HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Pola Spektrum

dokumen-dokumen yang mirip
POLA SEBARAN DATA SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN SIMULASI DATA BERMODUS WIWIK INDRIANINGSIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

dianalisis dengan menggunakan

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

BAB I PENDAHULUAN. vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman hampir mirip dengan spektrum

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB I PENDAHULUAN. Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERSEMBAHAN... v. DEKLARASI... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

DATA DAN METODE. Temulawak Jahe Kunyit Kode Keterangan Kode Keterangan Kode Keterangan. No

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanpa bahan tambahanmakanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrofotometri uv & vis

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

DAFTAR ISI. Halaman. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN MOTTO...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN DEKLARASI...

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Metode Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

METODOLOGI. (a). (b) (c) Gambar 3. Pola sebaran data dengan = 0.05, 5, dan 50

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt%

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM 1 Spektrofotometri. Spectrophotometer Mapada V-1100D

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

Pembuatan serbuk jahe. Pembuatan serbuk jahe tunggal. Pembuatan serbuk jahe campuran. Analisis. Analisis Statistika

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KAJIAN SIMULASI: PENDEKATAN BAYES PADA DATA n<<p DAN TERDAPAT KEKOLINEARAN-GANDA

4 Hasil dan Pembahasan

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh

Satuan bilangan gelombang. Part per million, satuan konsentrasi dalam bentuk mg/l

TATAP MUKA IV UKURAN PENYIMPANGAN SKEWNESS DAN KURTOSIS. Fitri Yulianti, SP. MSi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

konsentrasi. Konsentrasi kafein terbagi menjadi 6 konsentrasi, sehingga dari masing-masing komponen diperoleh 24 kombinasi konsentrasi. c. Campuran senyawa tiga komponen, yaitu Vitamin B1, Vitamin B6, dan kafein. Konsentrasi Vitamin B1 terbagi menjadi 3 bagian, Vitamin B6 terbagi 4 bagian, dan kafein 6 bagian. Kombinasi yang diperoleh sebanyak 72 kombinasi, namun yang digunakan hanya 24 kombinasi konsentrasi. 2. Spektroskopi FTIR : senyawa aktif gingerol dari jahe. Data penelitian yang akan dianalisis berupa data spektra yang berasal dari berbagai kombinasi senyawa (Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3). Panjang gelombang yang di amati untuk UV-VIS antara 400 nm sampai 200 nm, dan untuk FTIR kisaran bilangan gelombang yang digunakan antara 4000 cm -1 sampai 400 cm -1. Data spektum FTIR pada penelitian ini menggunakan ukuran bilangan gelombang bukan panjang gelombang. Metode Penelitian ini dilakukan dua tahapan, yaitu tahapan eksplorasi data dan tahapan simulasi data. Tahapan Eksplorasi Data 1. Langkah awal dilakukan adalah dengan membuat plot antara persen transmisi (%T) atau persen absorban dengan panjang gelombang dari spektrum masing-masing senyawa. Penyajian grafik spektrum UV-VIS dan spektrum FTIR (grafik hubungan persen transmisi dan panjang gelombang) disesuaikan dengan spektrum aslinya dimana sumbu vertikal untuk persen transmisi (%T) dan sumbu horisontal untuk panjang gelombang. Nilai persen transmisi (%T) dari bawah ke atas untuk nilai dari kecil ke besar, sedangkan pada sumbu horisontal yakni panjang gelombang (nm) dari kiri ke kanan adalah untuk panjang gelombang dari kecil ke besar. 2. Menentukan korelasi masing-masing komponen dari data spektrum UV-VIS. Pada penelitian ini data yang digunakan jumlah pengamatannya lebih kecil dari jumlah peubahnya (n<p). 3. Menentukan pola sebaran dari masingmasing komponen untuk data spektrum UV- VIS dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks-Lambda. Tahapan Simulasi Data Tahapan simulasi data dilakukan untuk memperoleh data dua modus dan tiga modus yang hampir sesuai dengan pola data spektroskopi UV-VIS secara visual berdasarkan plot data aslinya. Tahapan simulasi yang dilakukan : 1). Membangkitkan data menyebar Normal untuk data satu populasi (Lampiran 4). 2). Membangkitkan data menyebar Normal untuk data dua populasi (Lampiran 5). 3). Membangkitkan data menyebar Normal untuk data tiga populasi (Lampiran 6). Data yang dibangkitkan masing-masing untuk data yang mempunyai ragam sama dan ragam beda dengan rataan dan ukuran yang berbeda. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel 2003, MINITAB 14.1, R 2.7.0 dan SAS 9.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Pola Spektrum Spektrum UV-VIS Pola plot spektrum UV-VIS dari data asli menunjukkan bahwa banyaknya komponen mempengaruhi bentuk grafik yang diperoleh. Hasil grafik dari senyawa tunggal menunjukkan pola data yang mempunyai satu puncak gelombang (Lampiran 7), sedangkan untuk senyawa campuran dua komponen mempunyai dua puncak gelombang (Lampiran 8) dan untuk senyawa campuran tiga komponen mempunyai tiga puncak gelombang (Lampiran 9). Hal ini dikarenakan dalam senyawa tersebut setiap komponennya mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Selain itu, plot data asli dari masing-masing komponen mempunyai pola yang meyerupai plot rataan sampelnya (Lampiran 10, Lampiran 11, dan Lampiran 12). Dalam menganalisis data spektrum UV- VIS, pertama kali yang dilakukan adalah menentukan panjang gelombang maksimumnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan cut-off pada masingmasing komponen yang mempunyai panjang gelombang maksimun, karena data spektrum tersebut tidak semua digunakan dalam proses analisis. Penentuan cut-off ini dilakukan dengan memperhatikan rentang panjang gelombang agar lebih akurat. Menurut Fatmawati (2008) panjang gelombang maksimum untuk Vitamin B1, Vitamin B6, dan Kafein dengan pelarut air deionisasi secara berurutan adalah 234.2 nm, 222.2 nm, dan 272,8 nm. Sedangkan menurut

