Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan 7 : 3 (v/v). Berdasarkan beberapa kali ekstraksi jumlah pigmen yang berhasil terekstrak dari 1 kg tomat kurang dari 0,01 g. Jumlah tersebut tidak cukup untuk digunakan untuk proses-proses selanjutnya. Bila dilihat dari sisa ampas buah tomat yang sudah diekstraksi, warna kuning kemerahan masih nampak jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pigmen belum dapat terekstrak dengan sempurna. Untuk mendapatkan pigmen yang lebih banyak, waktu pengadukan pelarut dan buah tomat yangtelah dihancurkan diperpanjang. Alat pengaduk pun dibuat khusus sehingga dapat mengaduk dengan lebih efektif. Percobaan juga melibatkan peningkatan jumlah konsentrasi aseton. Namun masih saja hasil ekstraksi kurang dari 1mg. Proses selanjutnya adalah pengukuran spektrum sampel dengan menggunakan spektrometer Near 24

2 Infrared (NIR). Mode yang dipakai dalam pengukuran ini adalah reflektan. Spektrum reflektan aseton dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 0,6 0,4 0,2 Gb Spektrum reflektan aseton Spektrum yang diperoleh dari spektrometer adalah data dari reflektan atau pantulan dari sampel. Data puncak yang terlihat dari sektrum tersebut bukanlah puncak dari absorbansi sampel. Jika kita ingin mengetahui data dari absorbansi sampel, data reflektan harus diubah menjadi absorban dengan menggunakan rumus A = log 1/R ( A= absorbansi, R = reflektan). Hal ini dilakukan karena nilai absorbansi pada NIR memiliki hubungan linier dengan kandungan pada sampel. Spektrum NIR akan berbeda untuk 25

3 sampel yang mempunyai kandungan yang berbeda. Perbedaan penyusun bahan ini dapat dilihat pada puncak absorbansi spektrum nya [21]. Dengan menggunakan rumus A=log (1/R), maka didapatkanlah spektrum absorbansi untuk aseton seperti pada gambar berikut ini. 2 1 Gb Spektrum absorban aseton Jika spektrum reflektan aseton dan absorban aseton dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa posisi lembah pada spektrum reflektan merupakan posisi puncak pada spektrum absorban. Oleh karena itu, kita dapat menemukan puncak spektrum absorban dengan melihat lembah spektrum reflektan. Bila kita ingin mengetahui puncak pada spektrum absorban secara lebih teliti, kita tidak bisa hanya melihat secara langsung pada puncak-puncak dominan pada 26

4 spektrum. Hal itu disebabkan karena ada kemungkinan ditemukannya puncak pada bagian spektrum yang landai yang merupakan kombinasi dari beberapa puncak yang berdekatan. Untuk mengetahui posisi puncak secara lebih teliti, cara yang digunakan adalah dengan mencari turunan kedua dari spektrum absorban tersebut. Seperti yang sudah tertulis diatas, pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton. Aseton adalah keton yang paling sederhana. Keton yang merupakan gugus karbonil, mepunyai regangan yang sangat kuat pada daerah mid-infrared ( cm -1 ). Walaupun overtone pertamamasih terdapat pada daerah mid-infrared, tapi overtone kedua dapat diamati pada daerah near-infrared. Overtone kedua ini cukup lemah apalagi bila terdapat unsur air didalamya. Walaupun begitu, masih ada beberapa anihidrat yang mungkin berguna untuk menganalisa gugus karbonil dengan spektroskopinir. Berdasarkan gambar spektrum absorban NIR pada gambar 4.1.2, dapat dilihat bahwa aseton mempunyai beberapa puncak yang menojol, antara lain 5100 cm -1 dengan tambahan ban yang terpisah pada 5260 cm -1 yang berhubungan dengan C=O. Ikatan C-H pada metil dapat dilihat pada puncak-puncak spektrum di daerah 5908, 5960 and 5771 cm -1. Puncak pada daerah 7242 dan 7370 dimiliki 27

5 oleh senyawa hidrokarbon, oleh karena itu kedua puncak terpisah ini muncul pada aseton. Puncak pada 4142, 4188 dan 4638 cm -1 berhubungan dengan gugus aril pada aseton. Sebanyak 1 mg likopen yang telah dikeringkan kemudian dicampurkan dengan 10 ml aseton dan diukur spektrumnya dengan menggunakan spektrometer. Gambar adalah spektrum dari campuran aseton-likopen. Pencampuran pigmen dengan pelarut ini dilakukan karena jumlah pigmen yang ada tidak mencukupi untuk pengukuran dengan menggunakan pigmen saja. 2 1 Gb Spektrum campuran aseton dan likopen Dalam spektrumcampuran ini, nampak kontribusi besar dari aseton. Hal tersebut dapat diketahui dari bentuk spektrum yang menyerupai 28

