan alternatif tersebut. Dengan menggunakan analisis sensitivitas ini maka dapat dilihat komponen atau unsur apa yang paling sensitif dan komponen tidak sensitif terhadap suatu perubahan bobotnya dan mengakibatkan penyesuaian terhadap proses atau kegiatan yang berada pada hirarki penyusunnya. Melalui analisis sensitivitas ini dapat diketahui prioritas mana yang paling sensitif maupun paling tidak sentitif atas perubahan penilaian (preferensi) dari stakeholders.

57 3.4.3. Perumusan Strategi dan Program Pengembangan Untuk merumuskan strategi dan program pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar, metode analisis digunakan adalah analisis SWOT (Strengths- Weaknesses-Opportunities-Threats). Menurut David, 2002, Matriks Kekuatan- Kelemahan-Peluang-Ancaman. Menurut Soesilo (2002), Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atau kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah jabaran dari manajemen strategik versi Chicago dengan prinsip inside out. Sebelum menjabarkan analisis SWOT dengan langkah-langkahnya, maka yang paling utama harus diputuskan adalah siapakah stakeholder utama. Penentuan ini amat sangat penting sebab dalam manajemen strategik di sektor publik, sebab dalam manajemen strategik di sektor publik, kita sering memiliki stakeholder yang banyak dan sering tujuannya pun saling bertentangan. Dalam merumuskan strategi yang diperlukan untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar telah dilakukan diskusi kelompok melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang stakeholder yang dipandang berkompeten dalam pengembangan industrialisasi perdesaan. Soesilo (2002) mengemukakan bahwa untuk menyepakati strategi yang akan dibuat dimaksud dapat dilakukan dengan cara: 1) Menjabarkan berbagai alternatif yang mungkin dipakai, 2) Menganalisa setiap alternatif dengan cara brainstrorming 3) Memilih salah satu alternatif yang terbaik. Cara melakukan brainstorming adalah dengan jalan menciptakan ide secara efektif yaitu dengan cara: 1) Menyebutkan masalah / tujuan, 2) Menanyakan pendapat kepada peserta, 3) Membuat usulan cepat, 4) Jangan berhenti berdebat/evaluasi.

58 Brainstorming yang dilakukan diantara stakeholder peserta diskusi kelompok sangat bermanfaat karena: 1) Dapat menampung ide baru dengan cepat, 2) Dapat membentuk sinergi dan adanya subsidi silang pemikiran, 3) Mudah dan tak terstruktur, 4) Amat efektif bila problemnya sederhana. Menurut David, 2002, Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats-SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu Strategi S0 (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahanpeluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan strategi WT (kelemahanancaman). Selanjutnya David mengemukakan bahwa terdapat delapan langkahlangkah dalam membentuk Matriks SWOT, yaitu: 1) Buat daftar peluang-peluang eksternal utama. 2) Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama. 3) Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama 4) Buat daftar kelemahan internal 5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang internal, dan catat hasilnya pada sel Strategi SO 6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada strategi WO 7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi ST 8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi WT Teknik teknik perumusan strategi yang penting data diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu: 1) Tahap Input (Input Stage). Pada tahap ini berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap 1 ini antara lain terdiri

59 atas Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation - EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation IFE) 2) Tahap Pencocokan (Matching Stage), berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal utama. Tahap 2 meliputi Matriks Kekuatan-Kelemahan- Peluang-Ancaman. 3) Tahap Keputusan (Decision Stage), melibatkan satu teknik saja Menurut David (2002), setelah melakukan analisis faktor internal dan eksternal, selanjutnya adalah analisis matriks internal eksternal (IE). Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE diberi bobot pada sumbu y, sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Pada sumbu x matriks IE < total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah,nilai 2,0sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 kuat. demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang rendah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 tinggi. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis yang berbeda. Pertama, divisi yang masuk dalam sel I, II atau IV disebut tumbuh dan bina, strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal). Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII terbaik dapat dikelola dengan strategi pertahanan dan dipelihara. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX disebut panen atau divestasi. Organisasi yang sukses bila diposisikan dalam atau sekitar sel I Matriks IE. Hal tersebut secara keseluruhan disajikan pada Gambar 2. Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama, sedangkan matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman ( David, 2002), David menyebutkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, yaitu:

