BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di Unit Goss Magnum selama periode Januari 2012 Desember 2012. Pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) ini merupakan perkalian antara Availability, Performance Efficiency dan Rate of Quality Products. Hasil pengolahan data yang dilakukan pada periode Januari 2012 Desember 2012 di PT. Gramedia Printing Group adalah sebagai berikut: 1. Selama periode Januari 2012 Desember 2012 diperoleh nilai Availability dari mesin Unit Goss Magnum 2 sekitar 96,03% - 96,56% dengan rata-rata nilai Availability sebesar 96,07%. Nilai dari Performance Efficiency dari mesin Unit Goss Magnum 2 sekitar 85,01% - 95,60% dengan rata-rata nilai Performance Efficiency sebesar 92,51%. Nilai dari Rate of Quality Products dari mesin Unit Goss Magnum 2 sekitar 82,37% - 95,40% dengan rata-rata nilai Rate of Quality Products sebesar 91,77%. Dan hasil dari Overall Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 63,34% - 84,52% dengan 80
81 rata-rata nilai OEE sebesar 78,14%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin Unit Goss Magnum 2 dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai standar World Class karena nilai OEE kurang dari 85%. 2. Nilai OEE tertinggi pada mesin Unit Goss Magnum 2 dicapai pada bulan Mei 2012 sebesar 84,52%. Dengan rasio availability 96,56%, performance efficiency 95,60% dan rate of quality products 95,40%. Sedangkan nilai OEE terendah dicapai pada bulan November 2012 sebesar 63,34%. Dengan rasio availability 95,24%, performance efficiency 85,01% dan rate of quality products 82,37%. 5.2 Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses Setelah nilai OEE didapat maka selanjutnya melakukan perhitungan OEE six big losses. Semua data yang bersangkutan dengan OEE six big losses diolah dan menghasilkan nilai OEE six big losses sebagai berikut: 1. Nilai Breakdown Losses pada bulan Januari 2012 Desember 2012 sekitar 0,64% - 2,09% dengan rata-rata nilai Breakdown Losses sebesar 1,17%. 2. Nilai Set Up/Adjusment Losses pada bulan Januari 2012 Desember 2012 sekitar 2,74% - 2,80% dengan rata-rata nilai Set Up/Adjusment Losses sebesar 2,76%. 3. Nilai Idling and Minor Stoppages pada bulan Januari 2012 Desember 2012 sekitar 7,49% - 10,06% dengan rata-rata nilai Idling and Minor Stoppages sebesar 8,51%.
82 4. Nilai Reduce Speed Losses pada bulan Januari 2012 Desember 2012 sekitar 7,96% - 18,35% dengan rata-rata nilai Reduce Speed Losses sebesar 11,06%. 5. Nilai Rework Losses pada bulan Januari 2012 Desember 2012 sebesar 0%. 6. Nilai Reduced Yield/Scrap Losses pada bulan Januari 2012 Desember 2012 sekitar 4,08% - 13,56% dengan rata-rata nilai Reduced Yield/Scrap Losses sebesar 6,86%. Tabel 5.1 Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Unit Goss Magnum 2 Breakdown Losses Periode Januari 2012 Desember 2012 Set Up/Adjustment Losses Idling and Minor Stoppages Losses Reduce Speed Losses Yield/Scrap Losses 1,17% 2,76% 8,51% 11,06% 6,86% Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Unit Goss Magnum 2 Periode Januari 2012-Desember 2012 Persentase Rata-rata 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% 1,17% 2,76% 8,51% 11,06% 6,86% Faktor Six Big Losses Diagram 5.1 Bar Chart Six Big Losses Mesin Unit Goss Magnum 2 Periode Januari 2012 Desember 2012