6 spektrum aseton. Spektrum ini mempunyai puncak pada 5097 dan 5240 cm -1 yang berhubungan dengan ikatan C=O. Puncak ini nampak karena aseton merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonik (C=O) terikat pada gugus alkil dan aril. Pada spektrum nampak jelas kontribusi ikatan C=O dan C-H. C-H metil pada gugus karbonil nampak pada bilangan gelombang 5908, 5962, 5771 dan 5623 cm -1. Sedangkan bilangan gelombang 4066, 4142, 4183 dan 4633 cm -1 berhubungan dengan C-H aril. Jika dibandingkan antara spektrum aseton dan campuran aseton pigmen, dapat dilihat perbandingan mencolok pada daerah cm -1. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontribusi pigmen yang utama adalah pada daerah tersebut, terutama pada panjang gelombang Puncak pada bilangan gelombang 4000 cm -1, berhubungan dengan C-H mode regangan. Untuk mendapatkan spekrum likopen saja maka spektrum campuran tersebut disubtraksi dengan spektrum aseton. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan kontribusi aseton dan mendapatkan spektrum likopen saja. Gambar merupakan spektrum aseton yang diperoleh dari hasil subtraksi. 29

7 1 0 Gb Spektrum absorban likopen Pada spektrum likopen tersebut nampak puncak yang sangat kuat pada 5242 cm -1. Puncak ini berhubungan dengan C-H yang dimiliki oleh senyawa hidrokarbon alifatik. Likopen merupakan senyawa hidrokarbon alifatik oleh karena itu, puncak C-H dapat diamati disini. Beberapa noise juga muncul pada daerah kurang dari 4500 cm -1. Beberapa puncak kecil juga nampak pada daerah cm -1 Dapat dilihat juga daerah ban yang luas antara cm -1. Beberapa puncak dengan intensitas kecil terdapat pada bilangan gelombang 4040, 4101 yang berhubungan dengen senyawa hidrokarbon aromatik. C-H aril nampak pada spektrum tersebut pada bilangan gelombang 4157 dan 5976 cm -1. Hidrokarbon 30.

8 alifatik juga nampak pada bilangan gelombang 4254 dan area antara cm -1. Spektrum tersebut merupakan spektrum likopen, dan puncak utama nya terdapat pada 5242 cm -1. Sebagai langkah awal untuk mencampurkan pigmen dengan madu, maka dalam percobaan ini madu digunakan sebagai campuran pigmen. Untuk mendapatkan spektrum likopen, selain campuran aseton-likopen diatas digunakan campuran likopen dan madu. Langkah pertamayang dilakukan adalah mengukur spektrum madu. Gambar dibawah ini merupakan spektrum dari madu. 2 1 Gb Spektrum absorban madu Penyusun utama madu adalah karbohidrat, oleh karena itu spektrum yang berhubungan dengan karbohidrat nampak kuat pada 4762 dan 4393 cm -1 yang timbul karena kandungan glukosa pada madu. 31

9 Spektrum protein muncul pada bilangan gelombang cm -1. Puncak pada 5921 cm -1 muncul karena kandungan air dalam madu. Sedangkan daerah cm -1 berkaitan dengan C-O dan C-C mode regangan dari sakarida. Sebanyak 2 mg pigmen kemudian dicampurkan dengan 10 ml madu randu. Karena kedua sifat pigmen dan madu bertentangan (madu=hidrofilik, likopen =hidrofobik) maka keduanya sulit untuk tercampur. Usaha telah dilakukan dengan mencampurkan pigmen dengan minyak, tapi hasil nya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam percobaan ini, sebagai suatu langkah awal, maka pigmen likopen hanya dicampurkan dengan madu secara langsung. Tentu saja likopen tidak terlarut dalam madu, hanya saja dengan pertimbangan spektrometer akan mengukur spektrum campuran antara madu dan likopen. Spektrum tersebut nanti dapat diproses dengan menghilangkan spektrum madu untuk mendapatkan spektrum likopennya saja. Gambar adalah spektrum dari campuran madu dan pigmen. Bila dilihat pada spektrum tersebut nampak spektrum madu sangat dominan. Kontribusi air (5159 cm -1 ), protein (5909 dan 6844 cm -1 ) dan glukosa (4393 dan 4762 cm -1 nampak kuat spektrum ini. 32

10 2 1 2 Gb Spektrum absorban campuran likopen dan madu 1 Gb Spektrum absorban likopen Puncak-puncak yang berhubungan dengan madu tersebut mendominasi spektrum campuran ini karena konsentrasi pigmen sangatlah kecil. Untuk mendapatkan spektrum likopen saja, cara yang sama 33