Siong & Swan-Choo 1996, diacu dalam Fatmawati 2008, panjang gelombang maksimum Vitamin B1 dan B6 dalam pelarut asam hidroklorida 0.1 N adalah 246 nm dan 266 nm. Sementara panjang gelombang maksimum Kafein menurut Paradkar & Indrayarad 2002, diacu dalam Fatmawati 2008 adalah 277 nm menggunakan pelarut kloroform. Diperlukannya penentuan bilangan gelombang maksimum dari masing-masing komponen ditujukan supaya dalam penentuan sebaran data dan pola datanya lebih terfokus pada panjang gelombang tersebut. Selain itu, serapan sampel dari tiap-tiap komponen akan baik jika diukur pada panjang gelombang maksimum. a. Senyawa tunggal Senyawa tunggal yang digunakan adalah senyawa dari vitamin B1 dengan rentang panjang gelombang setelah dilakukan cut-off antara 200-250.6 nm. Hasil cut-off dapat dilihat pada Gambar 1. 0 dan nilai kurtosis -0.19 yang artinya nilai kurtosisnya pendek dengan nilai 0.19. Berdarsakan uji tersebut, pada taraf 5% menyatakan bahwa data tersebut menyebar Normal. Selain itu, senyawa tunggal ini juga mempunyai rata-rata nilai korelasi yang relatif besar, yaitu 0.996 (Lampiran 14). b.senyawa campuran dua komponen Senyawa campuran dua komponen terdiri dari Vitamin B1 dan Kafein. Dari dua komponen tesebut dapat dilihat dari plot data asli. Rentang panjang gelombang data setelah dilakukan cut-off antara 200-293.6 nm. Hasil cut-off data dapat dilihat pada Gambar 2. Lampiran 9 memperlihatkan bahwa pola grafik data asli merupakan plot dari nilai rataan sampel yang dihubungkan pada tiap-tiap panjang gelombangnya. 2.0 1.5 Scatterplot of 2 Komponen Scatterplot of 1 Komponen % transmittan 1.0 0.4 % transmittan 0.3 0.2 0.0 200 220 240 260 panjang gelombang 280 300 0.1 0.0 200 210 220 230 panjang gelombang Gambar 1 Plot senyawa satu komponen Pola data asli untuk senyawa tunggal ini mempunyai ekor yang cukup panjang. Pola data ini juga dapat dilihat dari plot rataan absorban, plot rataan masing-masing sampel pada setiap panjang gelombang. Dari plot rataan tersebut dapat terlihat bahwa dari 24 sampel yang diambil mempunyai data yang relatif sama. Selain dilihat pola grafiknya, data ini digunakan juga untuk mengetahui pola sebaran data. Hal ini diperlukan supaya analisis selanjutnya yang akan digunakan lebih mudah. Penentuan pola sebaran data ini dilakukan pada data cut-off agar lebih terfokus pada panjang gelombang maksimumnya. Pola sebaran data yang dilakukan yaitu melakukan uji kenormalan dengan uji Shapiro- Wilk (Lampiran 13). Sebagai contoh data pada panjang gelombang 200 nm, hasil dari uji Shapiro-Wilk mempunyai nilai 0.97 dengan nilai-p 0.7227. Mempunyai nilai kemenjuluran 240 250 Gambar 2 Plot senyawa campuran dua komponen Sama halnya dengan senyawa tunggal, pada senyawa campuran ini juga dilakukan uji kenormalan untuk melihat pola sebaran data dari senyawa campuran ini. Uji kenormalan yang dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (Lampiran 15). Contoh data pertama pada panjang gelombang 200 nm, hasil dari uji Shapiro-Wilk pada taraf 5% mempunyai nilai 0.96 dengan nilai-p 0.478. Nilai kemenjuluran 0.78 dan nilai kurtosisnya -0.73. Artinya, data menjulur ke kanan sebesar 0.78 dan data mempunyai kurtosis pendek dengan nilai 0.73. Uji tersebut menyatakan bahwa data pertama senyawa campuran dua komponen menyebar Normal. Senyawa campuran dua komponen ini mempunyai nilai rata-rata korelasi yang juga relatif besar, yaitu 0.977. c. Senyawa campuran tiga komponen Komponen dari senyawa campuran ini terdiri dari Vitamin B1, Vitamin B6, dan Kafein. Rentang panjang gelombang yang digunakan setelah cut-off antara 200-351 nm