60 1) Daftarkan semua faktor-faktor eksternal dan internal yang diidentifikasi, termasuk peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan. 2) Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif semua faktor, Setiap variabel menggunakan Skala 0,1,2. 3) Tentukan rating setiap faktor, yaitu peringkat1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif pengaruh faktor-faktor tersebut. Untuk EFE yaitu: 4= Peluang utama, 3= peluang, 2, ancaman, 2=ancaman utama. Sedangkan untuk IFE, rating 4=kekuatan utama, 3=kekuatan, 2=kelemahan dan 1=kelemahan utama. 4) Setiap rating dikalikan dengan masing-masing bobot untuk setiap variabelnya Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari bobot untuk mendapat skor pembobotan. 5) Jumlah pembobotan berkisar antara 1,0 4,0 dengan rata=rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE1,0 menunjukkan ketidakmampuan memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4 menunjukkan kemampuan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan sangat baik Tabel 3. Matriks IFE Faktor Internal Bobot Rating Nilai Kekuatan 1. 2. Kelemahan 1. 2.

61 Tabel 4. Matriks EFE Faktor Internal Bobot Rating Nilai Peluang 1. 2. Ancaman 1. 2. SKOR BOBOT TOTAL IFE 4,0 Kuat 3,0-4,0 Sedang Lemah 2,0-2,99 1,0-1,99 3,0 2,0 1,0 SKOR BOBOT TOTAL EFE Tinggi 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99 3,0 2,0 1,0 I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 2. Matriks Internal- Eksternal Analisis SWOT yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis berupa wilayah yaitu produksi di Kabupaten Kampar Sebelum melakukan analisis SWOT, maka perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang sudah

62 ditentukan yang disebut dengan analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal. Hasil analisis faktor internal dan eksternal dilanjutkan kepada analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang ada serta menekan dampak ancaman yang timbul. Analisis SWOT memiliki matriks dengan kuadran yang merupakan perpaduan strategi antara faktor internal dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Analisis SWOT STRENGTHS (S) FI FE STRATEGI S-O OPPORTUNITIES (S) Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang THREATS (t) STRATEGI S-T Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman WEAKNESSES (W) STRATEGI W-O Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat dua faktor internal yang terdiri dari strengths dan weaknesses dan dua faktor eksternal yaitu opportunities dan threats. Kedua faktor terdapat dalam analisis SWOT tersebut akan menghasilkan empat strategi, yaitu : 1) Strategi (S-O), yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 2) Strategi (S-T), yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

63 3) Strategi (W-O), yaitu strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang 4) Strategi (W-T), yaitu strategi dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Berdasarkan matriks SWOT di atas, hubungan antara analisis SWOT dengan tujuan kajian ini adalah untuk menjawab kelima dari kajian yaitu untuk merumuskan strategi penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Kampar. Penyusunan Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar Faktor Eksternal Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Faktor 1 Faktor 1 Faktor 1 Faktor 1 Faktor 2 Faktor 2 Faktor 2 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 3 Faktor 3 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 4 Faktor 4 Faktor 4 Strategi Strategi Strategi Strategi Tujuan 3: Perumusan Strategi Pengembangan Gambar 3. Hubungan Analisis SWOT dengan Tujuan 3

64 Analisis SWOT menurut Start dan Hovland dalam Tiara, (2010) adalah instrumen perencanaan strategi yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dari hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Menurut Albert S.Humphrey dalam Mangkoedison (2010), Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari strengths/kekuatan, Weaknesses/ "kelemahan", opportunities/peluang, dan threats/ancaman adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT digunakan untuk membuat perkiraan strategi yang diperlukan untuk pengembangan industrialisasi perdesaan pada masa mendatang, dengan menggunakan 2 sistem analisis, yaitu: IFAS (Internal Strategy Factor Analysis System) dan EFAS (External Strategy Factor Analysis System). Dengan IFAS, akan dianalisa berbagai komponen faktor strengh (kekuatan) dan faktor weakness (kelemahan) sedangkan EFAS akan menganalisa komponen faktor opportunity (peluang) dan threat (ancaman) yang berpengaruh dalam pengembangan industrialisasi perdesaan di Provinsi Riau. Masing-masing faktor internal dan faktor eksternal tersebut diberi nilai bobot dan urgensinya. Bobot dari berbagai komponen faktor strength dan weakness memiliki nilai 1, menggambarkan bahwa komponen-komponen tersebut memiliki satu kesatuan utuh dan bobot dari berbagai komponen faktor opportunity dan threat memiliki nilai 1. Bobot suatu faktor akan lebih tinggi jika ia memiliki urgensi. Menurut Soesilo (2002) Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atau kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah jabaran dari manajemen strategik versi Chicago dengan prinsip inside out. Sebelum menjabarkan analisis SWOT dengan langkah-langkahnya, maka yang paling utama harus diputuskan adalah siapakah stakeholder utama. Penentuan ini