11 dilakukan kembali. Spektrum dari campuran pigmen dan madu kemudian disubtraksi dengan spektrum madu. Hasil subtraksi ini dapat dilihat pada gambar diatas. Pada spektrum ini, tidak nampak secara jelas kontribusi likopen, karena sebagian besar spektrum menunjukkan kontribusi air (5150 cm -1 ) dan karbohidrat (4763 and 4393 cm -1 ). Hal tersebut menunjukkan bahwa metode kedua ini belum dapat mencampurkan pigmen dengan sempurna sehingga kontribusi pigmen sangat lah kecil. Walaupun begitu masih nampak persamaan antara spektrum likopen hasil subtraksi dengan aseton dan spektrum likopen hasil subtraksi dengan madu. Persamaan antara kedua spektrum tersebut adalah mempunyai puncakdi sekitar 5200 cm -1. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi dugaan spektrum likopen terdapat pada daerah tersebut. Beberapa perbedaan spektrum likopen dari gambar dan antara lain nampak adanya pergeseran ban pada daerah sekitar 5200 cm -1 dan cm -1. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan pergeseran ini. Kemungkinan band shift ini disebabkan karena interaksi pelarut dengan pigmen pada likopen yang diperoleh dari substraksi aseton. Perbedaan diantara cm -1 juga kemungkinan besar terjadi karena perbedaan pelarut, 34

12 tapi juga ada kemungkinan hal ini disebabkan karena terjadi sedikit perubahan pada sistem pengukuran mengingat daerah sekitar 4500 cm -1 merupakan daerah puncak untuk petri yang digunakan untuk mengukur. Pada percobaan ini, petri yang digunakan mengukur identik satu sama lain, jadi ada kemungkinan sistem yang sedikit berubah karena perubahan suhu, kesalahan pengukuran ataupun kemungkinan lainnya. Percobaan ini tidak bisa lanjutkan ke langkah berikutnya karena jumlah pigmen yang tidak memadai. Hal ini terjadi karena metode pengekstrakan likopen yang dirasa kurang efektif. Untuk penelitian yang lebih lanjut, sangat disarankan menggunakan metode yang lain untuk mengekstrak likopen. Dalam penelitian berikutnya, perlakuan yang sama kembali diulang dengan menggunakan wortel. 4.2 Ekstraksi beta karoten dari wortel Ekstraksi wortel dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertulis pada bab III. Percobaan dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan jumlah pigmen yangcukup untuk proses berikutnya. Berdasarkan beberapa kali percobaan, hasil yang diperoleh untuk ekstraksi 1 kg masing-masing buah sangat lah sedikit kurang dari 0,02 g. Oleh karena itu 35

13 hasil ekstraksi tidak mencukupi jika akan digunakan dalam proses berikutnya. Usaha yang sama telah dilakukan untuk meningkatkan hasil yang sudah diperoleh seperti menambah durasi pengadukan, menggunakan pengaduk yang lebih baik dan mengganti pelarut dengan aseton seluruhnya, namun hasilnya masih kurang mencukupi. Sisa hasil ekstraksi juga masih menunjukkan warna oranye yang jelas, hal tersebut menujukkan bahwa pigmen tidak terekstrak secara maksimal. Oleh sebab itu, penelitian ini kemudian menggunakan sampel beta karoten murni yang yang dibeli dari Sigma, selain untuk menjaga kemurnian nya juga untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan untuk proses berikutnya. Untuk penelitian lanjutan, perlu dicari cara lebih efektif untuk mengekstrak beta karoten dari wortel, maupun likopen dari tomat. Kedua sampel tersebut dipilih karena kesediaannya yang melimpah disekitar kita. Oleh karena keterbatasan hasil eksraksi maka untuk percobaan berikutnya sampel yang digunakan adalah beta karoten murni. 4.3 Uji foto stabilitas beta karoten dalam pelarut heksana Untuk mengetahui stabilitas pigmen dalam campuran, maka perlu diketahui terlabih dahulu 36

14 2 stabilitas pigmen itu sendiri. Untuk mengetahui stabilitas pigmen beta karoten dengan menggunakan spektrometer NIR, maka beberapa cara dilakukan. Cara pertama adalah mengukur stabilitas beta karoten dalam pelarut dan cara kedua dilakukan tanpa pelarut. Dalam bab ini akan dijelaskan pengukuran stabilitas dengan pelarut. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah heksana. Heksana dipilih karena sifatnya yang tidak reaktif. Dalam pengukuran ini diharapkah kontribusi pelarut dapat dihilangkan dengan metode subtraksi seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Pengukuran spektrum pertama yang dilakukan dengan spektrometer NIR adalah spektrum heksana. Spektrum absorbansi heksana dapat dilihat dari gambar berikut ini. 1 Gb Spektrum absorban heksana 37

