BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dengan cepat yang terjadi dalam lingkungan bisnis pada era informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT

Kata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI

Kuisioner Domain Bisnis

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA EVALUASI INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. FEMALINDO MEDIA SEJAHTERA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

LAMPIRAN. LAMPIRAN - Kuesioner Domain Keuangan. informasi. Investasi teknologi informasi termasuk jaringan LAN dan komputer core 2

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER)

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah Langkah Evaluasi Investasi SI / TI dengan Metode IE

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan (memiliki keunggulan bersaing/competitive advantage). Untuk

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. SATYA DJAYA RAYA TRADING DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasi sistem informasi, banyak hal-hal yang harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. (TI) sebagai sebuah investasi untuk mendukung tujuan perusahaan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KONTRADIKSI PRODUKTIVITAS TEKNOLOGI INFORMASI: SEBUAH ANALISIS EKSISTENSI MOBILE BRANCH PADA BANK MUAMALAT KOTA SURABAYA

Model Group Advanced Information Economic (G AIE) Financial Approach Non Financial Approach

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK Kata kunci: metode information economics, domain (manusia), dan evaluator.

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

IDENTIFIKASI NILAI BISNIS INVESTASI JARINGAN KOMPUTER (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ JAKARTA) ABSTRAK

ANALISIS SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PENERAPAN METODOLOGI INFORMATION ECONOMICS DALAM IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI FRS (Form Registrasi Studi) DI UNIVERSITAS XYZ SURABAYA

BAB 4. Helpdesk, dimana investasi ini meliputi pembeliaan hardware dan software yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN UNTUK DOMAIN BISNIS

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Analisis investasi TI dengan menggunakan metode Information Economics

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada,

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

MENGUKUR MANFAAT EKONOMIS SISTEM APLIKASI MONITORING ATM DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS: STUDI KASUS PT BANK XYZ TBK.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mencakup pengadaan peralatan teknologi informasi seperti hardware dan software yang

BAB II LANDASAN TEORI

Integrasi Strategi Bisnis Dan Strategi Sistem Informasi

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI APLIKASI SISTEM INFORMASI FINANSIAL MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS (IE) PADA CV. RINJANI AGRO SENTOSA

ANALISIS SISTEM APLIKASI SAP-CRM DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT XL AXIATA TBK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi adalah munculnya internet. Walaupun internet tidak dapat dikatakan

LAPORAN HIBAH INTERNAL IDENTIFIKASI NILAI BISNIS INVESTASI JARINGAN KOMPUTER (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ JAKARTA)

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Manajemen Investasi SI/TI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga

Panduan Non-Financial Cost Benefit Analysis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. LANDASAN TEORI 3.1 Electronic Commerce 3.2 Transaksi dalam E-Commerce

Kuesioner Domain Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Investasi Sisten Informasi dan Teknologi Informasi Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep investasi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Peta bisnis telekomunikasi mengalami perubahan sangat cepat dari sisi teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR)

Kajian Manajemen Investasi Proyek E-Learning Dengan Pendekatan Generic Is/It Business Values (Studi Kasus : Sekolah Tinggi ABC)

Piranti Bantu Pendukung Pengambilan Keputusan Kelayakan Investasi e-government

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dunia usaha termasuk perbankan dengan menempatkan teknologi

ANALISIS INVESTASI MODUL FINANCE PADA SISTEM MULTIFINANCE PT SUZUKI FINANCE INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS SKRIPSI.

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI PADA PT. RIAP INDO NESIA DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS SKRIPSI. Oleh: Yassavati

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

Organisasi dan System Analyst

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai sisi kehidupan manusia. Melalui pemanfaatan sistem informasi, maka

2.1 Konsep Sistem Informasi dan Teknologi Informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).

Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat. Seiring dengan berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan dan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENILAIAN RENCANA INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS

KAJIAN INVESTASI SISTEM INFORMASI AKADEMIK PADA UNIVERSITAS X DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN 3.1. Analisis dan Pemberian Bobot Nilai Metode yang digunakan dalam memberikan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) diambil dari IE versi pertama (Parker, 1988). Penjumlahan dari semua bobot nilai yang merupakan manfaat harus mendapatkan nilai dua puluh. Alasan kenapa ditentukan nilai dua puluh supaya nilai maksimalnya tidak lebih dari nilai seratus. Skala seratus digunakan karena pada umumnya orang sudah terbiasa dalam menilai sesuatu dengan menggunakan skala seratus yaitu nol sampai seratus, sehingga terbentuk suatu opini yang sudah umum bahwa nilai seratus adalah nilai yang terbaik. Pada IE versi kedua (Parker, 1996) nilai dibagi menjadi lima dan pada masing-masing nilai tersebut terdapat beberapa komponen yang terbagi menjadi dua domain yaitu domain bisnis dan teknologi. 3.1.1. Kuadran Strategic Pada kuadran ini, SI/TI diharapkan mempunyai suatu kontribusi terhadap peningkatan daya saing perusahaan, sehingga perusahaan memiliki suatu kelebihan atau keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Sesuai dengan nama kuadrannya maka pada umumnya aplikasi SI/TI yang dijalankan bersifat strategis. 29

