BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

BAB II LANDASAN TEORI

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

PETA PETA KERJA. Nurjannah

BAB II LANDASAN TEORI

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION

PENGUKURAN WAKTU KERJA

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

LOGO EKONOMI GERAKAN

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

practicum apk industrial engineering 2012

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

III. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN SISTEM KERJA. PPMJ Diploma IPB

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

practicum apk industrial engineering 2012

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. TINJAUAN PUSTAKA

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

practicum apk industrial engineering 2012

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN MICROMOTION STUDY DAN PENERAPAN METODE 5S UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Menganggur Independent Kerja Kombinasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri

BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA. Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT

BAB II LANDASAN TEORI

Perbaikan Metode Kerja Untuk Meminimasi Waktu Proses Menggunakan Maynard Operation Sequence Technique (MOST) (Studi Kasus PT Pan Panel, Palembang)

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan Studi tentang Penelitian Kerja. Berbicara tentang perancangan sistem kerja dan aktivitas penelitian kerja yang terdiri dari gerakan kerja dan pengukuran waktu kerja dalam perkembangannya tidak terlepas dari dua nama yaitu F.W Taylor dan F.B Gilberth, dari merekalah ilmu ini berkembang, yang akhirnya digabung jadi satu kesatuan sehingga dikenal sebagai Teknik tata cara kerja atau methods Engineering yang lebih dikenal Analisa dan Perancangan Kerja. Dalam tahun 1819 metode Frederick winslow Taylor mulai digunakan sebagai usaha penggunaan buruh minimal pada setiap jenis pekerjaan melalui penelitian ilmiah untuk mendapat metode pekerjaan yang paling terbagus dalam setiap kasus pekerjaan. F W Taylor juga mempelopori pengukuran kerja aktivitas ini mengacu pada pengukuran jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan bagi seorang operator. Sedangkan Frank Bunker Gilberth, tertarik pada analisa gerakan dasar atas kegiatan manusia. F B Gilberth memperkenalkan analisa gerakan, Dia sangat berjasa dalam usaha memberikan landasan untuk mengidentifikasi dan Universitas Mercu Buana 7

menganalisa gerakan-gerakan dasar manusia pada saat melakukan kerja manual yang dinamakan therbligs 2.2 Studi Gerakan Bila kita mengamati suatu gerakan yang sedang berlangsung hal yang sudah pasti terlihat adalah adanya gerakan-gerakan yang membentuk kerja tersebut. Studi gerakann adalah analisa yang diperlukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerjaan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakan-gerakan tangan yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehigga akan diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut. Seorang tokoh yang telah meneliti gerakan-gerakan dasar secara mendalam adalah Frank B. Gilbreth. Ia menguraikan gerakan dalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang dinamai therblig (sumber : Iftikar Z Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. Hal 102.) Therblig ini oleh Gilbreth dinyatakan dalam lambang-lambang tertentu. Lebih lengkapnya lihat tabel 2.1 Tabel 2.1 Lambang-lambang Therblig No Nama Therbligh Lambang Therbligh 1 Mencari (Search) SH 2 Memilh (Select) ST 3 Memegang (Graps) G 4 Menjangkau (Reach) RE 5 Membawa (Move) M Universitas Mercu Buana 8

6 Memegang (hold) H 7 Melepas (Release Load) RL 8 Mengarahkan (Positioning) P 9 Mengarahkan Sementara (Pre Position) PP 10 Memeriksa (Inspection) I 11 Merakit (Assemble) A 12 Lepas Rakit (Disassemble) DA 13 Memakai (Use) U 14 Kelambatan yang tak terhindar (Unavoidable delay) UD 15 Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay) AD 16 Merencana (Plane) Pn 17 Istirahat untuk menghilangkan fatique R Secara garis besar, Therbligh di definisikan sebagai berikut : 1) Mencari (Search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerjaan untuk menemukan lokasi obyek yang bekerja dalam hal ini adalah mata gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek telah ditemukan. Tujuan dari penganalisaan ini adalah menghilangkan sedapat mungkin gerakan yang tidak perlu. Mencari merupakan gerakan yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan, misalmya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan. 2) Memilih (Select) Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu obyek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian yang digunakan utuk Universitas Mercu Buana 9

melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai meilih, dan berakhir bila obyek telah ditemukan. Batas antara mulai memilih dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembaharuan pekerjaan diantara kedua gerakan tersebut, yaitu gerakan yang dilakukan oleh mata. Grakan memilih merupakan gerakan yang tidak efektif, sehingga sedapat munkin elemen gerakan ini dihindarkan. Contoh dari elemen gerakan memilih adalah gerakan yang diperlukan untuk memilih pulpen dari tempatnya, sedangkan pada tempat tersebut terdapat pula pendil-pensil dan pulpen-pulpen yang satu dengan yang lainnya tercampur tidak beraturan. 3) Memegang (Grasp) Therblig ini adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa, Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan, dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi. 4) Menjangkau (Rich) Pengertian menjangkau dalam therblig ini adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa bahan, baik gerakan mendekati maupun mejauhi obyek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang. Therblig ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila tangan sudah berhenti. Waktu yang digunakan Universitas Mercu Buana 10

untuk menjangkau, tergantung dari jarak pergerakan tangan dan dari tipe menjangkaunya. Seperti juga memegang, menjamgkau sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja, yang masih mungkin adalah pengurangan dari waktu gerak ini. 5) Membawa (Move) Elemen gerakan membawa, juga merupakan gerakan perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan terbebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh memegang dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pegarahan. Tharblig ini mulai dan berakhir bersamaan dengan gerkan menjangkau, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi waktu gerakannya pun hampir sama, yaitu jarak pindah, dan macamnya. Pengaruh yang lain adalah beratnya beban yang dibawa oleh tangan. 6) Memegang Untuk Memakai (Hold) Pengertian memgang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan obyek yang dipegang tersebut, perbedaanya dengan memegang yang sebelumnya pada perlakuan terhadap obyek yang dipegang. Pada memegang, pemegang dilanjutkan dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian. Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efekif, dengan demikian sedapat mungkin dihilangkan atau sedapat mungkin di kurangi. 7) Melepas (Release) Elemen gerakan melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan obyek yang dipegangnya. Bila dibandingkan dengan gerakan therblig Universitas Mercu Buana 11

lainya, gerakan melepas merupakan gerakan yang relatif lebih singkat. Therblig ini dimulai pada saat pekerja mulai melepaskan tanganya dari obyek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah tidak menyentuh obyek lagi. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa atau dapat juga gerakan mengarahkan dan biasanya diikuti oleh gerakan menjangkau. 8) Mengarahkan (Position) Gerakan ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada suatu lokasi tertentu. Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan membawa dan biasanya diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan obyek dan berkahir pada saat gerakan merakit atau memakai dimulai. 9) Mengarahkan Sementara ( Pre Position) Mengarahkan sementar merupakan elemen megarahkan gerakan pada suatu tempat sementara. Tujuan dari penempatan ini adalah memudahkan pemegangan apabila obyek tersebut akan dipakai kembali. Dengan demikian siklus kerja berikutnya elemen kerja mengarahkan diharapkan berkurang. 10) Pemeriksaan (Inspection) Gerakan ini merupakan gerakan memeriksa obyek untuk mengetahui apakah obyek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba untuk memeriksa kehalusan dan lain-lain. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan obyek dengan suatu standart. Sehingga banyak atau sedikitnya waktu untuk pemeriksaan tergantung pada Universitas Mercu Buana 12

kecepatan operator untuk menemukan perbedaan antara obyek dengan standart yang dibandingkan. 11) Perakitan (Assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan objek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Pekerjaan dimulai bila objek sudah siap dipasang dan berakhir bila objek tersebut sudah tergabung secara sempurna. 12) Lepas Rakit (Disassemble) Gerakan ini merupakan kebalikan gerakan di atas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau biasanya juga dilanjutkan oleh melepas. 13) Memakai (Use) Yang dimaksud memakai disini adalah bila satu tangan atau keduaduanya dipakai untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk gerak ini tergantung dari jenis pekerjaannya dan keterampilan dari pekerjanya. 14) Keterlambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay) Keterlambatan yang dimaksud disini adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Contohnya adalah padamnya listrik, rusaknya alat-alat dan lainlain. Keterlambatan ini dapat dihindarkan dengan mengadakan perubahan atau perbaikan dalam proses operasinya. Universitas Mercu Buana 13

