BAB IV KAJIAN SIMULASI: PENDEKATAN BAYES PADA DATA n<<p DAN TERDAPAT KEKOLINEARAN-GANDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KAJIAN SIMULASI: PENDEKATAN BAYES PADA DATA n<<p DAN TERDAPAT KEKOLINEARAN-GANDA"

Transkripsi

1 BAB IV KAJIAN SIMULASI: PENDEKATAN BAYES PADA DATA n<<p DAN TERDAPAT KEKOLINEARAN-GANDA A. Pendahuluan Pada pendugaan model kalibrasi peubah ganda, sering timbul masalah kekolinieran ganda. Kekolinieran ganda ditandai dengan adanya korelasi antar peubah-peubah bebasnya. Solusi untuk melakukan pendugaan parameter dengan data berkorelasi diantaranya dapat digunakan Analisis Komponen Utama, Regresi Kuadrat Terkecil Parsial, Regresi atas Koefisien Fourier, Jaringan Syaraf Tiruan dan Pendekatan Bayes (Notodiputro 2003). Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan membandingkan metode yang disebutkan di atas ternyata pendekatan Bayes mempunyai hasil yang lebih baik dibanding dengan metode lain dalam pendugaan parameter (du Plessis (1995); Wigena dan Aunuddin (1998); West (2003); Rahayu (2003); Notodiputro (2003)). Hal ini dikarenakan dalam pendekatan Bayes ditambahkan informasi tambahan terhadap model yang dibangun, informasi tambahan ini disebut dengan informasi prior. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2003) menunjukkan pemilihan penggunaan sebaran prior sangat berpengaruh terhadap hasil dugaan. Oleh karena itu diperlukan ketepatan pemilihan prior agar model mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. B. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji penerapan pendekatan Bayes non hirarki dan Bayes berhirarki untuk pembentukan model kalibrasi pada kondisi data yang berkorelasi.

2 C. Tinjauan Pustaka Metode Simulasi Simulasi adalah suatu model matematika yang dapat menerangkan perilaku suatu sistem dari waktu ke waktu. Metode simulasi dapat memberikan efisiensi dan kemudahan dalam menganalisis suatu model matematika. Simulasi berbasis komputer saat ini lebih banyak diterapkan dalam penelitian-penelitian dibandingkan dengan simulasi secara manual (Watson & Blackstone 1989). WinBUGS WinBUGS merupakan suatu perangkat lunak yang berbasis Windows yang digunakan untuk analisis statistika dengan metode bayes. Software ini menggunakan Markov Chain Monte Carlo (MCMC) untuk menemukan sebaran posteriornya (Spiegelhater et al 2002). Pada penggunaan program WinBUGS perlu dituliskan nilai awal untuk parameter, terutama parameter ragam. Hal ini dikarenakan software WinBUGS dapat memberikan nilai default negatif untuk nilai awal parameter ragamnya (Anonim, 2004). Kriteria Kebaikan Model Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) kriteria untuk melihat keterandalan model antara lain adalah Jumlah Kuadrat Galat (JKG) dan Koefisien Determinasi (R 2 ). Model yang baik mempunyai JKG yang kecil dan R 2 yang besar. Rumus untuk mencari R 2 adalah sebagai berikut: R 2 di mana : JKR = = 1 JKT JKG JKT JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total

3 Ukuran kebaikan model lainnya yang dapat digunakan antara lain adalah akar kuadrat tengah galat (RMSE = Root Mean Square Error). Model dikatakan baik jika memiliki nilai RMSE yang kecil (Naes et al. 2002). Rumusan RMSE dapat dituliskan dalam persamaan berikut: ˆ y RMSE = MSE = E( y ) 2 MSE adalah Mean Square Error (Kuadrat Tengah Galat / KTG). D. Bahan dan Metode Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data simulasi atau data bangkitan. Data hasil bangkitan berupa data peubah Y dan peubah X, dimana peubah Y merupakan fungsi dari peubah X. Fungsi peubah Y adalah sebagai berikut: Y = f(x 1, X 2, X 3,, X p ) Dalam penelitian ini, pembangkitan nilai data Y mengikuti interval data senyawa gingerol pada jahe dengan kisaran nilai antara 0.4 sampai dengan 3.1. Sedangkan peubah X yang dibangkitkan, nilainya mengikuti kisaran nilai %transmitan. Nilai peubah X berkisar antara 0 sampai dengan 100 dan peubahpeubah X dalam matriks data X tersebut dikondisikan saling berkorelasi. Korelasi yang dicobakan adalah 0.1, 0.3, 0.5, 0.7, 0.8, 0.9, 0.95, Sedangkan kombinasi jumlah pengamatan (n) dan jumlah peubah (p) dalam matriks data X tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Kombinasi n dan p yang dicobakan n p

4 Alur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tahapan Simulasi Data * 1. Pembangkitan X = x, x,..., ) ~ N(µ, Σ), dengan korelasi antar peubah nxp ( 1 2 x p tinggi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.1. Membangkitkan matriks korelasi R r11 r21 R =... rp1 r r r p 2... r1 p... r 2 p rpp Matriks R dicobakan pada beberapa kondisi yaitu: r ij Uniform (0.75, 0.85) r ij Uniform (0.85, 0.95) r ij Uniform (0.95, 1) r ij Uniform (0.96, 1), i = 1, 2,...p dan j = 1, 2,...p Untuk setiap gugus r, dibangkitkan data berdasarkan p maks (p=150 buah). Jumlah data yang dibangkitkan untuk setiap gugus: 0.5(p-1)p = buah 1.2. Membangkitkan matriks X nxp = (x 1, x 2,..., x p ) N(µ, Iσ 2 ), untuk berbagai nilai n dan p seperti tertera pada tabel 4 (contoh yang digunakan µ=0 dan σ 2 =9). Struktur data hasil tahap 1.1 dan 1.2 tersaji pada tabel Menyusun Matriks peragam Σ dengan menggunakan hasil yang diperoleh pada 1.1. dan 1.2. σ = 2 ij rijσ iσ j, 1.4. Dengan menggunakan SVD dekomposisi Σ menjadi L L Σ = ADF, = AD 1 D 1 F, D = A pxn, A'A = I D = Diagonal (d 1, d 2,..., d n ), d 1 d 2... d n 0 F nxn,f'f=ff'=i 2 D 1 = L'L Catatan : Untuk matriks yang simetrik A = F Hitung :X*=XS * L, S * =Diag 1 1,,..., σ 1 σ Membangkitkan y = Xβ + ε, dengan langkah pengerjaan sebagai berikut σ p