30 Tabel 3.1 adalah tabel bobot nilai untuk masing-masing komponen pada kuadran strategic. Tabel 3.1 Bobot Nilai Perusahaan pada Kuadran Strategic Resulting Weight Financial Value 1. Business Based 3 2. IT Based 7 Strategic Value 3. Strategic Match 2 4. Competitive Advantage 3 5. Competitive Response 1 6. Management Information for CSF 1 Stakeholder Value 7. Service and Quality 2 8. Strategic IT Architectures 1 Organizational Risk and Uncertainty 9. Business Organization Risk (1) 10. IT Risk (1) 1. Business Based Alasan bobot nilai yang diberikan rendah karena walaupun suatu aplikasi yang bersifat strategis mempunyai nilai potensial yang tinggi dalam mendukung bisnis tetapi aplikasi tersebut sangat sulit untuk diprediksi dan dinilai dengan metode akuntansi dan keuangan yang biasa digunakan. Salah satu contoh dari aplikasi ini yaitu Internet Banking. Internet Banking memberikan kemudahan bagi para nasabah untuk bertransaksi karena tidak

31 terikat dengan waktu maupun tempat. Hal tersebut tidak mempengaruh pendapatan perusahaan secara langsung tetapi dapat menarik para nasabah baru. 2. IT Based Bobot nilai yang diberikan tinggi dengan alasan bahwa aplikasi strategis mempunyai nilai potensial yang tinggi untuk mendukung perkembangan bisnis perusahaan. 3. Strategic Match (SM) Karena proyek SI/TI yang akan dilaksanakan sejalan dengan strategi perusahaan maka diberikan bobot nilai medium, sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa proyek SI/TI yang akan dilaksanakan bersifat strategis. 4. Competitive Advantage (CA) Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa proyek SI/TI pada kuadran strategis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan daya saing perusahaan maka dengan alasan tersebut CA diberikan bobot nilai yang tinggi. 5. Competitive Response (CR) Pada komponen ini diberikan bobot nilai rendah karena kelebihan atau keunggulan yang dipunyai oleh perusahaan yang berada di dalam kuadran ini memaksanya untuk selalu tetap waspada dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Menjadi yang pertama dalam menerapkan suatu aplikasi tidak

32 selamanya mempunyai nilai lebih karena pihak lain juga dapat dengan cepat membuat aplikasi serupa dengan lebih baik. 6. Management Information for CSF (MI) Pengaturan informasi pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini pada umumnya telah berjalan dengan baik sehingga proyek SI/TI yang akan dilaksanakan tidak sepenuhnya terfokus dengan hal ini. Dengan alasan tersebut maka bobot nilai yang diberikan rendah. 7. Service and Quality Service and Quality akan semakin meningkat sejalan dengan keberhasilan diterapkannya suatu aplikasi yang bersifat strategis. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa pada dasarnya aplikasi strategis bertujuan untuk meningkatkan daya saing sebuah perusahaan. Service and Quality yang baik juga merupakan salah satu keunggulan perusahaan yang dapat dijual. 8. Strategic IT Architectures Proyek SI/TI yang bersifat strategis bukan merupakan bagian dari arsitektur SI/TI secara keseluruhan karena proyek tersebut sulit untuk diprediksi masa depannya, oleh sebab itu proyek tersebut berada di luar dari arsitektur SI/TI secara keseluruhan. Tetapi walaupun begitu proyek tersebut mempunyai potensi yang tinggi dalam mendukung perkembangan bisnis perusahaan. Penjelasan di atas merupakan suatu alasan untuk memberikan bobot yang rendah.

33 9. Business Organization Risk Resiko jangka pendek yang timbul di sebabkan karena Adanya Business Process Redesign (BPR) dan Organizational Restructuring sangat kecil sekali pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini. Perusahaan yang berada di dalam kuadran ini pada umumnya dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan baik yang terjadi dalam struktur organisasi maupun perubahan yang terjadi terhadap proses bisnis. 10. IT Risk IT risk yang timbul pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini secara umum sangat rendah. Di antara IT Definitional Uncertainty, IT Technical and Implementation Risk dan IT Service Delivery Risk yang mempunyai nilai resiko yang tertinggi di dalam kuadran ini adalah IT Definitional Uncertainty. Hal ini disebabkan karena tidak mungkin semua keinginan user (pemakai) dan tujuan bisnis terakomodasi dalam sebuah aplikasi SI/TI. 3.1.2. Kuadran Investment Kontribusi SI/TI pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini fokus kepada perkembangan perusahaan pada masa depan dan perkembangan infrastruktur yang ada pada saat ini. Dengan memiliki fondasi bisnis yang kuat perusahaan tersebut memiliki kesempatan dan kemampuan berinvestasi untuk mendukung perkembangan perusahaan pada masa depan. Tabel 3.2 adalah tabel bobot nilai untuk masing-masing komponen pada kuadran investment. Tabel 3.2 Bobot Nilai Perusahaan pada Kuadran Investment Resulting Weight