15) Keterlambatan Yang Dapat dihindarkan (Avoidable Delay) Keterlambatan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya. Misalnya pekerja yang sedang merokok ketika sedang bekerja dan lain-lain. Untuk mengurangi keterlambatan ini harus diadakan perbaikan oleh pekerjanya tanpa harus merubah proses operasinya. 16) Merencana (Plan) Merencanakan merupakan proses mental, dimana operator berfikir untuk menetukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk therblig ini sering terjadi pada seorang pekerja baru. 17) Istirahat Untuk Menghilangkan Rasa Fatique ( Rest Overcome Fatique) Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan kondisi badanya dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya. 2.3 Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri Untuk mendapatkan gerakan-gerakan yang lebih rinci, terutama untuk mengurangi gerakan-gerakan yang tidak pelu dan mengatur gerekan sehingga diperoleh urutan yang terbaik. Maka dilakukan studi gerakan ini, kita menganalisa gerakan-gerakan yang dilakukan seorang pekerja selama melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini kita bisa membuat peta tangan kanan-tangan kiri. Dengan kata lain peta tangan kanan-tangan kiri merupakan suatu alat dari Universitas Mercu Buana 14

studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efesien yaitu gerakangerakan yang diperlukan untuk melakukan atau melaksanakan suatu kerjaan. Menurut Iftikar Z Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. Hal 51. Pada dasarnya kegunaan peta ini adalah memperbaiki sistem kerja, tetapi pada khususnya berfungsi sebagai berikut : 1) Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan. 2) Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efesien 3) Sebagai alat untuk menganalisis tata letak sistem keja. 4) Sebagai alat untuk melatih pekerja yang baru, dengan cara yang ideal. Untuk membuat peta tangan kanan-tangan kiri inipun terdapat beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan, agar diperoleh peta yang baik. Dalam artian secara lengkap memberikan semua informasi tentang pekerjaan yang ditetapkan. Menurut Iftikar Z Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. Hal 52. Prinsip-prinsip pembuatan peta tangan kanan-tangan kiri sebagai berikut : 1) Lembaran kertas dibagi menjadi tiga bagian yaitu : - Kepala yaitu bagian memuat bagan dari sistem kerja. - Bagian yang memuat bagan sistem kerja - Bagian badan. 2) Pada bagian kepala, dibaris paling atas ditulis PETA TANGAN KANAN-TANGAN KIRI. Setelah itu menyertakan identifikasi- Universitas Mercu Buana 15

identifikasi lainnya, seperti : nama pekerjaan, nama depertemen, nomor peta, cara sekarang atau usulan, nama pembuat peta, dan tanggal dipetakan. 3) Pada bagian yang memuat bagan, digambarkan sketsa dari sistem kerja yang memperlihatkan skala, sesuai tempat kerja sebenarnya. 4) Bagian badan dibagi dalam dua pihak.sebelah kiri digunakan untuk mengambarkan kegiatan yang dilakukan tangan kiri begitupun sebaliknya, sebelah kanan digunakan untuk mengambarkan gerakan tangan kanan. 5) Langkah selanjtunya, diperhatikan urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan operator. Kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan yang biasanya dibagi kedalam delapan buah elemen sebagai berikut: Elemen menjangkau diberi lambang Re Elemen memegang diberi lambang G Elemen membawa diberi lambing M Elemen mengarahkan diberi lambing P Elemen menggunakan diberi lambing U Elemen melepas diberi lambing RI Elemen menganggur diberi lambing D Elemen memegang untuk memakai diberi lambing H Kedelapan elemen gerakan ini merupakan sebagian dari 17 elemen dari Studi Gerakan yang dikemukakan oleh Gilberth, dengan Universitas Mercu Buana 16