15 Berdasarkan gambar diatas nampak bahwa spektrum heksana dapat dibagi menjadi empat bagian utama. Bagian pertama adalah puncak antara yang merupakan daerah kombinasi ban antara overtone kedua dari ikatan pada C-H dan CH2 mode regangan asimetrik dan mode vibrasi lainnya. Daerah kedua adalah daerah antara cm -1 yang berhubungan dengan C-H mode vibrasi regangan. Sedangkan daerah ketiga dan keempat yang walaupun tidak sekuat daerah pertama dan kedua namun juga merupakan kontribusidari C-H dari senyawa hidrokarbon karena juga menunjukkan ikatan C-H. Daerah cm -1 merupakan C-H overtone pertama sedangkan daerah merupakan C-H overtone ketiga. Secara keseluruhan spektrum tersebut menujukkan ikatan C-H. Puncak yang sangat kuat pada daerah 4334 cm -1 dimiliki olehhidrokarbon alifatik. Ikatan C-H ini juga muncul pada 8392, 5909, 5872, 5808 dan 5678 cm -1. Sedangkan puncak yang berkaitan dengan CH2 antara lain 8269, 7185 dan 7084 cm -1. Sekitar 1 mg sampel kemudian dicampurkan dengan 10ml heksana. Spektrum campuran tersebut kemudian diukur dengan spektrometer NIR kemudian diukur dengan spektrometer NIR dan didapatkanlah spektrum seperti pada gambar dibawah ini. 38

16 2 1 Gb Spektrum absorban campuran heksana dan beta karoten Berdasarkan campuran tersebut nampak bahwa kontribusi heksana sangat besar sehingga bentuk spektrum secara keseluruhan nampak sangat mirip dengan spektrum heksana. Disini juga nampak 4 daerah yang berhubungan dengan ikatan C-H. Puncak pada 4334 cm -1 juga nampak sangat kuat pada spektrum. Secara keseluruhan spekrum nampak ikatan C-H pada metil dan CH2 sangat yang sangat dominan. Untuk mengetahui spektrum beta karoten, maka spektrum campuran tersebut kemudian disubstraksi dengan menggunakan spektrum heksana. Berikut adalah spektrum beta karoten hasil subtraksi tersebut. 39

17 Gb Spektrum absorban beta karoten dengan pembesaran pada daerah cm -1 Berdasarkan spektrum tersebut nampak jelas bahwa kontribusi beta karoten sangat kuat pada daerah antara 4000 sampai 4500 cm -1. Dimana daerah tersebut merupakan daerah kombinasi ban antara C-H dan beberapa mode vibrasi dari CH2. Dalam spektrum tersebut juga nampak bahwa tidak ada puncak pada daerah cm -1. Hal tersebut bukan berarti bahwa kontribusi beta karoten hanya ada pada daerah sekitar cm -1 saja, namun tinggi dugaan bahwa tidak semuapuncak dapat diamati karena intensitasnya yang kecil. Berdasarkan jumlah beta karoten yang dipakai dalam larutan,maka ada kemungkinan sebenarnya beta karoten juga mempunyai puncak diantara cm -1 hanya 40

18 saja dalam pengukuran ini ban tersebut sangat lemah dibanding ban antara cm -1 sehingga tidak teramati. Pada spektrum beta karoten tersebut nampak puncak kuat pada 4334 cm -1 yang merupakan kontribusi dari ikatan C-H. Ban tersebut mempunyai puncak kecil didekatnya yang juga masih berhubungan dengan C-H yaitu pada daerah 4264 cm -1. C-H aril aromatik (4210 cm -1 ) juga mempunyai kontribusi dalam spektrum ini walaupun tidak sekuat pada C-H. Puncak pada 4093 cm -1 berkaitan dengan hidrokarbon aromatik dan 4073 muncul dari hidrokarbon alifatik. Berdasarkan spektrum ini, maka pada percobaan berikutnya akan diukur foto stabilitas dari pigmen. Sebagai fokus pembahasan akan dilihat pada daerah karena pada daerah ini berhubungan dengan beta karoten. Uji fotostabilitas dilakukan dengan menggunakan alat seperti yang dijelaskan pada bab III. Dengan menggunakan heksana, pengukuran stabilitas hanya bisa dilakukan dalam jangka waktu kira kira 1jam, mengingat bahwa pelarut akan menguap. Dari spektrum terlihat bahwa sampai dengan 1 jam masih terdapat pelarut dalam sampel walaupun bila dilihat dengan mata sudahhanya endapan yang tersisa. Jumlah pelarut yang berubah ini tentu saja akan 41

19 menghasilkan spektrum absorbansi yang berbeda pula. Maka dalam analisa ini, setiap sampel akan disubtraksi dengan spektrum dasar heksana dengan ratio yang disesuaikan dengan spektrum hasil. Berikut ini adalah spektrum yang diperoleh setelah pengukuran selama 1 jam dengan interval 10 menit. Pengukuran dilakukan pada saat 0 menit (mula-mula), 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit. Intensitas cahaya yang digunakan adalah 350 lux. 1 Gb Spektrum absorban campuran heksana dan beta karoten untuk durasi 0-60 menit 42