34 Financial Value 1. Business Based 3 2. IT Based 7 Strategic Value 3. Strategic Match 0 4. Competitive Advantage 0 5. Competitive Response 6 6. Management Information for CSF 1 Stakeholder Value 7. Service and Quality 1 8. Strategic IT Architectures 2 Organizational Risk and Uncertainty 9. Business Organization Risk (3) 10. IT Risk (3) 1. Business Based Aplikasi yang diterapkan di dalam kuadran ini pada umumnya termasuk suatu aplikasi yang agak sulit diprediksi karena kontribusi SI/TI yang diharapkan menyangkut dukungan terhadap perkembangan bisnis perusahaan pada masa depan. Disebabkan karena perkembangan SI/TI sangat cepat maka akan sulit untuk diprediksi apakah investasi saat ini sesuai atau tidak dengan keadaan SI/TI pada masa depan. 2. IT Based Seperti halnya pada kuadran strategic, aplikasi di dalam kuadran ini juga mempunyai nilai potensial yang tinggi untuk mendukung perkembangan bisnis perusahaan di masa depan.

35 3. Strategic Match Bobot nilai yang diberikan rendah karena investasi SI/TI pada kuadran ini tidak termasuk dalam strategi perusahaan yang dijalankan pada saat ini. 4. Competitive Advantage Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa investasi SI/TI pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini fokus kepada perkembangan bisnis perusahaan pada masa depan dan perkembangan infrastruktur yang ada pada saat ini, kedua hal tersebut tidak berhubungan langsung terhadap peningkatan daya saing perusahaan, oleh sebab itu maka bobot nilai yang diberikan juga rendah. 5. Competitive Response Competitive Response diberikan bobot nilai yang tinggi karena kondisi bisnis perusahaan dalam keadaan yang kuat. Untuk perusahaan dengan kondisi tersebut harus selalu tetap waspada terhadap para pesaingnya. Perusahaan tersebut harus sedapat mungkin mempertahankan pangsa pasarnya saat ini dan dituntut lebih mengembangkan pangsa pasarnya. Penundaan suatu proyek SI/TI dapat berakibat langsung terhadap penurunan pangsa pasar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. 6. Management Information for CSF Seperti halnya pada kuadran Strategic, pengaturan informasi pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini pada umumnya juga telah berjalan dengan

36 baik. Karena investasi SI/TI yang dilakukan di dalam kuadran ini pada umumnya juga tidak terfokus terhadap komponen ini maka bobot nilai yang diberikan rendah. 7. Service and Quality Service and Quality termasuk hal yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi investasi SI/TI pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini. Salah satu cara untuk tetap menjaga kondisi bisnis perusahaan tersebut tetap kuat yaitu dengan cara meningkatkan Service and Quality yang diberikan kepada para pelanggan. Karena investasi SI/TI yang dilakukan fokusnya bukan untuk saat ini maka bobot nilai yang diberikan rendah. 8. Strategic IT Architectures Proyek SI/TI di dalam kuadran ini merupakan suatu bagian dari arsitektur SI/TI secara keseluruhan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa investasi SI/TI di dalam kuadran ini fokus kepada perkembangan bisnis perusahaan pada masa depan sedangkan dukungan SI/TI pada saat ini dalam kondisi yang lemah, sehingga dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut baru mau membangun sebuah sistem SI/TI yang terpadu. 9. Business Organization Risk Perusahaan yang berada di dalam kuadran ini pada umumnya belum dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi pada proses bisnis dan struktur organisasi. Pada umumnya perusahaan dengan dukungan SI/TI

37 yang kuat dapat lebih cepat beradaptasi dengan kedua perubahan tersebut di atas. 10. IT Risk Perusahaan dengan keadaan SI/TI yang lemah mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang keadaan SI/TI nya kuat. Selain tidak mungkin mengakomodasi semua keinginan pemakai dan bisnis, resiko juga timbul pada saat implementasi dan yang sifatnya teknis. Hal tersebut timbul disebabkan karena keterbatasan sumber daya yang ada, baik itu sumber daya manusianya maupun sumber daya peranti lunak atau keras. 3.1.3. Kuadran Breakthru Isu utama pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini yaitu bertahan hidup. Tetapi dengan didukung kemampuan SI/TI yang kuat, terbuka suatu kemungkinan investasi dan pengembangan yang dapat memanfaatkan potensi bisnis yang ada. Tabel 3.3 adalah tabel bobot nilai untuk masing-masing komponen pada kuadran breakthru. Tabel 3.3 Bobot Nilai Perusahaan pada Kuadran Breakthru Financial Value Resulting Weight 1. Business Based 5 2. IT Based 5 Strategic Value 3. Strategic Match 4 4. Competitive Advantage 0 5. Competitive Response 0 6. Management Information for CSF 3 Stakeholder Value