catataan yang dimaksud menganggur disini sudah termasuk elemen-elemen kelambatan yang tidak dapat dihindari (UD), kelambatan dapat dihindarkan (AD), istirahat untuk menghilangkan kelelahan (R) Adapun contoh peta tangan kanan-tangan kiri dari Iftikar Z Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. Hal 54. Gambar 2.1 Contoh peta tangan kanan-tangan kiri Universitas Mercu Buana 17

2.4 Ekonomi Gerakan Untuk mendapatakan hasil kerja yang baik, tentu diperlukan perancangan sistem kerja yang baik pula. Oleh karena itu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan hasil kerja yang diinginkan. Prinsip ekonomi gerakan terkait juga dengan studi gerakan, karena sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang ekonomis. Menurut Iftikar Z Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. Hal 120-130 Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan: 1) Tubuh Manusia dan gerakan. 2) Pengaturan tata letak tempat kerja. 3) Perancangan peralatan. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakannya, terdiri dari: 1) Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama dan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama. Gerakan kedua tangan harus dibuat dengan arah simetris dan diperlukan agar kedua tangan mencapai keseimbangan antara satu dengan yang lainnya. Lintasan pekerjaan yang tidak teratur (tidak simetris) akan lebih cepat menimbulkan kelelahan. 2) Pergerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya menggerakkan tangan atau badan secukupnya saja untuk menyelesaikan Universitas Mercu Buana 18

pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Penugasan pada bagian tubuh harus memperhatikan kesanggupan dari bagian-bagian tubuh itu sendiri agar tidak menimbulkan gerakan-gerakan sulit yang harus dilakukan oleh tubuh, misalnya: usahakan penempatan semua bahan dan peralatan sedemikian rupa sehingga tubuh tidak usah berputar-putar terlalu sering. 3) sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk dapat membantu para pekerjanya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja. Dalam beberapa keadaan ditempat kerja sering dijumpai total berat dari obyek digerakkan sepenuhnya oleh pekerja, hal tersebut tidak dimanfaatkannya prinsip momentum. Momentum dari suatu objek adalah masa objek tersebut dilakukan dengan kecepatan. 4) Gerakan tangan yang patah-patah, banyak perubahan arah yang tajam akan memperlambat gerakan tersebut. Perubahan arah gerakan dalam suatu pekerjaan akan memperlambat waktu penyelesaian kerja. Hal ini seperti pada saat memegang yang didahulukan dengan menjangkau dilanjutkan dengan membawa dan yang lainnya. 5) Gerakan balistik lebih cepat, mudah dan lebih akurat dibandingkan dengan gerakan yang tegang atau dikendalikan. Yang dimaksud dengan gerakan yang dikendalikan adalah gerakan yang terjadi pada suatu pekerjaan dimana memerlukan dua otot yang berlawanan kerjanya, misalnya pekerjaan untuk menulis, disini ada dua otot yang saling tahan yaitu jari dan jempol. Sedangkan yang dimaksud dengan gerakan balistik adalah gerakan yang bebas, misalnya pada saat memukul bola kasti. Universitas Mercu Buana 19

6) Pekerjaan harus diatur semudah mungkin dan jika mungkin menggunakan ritme/irama kerja yang harus mengikuti irama yang alamiah bagi si pekerja. Yang dimaksud dengan irama yang sering diartikan pada kecepatan rata-rata mengulang kembali gerakan. Misalnya irama melangkah kaki, irama pernafasan mengikuti irama tertentu. Setiap individu mempunyai irama alamiahnya sendiri. 7) Usahakan sedikit mungkin gerakan mata. Gerakan mata kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dari pekerjaan terutama bila pekerjaannya baru. Obyek yang kecil juga memerlukan gerakan mata untuk mengerjakannya. Seringkali antara tangan dan mata terjadi koordinasi dimana fungsi mata sebagai pengarah bagi tangan. Prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja: 1) Sebaiknya diusahakan agar bahan-bahan dan perkakas/peralatan mempunyai tempat yang tetap. 2) Temapatkan bahan-bahan dan perkakas/peralatan pengukur ditempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai. 3) Tempat penyimpanan bahan yang dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat/ gravitasi sebagai bahan yang akan dipakai selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil. 4) Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang dengan mekanisme yang baik. Universitas Mercu Buana 20