5 2.1. Tetapkan β 2.2. Hitung E(y) = Xβ 2.3. Bangkitkan ε (contoh yang digunakan ε N(0, σ=2)) 2.4. Hitung nilai pengamatan y = E(y) + ε 3. Transformasi Y dan X sehingga interval data yang digunakan sesuai dengan sesungguhnya. Bentuk transformasi data tersaji pada Tabel 6. Tabel 5 Struktrur data simulasi r n p #unsur segitiga R r n p #unsur segitiga R

6 P eubah S enyawa aktif Y G ingerol Tabel 6 Transformasi data Y dan X Kisa ran Nilai 0.4 % - 3.1% Artinya 0.4 gr 3.1 gr gingerol dalam 100 gr jahe Rumusan Transformasi Y Y * min Y = ( 3 Y Y maks min K urkumin 0.6 % - 3.0% 0.6 gr 3.0 gr kurkumin dalam 100 gr temulawak Y * Y min Y = ( 3 Y Y maks min X (0% - 100%) transmitan X X * min X = 0 + ( 1 X X maks min Tahapan Penyusunan Model Kalibrasi Model kalibrasi dibangun dengan pendekatan Bayes non hirarki dan Bayes hirarki. Pendekatan Bayes non hirarki yang dicobakan yaitu: y N(Xβ, σ 2 ), y adalah vektor berukuran nx1, X adalah matriks berukuran nxp dan β adalah vektor berukuran px1, beberapa sebaran prior β yang dicobakan dirumuskan dalam model dibawah ini: a. Model I : Prior β ~ N (0, 0.001) b. Model II : Prior β = 1/ó c. Model III : Prior β ~ Gamma (2,5) d. Model IV : Prior β ~ Eksponensial (1) Pada model I, III dan IV β i, i = 1, 2,..., p bersifat saling bebas dan identik. Pada keseluruhan model dicobakan beberapa kemungkinan nilai awal bagi ragam (σ 2 ) yaitu : 1, 10, 50, 100. Pendekatan Bayes hirarki dilakukan berdasarkan pertimbangan pendapat Roy (1998) yang menyatakan bahwa penyusunan model pada proses biologi umumnya baik bila menggunakan pendekatan Bayes berhirarki. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Rahayu (2003) bahwa untuk model kalibrasi pada spektroskopi dengan menggunakan pendekatan Bayes, model berhirarki lebih baik digunakan dibandingkan model non hirarki. Beberapa model Pendekatan Bayes berhirarki yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

7 Y N(Xβ, σ 2 ) Beberapa sebaran prior β yang dicobakan dirumuskan dalam model dibawah ini: a. Model V : β berhirarki dan σ konstan b. Model VI : β berhirarki dan σ acak c. Model VII : β berhirarki, σ berhirarki. Pada perilaku β berhirarki, dicobakan berbagai kemungkinan kombinasi sebaran prior dan hiperprior, yaitu sebaran Normal, Eksponensial dan Gamma. Sehingga akan dapat diketahui model pendekatan yang relatif tidak dipengaruhi oleh penetapan sebaran awal β atau bersifat robust. Pemilihan bentuk sebaran prior dan hiperprior ditentukan secara subyektif, dengan anggapan keseluruhan sebaran yang dipilih telah mewakili bentuk sebaran keluarga eksponensial. Pada keseluruhan model juga dicobakan berbagai kondisi penetapan nilai awal σ 2. Ketepatan model yang dihasilkan dilihat dari beberapa kriteria yaitu besaran nilai Jumlah Kuadrat Galat (JKG) dan Root Mean Square Error (RMSE). Perangkat lunak yang digunakan adalah Winbugs14. E. Hasil dan Pembahasan Setiap matriks data X bangkitan mempunyai nilai korelasi antar peubah yang tertentu. Tabel 7 merupakan contoh yang menunjukkan korelasi antar peubah bebas dimana korelasi yang dicobakan adalah 0.1 dengan kombinasi jumlah pengamatan (n) 50 dan jumlah pebah bebas (p) 150. Pada tabel 7 hanya ditampilkan sebagian saja korelasi antar peubah, hasil dari pembangkitan matriks data X. Pendekatan bayes dengan model I, II, III, IV menggunakan nilai awal parameter ragam yang nilainya ditetapkan secara subjektif. Nilai awal ragam yang digunakan adalah 1, 10, 50, 100. Sedangkan nilai awal parameter beta yang digunakan merupakan nilai default yang diberikan oleh software WinBUGS 1.4 versi beta. Jumlah iterasi dengan simulasi MCMC yang dilakukan oleh software WinBUGS 1.4 versi beta adalah 1000 kali. Alasan pemilihan jumlah iterasi sebanyak 1000 kali adalah untuk kemudahan, karena proses iterasi untuk matriks data dengan ukuran n dan p yang besar memerlukan waktu yang lama dalam

8 proses iterasinya. Doodle dan contoh program yang digunakan untuk setiap model disajikan pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 14.