(Gambar 3). Sama halnya dengan senyawa tunggal dan senyawa canpuran dua komponen, pola grafik data asli senyawa ini merupakan plot dari nilai rataan sampel yang dihubungkan pada tiap-tiap panjang gelombang. % transmittan 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.0 200 220 Scatterplot of 3 komponen 240 260 280 panjang gelombang 300 320 340 360 adalah untuk bilangan gelombang dari besar ke kecil. Dari pola tersebut tidak mudah diketahui berapa panjang gelombang maksimum dari suatu senyawa. Masing-masing contoh data dari spektrum FTIR juga mempunyai nilai korelasi yang sangat besar, yaitu berkisar antara 0.6 sampai 1. Rata-rata nilai korelasi dari senyawa aktif gingerol relatif besar yaitu 0.946. Hal ini menunjukkan bahwa antar contoh data, baik data spektrum UV-VIS maupun FTIR mempunyai nilai korelasi yang tinggi antar masing-masing kombinasi contohnya. Data spektrum FTIR juga dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Gambar 3 Plot senyawa campuran tiga komponen Senyawa ini juga dilakukan uji kenormalan untuk melihat pola sebaran data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (Lampiran 16). Uji ini dilakukan pada rentang data cut-off. Sebagai contoh, data pertama, pada panjang gelombang 200 nm dilakukan uji Shapiro-Wilk mempunyai nilai 0.95 dengan nilai-p 0.2815. Hal ini menyatakan bahwa data tersebut menyebar Normal pada taraf 5%. Mempunyai nilai kemenjuluran 0.05 dan nilai kurtosisnya -1.09. Artinya, pada panjang gelombang 200 nm ini data menjulur ke kanan sebesar 0.05 dan mempunyai kurtosis pendek sebesar 1.09. Senyawa campuran tiga komponen juga mempunyai rata-rata nilai korelasi yang relatif besar yaitu 0.996. Senyawa campuran untuk dua dan tiga komponen beberapa spektrumnya mengalami tumpang tindih sebagian dan tumpang tindih sempurna. Senyawa tersebut dimungkinkan mempunyai dua panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari tiap-tiap komponennya. Kadar kedua komponen dapat dihitung dari persamaan kurva standar dari dua panjang gelombang komponen. Pola Spektrum FTIR Data spektrum FTIR grafiknya lebih tidak berpola dibandingkan dengan spktrum UV- VIS. Spektrum UV-VIS berupa gelombang sedangkan spektrum FTIR berbentuk stalagmit. Data spektrum FTIR yang digunakan pada penelitian ini, yaitu data dari senyawa aktif gingerol pada jahe dengan kisaran bilangan gelombang antara 4000 cm -1 sampai 400 cm -1. Pola dari satu data spektrum FTIR dapat dilihat pada Gambar 4. Bilangan gelombang pada plot datanya dari samping kiri ke kanan 0.6 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 134 267 400 533 666 799 932 1065119813311464159717301863 Series1 Gambar 4 Plot data spektrum FTIR untuk Jahe Serbuk Perbedaan antara spektroskopi UV-VIS dan FTIR terletak pada fungsinya. Spektroskopi UV-VIS digunakan untuk menentukan nilai maksimum panjang gelombang dari suatu molekul, sedangkan spektroskopi FTIR digunakan untuk mengetahui rumus molekul dari spektrum dengan cara menggabungkan gugus yang terbentuk yang nantinya bisa bergabung menjadi satu molekul. Kemudian antara UV- VIS dan FTIR disamakan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa dan terdapat molekul apa pada suatu senyawa. Pola Sebaran Data Plot data spektrum UV-VIS dari data asli digunakan untuk mengetahui pola sebaran datanya. Hal ini diperlukan supaya dalam melakukan analisis lebih lanjut mengenai pola spektrum UV-VIS lebih mudah, sehingga tidak ada kesalahan dalam melakukan analisis statistik. Penentuan pola sebaran ini dilakukan pada data yang telah dilakukan cut-off pada panjang gelombang maksimum (Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3). Pada gambar tersebut hanya diambil contoh dari data pertama.