5) Bahan dari peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan yang terbaik. 6) Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya diatur agar kegiatan beriri dan duduk dapat dilakukan dengan mudah dan menyenangkan. 7) Tipe dan tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga pekerja yang medudukinya bersikap yang baik. 8) Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan: 1) Sebaiknya tangan dibebasakan dari pekerjaan dan digantikan dengan perkataan pembantu, atau peralatan digerakkan dengan kaki. 2) Sebaiknya peralatan atau perkakas dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu kegunaan sedapat mungkin. 3) Peralatan atau perkakas dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan. 4) Apabila setiap jari melakukan gerakan khusus, seperti mengetik, maka beban pekerjaan harus didistribusikan sedemikian hingga tercapai keseimbangan kapasitas setiap jari. 5) Roda putar, palang dan peralatan yang sejenisnya harus diatur sedemikian rupa sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang minimum. 2.5 Pengukuran Waktu Baku Pengukuran waktu baku merupakan pekerjaan untuk mencatat dan mengamati pemakaian waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus kerja dengan menggunakan alat-alat yang disiapkan. Pengukuran waktu ini menggunakan jam Universitas Mercu Buana 21

henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Cara ini merupakan cara yang paling umum dan banyak dipakai. salah satunya penyebabnya adalah kesederhanaan aturan-aturan yang dipakainya. Pengukuran waktu baku dapat membantu manajemen untuk mengetahui kapasitas produksi yang sebenarnya, hal ini berkaitan dengan pengertian waktu baku itu sendiri adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah diukur atau diteliti pada waktu kurun tertentu, dengan demikian perhitungan waktu baku harus mempertimbangkan faktor penyesuaian dan kelonggaran, sehingga didapat waktu yang rasional oleh tenaga kerja atau operator kerja yang ditentukan. 2.5.1 Langkah-Langkah sebelum melakukan pengukuran. Untuk mendapatkan hasil yang baik atau dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti apalagi menggunakan jam biasa. Banyak faktor yang mempengaruhi untuk mendapatkan hasil yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dan lain-lain. Menurut Iftikar Z Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006 Agar maksud diatas dapat tercapai perlu mengikuti beberapa langkah, antara lain seperti : Universitas Mercu Buana 22

1. Penetapan Tujuan Pengukuran Tujuan melakukan pengukuran harus ditetapkan dahulu. Dalam pengukuran waktu waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah diperuntukan penggunaan hasil pengukuran, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran. Misalkan pengukuran waktu baku yang diperoleh, digunakan untuk dasar upah intensif karyawan maka pengukuran waktu baku harus tinggi karena menyangkut prestasi karyawan, pendapatan karyawan, dan keuntungan perusahaan. Tetapi jika digunakan untuk memperkirakan secara kasar waktu pemesanan barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya, maka tinggkat ketelitian dan keyakinannya tidak sebesar tadi. 2. Melakukan Penelitian Pendahuluan Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari kondisi kerja dan tata cara kerja operator, untuk kemudian memperbaikai kondisi kerja tersebut secara terintegrasi, termssuk lingkungan kerja dan tata cara kerja. Kegiatan tersebut harus didukung dengan pengertian dan pemahaman mengenai pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan perancangan sistem kerja yang baik. 3. Memilih Operator Pemilihan operator untuk melakukan pekerjaan yang dukur bukanlah yang begitu saja diambil dari tempat kerja, tetapi opertor harus memenuhi bebarapa syarat tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik. Antara lain adalah berkemampuan normal dan dapat diajak kerjasama. Universitas Mercu Buana 23