38 7. Service and Quality 1 8. Strategic IT Architectures 2 Organizational Risk and Uncertainty 9. Business Organization Risk (4) 10. IT Risk (4) 1. Business Based Karena investasi yang diharapkan di dalam kuadran ini yaitu investasi yang dapat lebih memanfaatkan potensi bisnis yang ada maka dapat diartikan bahwa investasi SI/TI di dalam kuadran ini berhubungan dengan peningkatan bisnis. Bobot nilai yang diberikan medium karena peningkatan bisnis tersebut dapat diukur dengan menggunakan metode akuntansi dan keuangan yang biasa digunakan. 2. IT Based Aplikasi yang dijalankan di dalam kuadran ini pada umumnya mempunyai kontribusi terhadap peningkatan bisnis. Aplikasi tersebut juga sulit untuk diprediksi dan diukur manfaatnya karena pada umumnya aplikasi tersebut juga menyangkut proses bisnis dan restrukturisasi perusahaan. 3. Strategic Match Pada umumnya investasi di dalam kuadran ini sejalan dengan strategi perusahaan yaitu, memanfaatkan kekuatan SI/TI yang dimiliki untuk meningkatkan bisnisnya. Dengan alasan tersebut di atas maka bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini tinggi.

39 4. Competitive Advantage Mengevaluasi dari penjelasaan-penjelasan sebelumnya maka dapat diartikan bahwa pada umumnya investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan yang berada di dalam kuadran ini belum fokus kepada kemampuan daya saingnya. Investasi tersebut lebih terfokus kepada faktor internal perusahaan. 5. Competitive Response Seperti yang telah dijelaskan di atas, investasi yang dilakukan pada perusahaan di dalam kuadraan ini lebih terfokus kepada faktor internal perusahaan. Perusahaan di dalam kuadran ini tingkat kewaspadaannya juga lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang berada di dalam kuadran strategic dan investment. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi bisnisnya yang lemah. Karena pada umumnya mendapatkan pelanggan baru lebih mudah dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan lama. Oleh sebab itu maka bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini rendah. 6. Management Information for CSF Seharusnya perusahaan yang didukung oleh SI/TI yang kuat mempunyai bisnis yang kuat juga, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila ada perusahaan dengan didukung oleh SI/TI yang kuat tetapi bisnis perusahaannya lemah maka ada sesuatu yang salah dalam pengaturannya, oleh sebab itu suatu investasi SI/TI pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini diharapkan dapat mengatur semua informasi yang ada sebagai salah satu

40 faktor peningkatan bisnis perusahaan. Dengan alasan tersebut di atas maka bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini tinggi. 7. Service and Quality Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya investasi di dalam kuadran ini fokus kepada faktor internal perusahaan oleh sebab itu investaasi SI/TI yang dilakukan tidak terlalu berarti terhadap peningkatan Service and Quality. 8. Strategic IT Architectures Idealnya suatu investasi SI/TI yang dilakukan oleh perusahaan yang berada di dalam kuadran ini yaitu sebuah investasi SI/TI yang dapat mengintegrasikan semua kekuatan SI/TI yang sudah dimiliki perusahaan tersebut untuk mendukung peningkatan bisnis perusahaan. Oleh sebab itu investasi SI/TI yang akan dilakukan harus sesuai dengan arsitektur SI/TI secara keseluruhan. 9. Business Organization Risk Perubahan proses bisnis dan struktur organisasi di dalam kuadran ini mempunyai resiko yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kondisi bisnis perusahaan yang kurang baik sehingga apabila perubahan proses bisnis dan struktur organisasi tersebut ternyata gagal, hal ini berarti biaya dan waktu yang telah diberikan terbuang percuma. Dengan kondisi bisnis yang kurang menguntungkan, perusahaan di dalam kuadran ini harus sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. 10. IT Risk