Pola sebaran data spekrum UV-VIS diperoleh setelah dilakukan uji Shapiro Wilk. Pada uji ini juga dapat terlihat nilai skewness dan kurtosisnya. Sebagai contoh untuk data senyawa tunggal dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Contoh hasil uji kenormalan pada spektrum UV-VIS untuk senyawa tunggal Uji Kenormalan Panjang Statistik Uji Nilai Nilai-p Gelombang 200 Shapiro-Wilk 0.95 0.2815 0.05 0.8173 Skewness -1.09 0.2768 Kurtosis Shapiro-Wilk 0.98 0.8988 209.6 0 0.9502 Skewness Kurtosis -0.63 294 Hasil uji tersebut dapat diketahui bahwa data cenderung menyebar Normal. Sebagai contoh untuk senyawa tunggal, data pertama pada panjang gelombang 200 nm, nilai dari uji Shapiro-Wilk 0.97 dengan nilai-p 0.723 yang menyatakan bahwa data tersebut menyebar normal dengan =0.05. Senyawa campuran dua komponen untuk data pertama pada panjang gelombang 200 nm, nilai uji Shapiro - Wilk 0.96 dengan nilai-p 0.478. Sedangkan senyawa campuran tiga komponen untuk data pertama pada panjang gelombang 200 nm, nilai uji Shapiro-Wilk 0.95 dengan nilai-p 0.2815. Dengan demikian untuk melakukan analisis statistik terhadap data spektrum UV-VIS dapat menggunakan asumsi-asumsi sebaran Normal pada taraf =0.05. Pola sebaran data spektrum FTIR tidak jauh berbeda dengan pola sebaran data spektrum UV-VIS. Untuk FTIR tidak perlu dilakukan cut-off pada data, karena data spektrumnya menyebar Normal. Pada penelitian ini data spektrum FTIR hanya dilakukan eksplorasi pada pola plot data dan nilai korelasinya. Sebagai contoh, data pertama pada serbuk jahe nilai uji Shapiro-Wilk 0.96 dengan nilai-p 909 yang menyatakan bahwa data tersebut menyebar Normal dengan =0.05. Tabel 2 Contoh hasil uji kenormalan pada spektrum FTIR untuk senyawa gingerol jahe Uji Kenormalan Panjang Statistik Uji Nilai Nilai-p Gelombang 399.624.855 Shapiro-Wilk 0.96 909 0.37 435 Skewness -0.62 384 Kurtosis 397.889.033 Shapiro-Wilk 0.96 948 Skewness 0.37 452 Kurtosis -0.61 393 397.889.033 Shapiro-Wilk 0.97 0.7155 Skewness 0.16 0.685 Kurtosis -8 64 397.889.033 Shapiro-Wilk 0.96 0.4309 Skewness 1.08 0.2981 Kurtosis -0.47 0.6397 Simulasi Data Simulasi data yang dilakukan adalah simulasi untuk data spektrum UV-VIS. Simulasi ini dilakukan dengan melihat plot data spektrum UV-VIS pada masing-masing panjang gelombang untuk mengetahui banyaknya komponen dalam suatu senyawa. Simulasi pembangkitan data dilakukan terhadap data yang mempunyai ragam sama dan ragam berbeda. Data yang mempunyai ragam berbeda, nilai parameternya diperoleh berdasarkan data asli spektrum UV-VIS. Satu Populasi Data simulasi diperoleh dengan membangkitkan data yang menyebar Normal sesuai dengan parameter pada masing-masing komponen. Simulasi untuk data satu komponen, satu modus, dilakukan dengan membangkitkan data Normal (0,1) sebanyak 257 (Gambar 5). Selain itu, dilakukan juga simulasi untuk data beragam beda yang nilai parameternya berdasarkan data asli spektrum UV-VIS. Pendekatan ini dilakukan agar diperoleh data yang menyerupai data aslinya. Simulasi untuk data satu populasi ini dilakukan dengan membangkitkan populasi data menyebar Normal (0.23, 0.14) sebanyak 257 data (Gambar 6).