65 amat sangat penting sebab dalam manajemen strategik di sektor publik, sebab dalam manajemen strategik di sektor publik, kita sering memiliki stakeholder yang banyak dan sering tujuannya pun saling bertentangan. Dalam merumuskan strategi yang diperlukan untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar telah dilakukan diskusi kelompok melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang stakeholder yang dipandang berkompeten dalam pengembangan industrialisasi perdesaan. Soesilo (2002) mengemukakan bahwa untuk menyepakati strategi yang akan dibuat dimaksud dapat dilakukan dengan cara: 1) Jabarkan berbagai alternatif yang mungkin dipakai, 2) Analisa setiap alternatif dengan cara brainstrorming 3) Pilih salah satu yang terbaik. Cara melakukan brainstorming adalah dengan jalan menciptakan ide secara efektif yaitu dengan cara: 1) Sebutkan masalah / tujuan, 2) Tanyakan pendapat kepada peserta, 3) Buat usulan cepat, 4) Jangan berhenti berdebat/evaluasi. Brainstorming yang dilakukan diantara stakeholder peserta diskusi kelompok sangat bermanfaat karena: 1) Dapat menampung ide baru dengan cepat, 2) Dapat membentuk sinergi dan adanya subsidi silang pemikiran, 3) Mudah dan tak terstruktur, 4) Amat efektif bila problemnya sederhana. Membuat Strategi adalah mengawinkan elemen-elemen internal dengan eksternal, sehingga didapatkan 4 alternatif strategi sebagai berikut: 1) Strategi SO. Strategi ini adalah yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat di dorong kekuatan yang sudah ada untuk maju (mengandalkan keunggulan komparatif).

66 2) Strategi ST. Strategi ini adalah yang agak lebih mahal karena dengan bekal yang paling sedikit dapat diatasi ancaman yang sudah ada untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi. 3) Strategi WO. adalah strategi investasi atau devestasi yang juga agak lebi sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yaitu paling lemah tetapi dimanfaatkan untuk menangkap peluang atau disebut juga strategi dengan orientasi putar balik. 4) Strategi WT: adalah strategi yang paling sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah atau paling terancam sehingga yang dilakukan adalah mengontrol kerusakan agar tidak menjadi lebih parah (defensif). Dalam melakukan Analisis SWOT perlu diperhatikan langkah-langkah seperti berikut: Langkah 1 : Pengumpulan informasi.. Dalam pengumpulan informasi ini perlu dibuat daftar mengenai kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini maupun perkiraan pada masa akan datang. Pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui wawancara atau brainstrorming dalam suatu diskusi kelompok diantara stakeholder. Untuk kelancaran jalannya diskusi, perlu dipersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik bahasan. yang ingin dianalisis. Ketika memfasilitasi sebuah Analisis SWOT upayakan untuk menambah wawasan melalui pertanyaan yang cerdas dan menyelidik. Langkah 2 : Apa yang diinginkan. Buatlah daftar peluang yang ada di masa depan. Peluang adalah merupakan kekuatan potensial masa depan. Kemudian buat daftar ancaman di masa depan. Ancaman adalah merupakan kelemahan potensial di masa depan. Langkah 3 : Rencana aksi. Refiew matriks SWOT dengan tujuan untuk menciptakan sebuah rencana tindakan untuk mengatasi masalah pada 4 daerah

67 Singkatnya: Kekuatan perlu dipelihara, dibangun untuk tetap berada di atas. Kelemahan perlu diperbaiki, diubah atau dihentikan. Peluang perlu diprioritaskan, ditangkap, dibangun dan dioptimalkan. Ancaman perlu diatasi atau dikurangi dan dikelola dengan baik. Pada Tabel 6 dapat dilihat hubungan antara tujuan penelitian, analisis yang digunakan, peubah-peubah yang dipakai, data yang diperlukan dan output yang diharapkan dari hasil penelitian ini. Tabel 6. Sumber dan Metode Analisis Data No Tujuan Parameter Data Analisis 1 Mengidentifikasi sektor basis dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar Jumlah Produksi Jumlah Produksi masingmasing komoditas tahun 2008 Location Quotient 2 Mengidentifikasi faktor-faktor penentu pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar Bobot masing masing strategi Hasil diskusi Kelompok dengan stake holders AHP 3 Merumuskan strategi dan program untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar Bobot masing masing strategi Hasil diskusi kelompok dengan stake holders SWOT