20 Setelah dikurangi dengan spektrum heksana, spektrum beta karoten dapat diperoleh. Gambar merupakan spektrum beta karoten yang diperoleh untuk durasi 0-60 menit. 0,1 0 Gb Spektrum absorban beta karoten untuk durasi 0-60 menit Berdasarkan spektrum tersebut nampak bahwa satu spektrum berbeda dengan yang lain. Spektrum berwarna biru yang terdapat pada puncak tersebut merupakan spektrum yang diambil untuk fotostabilitas 50 menit. Hasil tersebut menunjukkan adanya kesalahan dalam pengukuran spektrum. Kemungkinan penyebab error yang lain adalah penggunaan referensi eksternal dan internal yang salah dalam pengukuran spektrum. 43

21 Spektrum tersebut kemudian dicari turunan keduanya untuk pengaruh penyinaran untuk terhadap stabilitas spektrum. Gb Turunan kedua spektrum beta karoten dengan pembesaran daerah cm -1 Berdasarkan spektrum tersebut dapat diamati pada puncak 4334 cm -1 yang sebelumnya ditemukan sebagai puncak yang berkaitan dengan beta karoten, intensitas pada setiap pengukuran berbeda satu sama lain. Pada nampak hasil dari Intensitas terkecil ke adalah 50, 60, 30, 40, 0, 20 dan 10 menit. Hasil tersebut menunjukkan urutan yang tidak beraturan. Hasil serupa ditemukan untuk daerah yang lain (Gb.4.3.6) seperti pada puncak 4264 cm -1 yang berhubungan dengan ikatan tunggal pada C-H. Urutan dari Intensitas rendah ke tinggi adalah 50, 60, 30, 40, 0, 20 dan 10 menit. Sedangkan pada daerah 4178 cm -1 yang 44

22 berhubungan dengan C-H aril dan C-H aromatik (Gb.4.3.7) nampak urutan dari intensitas besar ke kecil adalah 0, 10, 20, 30, 40, 60, 50. Nampak bahwa spektrum pada 0 dan 10 menit; 30 dan 40 menit sangat dekat satu sama lain dan hampir tumpang tindih. Gb Turunan kedua spektrum beta karoten dengan pembesaran daerah cm -1 Gb Turunan kedua spektrum beta karoten dengan pembesaran daerah cm -1 45

23 Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pola degradasi spektrum pada puncak 4178 cm -1 nampak teratur dengan error pada pengukuran menit ke 50. Hasil menunjukkan pengurangan intensitas dengan bertambahnya durasi penyinaran. Sedangkan pada puncak 4334 dan 4264 nampak bahwa degradasi pigmen tidak tersebut masih terlihat bahwa degradasi nampak tidak seteratur pada daerah 4178 cm -1. Walaupun demikian dapat dilihat ada kecenderungan yang serupa. Bertambahnya durasi penyinaran menununjukkan berkurangnya intensitas pada bilangan gelombang yang bersesuaian. Bila dilihat dengan lebih teliti, ada tiga kelompok dalam hasil tersebut, 50 dan 60 menit, 30 dan 40 menit dan 0, 10 dan 20 menit. Dari hasil pengukuran nampak hubungan bahwa Intensitas (I) pada menit-menit pengukuran adalah ܫ ܫ ܫ < ܫ < ܫ, ܫ. Seperti yang dijelaskan diatas ܫ, spektrum pada menit 30 dan 40 hampir tumpang tindih sehingga intensitas hampir sama, begitu pula untuk pengukuran 0, 10 dan 20 menit. Sedangkan terdapat kesalahan dalam pengukuran 50 menit sehingga spektrum nampak sangat berbeda dengan yang lain. Dalam pengukuran dalam jangka yang pendek atau sekitar 10 menit, tidak diamati adanya banyak perbedaan sehingga hasil menunjukkan spektrum yang hampir

24 sama. Sehingga untuk pengukuran lebih lanjut, lebih baik bila intensitas cahaya durasi pengukuran ditingkatkan. Dalam percobaan ini dapat ditunjukkan bahwa spektrometer NIR dapat digunakan dalam mengukur fotostabilitas pada pigmen. 4.4 Uji fotostabilitas beta karoten tanpa pelarut Untuk mengetahui kestabilan pigmen terhadap oksidasi maupun cahaya, maka sebelum pigmen tersebut dicampurkan dengan madu, ataupun bahan lainnya maka kestabilan pigmen itu sendiri harus diketahui. Setelah uji fotostabilitas dilakukan dengan bersamaan dengan pelarut, maka dalam percobaan ini uji foto stabilitas dan oksidasi akan dilakukan tanpa setelah pelarut diuapkan. Jika memungkinkan, akan lebih efektif bila pigmen diukur secara langsung dalam bentuk serbuk mengingat spektrometer NIR dapat mengukur sampel baik padat, cair, gel, tablet ataupun serbuk. Jika pigmen diukur secara langsung akan nampak bahwa spektrum pigmen akan didapatkan tanpa harus melakukan perlakuan lebih lanjut. Sampel NIR akan optimal jika ketebalan sampel sekitar10 mm. Untuk menyediakan pigmen yang setebal 10 cm untuk diameter petri sekitar 10 cm tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit oleh karena itu dalam 47