membangkitkan data menyebar Normal (, 0.03) sebanyak 219 data. Dua data yang sudah dibangkitkan kemudian digabungkan sehingga diperoleh satu populasi untuk dilihat plot datanya (Gambar 8). Gambar 5 Plot data simulasi satu modus Gambar 8 Plot data simulasi dua modus dengan parameter data asli Gambar 6 Plot data simulasi satu modus dengan parameter data asli Dua Populasi Data populasi pertama dibangkitkan menyebar Normal (0.7, 0.14) sebanyak 255. Data populasi kedua dibangkitkan sebanyak 219 yang menyebar Normal (0.03, 0.14) (Gambar 7). Banyaknya data yang dibangkitkan juga tidak sama, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya overlap sehingga pada saat dilakukan penggabungan data, plot yang dihasilkan tidak tumpang tindih. Tiga Populasi Data tiga modus atau data tiga populasi, pembangkitan data dilakukan sebanyak tiga kali dengan rataan dan jumlah data yang berbeda. Untuk data yang menpunyai ragam sama, data populasi pertama dibangkitkan sebanyak 231 data yang menyebar Normal (0.8, 0.03). Data populasi kedua menyebar Normal (0.4, 0.03) sebanyak 281, dan data populasi ketiga dibangkitkan sebanyak 246 menyebar Normal (0.12, 0.03). Data hasil simulasi tersebut digabungkan untuk dilihat plot datanya (Gambar 9). Plot yang dihasilkan mempunyai puncak yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada masing-masing komponen mempunyai jumlah data yang tidak sama. Gambar 7 Plot data simulasi dua modus Dibangkitkan pula data yang nilai parameternya diperoleh dari data asli, sehingga nilai parameter antara populasi satu dan populasi dua berbeda. Data populasi pertama disimulasikan dengan membangkitkan data menyebar Normal (0.7, 0.14) sebanyak 255 data, sedangkan data populasi kedua dengan Gambar 9 Plot data simulasi tiga modus Untuk data tiga modus yang mempunyai parameter berbeda dilakukan pula pembangkitan data sebanyak tiga kali, kemudian digabungkan menjadi satu populasi dan dilihat plot datanya (Gambar 10). Data populasi pertama dibangkitkan sebanyak 231 data yang menyebar Normal (0.85, 0.27). Data populasi kedua diperoleh dengan