4. Melatih Operator Meskipun telah mendapat operator yang baik, tetapi sebelum melkukan pengukuran, operator yang dipilih harus dilatih dulu. Hal ini bertujuan untuk memahami dan terbiasa dengan kondisi dan tata cara kerja yang telah ditetapkan. Sehingga hasil pengukuran akan mendapatkan data atau hasil yang rasional atau normal. 5. Menguraikan Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan Elemen-elemen pekerjaan merupakan kumpulan gerakan-gerakan kerja dari pekerjaan yang diteliti. Elemen-elemen tersebut yang nantinya akan diukur waktunya, dan hasilnya akan diakumulasikan sehingga mendapat waktu siklus. Tujuan dari peguraian pekerjaan atas elemen kerja adalah : 1) Menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan. 2) Memngkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena ketrampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. 3) Untuk memudahkan mengontrol terjadinya elemen yang tidak baku. 6. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, dilanjutkan dengan menyiapkan perlengkapa untuk mengukur antara lain : 1) Jam henti (Stopwatch) 2) Lembaran pengamatan 3) Pena atau pensil 4) Papan pengamatan (jika diperlukan). Universitas Mercu Buana 24

2.5.2 Tingkat Ketelitian, Tingkat Keyakinan, dan Pengujian Keseragaman data. Masalah tentang tingkat ketelitian dan pengujian data sebenarnya berbicara tentang statistik. Karenanya untuk memahami secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan tentang statistik, tetapi yang akan dikemukakan berikut ini adalah pembahasannya ke arah pemahamanya dengan cara- cara yang diusahakan sesederhana mungkin. A. Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Keyakinan Pengukuran-pengukuran ini tujuan sebenarnya adakah mencari waktu yang sebenarnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mencapai yang benarbenar valid yang ideal nya dilakukan pengukuran yang sebanyak-banyaknya (tau tak terhingga) karena demikian akan menghasilkan hasil yang pasti.tetapi hal ini pasti tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya. Dan jika sebaliknya, apabila hanya beberapa pengukuran saja, dapat diduga hasilnya tidak mendekati hasil yang normal. Tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian adalah pencerminan tingkat kepastian yang diiginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen. Sementara tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Universitas Mercu Buana 25

Jadi kalau diasumsikan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% hal ini berarti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnyadan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Dengan kata lain jika pengukuir sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10% dari seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan kemungkinan 5%(100%- 95%) B. Pengujian Keseragaman Data. Keseragaman data kita tentukan dengan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dengan rumus sebagai berikut : 1. Pengukuran dengan jam henti Batas Kontrol Atas (BKA) Batas Kontrol Atas (BKB) X Z. X Z. x x 2. Pengukuran dengan jam henti Batas Kontrol Atas (BKA) Batas Kontrol Atas (BKB) p Z. p Z. x x Dimana : X = Harga rata-rata subgrup p Z = Harga rata-rata presentase produktif = Tingkat keyakinan (nilai z didapat dari tabel kurva normal) Tingkat keyakinan 90% Z = 1.65 Tingkat keyakinan 95% Z = 1.95 ~ 2 Universitas Mercu Buana 26

Tingkat keyakinan 99% Z = 2.58 ~ 2 σ x = Standard deviasi dari harga rata-rata subgrup (Sumber Torik Husein Ir, MT. Modul kuliah Analisa dan Perancangan Kerja) C. Pengujian Kecukupan Data. Sedangkan untuk kecukupan data dirumuskan sebagai berikut : 1. Pengukuran dengan Jam henti z N ' s N 2 xi xi xi 2 2 s = Tingkat ketelitian dalam (%) N = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N x i = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan = Data pengamatan (hasil pengukuran) 2. Pengukuran dengan Sampling Perkerjaan 2 Z 1 p N' s p p = presentase produktif dari seluruh pengamatan (Sumber Torik Husein Ir, MT. Modul kuliah Analisa dan Perancangan Kerja) 2.5.3 Faktor Penyesuaian Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang dilakukan operator. Ketidak wajaran bisa saja terjadi misalnya bekerja tidak dengan kesungguhan, terlalu lamban, atau terlalu cepat. Sebab-sebab inilah Universitas Mercu Buana 27

mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu lama waktunya penyelesaian suatu pekerjaan. Jika pengukur mendapatkan nilai rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan tidak wajar oleh operator, maka agar rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkan dengan melakukan penyesuaian. Biasanya peneyesuaian dengan menegembalikan waku siklus ratarata dengan suatu faktor peneyesuaian yang disimbolkan dengan p. Besarnya nilai p tenttunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh pencerminan waktu yang sebenarnya atau sewajarnya. Bila penegukur berpendapat bahwa operator yang bekerja diatas normal atau terlalu cepat maka nilai p lebih besar dari 1, dan bila kejanya normal maka nilai p nya sama dengan 1, begitupun sebaliknya jika operator terlalu lambat maka nilai p menjadi dibawah 1. A. Factor Penyasuaian Metode Schumard. Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut kekals-kelas Superfast, Fast +, Fast, Fast -, Excelent, dan seterusnya, disini nilai p adalah : p = Nilai kelas Operator : Nilai kelas Normal dimana nilai per kelasnya sebagai berikut : Tabel 2.2 Penyesuaian Schumard Kelas Penyesuaian Kelas Penyesuaian Superfast 100 Good 65 Fast + 95 Normal 60 Universitas Mercu Buana 28

Fast 90 Fair + 55 Fast 80 Fair 50 Excellent 85 Fair 45 Good + 75 Poor 40 Good 70 Sumber: Iftikar Z. Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006 B. Factor Penyesuaian Metode Westinghouse Di metode Westinghouse untuk penyesuaian terdiri dari 4 faktor antara lain : ketrampilan, usaha, kondisi kerja, konsistensi adapun nilai-nilai penyesuaian sebagai berikut: Tabel 2.3 penyesuaian Westinghouse Faktor Kelas Lambang Peneyesuaian Ketrampilan Superskill Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 +0.15 +0.13 +0.11 +0.08 +0.06 0.03 0.00-0.05-0.1-0.16-0.22 Universitas Mercu Buana 29

Usaha Superskill A1 +0.13 A2 +0.12 Excellent B1 +0.10 B2 +0.08 Good C1 +0.05 C2 +0.02 Average D 0.00 Fair E1-0.04 E2-0.08 Poor F1-0.12 F2-0.17 Kondisi kerja Ideal A +0.06 Excellent B +0.04 Good C +0.02 Average D 0.00 Fair E -0.03 Poor F -0.07 Konsistensi Ideal A +0.04 Excellent B +0.03 Good C 00.01 Average D 0.00 Fair E -0.02 Poor F -0.04 Sumber: Iftikar Z. Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006 Contoh : Ketrampilan : Fair(E1) = -0.05 Usaha : Good(C2) = +0.02 Kondisi : Excellent(B) = +0.04 Konsistensi : Poor(F) = -0.04 Universitas Mercu Buana 30

Jadi nilai p = (1-0.03) atau 0.97 2.5.4 Faktor Kelonggaran Setelah kita mengetahui nilai dari penyesuaian, maka kita perlu menambahkan faktor kelonggaran yang akan dikali dengan nilai waktu normal untuk mendapatkan waktu baku. Menurut Iftikar Z. Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. hal 167 kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu : a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum sekedarnya untuk menghilaangkan haus, kekamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja. Berdasarkan penelitian ternyaa besarnya kelonggaran pekerja wanita dan pekerja pria ternyata berbeda, misalnya untuk pekerjaan yang ringan pada kondisi kerja yang normal pria memerlukan 2% sampai 2,5% dan wanita 5% (presentase ini adalah dari waktu normal). Bisa dilihat pada Tabel 2.4 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh b. Kelongaran untuk menghilangkan rasa fatique Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kkualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan saat-saat dimana menurunnya hasil produksi Universitas Mercu Buana 31