25 percobaan ini dilakukan dengan bantuan pelarut. Percobaan dilakukan dengan mencampur 25 mg beta karoten dengan 10 ml heksana. Setelah larutan tercampur secara homogen, larutan tersebut kemudian dituangkan kedalam petri. Larutan diuapkan untuk mendapatkan endapan betakaroten yang merata diseluruh permukaan petri. Penguapan membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Dan endapan kemudian dicek dengan spektrometer NIR untuk memastikan tidak ada larutan heksana yang tertinggal. Oleh karena pigmen tersebut harus diuapkan sekitar satu jam hingga dapat dihilangkan seluruh pelarutnya. Hal tersebut memungkinkan adanya pengaruh oksidasi dan juga degradasi pigmen oleh pelarut. Untuk mengetahui perbedaan nya, campuran heksana dan beta karoten yang lain telah disimpan selama satu hari. Berdasarkan gambar pada lampiran dapat terlihat jelas adanya pemucatan warna larutan yang menunjukkan adanya degradasi pigmen. Gambar adalah spektrum dari petri kosong. Spektrum ini perlu diukur untuk mendapatkan spektrum beta karoten saja. Dari spektrum tersebut terlihat bahwa puncak spektrum melebar dari cm -1, tanpa ada tambahan ban pada bilangan gelombang lainnya. Setelah seluruh pelarut menguap, spektrum dari beta karoten kemudian diukur. 48

26 0,2 0-0,2 Gb Spektrum absorban petri kosong 0,2 0 Gb Spektrum absorban beta karoten dan petri Gambar berikut merupakan spektrum dari beta karoten. Jika dilihat dari bentuk spektrumnya saja, nampak sama dengan petri kosong. Hal tersebut 49

27 menunjukkan bahwa kontribusi pigmen yang diukur sangat lemah konsentrasinya. Namun hal tersebut tidak berarti spektrum beta karoten tidak dapat diperoleh, dengan mengurangi spektrum beta karoten dengan petri kosong maka didapatkanlah spektrum pada gambar ,2 0, Gb Spektrum absorban beta karoten dengan pembesaran pada area cm -1 Gambar menunjukkan spektrum beta karoten tanpa kontribusi dari petri. Puncak kuat pada 4336 cm -1 berhubungan dengan mode vibrasi C-H pada beta karoten. Selain puncak utama, muncul pula beberapa puncak lain yang lebar dan lemah antara lain puncak pada 5864 cm -1 yang muncul karena kontribusi CH3 metil. pada bilangan gelombang

28 cm -1 nampak kontribusi dari ikatan 0-H hal tersebut menunjukkan bahwa sampel telah teroksidasi. Selain itu, daerah pada bilangan gelombang sekitar 4625 cm -1 muncul karena kontribusi C-H aromatik dan C-H aril. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini selaras dengan hasil yang diperoleh pada percobaan menggunakan pelarut pada sub bab 4.3 Bahwa kontribusi beta karoten yang terbesar nampak pada bilangan gelombang sekitar 4334 yang berkaitan dengan ikatan C-H. Uji stabilitas sampel untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap kestabilan pigmen dilakukan dalam jangka waktu pendek dan panjang. Pendek berarti kurang dari 24 jam dan panjang berarti 8 hari. Jangka waktu ini merupakan pengukuran maksimal yang bisa dilakukan untuk uji stabilitas karena rangkaian yang digunakan untuk penyinaran tidak bisa digunakan untuk jangka panjang. Setelah hampir 8 hari pengukuran nonstop lampu akhirnya padam. Diperkirakan waktu padamnya adalah malam hari, sehingga telah beberapa jam sampel dibiarkan tanpa penyinaran, sehingga pengukuran sampel harus diakhiri. Sampel selalu diekspos cahaya dengan intensitas 1800 lux. Saat tidak diukur, sampel ditutup dengan plastik untuk meminimalisasi pengaruh oksidasi. Lempeng reflektan juga tidak diubah ubah, 51

29 untuk memastikan pengukuran selalu dalam kondisi yang sama dan posisi yang sama. Petri juga ditandai seperti berikut ini untuk memastikan petri selalu dimasukan dalam posisi yang sama. Perilaku yang sama juga diberikan saat pengukuran sampel untuk mengukur pengaruh oksidasi. Pengukuran dilakukan selama 17 hari Uji fotostabilitas beta karoten Uji fotostabilitas dilakukan dengan menyinari sampel dengan intensitas cahaya 1800 lux dalam 0,1 jangka waktu 0 jam (mula-mula), 1 jam, 2 jam, 3 jam,, 4 jam,, 5 jam, 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 7 hari dan 8 hari. Spektrum yang diperoleh untuk semua pengukuran dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 0 Gb Spektrum beta karoten setelah disubtraksi Setelah disubtraksi dengan spektrum petri maka 52