83 Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa faktor Reduce Speed Losses dalam OEE six big losses merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar dalam menurunkan OEE dengan persentase rata-rata sebesar 11,06%. 5.3 Analisa Perhitungan Regresi dan Korelasi Dari hasil perhitungan OEE six big losses, selanjutnya dilakukan analisa regresi dan korelasi dari variabel yang terdapat pada OEE six big losses. Hal ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat suatu relasi yang terjadi antar variabel dan membuat perkiraan nilai suatu variabel (variabel dependen) jika nilai variabel yang lain berhubungan dengan (variabel lainnya) yang sudah ditentukan. Selama periode Januari 2012 Desember 2012 pengolahan data hasil analisa regresi dan korelasi di PT. Gramedia Printing Group adalah sebagai berikut: 1. Korelasi antara Breakdown Losses dengan OEE adalah korelasi negatif dengan interval kekuatan sebesar 0,919 (korelasi sangat kuat). 2. Korelasi antara Set Up/Adjustment Losses dengan OEE adalah korelasi negatif dengan interval kekuatan sebesar 0,284 (korelasi cukup). 3. Korelasi antara Idling and Minor Stoppages Losses dengan OEE adalah korelasi negatif dengan interval kekuatan sebesar 0,723 (korelasi kuat). 4. Korelasi antara Reduce Speed Losses dengan OEE adalah korelasi negatif dengan interval kekuatan sebesar 0,995 (korelasi sangat kuat). 5. Korelasi antara Yield/Scrap Losses dengan OEE adalah korelasi negatif dengan interval kekuatan sebesar 0,995 (korelasi sangat kuat). 6. Persamaan regresi dari pengolahan data adalah: y = 1,029 0,113 x 1 1,369 x 2 0,836 x 3 2,001 x 5
84 Dimana: y = OEE x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 = Breakdown Losses = Set Up/Adjustment Losses = Idling and Minor Stoppages Losses = Reduce Speed Losses = Yield/Scrap Losses Korelasi yang dihasilkan dari faktor six big losses adalah korelasi negatif, yang berarti jika ada salah satu faktor dari six big losses yang meningkat maka faktor-faktor lain dari six big losses akan mengalami penurunan. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka faktor-faktor yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap OEE adalah Breakdown Losses 0,919 (91,90%), Reduce Speed Losses 0,995 (99,50%), dan Yield/Scrap Losses 0,995 (99,50%) dengan interval kekuatan hubungan dengan OEE di atas 80% yang berarti memiliki korelasi yang sangat kuat. Persamaan regresi yang dihasilkan dari faktor six big losses selama periode Januari 2012 Desember 2012 adalah: y = 1,029 0,113 x 1 1,369 x 2 0,836 x 3 2,001 x 5 Dari persamaan regresi di atas maka dapat diuraikan sebagai berikut: Konstanta (a) = 1,029 artinya jika mesin tidak mengalami Breakdown Losses, Set Up/Adjustment Losses, Idling and Minor Stoppages Losses, Reduce Speed Losses, Yield/Scrap Losses, maka OEE mesin adalah 1,029. Koefisien regresi x 1 = 0,113 artinya jika mesin mengalami Breakdown Losses sebanyak 1,029 maka OEE mesin akan berkurang sebesar 0,113.