41 Walaupun perusahaan yang berada di dalam kuadran ini mempunyai dukungan SI/TI yang kuat, tetapi tetap saja aplikasi yang dijalankan di dalam kuadran ini belum bisa memuaskan baik pemakai maupun perusahaan karena keduanya mempunyai kepentingaan yang berbeda. Selain itu resiko juga timbul disebabkan karena keterbatasan sumber daya yang ada terutama menyangkut dengan kondisi bisnis perusahaan yang kurang baik sehingga dana yang tersedia juga terbatas. 3.1.4. Kuadran Infrastructure Seperti halnya pada kuadran breakthru, isu utama pada kuadran ini juga mengenai kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup. Hanya bedanya, di dalam kuadran ini dukungan SI/TI tidak sekuat pada kuadran Breakthru. Investasi SI/TI yang diharapkan pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini yaitu suatu investasi yang mempunyai kontribusi terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas. Investasi SI/TI yang tepat pada perusahaan di dalam kuadran ini yaitu pada infrastruktur dan Back Office. Tabel 3.4 adalah tabel bobot nilai untuk masing-masing komponen pada kuadran Infrastructure. 1. Business Based Aplikasi yang pada umumnya dijumpai pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini yaitu aplikasi pengganti. Beberapa contoh aplikasi pengganti yaitu Payroll, Accounting dan Billing Application. Untuk

42 menghitung manfaat aplikasi ini tidak sesulit menghitung manfaat pada aplikasi yang berupa pelengkap maupun inovasi. Bobot nilai yang diberikan sama dengan bobot yang diberikan pada IT Based karena total manfaat yang diterima oleh perusahaan dari aplikasi tersebut rendah. Tabel 3.4 Bobot Nilai Perusahaan pada Kuadran Infrastructure Financial Value Resulting Weight 1. Business Based 5 2. IT Based 5 Strategic Value 3. Strategic Match 3 4. Competitive Advantage 0 5. Competitive Response 1 6. Management Information for CSF 3 Stakeholder Value 7. Service and Quality 1 8. Strategic IT Architectures 2 Organizational Risk and Uncertainty 9. Business Organization Risk (5) 10. IT Risk (5) 2. IT Based

43 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aplikasi pengganti dapat dengan mudah untuk dievaluasi nilai manfaatnya. Akan tetapi karena aplikasi ini kurang mempunyai nilai yang strategis maka bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini medium. 3. Strategic Match Bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini tinggi karena kontribusi investasi yang diharapkan sesuai dengan strategi perusahaan yaitu meningkatkan efesiensi dan efektifitas sehingga perusahaan dapat bertahan hidup. 4. Competitive Advantage Seperti halnya pada kuadran breakthru, perusahaan yang berada di dalam kuadran ini fokus kepada perbaikan perusahaan secara internal, oleh sebab itu maka bobot nilai yang diberikan rendah. 5. Competitive Response Karena investasi SI/TI pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini tidak untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka apabila investassi SI/TI tersebut ditunda tidak terlalu mempengaruhi daya saing perusahaan. Oleh sebab itu maka bobot nilai yang diberikan rendah. 6. Management Information for CSF Suatu pengaturan yang baik terhadap informasi juga dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Karena hal tersebut sesuai dengan tujuan investasi SI/TI yang diharapkan maka bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini tinggi.

44 7. Service and Quality Karena investasi SI/TI yang dilakukan pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini fokus kepada keadaan internal perusahaan maka keadaan eksternal seperti peningkatan Service and Quality tidak terlalu terpengaruh dengan adanya investasi SI/TI. 8. Strategic IT Architectures Investasi SI/TI di dalam kuadran ini dilakukan pada sisi infrastruktur. Sedangkan infrastruktur adalah suatu dasar sebelum mengembangkan aplikasi lainnya, sehingga investasi SI/TI di dalam kuadran ini sudah tentu sesuai dengan arsitektur SI/TI secara keseluruhan. Oleh sebab itu maka bobot nilai yang diberikan untuk komponen nilai ini tinggi. 9. Business Organization Risk Resiko yang ditimbulkan oleh adanya perubahan bisnis dan struktur organisasi di dalam kuadran ini sangat tinggi sekali. Ada dua alasan kenapa resiko yang ditimbulkan oleh adanya perubahan bisnis dan struktur organisasi di dalam kuadran ini sangat tinggi, pertama karena kondisi bisnis yang lemah dan alasan yang kedua karena dukungan SI/TI yang lemah juga. Untuk perusahaan dengan dukungan SI/TI yang lemah pada umumnya belum dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan bisnis dan struktur organisasi. Sedangkan dengan kondisi bisnis yang lemah, perusahaan tersebut harus sangat berhatihati dalam memutuskan suatu investasi.