9 Tabel 7 Nilai korelasi antar peubah bebas.n=50, p=100, E(r)=0.1 x1 x2 x3 x4 x5 x6 x x x x x x Pendekatan Bayes dengan Model I Model I merupakan model pendekatan bayes dengan menggunakan prior β i ~N(0, 0.001). Tabel Lampiran 1 merupakan hasil dari pengolahan data dengan model I. Pada matriks data 10x12 dapat dilihat bahwa peningkatan nilai awal menyebabkan nilai JKG dan nilai RMSE menurun. Sebagai contoh data pada korelasi 0.1 untuk n=10 dan p=12, pada nilai awal 1 nilai JKG sebesar dan nilai RMSE sebesar Saat nilai awal sebesar 100 nilai JKG mnurun menjadi dan nilai RMSE menurun menjadi sebesar Jika dilihat lebih jauh perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 1 ke nilai awal 10 lebih besar dibandingkan perubahan nilai JKG dan RMSE dari nilai awal 50 ke 100. Bila dilihat dari nilai korelasi yang dicobakan pada matriks data 10x12 perubahan nilai JKG dan RMSE untuk setiap kenaikan korelasi sangatlah kecil. Pada nilai awal 100 untuk semua nilai korelasi, nilai RMSE masih cenderung sama. Ketika jumlah peubah bebas dinaikkan menjadi 50 dengan n=10 nilai JKG dan RMSE menurun seiring meningkatnya nilai awal. Perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 1 ke 10 masih lebih besar dibanding dengan perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 50 ke nilai awal 100. Perilaku seperti di atas berlaku untuk semua matriks data. Kecenderungan kenaikan nilai JKG dan RMSE terjadi pada matriks data dengan nilai korelasi yang tinggi.

10 Secara umum pada n=10 dengan p=100 dan p=150 masih memiliki sifat yang sama dengan p=12 dan p=50. Peningkatan nilai awal menyebabkan nilai JKG dan RMSE menurun. Persentase perubahan nilai JKG dan RMSE dari nilai awal 1 ke nilai awal 10 lebih besar daripada perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 50 ke nilai awal 100. Nilai ketepatan model pada p=100 dan p=150 cenderung menurun pada saat nilai korelasi datanya tinggi. Penambahan jumlah peubah bebas pada n=10 dengan berbagai kombinasi besaran korelasi yang dicobakan, belum menunjukkan suatu pola tertentu. Hal ini dapat dilihat pada matriks data dengan korelasi yang sama, nilai JKG dan RMSE mengalami peningkatan saat jumlah peubah bebasnya bertambah menjadi 50, tetapi nilai JKG dan RMSE kembali menurun saat jumlah peubah bebasnya 100 dan kemudian meningkat kembali saat jumlah peubah bebasnya 150. Perilaku JKG dan RMSE untuk ukuran matriks data yang lebih besar masih sama dengan matriks data sebelumnya. Nilai JKG dan RMSE menurun seiring peningkatan nilai awal. Perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 1 ke 10 lebih besar dari pada perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 50 ke 100. Untuk keseluruhan n dan p yang dicobakan, besaran JKG dan RMSE dengan model I sangat dipengaruhi oleh nilai awal. Semakin besar nilai awalnya nilai JKG dan RMSE semakin kecil. Peningkatan nilai korelasi merubah nilai JKG dan RMSE. Semakin tinggi nilai korelasi antar peubah bebasnya nilai JKG dan RMSE cenderung mengalami kenaikan. Pada n kecil dan n besar kenaikan jumlah peubah bebas merubah nilai JKG dan RMSE, tetapi secara umum belum bisa dikatakan bahwa perubahan ketepatan modelnya membentuk suatu pola ketelitian yang menurun. 3 y d u g a a n y pengamatan

11 Gambar 12 Plot antara Y dugaan dan Y pengamatan,n=50, p=150, r=0.7, Nilai awal 100 prior β i ~ N (0, 0.001). Secara umum nilai ketepatan model I untuk semua ukuran matriks sangat tinggi saat nilai awalnya 100. Gambar 12 merupakan contoh plot antara y dugaan dengan y pengamatan pada matriks data n=50, p=150, r=0.7 pada nilai awal 100. Dari Gambar 12 tersebut dapat dilihat tebaran data berada disekitar garis lurus. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai dugaan mendekati nilai pengamatan yang sesungguhnya. Pendekatan Bayes dengan Model II Informasi tambahan yang digunakan dalam model ini adalah prior konstan, prior β i = 1/ó. Pada Tabel Lampiran 2 ditampilkan hasil pengolahan data dengan model II untuk matriks data X dengan beberapa kombinasi peubah bebas dan kombinasi jumlah pengamatan. Pada matriks data 10x12 dapat dilihat bahwa nilai JKG dan nilai RMSE menurun seiring dengan meningkatnya nilai awal. Sebagai contoh data pada korelasi 0.1 untuk n=10, p=12, pada nilai awal 1 nilai JKG sebesar dan RMSE sebesar Saat nilai awal sebesar 100 nilai JKG adalah dan nilai RMSE sebesar Masih dalam besaran korelasi dan ukuran matriks data yang sama jika dilihat lebih jauh perubahan nilai JKG dan RMSE pada nilai awal 1 ke nilai awal 10 lebih besar dibandingkan dengan perubahan JKG dan RMSE dari nilai awal 50 ke nilai awal 100. Perubahan nilai JKG dan RMSE untuk setiap kenaikan korelasi pada matriks data 10x12 dapat dikatakan mempunyai kecenderungan menurun. Semakin tinggi nilai korelasi, nilai ketepatan model semakin menurun. Penurunan yang besar terjadi pada data yang mempunyai korelasi tinggi. Sebagai contoh pada nilai korelasi 0.8 ke nilai korelasi 0.9 dengan nilai awal 100, RMSE nilainya menaik dari menjadi Demikian pula halnya dengan nilai ketelitian pada korelasi 0.95 dan Pada n yang sama, jika jumlah peubah bebas dinaikkan, nilai JKG dan RMSE menurun seiring meningkatnya nilai awal. Perubahan nilai JKG dan