30 diperolehlah spektrum hasil uji fotostabilitas beta karoten seperti pada gambar Spektrum dipilih pada area cm -1 karena area selain tersebut terdapat puncak-puncak spektrum. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, daerah yang akan diobservasi adalah 4336, 4625, 5195 dan 4625 cm Gb Spektrum beta karoten Untuk mengetahui pengaruh penyinaran terhadap pigmen, maka akan dilihat intensitas dari puncak masing-masih pengukuran. Hal ini dilakukan karena intensitas pada spektrum absorban mempunyai hubungan linier dengan kandungan pada sampel. Tabel berikut ini menunjukkan urutan intensitas pada masing-masing pengukuran dimulai dari intensitas tertinggi menuju intensitas terendah. 53

31 Tabel 1 Urutan intensitas (dari tinggi ke rendah) hasil uji fotostabilitas pada panjang bilangan gelombang tertentu. Bilangan gel (cm -1 ) Urutan ke jam 0 jam 0 jam 0 jam 2 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 3 3 jam 4jam 4jam 4jam 4 4jam 5jam 5jam 5jam 5 5jam 3 jam 3 jam 3 jam 6 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 7 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 8 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 9 7hari 7hari 7hari 7hari 10 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 11 8hari 8hari 8hari 8hari Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa urutan intensitas yang diperoleh tidak beraturan. Fotostabilitas pigmen tidak dapat diamati dengan menggunakan cara yang digunakan pada percobaan ini. Dalam usaha untuk uji fotostabilitas nampaknya bahwa terdapat pengaruh oksigen. Oleh karena itu, dalam percobaan selanjutnya akan diuji tentang kestabilan pigmen terhadap pengaruh oksigen Uji pengaruh oksidasi beta karoten Uji oksidasi dilakukan dengan meletakkan sampel pigmen di ruangan pengukuran sehingga sampel dapat terekspos dengan udara disekitar nya. Uji pengaruh oksidasi ini dilakukan dalam jangka waktu 1, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 17 dan 18 hari. Spektrum yang diperoleh sebelum dikurangi spektrum petri dapat 54

32 dilihat pada gambar dan spektrum hasil pengurangan dengan petri pada gambar ,3 0 0,13 Gb Spektrum beta karoten pada uji oksidasi sebelum dikurangi petri 0,10 Gb Spektrum beta karoten pada uji oksidasi setelah dikurangi petri 55

33 Gambar menunjukkan bahwa spektrum hasil pengaruh oksidasi ini nampak sama dengan uji fotostabilitas. Puncak-puncak yang sama dengan antara lain puncak kuat pada 4334 cm -1 (C-H)dan puncak-puncak lemah dan luas pada daerah sekitar 5872 (C-H metil), 5211(0-H) dan 4655 cm -1 (C-H aril). Hal tersebut menunjukkan bahwa uji oksidasi pun tidak lepas dari pengaruh cahaya. Sehingga dalam kedua uji pengaruh satu sama lain tidak terelakkan. Salah satu yang menjadi alasan adalah ruang penyimpanan pigmen tidak sepenuhnya ruang gelap. Masih ada beberapa cahaya yang masuk pada sela-sela ruangan tersebut. Untuk mengetahui pengaruh oksidasi terhadap pigmen maka intensitas masingmasing pengukuran akan dibandingkan. Intensitas diurutkan dari terbesar menuju terkecil. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 2 Urutan intensitas dari tinggi ke rendah pada uji oksidasi pada panjang gelombang tertentu. Bilangan gel (cm -1 ) Urutan ke hari 1 hari 1 hari 1 hari 2 10 hari 10 hari 10 hari 10 hari 3 11 hari 11 hari 11 hari 11 hari 4 14 hari 17 hari 17 hari 17 hari 5 17 hari 7 hari 7 hari 7 hari 6 7 hari 13 hari 13 hari 13 hari 7 13 hari 14 hari 14 hari 14 hari 8 18 hari 18 hari 18 hari 18 hari 9 12 hari 12 hari 12 hari 12 hari 56