45 10. IT Risk Resiko yang timbul dari sisi SI/TI pada perusahaan yang berada di dalam kuadran ini cukup tinggi. Hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya sumber daya manusia yang menguasai SI/TI. Selain sumber daya manusia, sumber daya lain yang diperlukan untuk mendukung investasi SI/TI yang akan dilakukan juga terbatas, seperti perangkat lunak maupun keras yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. 3.2. Analisis dan Pengembangan Parameter Pengembangan parameter penentuan posisi perusahaan ini diharapkan dapat lebih menyempurnakan metodologi IE yang telah ada. Pengembangan parameter ini sejalan dengan metodologi evaluasi investasi SI/TI yang telah mencapai tahap keempat yaitu evaluasi yang bersifat multidimensi dan multilevel (Cronk, 2001). Selain tujuan di atas, pengembangan parameter ini juga diharapkan dapat menghasilkan suatu pengukuran yang lebih akurat apabila parameter yang digunakan juga tepat. Contohnya seperti dalam mengukur kondisi kesehatan sebuah perusahaan, banyak parameter yang digunakan, seperti: ROI (Return on Investment), ROA (Return on Asset), Cash Flow dan sebagainya. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, selama ini metodologi IE hanya menggunakan dua parameter untuk menentukan posisi perusahaan, yaitu kondisi Line of Business (Lini Bisnis) dan IS/IT Support (Dukungan SI/TI) pada perusahaan yang

46 bersangkutan. Kedua parameter tersebut merupakan parameter yang mewakili suatu keadaan dari sebuah perusahaan yang sifatnya internal. Sedangkan faktanya suatu investasi SI/TI juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan bisnis perusahaan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa SI/TI mencakup suatu hubungan variabel dan parameter yang kompleks. Suatu perusahaan dituntut mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnisnya apabila perusahaan tersebut ingin tetap ada. Sebagai contoh sebuah perusahaan yang melayani pemesanan tiket pesawat terbang. Supaya perusahaan tersebut dapat beroperasi maka perusahaan tersebut dituntut untuk mempunyai suatu sistem yang terintegrasi dengan seluruh maskapai penerbangan yang ada secara Online. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang sejenis pada umumnya telah menggunakan sistem tersebut. Sistem yang terintegrasi tersebut memungkinkan untuk suatu pemesanan dan pembelian tiket yang dilakukan oleh para pelanggan sehingga dapat dengan mudah, cepat dan akurat diproses lebih lanjut. Investasi sistem yang terintegrasi tersebut merupakan suatu keharusan bagi perusahaan jasa pemesanan tiket pesawat terbang dan investasi tersebut terlepas dari kondisi lini bisnis dan dukungan SI/TI pada perusahaan. Faktor lingkungan, organisasi dan teknologi menciptakan suatu lingkungan bisnis dengan persaingan yang tinggi untuk mencapai kepuasan dari para pelanggan. Ketiga faktor tersebut dapat berubah dengan cepat dan sering tidak dapat diprediksi sebelumnya, oleh sebab itu maka perusahaan sering kali dituntut untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah dan kesempatan yang timbul akibat dari perubahan tersebut. Reaksi yang dilakukan tidak cukup hanya bersifat tradisional saja seperti

47 menekan biaya operasi tetapi juga harus melakukan suatu inovasi, misalnya seperti lebih memberdayakan para pegawainya. Perubahan yang terjadi pada ketiga faktor tersebut dideskripsikan sebagai suatu Business Pressures (Tekanan Bisnis) kepada sebuah perusahaan (Turban, 1996). Tekanan tersebut sangat mempengaruhi cara berbisnis sebuah perusahaan. Pada banyak kasus SI/TI sangat membantu sebuah perusahaan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada ketiga faktor di atas (Turban, 1996). Alasan mengapa tekanan bisnis dijadikan sebagai parameter tambahan karena tekanan bisnis merupakan parameter yang mewakili semua keadaan eksternal (lingkungan, organisasi dan teknologi) yang sangat mempengaruhi cara perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal inilah yang dapat memaksa sebuah perusahaan berinvestasi dalam bidang SI/TI terlepas dari kondisi lini bisnis dan dukungan SI/TI pada perusahaan tersebut. Tekanan bisnis secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu: Market Pressures (Tekanan Pasar), Technology Pressures (Tekanan Teknologi) dan Social Pressures (Tekanan Sosial). Teori mengenai tekanan bisnis ini telah dijelaskan sebelumnya pada landasan teori. Seperti yang telah dijelaskan dalam ruang lingkup penulisan, dengan tujuan untuk membatasi cakupan dan pembahasan tesis ini supaya tidak terlalu luas dan kompleks maka dari ketiga macam tekanan bisnis yang ada diambil satu macam tekanan saja yaitu tekanan teknologi. Saat ini teknologi yang berkembang dengan cepat yaitu teknologi informasi itu sendiri. Oleh sebab itu sebuah investasi SI/TI yang

48 sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari sebuah perusahaan diperlukan untuk menyikapi perkembangan tersebut. Proses pengembangan parameter penentuan posisi perusahaan digambarkan seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Proses Pengembangan Parameter LoB Lemah Kuat Quadrant A Quadrant B Investment Strategic Quadrant C Quadrant D Infrastructure Breakthru Lemah Kuat Dukungan TI Tekanan Bisnis Lemah Kuat Dukungan SI/TI Dukungan SI/TI Lemah Kuat Lemah Kuat Posisi I Posisi III Posisi V Posisi VII Posisi II Posisi IV Posisi VI Posisi VIII Lemah Kuat Lini Bisnis