12 RMSE pada nilai awal 1 ke 10 lebih besar daripada perubahan nilai JKG pada nilai awal 50 ke 100 pada korelasi data sebesar 0.1. Kecenderungan perilaku serupa juga terjadi pada tujuh korelasi lainnya. Pada matriks data n=10 pada korelasi yang sama dan kombinasi p berbeda, nilai JKG dan RMSE mengalami perubahan tetapi tidak menunjukkan suatu pola ketepatan model yang menurun. Perilaku JKG dan RMSE untuk kombinasi n dan p lainnya secara keseluruhan sama. Pada model II besaran JKG dan RMSE, sangat dipengaruhi oleh nilai awal. Semakin besar nilai awalnya nilai ketepatan model semakin besar. Peningkatan nilai korelasi pada matriks data yang mempunyai jumlah peubah bebas dan jumlah pengamatan yang sama ketepatan modelnya cenderung mengalami penurunan. Peningkatan jumlah peubah bebas merubah nilai JKG dan RMSE, tetapi secara umum belum dapat dikatakan bahwa perubahannya membentuk suatu pola menurun. 3 y dugaan y pengamatan Gambar 13 Plot antara Y dugaan dan Y pengamatan, n=10, p=100, r=0.1, nilai awal 100 prior β i = 1/ó. Nilai ketepatan model pada model II secara umum masih tinggi pada berbagai kombinasi jumlah peubah bebas dan pengamatan pada tingkat korelasi yang rendah. Nilai ketepatan model untuk nilai korelasi yang tinggi cenderung lebih rendah. Gambar 13 adalah contoh plot antara y dugaan dan y pengamatan pada matriks data n=10 dan p=100 dengan korelasi 0.1 pada nilai awal 100. Dari Gambar 13 tersebut nampak bahwa tebaran data berada disekitar garis lurus. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai y dugaan mendekati nilai y pengamatan yang sesungguhnya

13 Pendekatan Bayes dengan Model III Pada model III informasi tambahan yang digunakan berasal dari sebaran Gamma (2,5). Tabel Lampiran 3 menampilkan hasil analisis data dengan model III untuk semua kombinasi n dan p. Pada matriks data 10x12 untuk setiap korelasi, dapat dilihat bahwa nilai JKG dan nilai RMSE menurun seiring dengan meningkatnya nilai awal. Nilai ketepatan model III pada matriks data 10x12 sangat rendah dibandingkan dengan model I dan II. Sebagai contoh data pada korelasi 0.1 untuk n=10 dan p=12 nilai RMSE sebesar pada nilai awal 100. Perubahan nilai JKG dan RMSE untuk setiap kenaikan korelasi dilihat dari delapan nilai korelasi yang dicobakan pada matriks data 10x12 dapat dikatakan mempunyai kecenderungan menurun. Jika jumlah peubah bebasnya dinaikkan menjadi 50 dengan n=10 nilai JKG dan RMSE menurun seiring meningkatnya nilai awal. Matriks data n=10 untuk p=100 dan p=150 secara umum masih memiliki sifat yang sama seperti matriks data dengan p=12 dan p=50 dalam hal pengaruh nilai awal. Pada semua kombinasi peubah bebas yang dicobakan dengan jumlah pengamatan yang sama yaitu n=10, nilai ketepatan model cenderung mengalami penurunan pada setiap kenaikan korelasi. Penambahan jumlah peubah bebas menyebabkan nilai JKG dan RMSE mengalami kenaikan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pendekatan bayes dengan model III mempunyai nilai ketepatan model yang rendah. Nilai ketepatan model meningkat seiring dengan bertambahnya nilai awal. Dalam suatu matriks data dengan jumlah n dan p tertentu nilai ketepatannya menurun seiring dengan peningkatan korelasi. Semakin besar jumlah peubah bebasnya nilai ketepatan model cenderung semakin kecil.

14 Pendekatan Bayes dengan Model IV Pendekatan bayes dengan model IV menggunakan prior β i ~ Eksponensial (1), Tabel Lampiran 4 menampilkan hasil pengolahan data dengan model IV. Seperti halnya dengan tiga model sebelumnya, untuk matriks data 10x12 pada setiap korelasi, dapat dilihat bahwa nilai JKG dan nilai RMSE menurun seiring dengan meningkatnya nilai awal. Nilai ketepatan dari model dengan model IV pada matriks data 10x12 masih sangat rendah dan kisaran nilainya hampir mirip dengan model III. Sebagai contoh data pada r = 0.3, n=10, p=12 dan saat nilai awal sebesar 100 nilai RMSE yang diperoleh sebesar Perubahan nilai JKG dan RMSE untuk setiap kenaikan korelasi dilihat dari delapan nilai korelasi yang dicobakan pada matriks data 10x12 dapat dikatakan mempunyai kecenderungan menurun. Jika jumlah peubah bebasnya dinaikkan menjadi 50 dan seterusnya, dengan n=10 nilai JKG dan RMSE menurun seiring meningkatnya nilai awal. Matriks data n=10, p=100 dan n=10, p=150 masih memiliki sifat yang sama seperti matriks data dengan p=12 dan p=50 dalam hal pengaruh nilai awal. Pada semua kombinasi peubah yang dicobakan pada jumlah pengamatan yang sama yaitu n=10, nilai ketepatan model cenderung mengalami penurunan pada setiap kenaikan korelasi. Penambahan jumlah peubah bebas cenderung menyebabkan nilai ketepatan model menjadi semakin rendah. Pada jumlah pengamatan yang lebih besar perilaku JKG dan RMSE masih sama dengan matriks data sebelumnya. Nilai JKG dan RMSE menurun seiring peningkatan nilai awal. Nilai ketepatan model model IV masih sangat kecil. Pendekatan bayes dengan model IV secara umum mempunyai nilai ketepatan model yang rendah. Nilai ketepatan model meningkat seiring dengan bertambahnya nilai awal. Pada matriks data dengan jumlah n dan p tertentu nilai ketepatan modelnya menurun seiring dengan peningkatan korelasi. Semakin besar jumlah peubah bebas nilai ketepatan model cenderung semakin rendah.