34 Berdasarkan urutan tersebut nampak bahwa pada uji pengaruh oksidasi ini tidak nampak korelasi linier antara penambahan durasi oksidasi dengan kandungan pada spektrum. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dengan cara yang digunakan, pengaruh oksidasi dan cahaya tidak dapat diamati dengan baik. Ada beberapa hal yang menjadi alasan ketidak berhasilan pengukuran ini, antara lain: 1. sampel tidak sepenuhnya terisolasi dari pengaruh cahaya dan oksigen; 2. Ketebalan sampel dalam pengukuran kurang dari 10 mm sehingga kontribusi pigmen dalam spektrum dirasa lemah; 3. alat yang digunakan untuk fotostabilitas kurang efektif; 4. Ada kemungkinan pengaruh panas selain oksigen dan cahaya. Langkah berikutnya untuk percobaan ini adalah pencampuran beta karoten dengan madu untuk diuji fotostabilitas nya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil pencampuran madu dan pigmen tadi tidak dapat digunakan untuk mendapatkan spektrum murni pigmen. Salah satu penyebabnya adalah belum ditemukannya cara untuk mencampur madu secara homogen. Selain itu, sistem untuk pengukuran fotostabilitas dan oksidasi perlu diperbaiki. Untuk penelitian lebih lanjut perlu dipikirkan beberapa cara yang lebih efektif untuk 57

35 mengekstrak pigmen, pencampuran pigmen dan uji stabilitas maupun oksidasi pigmen. Penelitian yang telah penulis lakukan adalah suatu percobaan pendahuluan yang perluuntuk diteruskan dan diperbaiki kekurangan nya. 58

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Bahan Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah karotenoid yang diisolasi dari wortel (Daucus carota) dan tomat (Lycopersican esculentum). Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Uji Stabilitas Karotenoid dalam Madu

Uji Stabilitas Karotenoid dalam Madu Uji Stabilitas Karotenoid dalam Madu Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Biologi Untuk memperoleh gelar Magister Sains Biologi (M.Si) Disusun oleh : Retno Hariyani 422008007 Program Studi

Lebih terperinci

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan Bab I Pendahuluan Sejak zaman dahulu, madu telah menjadi produk penting yang digunakan oleh berbagai suku bangsa sebagai bagian dari bahan makanan dan minuman [1]. Madu merupakan suatu cairan manis dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa sawit segar dan buah pascaperebusan (perebusan pada suhu 131 o C, tekanan uap 2 atmosfer, selama 100

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Madu

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Madu Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Madu Madu merupakan suatu cairan manis dan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dan beberapa spesies lainnya. Madu berasal dari nektar atau sari bunga yang diproduksi oleh

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II. Tinjauan Pustaka A. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu perkolasi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Pola Spektra Karotenoid dari Ekstrak Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan Pola spektra karotenoid dari ekstrak buah sawit segar maupun buah sawit pascaperebusan menunjukkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

KORELASI KARAKTER BIOMARKA BATUBARA MEDIUM RANK KALIMANTAN TIMUR DENGAN PRODUK PENCAIRANNYA

KORELASI KARAKTER BIOMARKA BATUBARA MEDIUM RANK KALIMANTAN TIMUR DENGAN PRODUK PENCAIRANNYA KORELASI KARAKTER BIOMARKA BATUBARA MEDIUM RANK KALIMANTAN TIMUR DENGAN PRODUK PENCAIRANNYA Latar Belakang SUMBER ENERGI 1. Pendahuluan Kompatibel Kurang Kompatibel Minyak Bumi Gas Alam Batubara Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pemisahan senyawa total flavanon 4.1.1.1 Senyawa GR-8 a) Senyawa yang diperoleh berupa padatan yang berwama kekuningan sebanyak 87,7 mg b) Titik leleh: 198-200

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. 43 Lampiran 2. Gambar tumbuhan eceng gondok, daun, dan serbuk simplisia Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Gambar tumbuhan eceng gondok segar Daun eceng gondok 44 Lampiran

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair Bab IV Pembahasan Asap cair yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pirolisis tempurung kelapa, yaitu suatu proses penguraian secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan pada suhu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyiapan Lemak Sapi dan Lemak Babi Sebanyak 250 gram jaringan lemak sapi dan babi yang diperoleh dari pasar tradisional Purwokerto,dicuci dan dipotong kecil-kecil untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe 4.1. Hasil Kerja Ekstraksi Jahe BAB 4 PEMBAHASAN Bahan jahe merupakan jenis varietas putih besar yang diapat dari pasar bahan organik Bogor. Prinsip kerja ekstraksi ini adalah dengan melarutkan senyawa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. SENYAWA ORGANIK A. Sifat khas atom karbon Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat NP 4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat fermenting yeast sucrose H C 6 H 10 3 C 12 H 22 11 C 6 H 12 3 (130.1) (342.3) (132.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reduksi stereoselektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2014 yang sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI-UPT Balai. Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali menunjukkan

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI-UPT Balai. Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali menunjukkan 49 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI-UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali menunjukkan bahwa tumbuhan bungur yang dikumpulkan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi

Penambatan kompleks pada silika Oksidasi alkohol sekunder   HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan silika terfungsionalisasi 3 sehingga suhu meningkat menjadi 70 C. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan asam asetat glasial (1 ml, 17.5 mmol) sehingga suhu reaksi meningkat menjadi 90 C. Suspensi putih yang terbentuk diaduk

Lebih terperinci