membangkitkan data yang menyebar Normal (0.39, 0.03) sebanyak 281 data. Data populasi ketiga dengan membangkitkan data menyebar Normal (0.12, 0.002) sebanyak 246 data. Gambar 10 Plot data simulasi tiga modus dengan parameter data asli Simulasi pembangkitan data normal campuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah data dengan satu modus, dua modus, dan tiga modus. Pendekatan yang digunakan berdasarkan prinsip sebaran campuran. Sebaran campuran merupakan campuran dari sebaran Normal dengan nilai ragam yang sama, tetapi pada penelitian ini juga dilakukan pembangkitan data dengan ragam yang berbeda. Pembangkitan data dilakukan iterasi sebanyak 100 kali untuk melihat berapa banyak data yang dibangkitkan berada di luar selang kepercayaan (Tabel 3). Tabel 3 Persentase hasil simulasi data beragam sama dan beragam beda yang tidak mencakup nilai parameternya (nilai α) modus ragam sama ragam beda 1 modus 6% 3% 2 modus - modus 1 5% 5% - modus 2 4% 6% 3 modus - modus 1 2% 6% - modus 2 6% 4% - modus 3 3% 2% Dari Tabel 3, terlihat bahwa nilai α dari hasil iterasi yang diperoleh relatif kecil, dengan demikian simulasi yang dilakukan sudah dikatakan berhasil. Perhitungan selang kepercayaan dilakukan terhadap masingmasing modus atau pada masing-masing komponen bukan dalam senyawa dikarenakan dalam pembangkitan data tiap modus mempunyai parameter berbeda. Hasil pada perhitungan selang kepercayaan diperoleh pada masing-masing modus untuk data satu modus ragam sama berada pada selang kepercayaan 94% dan ragam beda 97%. Begitu pula data dua modus, simulasi yang dilakukan berada pada selang kepercayaan 95% untuk data modus satu ragam beda dan ragam sama, sedangkan data dua modusnya berada pada selang kepercayaan 96% ragam sama dan 94% untuk ragam beda. Pada data tiga modus, data modus pertama untuk ragam sama berada pada selang kepercayaan 98% dan ragam beda 94%. Sedangkan data dua modusnya untuk ragam sama berada pada selang kepercayaan 94% dan ragam beda 96%. Untuk data tiga modus yang beragam sama berada pada selang kepercayaan 97% dan ragam beda 98% Berdasarkan pola spektrum data, simulasi yang dilakukan tidak dipengaruhi oleh berapa banyaknya kombinasi contoh data, namun dipengaruhi oleh berapa banyaknya komponen data dalam senyawa tersebut. Senyawa tunggal, berdasarkan data asli, mempunyai satu puncak, sedangkan senyawa campuran dua komponen mempunyai dua puncak dan senyawa campuran tiga komponen mempunyai tiga puncak. Sehingga hasil yang diperoleh antara data simulasi relatif sesuai dengan data aslinya untuk data spektrum UV-VIS ini. SIMPULAN Eksplorasi terhadap data spektrum UV- VIS memperlihatkan bahwa data tersebut mempunyai nilai korelasi yang relatif besar. Data spektrum UV-VIS setelah dilakukan uji Shapiro-Wilk diperoleh hasil bahwa data tersebut cenderung menyebar Normal baik pada senyawa tunggal maupun senyawa campuran. Dari plot data spektrum UV-VIS ini dapat diketahui banyaknya jumlah komponen yang terkandung dalam suatu senyawa yang dapat diketahui berdasarkan jumlah puncak gelombangnya. Data spektrum FTIR mempunyai plot data yang berbeda dengan data spektrum UV-VIS. Plot datanya berupa stalagmit yang lebih tidak teratur dibandingkan dengan spektrum UV-VIS yang plotnya berbentuk gelombang. Data spektrum FTIR juga mempunyai nilai korelasi yang relatif besar. Berdasarkan pendekatan sebaran Normal campuran, simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa data yang dibangkitkan, baik data satu komponen, dua komponen maupun tiga komponen yang mempunyai ragam berbeda, menghasilkan plot data yang hampir sama dengan data aslinya. Setelah