15 Pendekatan Bayes dengan Model V, VI dan VII Pada hasil menggunakan Model I, II, III dan IV terlihat bahwa pada pendekatan Bayes non hirarki memiliki kelemahan bila diterapkan pada struktur data dengan korelasi antar peubah bebas relatif tinggi. Hal ini terlihat pada keseluruhan model yang digunakan dengan menggunakan berbagai prior dan nilai awal, pendekatan Bayes non hirarki memberikan hasil besaran JKG dan RMSE yang cenderung besar dengan meningkatnya besaran korelasi. Berdasarkan hasil tersebut pada tahap selanjutnya dicobakan pendekatan Bayes hirarki menggunakan data dengan berbagai besaran korelasi antar peubah bebas. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberi gambaran tentang kemungkinan penggunaan pendekatan Bayes hirarki untuk mengatasi kelemahan pada pendekatan Bayes non Hirarki. Tabel 8 Nilai JKG dan RMSE pada berbagai besaran n dan p dengan penentuan nilai awal sembarang Struktur data Model V Model VI Model VII n p JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE Pada data dengan korelasi kecil antara peubah bebas, hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan dengan penentuan nilai awal yang sembarang Model V memberikan hasil RMSE yang relatif tinggi dibandingkan Model VI dan Model VII. Model VI dan Model VII relatif tidak dipengaruhi oleh penentuan nilai awal, hal ini terlihat pada penentuan nilai awal sembarang Model VI dan Model VII

16 memberikan hasil RMSE yang relatif rendah (lebih kecil dari satu). Model V memberikan hasil RMSE yang relatif sama dengan kondisi penetapan nilai awal sembarang pada penetapan nilai awal mendekati besaran nilai parameter (Tabel 9). Tabel 9 Nilai JKG dan RMSE pada berbagai besaran n dan p menggunakan Model V dengan besaran nilai awal mendekati nilai parameter n p JKG RMSE n p JKG RMSE Model VI dan Model VII relatif memberikan hasil RMSE yang relatif rendah (lebih kecil dari satu) pada berbagai kondisi n dan p. Namun bila diperbandingkan berdasarkan besaran RMSE yang diperoleh Model VI relatif lebih baik dibandingkan Model VII. Hal ini dapat dilihat dari besaran RMSE pada Model VI yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan Model VII. Model V relatif dipengaruhi oleh penetapan sebaran prior β, perbedaan penetapan sebaran memberikan hasil JKG dan RMSE yang berbeda (Tabel 10). Pada Model V bila ditetapkan prior beta berdistribusi normal dan hiperprior beta berdistribusi gama diperoleh hasil JKG dan RMSE yang relatif tinggi, hasil yang sama diperoleh jika dicobakan hiperprior beta berdistribusi eksponensial. Model V bila dicobakan prior beta berdistribusi gama atau eksponensial, dan hiperprior beta berdistribusi normal, hasil yang diperoleh relatif sama. Meski demikian prior beta berdistribusi eksponensial memberikan hasil besaran JKG dan RMSE yang relatif tinggi dibandingkan prior beta berdistribusi gama.

17 Tabel 10 Nilai JKG dan RMSE pada berbagai besaran n dan p menggunakan Model V dengan berbagai sebaran prior Struktu r data β-hirarki, σ-tetap, Prior beta stage-1 normal, Prior beta stage-2 berubah β-hirarki, σ-tetap, Prior beta stage-1 berubah, Prior beta stage-2 normal gama eksponensial gama eksponensial n p JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE Tabel 11 menunjukkan Model VI memberikan hasil besaran JKG dan RMSE yang sangat baik untuk berbagai bentuk sebaran prior dan hiperprior yang dicobakan. Nilai JKG dan RMSE yang diperoleh relatif sangat kecil. Model VII memberikan hasil besaran JKG dan RMSE yang relatif sama untuk nilai besaran n dan p yang sama tanpa dipengaruhi oleh penentuan sebaran prior dan hiperprior. Sebagai contoh untuk n=10 dan p=12, nilai JKG dan RMSE yang diperoleh akan sama pada empat pendekatan yang digunakan (Tabel 12). Tabel 11 Nilai JKG dan RMSE pada berbagai besaran n dan p menggunakan Model VI dengan berbagai sebaran prior Struktur data β-hirarki, σ-hirarki, Prior beta stage-1 normal, Prior beta stage-2 berubah β-hirarki, σhirarki, Prior beta stage-1 berubah, Prior beta stage-2 normal gama eksponensial gama eksponensial n p JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE Tabel 12 Struktur data Nilai JKG dan RMSE pada berbagai besaran n dan p menggunakan Model VII dengan berbagai sebaran prior β-hirarki, σ-hirarki, Prior beta stage-1 normal, Prior beta stage-2 berubah β-hirarki, σhirarki, Prior beta stage-1 berubah, Prior beta stage-2 normal gama eksponensial gama eksponensial n p JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE JKG RMSE

18 4 4 Y-Dugaan Y-Pengamatan Y-Dugaan Y-Pengamatan Gammbar 14 Model VI, n=10, p=12. Gambar 15 Model VI, n=20, p=100