50 Jumlah parameter yang digunakan setelah dilakukan pengembangan menjadi tiga parameter. Disebabkan karena masing-masing dari ketiga parameter tersebut mempunyai dua variabel maka posisi perusahaan yang terbentuk menjadi delapan posisi. Pemberian nama kedelapan posisi tersebut tidak mengikuti kaidah yang digunakan pada IE versi pertama (Parker, 1988). Pada IE tersebut pemberian nama untuk setiap kondisi menggambarkan jenis atau sifat dari suatu proyek SI/TI yang dilaksanakan. Seperti contohnya kuadran Strategic, proyek SI/TI pada perusahaan di dalam kuadran ini diasumsikan bersifat strategis. Walaupun pemberian nama kedelapan posisi tersebut tidak mengikuti kaidah yang digunakan pada IE versi pertama (Parker, 1988), tetapi pemberian bobot nilai untuk delapan posisi perusahaan tersebut secara garis besar tetap menggunakan dasar pemikiran yang sesuai dengan IE versi pertama (Parker, 1988). Tidak semua komponen nilai terpengaruh oleh penambahan parameter. Hanya beberapa komponen nilai yang berhubungan langsung dengan parameter tekanan bisnis yang mengalami penyesuaian. Salah satu contoh komponen nilai yang terpengaruh yaitu Competitive Response. Competitive Response mengukur seberapa besar penurunan daya saing sebuah perusahaan yang diakibatkan oleh penundaan suatu investasi SI/TI yang sedang dievaluasi. Tahap pertama dalam menentukan posisi perusahaan yaitu dengan mengevaluasi terlebih dahulu seberapa kuat tekanan bisnis yang diterima oleh perusahaan. Pada umumnya lingkungan bisnis yang menggunakan teknologi mutakhir mempunyai tekanan bisnis yang kuat. Tekanan bisnis ini merupakan Entry

51 Barrier bagi New Entrance. Contoh Entry Barrier bagi New Entrance dalam bidang perbankan adalah jaringan ATM, sebuah pemain baru akan sulit untuk menyaingi pemain lama yang notabene mempunyai dukungan ATM yang luas. Setelah tahap tersebut, dilakukan evaluasi seperti pada IE versi pertama (Parker, 1988). Evaluasi yang dimaksud yaitu evaluasi terhadap keadaan kondisi lini bisnis dan dukungan SI/TI pada perusahaan. Penggabungan hasil evaluasi dari ketiga parameter tersebut akan menghasilkan salah satu dari delapan posisi perusahaan pada gambar 3.2 berikut. Tekanan Bisnis Lemah Kuat Dukungan SI/TI Dukungan SI/TI Lemah Kuat Lemah Kuat Posisi I Posisi III Posisi V Posisi VII Posisi II Posisi IV Posisi VI Posisi VIII Lemah Kuat Lini Bisnis Gambar 3.2 Penentuan Posisi Perusahaan

52 3.3. Penggabungan Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya di dalam bab dua pada tahap pengerjaan, setelah pembuatan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) dan penambahan parameter penentuan posisi perusahaan selesai dilakukan maka tahap berikutnya adalah menggabungkan keduanya. Yang dimaksud dengan tahap penggabungan pada sub bab ini yaitu memberikan bobot nilai untuk delapan posisi perusahaan yang merupakan akibat dari adanya penambahan parameter tersebut di atas. Bobot nilai untuk kedelapan posisi perusahaan tersebut dibuat berdasarkan bobot nilai IE versi kedua (Parker, 1996) yang telah disesuaikan dengan adanya penambahan parameter. Tabel 3.5 berikut adalah tabel bobot nilai untuk delapan posisi perusahaan yang baru. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak semua komponen nilai terpengaruh oleh penambahan parameter. Hanya beberapa komponen nilai yang berhubungan langsung dengan parameter tekanan bisnis yang mengalami penyesuaian.

Tabel 3.5 Bobot Nilai Perusahaan Bobot Nilai Untuk Masing-Masing Posisi Posisi : I II III IV V VI VII VIII Tekanan Bisnis : Kuat Kuat Kuat Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Dukungan SI/TI : Kuat Kuat Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah Lini Bisnis : Lemah Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Financial Value 1. Business Based 5 3 5 3 5 3 5 3 2. IT Based 5 7 5 7 5 7 5 7 Strategic Value 3. Strategic Match 3 2 3 0 4 2 3 0 4. Competitive Advantage 0 2 0 0 0 3 0 0 5. Competitive Response 2 2 3 7 0 1 1 6 6. Management for CSF 2 1 1 0 3 1 3 1 Stakeholder Value 7. Service and Quality 2 2 2 2 1 2 1 1 8. Strategy IT Architectures 1 1 1 1 2 1 2 2 Organizational Risk and Uncertainty 9. Business Organization Risk (4) (1) (5) (3) (4) (1) (5) (3) 10. IT Risk (4) (1) (5) (3) (4) (1) (5) (3)