disebabkan oleh timbulnya rasa fatique, karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupasehingga lambatnya gerakan-gerakan keja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini. Besanya longgaran ini dan kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bisa dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.4 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh Faktor Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Pria Wanita 1. Dapat diabaikan 0,0-6,0 0,0-6,0 2. Sangat ringan 6,0-7,5 6,0-7,5 3. Ringan 7,5-12,5 7,5-16,5 4. Sedang 12,0-19,0 16,0-30,0 5. Berat 19,0-30,0 6. Sangat berat 30,0-50,0 7. Luar biasa berat B. Sikap kerja 1. Duduk 0,00-1,0 2. Berdiri diatas dua kaki 1,0-2,5 3. Berdiri diatas satau kaki 2,5-4,0 4. Berbaring 2,5-4,0 5. Membungkuk 4,0-10,0 C. Gerakan kerja 1. Normal 0 2. Agak terbatas 0-5 3. Sulit 0-5 4. Pada anggota-anggota badan terbatas 5-10' 5. Seluruh anggota badan terbatas 10-15' Universitas Mercu Buana 32

D. Kelelahan mata*) Pencahayaan baik Buruk 1. Pandangan yang terputus-putus 0,0-6,0 0,0-6,0 2. Pandangan yang hampir terus menerus 6,0-7,5 6,0-7,5 3. Pandangan terus menerus dengan tetap focus 7,5-12,0 7,5-16 4. Pandangan terus menerus dengan focus 12,00-19,00 16,00-30,00 berubah-ubah 5. Pandangan terus menerus dengan 19,00-30,00 konsentasi tinggi dan tetap focus 6. Pandangan terus menerus dengan 30,00-50,00 konsentrasi tinggi dan focus berubah-ubah Suhu ( o Kelelahan C) E. Keadaan suhu tempat kerja**) Normal Berlebihan 1. Beku Di bawah 0 diatas 10 diatas 12 2. Rendah 0-13 10-0' 12-5' 3. Sedang 13-22 5-0' 8-0' 4. Normal 22-28 0-5 0-8 5. Tinggi 28-38 5-40' 8-100 6. Sangat tinggi diatas 38 diatas 40 diatas 100 F. Keadaan atmosfer***) 1. Baik 0 2. Cukup 0-5 3. Kurang baik 5-10' 4. Buruk 10-20' G. Keadaan lingkungan yang baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0-1 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 1-3' 4. Sangat bising 0-5 5. Jika faktor-faktor yangberpengaruh dapat 0-5 menurunkan kualitas 6. Terasa adanya getaran pada lantai 5-10' 7. Keadaan-keadaan yang luar biasa 5-15' (bunyi, kebersihan, dll) *) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung pada juga pada keadaan ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0-2,5% Wanita =2-5% Sumber : Iftikar Z. Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: ITB, 2006. hal 170-171 Universitas Mercu Buana 33

c. Kelongaran untuk hambatan-hambatan tak bisa dihindarkan Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekejanya tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengoblor yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambtan yang pertama, jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya. Sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin. Hambatan tetap akan ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan baku. Beberapa contoh hambatan yang tidak dapat dihindarkan: Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat Mengasah peralatan potong Mesin berhenti karena matinya aliran listrik, dll. 2.5.5 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku Jika pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman data yang dikehendaki, dan jumlahnya memasuki tingkat keyakinan dan ketelitian yang diinginkan, maka selesai pegukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga kita dapat waktu baku. Menurut Iftikar Z. Sutalaksana dkk. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung: Universitas Mercu Buana 34

ITB, 2006. hal 155 untuk mendapatkan waktu baku dari data yang terkumpul dapat menggunakan rumus dan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Hitung Waktu Sklus Perhitungan waktu siklus merupakan waktu penyelesaian rata-rata dengan rumus sebagai berikut: W s N x i 2) Hitung Waktu Normal Dirumuskan sebagai berikut : Wn = Ws x p 3) Hitung Waktu Baku Dirumuskan sebagai berikut : Wb= Wn x (1 + i) Dimana : i adalah faktor kelonggaran yang diberikan operator. Universitas Mercu Buana 35