19 Tabel 13 Nilai JKG dan RMSE pada Berbagai Besaran n dan p menggunakan Model VI dan VII Struktur data Model VI Model VII r n p JKG RMSE JKG RMSE Berdasarkan hasil sebelumnya, hanya model VI dan model VII yang dicobakan untuk data simulasi n<<p dan terdapat multikolinear antar peubah. Hasil yang diperoleh model VI memberikan hasil relatif lebih baik dan robust dibandingkan model VII (Tabel 13). Plot hasil antara y-dugaan dan y pengamatan dengan menggunakan Model VI disajikan pada Gambar 14. dan Gambar 15 Pada model VI dan VII nilai koefisien JKG dan RMSE yang diperoleh relatif tidak dipengaruhi oleh besaran koefisien korelasi antar peubah bebas. Pada keseluruhan model tersebut dengan besaran n dan p yang sama diperoleh hasil JKG yang relatif sama pada berbagai besaran koefisien korelasi yang dicobakan (r = 0.8, 0.9, 0.95 dan 0.98). E. Simpulan Hasil pengolahan data menggunakan pendekatan Bayes non hirarki ternyata sangat dipengaruhi oleh pemilihan prior â dan nilai awal σ 2. Perubahan nilai korelasi data pada matriks data dengan nilai n dan p tertentu berpengaruh terhadap nilai ketelitian pada semua Model. Secara umum pada Model I, II, III dan IV peningkatan nilai korelasi berpengaruh terhadap nilai ketelitian, dimana ketelitian

20 modelnya mempunyai kecenderungan menurun seiring dengan bertambahnya nilai korelasi. Pada Model I dan II, untuk semua n yang dicobakan, kenaikan jumlah peubah memberikan pengaruh perubahan terhadap nilai ketelitian tetapi perubahannya belum menunjukkan suatu pola. Untuk Model III dan IV kenaikan jumlah peubah untuk jumlah pengamatan yang sama cenderung menyebabkan nilai ketelitian semakin menurun. Khusus untuk korelasi antar peubah bebas tinggi, secara keseluruhan pendekatan Bayes hirarki memberikan hasil lebih baik dibandingkan pendekatan Bayes non hirarki. Model V sangat dipengaruhi oleh penetapan nilai awal σ 2 dan bentuk sebaran prior β. Besaran JKG yang diperoleh pada Model V relatif lebih tinggi dibandingkan dua model lainnya. Model VI tidak dipengaruhi oleh penetapan nilai awal. Pada Model VI penentuan sebaran prior β yang berbeda memberikan hasil JKG yang relatif sama dan RMSE yang sedikit berbeda, namun relatif lebih rendah dibandingkan dua model pendekatan lainnya. Model VII tidak dipengaruhi oleh penetapan nilai awal σ 2 dan penentuan sebaran prior â, namun hasil JKG yang diperoleh relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Model VI, dan RMSE yang diperoleh relatif lebih besar dibandingkan dengan Model VI. Sehingga bila diperbandingkan antara model V, VI dan VII maka Model VI bersifat robust dan menghasilkan nilai JKG dan RMSE yang lebih baik dibandingkan Model V dan dan Model VII. Berdasarkan beberapa kondisi diatas pendekatan Bayes hirarki lebih tepat digunakan dalam penyusunan model kalibrasi, dibandingkan jika menggunakan pendekatan Bayes non hirarki. Model VI merupakan model terbaik yang dapat digunakan untuk penyusunan model kalibrasi

DATA DAN METODE Sumber Data

DATA DAN METODE Sumber Data 14 DATA DAN METODE Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil simulasi dan data dari paket Mclust ver 3.4.8. Data simulasi dibuat dalam dua jumlah amatan yaitu 50 dan 150. Tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL Vania Mutiarani 1, Adi Setiawan, Hanna Arini Parhusip 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW, 3 Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Persamaan regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan matematis dari

Lebih terperinci

BAB III PEMAMPATAN DATA KELUARAN Fourier Tansform Infrared (FTIR) MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI TERPENGGAL (Segmented Regression)

BAB III PEMAMPATAN DATA KELUARAN Fourier Tansform Infrared (FTIR) MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI TERPENGGAL (Segmented Regression) n W B ˆ ( 1) + = nw (.) W adalah within sequence variance dan B adalah between sequence variance. Konvergensi diperoleh bila ˆ

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan nilai peubah bebas ke-p pada merupakan nilai koefisien peubah penjelas merupakan galat acak pengamatan ke-i.

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan nilai peubah bebas ke-p pada merupakan nilai koefisien peubah penjelas merupakan galat acak pengamatan ke-i. TINJAUAN PUSTAKA Model egresi Berganda egresi linier adalah persamaan matematika yang menggambarkan hubungan antara peubah respon y dan peubah bebas X X X2 Xp. Hubungan antara kedua peubah tersebut dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua peubah atau lebih (Draper dan Smith, 1992).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan interpretasi data. Statistika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan. TINJAUAN PUSTAKA Pencilan Aunuddin (1989) mendefinisikan pencilan sebagai nilai ektstrim yang menyimpang agak jauh dari kumpulan pengamatan lainnya, yang secara kasar berada pada jarak sejauh tiga atau

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER

MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER Etis Sunandi 1), Khairil A Notodiputro 2), Anik Djuraidah 2) 1) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu 2) Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN 4 karena adanya perbedaan satuan pengukuran antar peubah. 1.. Memastikan tidak adanya pencilan pada data dengan mengidentifikasi adanya pencilan pada data. Pengidentifikasian pencilan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN Karima Puspita Sari, Respatiwulan, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Model regresi zero-inflated

Lebih terperinci

MODEL PARTISIPASI PEMILIH MASYARAKAT KABUPATEN DHAMASRAYA PADA PEMILU 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BAYESIAN

MODEL PARTISIPASI PEMILIH MASYARAKAT KABUPATEN DHAMASRAYA PADA PEMILU 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BAYESIAN Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 128 133 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL PARTISIPASI PEMILIH MASYARAKAT KABUPATEN DHAMASRAYA PADA PEMILU 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO

MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO MANAJEMEN DATA PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA MAGRI HANDOKO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN MAGRI HANDOKO. Manajemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kalibrasi Ganda Regresi Kuadrat Terkecil Parsial ( Partial Least Squares/PLS) 1. Model PLS

TINJAUAN PUSTAKA Kalibrasi Ganda Regresi Kuadrat Terkecil Parsial ( Partial Least Squares/PLS) 1. Model PLS TINJAUAN PUSTAKA Kalibrasi Ganda Kalibrasi adalah suatu fungsi matematik dengan data empirik dan pengetahuan untuk menduga informasi pada Y yang tidak diketahui berdasarkan informasi pada X yang tersedia

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 18 26 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, metode statistika telah banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan keputusan / kebijakan.