85 Koefisien regresi x 2 = 1,369 artinya jika mesin mengalami Set Up/Adjustment Losses sebanyak 1,029 maka OEE mesin akan berkurang sebesar 1,369. Koefisien regresi x 3 = 0,836 artinya jika mesin mengalami Idling and Minor Stoppages Losses sebanyak 1,029 maka OEE mesin akan berkurang sebesar 0,836. Koefisien regresi x 4 = 0, artinya jika mesin mengalami Reduce Speed Losses sebanyak 1,029 maka OEE mesin tidak akan berpengaruh. Koefisien regresi x 5 = 2,001 artinya jika mesin mengalami Yield/Scrap Losses sebanyak 1,029 maka OEE mesin akan berkurang sebesar 2,001. Dari tabel regresi pada output SPSS hanya Set Up/Adjustment Losses dari faktor six big losses yang tidak memiliki nilai yang signifikan karena nilai signifikansi dari output SPSS lebih dari 0,05 yaitu dengan nilai signifikan 0,354. Dengan persamaan regresi tersebut, maka kita bisa menaksir nilai OEE dari mesin Unit Goss Magnum 2. 5.4 Analisa Diagram Sebab Akibat Agar perbaikan dapat segera dilakukan, maka analisa terhadap penyebab faktor-faktor six big losses yang mengakibatkan rendahnya efektivitas mesin dalam perhitungan OEE dilakukan dengan menggunakan diagram sebab akibat. Analisa dilakukan dengan melihat faktor dari six big losses yang memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan OEE yaitu Reduce Speed Losses. Maka analisa diagram sebab akibat dari faktor ini adalah sebagai berikut:
86 a. Manusia/operator (Man) Kurang teliti dalam memelihara dan membersihkan mesin sehingga banyak debu-debu bekas produksi yang bertumpuk pada mesin. Motivasi kerja yang rendah dikarenakan hubungan kerja tidak berjalan harmonis. Kurangnya konsentrasi operator dalam bekerja sehingga mengakibatkan produktifitas yang menurun. b. Mesin/peralatan (Machine) Sering terjadi gangguan tiba-tiba karena preventive maintenance yang belum optimal. Kecepatan mesin yang mulai berkurang karena kurang terawat. Banyak komponen mesin yang aus karena belum diganti dan dipaksakan bekerja sehingga peluang mesin tersebut rusak menjadi lebih tinggi. c. Lingkungan (Environment) Kebersihan lingkungan sekitar pabrik kurang terjaga, potongan hasil kertas berserakan. Kurangnya pencahayaan di dalam pabrik sehingga mengganggu penglihatan. d. Metode (Method) Proses set up mesin tidak sesuai dengan standar, set up hanya seadanya yang penting mesin masih tetap berjalan. e. Material (Material) Raw material kurang bagus
87 Kurang Konsentrasi (L-1&3) Motivasi Kerja Rendah (L-1&3) Manusia (Man) Sering Gangguan (L-2&3) Kurang Teliti (L-1&3) Banyak Part Aus Mesin (Machine) Material Kurang Bagus Kecepatan Mesin Berkurang Material Reduce Speed Losses Lingkungan Kotor Kurang Pencahayaan Set Up Tidak Sesuai Standar Lingkungan (Environment) Metode (Method) Gambar 5.1 Diagram Sebab Akibat Reduce Speed Losses 5.5 Usulan Perbaikan/Penyelesaian Masalah Six Big Losses Prinsip TPM yang digunakan dalam usaha peningkatan produktivitas dan efisiensi pada mesin Unit Goss Magnum 2 di PT. Gramedia Printing Group adalah dengan melakukan perhitungan OEE untuk mengetahui faktor-faktor dalam six big losses yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan pada mesin. Dari hasil perhitungan OEE six big losses dan analisa regresi & korelasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa faktor Reduce Speed Losses yang merupakan faktor yang dominan yang mengakibatkan rendahnya efektivitas mesin yang digunakan sehingga hal ini menjadi pertimbangan dan prioritas bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan guna usaha peningkatan produktivitas dari mesin Unit Goss Magnum 2. Adapun usulan perbaikan/penyelesaian masalah yang dapat dilakukan antara lain:
88 Tabel 5.2 Usulan Perbaikan/Penyelesaian Masalah Reduce Speed Losses No. Faktor-faktor Perbaikan/Penyelesaian Masalah 1. Manusia/operator (Man) Memberikan pelatihan kepada operator yang a. Kurang konsentrasi dilakukan secara berkala dan melakukan pengawasan lebih intensif. b. Motivasi kerja rendah Memberikan reward guna menjadi motivasi tambahan bagi para kepada pekerja. c. Kurang teliti Pengawasan terhadap operator lebih ditingkatkan. 2. Mesin (Machine) a. Sering terjadi gangguan tiba-tiba Mengoptimalkan preventive maintenance agar kondisi mesin terpelihara secara maksimal. b. Banyak Perlunya penggantian part/komponen yang part/komponen mesin sudah tua untuk meningkatkan produktifitas. yang aus c. Kecepatan mesin berkurang Melakukan pengecekan mesin secara berkala, untuk mengetahui terhadap mesin yang sedang mengalami kendala. 3. Lingkungan (Environment) a. Kebersihan area kerja Membersihkan area kerja sebelum dan sesudah proses produksi berlangsung. b. Kurangnya pencahayaan Diperlukan adanya ventilasi agar udara dan sinar matahari dari luar dapat masuk ke area pabrik. 4. Metode (Method) a. Set up tidak sesuai standar Pelaksanaan set up mesin harus sesuai dengan aturan yang telah dibuat. 5. Material a. Raw material kurang bagus Mengevaluasi kinerja supplier raw material. Mencari alternatif supplier lain yang lebih bagus dalam penyediaan raw material. 5.6 Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Perbedaan total productive maintenance (TPM) dengan planned maintenance (PM) yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous
89 maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan operator. Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang terjadi pada mesin/peralatan mereka sendiri di bagian produksi. Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh PT. Gramedia Printing Group merupakan sistem pemeliharaan terencana, mulai dari perencanaan sampai dengan overhoul mesin. Penanganan kerusakan mesin/peralatan yang terjadi pada mesin Unit Goss Magnum 2 merupakan tanggung jawab dari bagian departemen Engineering Maintenance. Rendahnya efektivitas mesin juga dipengaruhi oleh motivasi kerja dan konsentrasi operator saat bekerja, hal ini dapat dilihat pada analisa diagram sebab akibat terhadap faktor six big losses yang dominan. Penerapan autonomous maintenance dilakukan dengan tujuan agar pola pikir operator yang berpikir bahwa operator hanya menggunakan mesin/peralatan yang ada dan jika terjadi kerusakan mesin, operator tidak bertanggung jawab & pihak engineering maintenance-lah yang akan memperbaikinya harus dapat diubah sehingga pemeliharaan mesin/peralatan di perusahaan merupakan tanggung jawab bersama. Agar hal ini dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk melatih operator agar keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Selain itu hubungan antar karyawan juga harus dipererat agak tidak saling menyalahkan dan melempar
tanggung jawab jika terjadi kendala pada mesin. Kegiatan-kegiatan autonomous maintenance yang dapat dilakukan oleh operator sebagai usaha peningkatan efektivitas mesin Unit Goss Magnum 2 sesuai dengan prinsip TPM antara lain: 1. Membersihkan dan memeriksa mesin secara teratur, sebelum dan sesudah bekerja agar tidak ada kotoran yang tertinggal dan kondisi mesin terjaga dengan baik untuk pemakaian esok hari. 2. Membuat standar kebersihan mesin dan pelumasan mesin, agar mengurangi waktu untuk membersihkan dan mesin dapat terkontrol seperti yang sudah direncanakan. 3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau pada mesin Unit Goss Magnum 2. 4. Pemeliharaan mandiri yang dilakukan operator dengan menggunakan check sheet yang sesuai dengan spesifikasi dari bagian engineering maintenance. Hal ini dapat memudahkan dalam pengontrolan mesin. 5. Melaksanakan pemeriksaan menyeluruh sesuai dengan instruksi yang terdapat pada petunjuk pemeliharaan mesin Unit Goss Magnum 2 yang diperoleh dari bagian engineering maintenance. 6. Menggalang organisasi antar operator agar terjadi hubungan atau komunikasi yang lancar dan menjaga kerapihan dari operator itu sendiri. 90