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, parameter baru yang ditambahkan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kondisi tekanan bisnis yang diterima oleh perusahaan yang sedang dievaluasi berada. Karena parameter ini merupakan parameter yang mengevaluasi faktor eksternal perusahaan maka komponen nilai yang terpengaruh oleh parameter tersebut adalah komponen nilai yang mengevaluasi faktor eksternal perusahaan seperti Competitive Response. Sedangkan nilai untuk komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan perubahan bobot nilai yang terjadi pada komponen nilai yang mengevaluasi faktor eksternal perusahaan tersebut. Metode yang digunakan sama dengan metode yang digunakan pada tahap pemberian bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) yaitu penjumlahan dari semua bobot nilai manfaat harus mendapat nilai dua puluh. Karena tidak semua komponen nilai terpengaruh dengan penambahan parameter, maka yang dijelaskan dalam pemberian bobot nilai nantinya hanya komponen nilai yang terpengaruh dengan adanya penambahan parameter penentuan posisi perusahaan. Untuk posisi perusahaan yang sebelumnya telah ada pada IE versi kedua (Parker, 1996) yaitu Strategic, Infrastructure, Investment dan Breakthru akan dikonversikan ke dalam posisi perusahaan yang merupakan hasil dari pengembangan parameter penentuan posisi perusahaan. Tekanan bisnis pada keempat kuadran tersebut diasumsikan dalam keadaan lemah, hal ini dapat dilihat dari bobot nilai komponen Competitive Response pada kuadran Breakthru yang diberi nilai nol. Konversi ini tidak merubah bobot nilai yang ada melainkan hanya merubah nama posisi perusahaan. Posisi lima, enam, tujuh dan delapan merupakan konversi dari posisi Breakthru, Strategic, Infrastructure dan Investment. Sedangkan pemberian bobot nilai untuk posisi pertama sampai dengan

keempat, dasar pemikiran pemberian bobotnya nilai sama dengan posisi lima sampai dengan delapan hanya saja telah disesuaikan dengan kuatnya tekanan bisnis yang dialami oleh perusahaan tersebut. Kuatnya tekanan bisnis pada perusahaan yang berada dalam posisi satu sampai dengan empat membuat posis nilai untuk komponen komponen yang berkorelasi dengannya diberikan bobot nilai lebih tinggi dibandingkan dengan posisi lima sampai dengan delapan. Sedangkan seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya bahwa bobot nilai untuk komponen-komponen lainnya akan disesuaikan dengan perubahan tersebut, supaya nilai total manfaat tetap dua puluh. Dari lima klasifikasi nilai yang ada pada IE versi kedua (Parker, 1996), hanya dua nilai yang salah satu komponennya berhubungan dengan kuatnya tekanan bisnis. Dua nilai tersebut yaitu Strategic Value dengan Competitive Response sebagai komponennya dan Stakeholder Value dengan Service and Quality sebagai komponennya. Competitive Response berhubungan dengan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh penundaan atau kegagalan suatu proyek SI/TI terhadap hilangnya daya saing perusahaan atau hilangnya pangsa pasar. Contoh kasus dari Competitive Response dan Service and Quality yaitu ATM pada dunia perbankan. Sebuah perusahaan perbankan saat ini dituntut untuk mengembangkan jaringan ATM yang luas sehingga mudah dijangkau oleh para nasabah dan juga dituntut untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat memudahkan nasabahnya dalam bertransaksi seperti sebuah ATM yang dapat digunakan untuk membayar tagihan listrik, telpon dsb. Penundaan proyek SI/TI tersebut akan sangat beresiko karena apabila hal tersebut didahului oleh para pesaingnya tidak menutup kemungkinan nasabah yang sudah ada akan pindah. Oleh sebab itu kedua

komponen nilai tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam mengevaluasi SI/TI pada perusahaan yang tekanan bisnisnya kuat. Bobot nilai Competitive Response pada perusahaan yang kondisi tekanan dan lini bisnisnya kuat mempunyai bobot nilai lebih tinggi dibanding perusahaan yang kondisi keduanya lemah. Perusahaan yang kondisi keduanya kuat harus mempunyai nilai strategis dibanding dengan para pesaingnya. Penundaan suatu proyek SI/TI pada perusahaan tersebut dapat mengakibatkan penurunan daya saing perusahaan. Sedangkan bobot nilai untuk Service and Quality pada perusahaan yang kondisi tekanan bisnisnya kuat mempunyai bobot nilai lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang kondisi tekanan bisnisnya lemah. Sebuah perusahaan yang berada dalam lingkungan kompetisi yang tinggi harus menjaga pelayanan dan kualitasnya apabila tidak ingin ditinggal oleh para pelanggannya.