Lebih terperinci

(DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN

(DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN (DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN Safaat Yulianto 1, Anik Djuraidah 2, Aji Hamim Wigena 2 1Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang 2Jurusan Statistika, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi, BAB II LANDASAN TEORI Beberapa teori yang diperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah regresi linear berganda, pengujian asumsi analisis regresi, metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi

Lebih terperinci

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased M. Adi Sidauruk, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Lampung E-mail:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KALIBRASI DENGAN PENDEKATAN BAYES (Kasus Tanaman Obat) ERFIANI

PENGEMBANGAN MODEL KALIBRASI DENGAN PENDEKATAN BAYES (Kasus Tanaman Obat) ERFIANI PENGEMBANGAN MODEL KALIBRASI DENGAN PENDEKATAN BAYES Kasus Tanaman Obat ERFIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 5 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN. dengan metode kemungkinan maksimum, tetapi terhadap

VI. PEMBAHASAN. dengan metode kemungkinan maksimum, tetapi terhadap 89 VI. PEMBAHASAN Pada analisis yang menggunakan pendekatan model acak satu faktor (model persamaan 4.1), metode kuadrat terkecil secara umum memberikan hasil dugaan yang berbeda dengan metode kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana memodelkan sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM 4 SIFA-SIFA SAISIK DAI EGESI KONINUM Abstrak Matriks pembobot W pada egresi Kontinum diperole dengan memaksimumkan fungsi kriteria umum ternata menimbulkan masala dari aspek statistika. Prinsip dari fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi lemak ikan (%) Kandungan zat aktif (absorban) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini, akan dilakukan pengidentifikasian multikolinieritas.

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. INJAUAN PUSAKA.1 Penduga Area Kecil Rao (003) mengemukakan bahwa suatu area disebut kecil apabila contoh yang diambil pada area tersebut tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan langsung dengan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton pada abad ke-19. Analisis regresi dengan satu peubah prediktor dan satu peubah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Linier Ganda Hubungan antara y dan X dalam model regresi linier umum adalah y = X ß + e () dengan y merupakan vektor pengamatan pada peubah respon (peubah tak bebas) berukuran

Lebih terperinci

Analisis Regresi Nonlinear (I)

Analisis Regresi Nonlinear (I) 9 Oktober 2013 Topik Inferensi dalam Regresi Nonlinear Contoh Kasus Regresi linear berganda secara umum sesuai untuk kebanyakan kasus. Namun, banyak kasus peubah respons dan bebas berhubungan melalui fungsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Linear Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai berikut : Y i = β 0 + X i1 β 1 + X i2 β 2 + + X ip β p +ε i ; i = 1,2,, n bila dirinci

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN : PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1)

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1) Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi S-28 Bertho Tantular 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD berthotantular@gmail.com Abstrak Secara umum model

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL DENGAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA BAYESIAN

ESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL DENGAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA BAYESIAN ESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL DENGAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA BAYESIAN Vania Mutiarani a, Adi Setiawan b, Hanna Arini Parhusip c a Program Studi Matematika FSM UKSW Jl. Diponegoro 52-6

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Areal Kerja perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 3.2 Alat dan bahan

Lebih terperinci

PENDEKATAN WINSOR PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN MURIH PUSPARUM

PENDEKATAN WINSOR PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN MURIH PUSPARUM PENDEKATAN WINSOR PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN MURIH PUSPARUM DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bebas digunakan jarak euclidean - sedangkan bila terdapat. korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis - -

TINJAUAN PUSTAKA. bebas digunakan jarak euclidean - sedangkan bila terdapat. korelasi antar peubah digunakan jarak mahalanobis - - 3 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan salah satu metode analisis peubah ganda yang bertujuan untuk mengelompokkan objek kedalam kelompok kelompok tertentu yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 168 176 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN PENDUGA ORDINARY LEAST SQUARES (OLS) DAN GENERALIZED LEAST SQUARES (GLS) PADA MODEL REGRESI

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Ari Shobri B 1), Septiadi Padmadisastra 2), Sri Winarni 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi Orang Cerdas Belajar Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Perkuliahan Silabus Tujuan Peubah bebas dan terikat, konsep relation, model regresi linier, penaksir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen 4 TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen (1989). Namun demikian sebagian besar penerapannya menggunakan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 86 95 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA MENGGUNAKAN REGRESI AKAR CIRI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencilan Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan yang bervariasi (beragam). Keberagaman data ini, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Sri Siska Wirdaniyati 1), Edy Widodo ) 1) Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES

PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES Bertho Tantular 1 S-1 1 Jurusan Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran 1 bertho@unpad.ac.id Abstrak Data yang diperoleh dari pengukuran berulang

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 53 61 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA OLIVIA ATINRI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah respon Y yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Bab ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar yang akan

BAB II KAJIAN TEORI. Bab ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar yang akan 5 BAB II KAJIAN TEORI Bab ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar yang akan digunakan sebagai landasan pembahasan mengenai model Seemingly Unrelated Regression (SUR). Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. BAB II KAJIAN TEORI A. Matriks 1. Definisi Matriks Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Howard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara dua variabel yang terdiri dari variabel tak bebas (Y ) dengan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara dua variabel yang terdiri dari variabel tak bebas (Y ) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi adalah metode statistika yang paling sering digunakan dalam segala bidang ilmu pengetahuan, analisis ini bertujuan untuk memodelkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Pada umumnya analisis regresi

Lebih terperinci

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL Rancangan Petak Terpisah dalam RAL KULIAH 11 PERANCANGAN PERCOBAAN (STK222) rahmaanisa@apps.ipb.ac.id Latar Belakang Sejarah : Rancangan ini awalnya berkembang pada bidang pertanian (Montgomery, 1997;

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau

Lebih terperinci

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS 5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS Pendahuluan Pada model VARX hubungan peubah penjelas dengan peubah respon bersifat parametrik. Stone (1985) mengemukakan pemodelan yang bersifat fleksibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Analisis regresi merupakan salah satu metode analisis dalam statistika yang sangat familiar bagi kalangan akademis dan pekerja. Analisis regresi dapat

Lebih terperinci

PEMODELAN OTENTIKASI KOMPOSISI FITOFARMAKA TENSIGARD MENGGUNAKAN REGRESI KOMPONEN UTAMA MEYLINDA PUSRIANITA SARI

PEMODELAN OTENTIKASI KOMPOSISI FITOFARMAKA TENSIGARD MENGGUNAKAN REGRESI KOMPONEN UTAMA MEYLINDA PUSRIANITA SARI PEMODELAN OTENTIKASI KOMPOSISI FITOFARMAKA TENSIGARD MENGGUNAKAN REGRESI KOMPONEN UTAMA MEYLINDA PUSRIANITA SARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari buku referensi karya ilmiah. Karya ilmiah yang digunakan adalah hasil penelitian serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian pertama bab ini diberikan tinjauan pustaka yang berisi penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini Pada bagian kedua bab ini diberikan teori penunjang yang berisi

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Simulasi Plot pencaran titik data antara peubah respon dengan peubah penjelas dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar tersebut mengungkapkan bahwa secara keseluruhan pola

Lebih terperinci

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi

Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi Statistika, Vol. No., Mei Pendugaan Selang Kepercayaan Persentil Bootstrap Nonparametrik untuk Parameter Regresi MARZUKI, HIZIR SOFYAN, ASEP RUSYANA Jurusan Matematika FMIPA Universitas Syiah Kuala Jl.

Lebih terperinci

OLEH : WIJAYA. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009

OLEH : WIJAYA.   FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 I. ANALISIS REGRESI 1. 2. Regresi Linear : Regresi Linear Sederhana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

REGRESI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani /

REGRESI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani    / REGRESI LINIER BERGANDA 9 Debrina Puspita Andriani E-mail : debrina.ub@gmail.com / debrina@ub.ac.id Outline 03//04 Regresi Berganda : PENGERTIAN 3 Menguji hubungan linier antara variabel dependen (y) dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA. Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah

BAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA. Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah BAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah dijelaskan pada Bab II dan Bab III pada suatu model pergerakan harga saham pada Bab II. Pada akhir bab

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. sєs (S ruang sampel) dengan sebuah bilangan real. Salah satu peubah acak adalah

II. LANDASAN TEORI. sєs (S ruang sampel) dengan sebuah bilangan real. Salah satu peubah acak adalah II. LANDASAN TEORI Peubah acak X(s) merupakan sebuah fungsi X yang menetapkan setiap anggota sєs (S ruang sampel) dengan sebuah bilangan real. Salah satu peubah acak adalah peubah acak diskrit, yaitu banyaknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel 43 III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teori statistika telah mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Hal ini disebabkan statistika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berperan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan September).

Lebih terperinci

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN sudut pada langkah sehingga diperoleh (α i, x i ).. Mentransformasi x i ke jarak sebenarnya melalui informasi jarak pada peta.. Melakukan analisis korelasi linier sirkular antara x dan α untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regresi Regresi adalah suatu studi statistik untuk menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan. Salah satu variabel merupakan variabel

Lebih terperinci

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 163-168. METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Dekriptif Analisis deskripsi merupakan teknik eksplorasi data untuk melihat pola data secara umum. Dari data TIMSS 7 rata-rata capaian matematika siswa Indonesia sebesar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

Oleh : Fuji Rahayu W ( )

Oleh : Fuji Rahayu W ( ) Oleh : Fuji Rahayu W (1208 100 043) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012 Indonesia sebagai negara maritim Penduduk Indonesia

Lebih terperinci

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan. Tabel Hasil pendugaan model pengaruh tetap dengan Y sebagai peubah respon dan X, X dan X sebagai C -. 00 X -5 0.50 X.05 00 X 00 R 0.6 Adjusted R 0.6 Hasil pendugaan model data panel dengan Y sebagai peubah

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Rancangan lingkungan: Rancangan Acak Lengkap (RAL), (RAK) dan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), Lattice. Ade Setiawan 009 RAL Ade Setiawan 009 Latar Belakang RAK 3 Perlakuan Sama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Analisis Data 2.1.1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Analisis regresi berguna dalam menelaah hubungan antara sepasang peubah atau lebih, dan terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui sempurna sehingga

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 menerangkan konsep chi square. Kegiatan Belajar 2 menerangkan uji kepatutan (goodness of fit). Kegiatan Belajar 3 menerangkan tes

Kegiatan Belajar 1 menerangkan konsep chi square. Kegiatan Belajar 2 menerangkan uji kepatutan (goodness of fit). Kegiatan Belajar 3 menerangkan tes ix S Tinjauan Mata Kuliah tatistika merupakan ilmu yang sangat diperlukan di segala bidang. Kegunaannya untuk memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan analisis kuantitatif. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Riset kepustakaan Kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan

Lebih terperinci

ANALISIS ESTIMASI PARAMETER REGRESI KUANTIL DENGAN METODE BOOTSTRAP

ANALISIS ESTIMASI PARAMETER REGRESI KUANTIL DENGAN METODE BOOTSTRAP Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 125 130 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS ESTIMASI PARAMETER REGRESI KUANTIL DENGAN METODE BOOTSTRAP MESI OKTAFIA, FERRA YANUAR, MAIYASTRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) =

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) = BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya dihubungkan atau dijelaskan dengan lebih dari satu variabel bebas,,, dengan syarat

Lebih terperinci