Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt%
|
|
- Harjanti Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Pada pembuatan nanofiber Poly(ethylene oxide)(peo)/tio 2, ada beberapa proses yang harus dilewati. Proses pertama yang dilakukan melakukan fabrikasi nanofiber PEO 5 wt% yang bertujuan untuk mengetahui electrospinability nanofiber, selanjutnya persentase larutan yang telah ditetapkan sebelumnya dicampurkan dengan TiO 2 untuk menghasilkan larutan PEO/TiO 2 dan dielektrospinning menjadi nanofiber TiO 2. Setelah dilakukan bebrapa pengujian terhadap nanofiber PEO/TiO 2, dari data hasil pengujian diolah menjadi hasil yang dibahas pada bab ini Proses fabrikasi nanofiber PEO Hasil elektrospinning nanofiber PEO 5 wt% diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 20 kali. Dari hasil mikroskop didapatkan citra pada Gambar 5.1 yang menunjukkan larutan PEO 5 wt% dapat dielektrospinning dan tidak mengandung beads. Selanjutnya nanofiber PEO dikarakterisasi menggunakan SEM dan FTIR. Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt% 32
2 Distribusi Diameter (nm) Gambar 5.2 SEM nanofiber PEO 5% wt Hasil SEM nanofiber PEO 5 wt% (Gambar 5.2) menunjukkan fiber yang dihasilkan mempunyai ukuran yang sangat beragam. Pengukuran diameter dari hasil SEM menunjukkan distribusi diameter fiber berkisar dari nm dan diameter fiber rata-rata nya sebesar 0,3±0,1 µm. Grafik yang terbentuk tersebut dijadikan fungsi Gaussian. Bentuk fiber yang dihasilkan memiliki ketidakseragaman diameter. Fiber yang dihasilkan secara keseluruhan memiliki bentuk nonwoven dan memiliki fiber nanonet di beberapa titik. Diameter rata-rata diperoleh dari seluruh rata-rata dibagi jumlah data dan ketidakpastian diameternya diperoleh dari FWHM Gaussian Proses fabrikasi nanofiber PEO/TiO 2 Larutan PEO 5 wt% diicampurkan dengan TiO 2. Perbandingan massa PEO/TiO 2 yang digunakan adalah 1:1, 2:1, 3:1 dan 4:1. Proses pencampuran larutan dengan memanaskan alkohol 96% di atas hotplate stirrer pada suhu 40 ºC selama kurang lebih 10 menit, setelah sepuluh menit bubuk PEO dan TiO 2 dimasukkan dan diaduk dengan kecepatan 900 rpm pada suhu 40º C selama 3 jam. Setelah proses pengadukan, akan terbentuk larutan PEO/TiO 2 yang berwarna putih susu yang diakibatkan adanya bubuk TiO 2. Untuk menghomogenkan TiO 2 tersebar rata, larutan disonikasi menggunakan sonikator selama 1 jam. Selanjutnya larutan PEO/TiO 2 dielekstrospinning dengan tegangan 12 kv. Pada proses elektrospinning yang telah dilakukan, ketika nanofiber terbentuk di 33
3 atas kolektor atau pada saat larutan yang tertarik dari tip ke kolektor, tarikan ini menimbulkan bunyi desis. Ketika larutan dielektrospinning pada tegangan 9 kv larutan tidak sepenuhnya tertarik menuju kolektor. Pada tegangan 15 kv elektrospinnig larutan tidak keluar secara lancar/tersendat. Nanofiber hasil elektrospinning memiliki bentuk tipis seperti tisu Morfologi nanofiber PEO/TiO 2 Setelah proses elektrospinning dan nanofiber terbentuk, kemudian nanofiber karakterisasi menggunakan SEM dan EDX di Laboratorium Universitas Negeri Malang dengan perbesaran kali. Hasil SEM menyajikan bentuk permukaan nanofiber dan pada hasil EDS terlihat gumpalan-gumpalan TiO 2 yang terbentuk sekaligus nilai konsentrasi TiO 2 dalam fiber. Dari pencitraan SEM dapat diukur diameter nanofiber menggunakan program ImageJ yang selanjutnya dihitung diameter rata-rata dari distribusi 100 titik pengukuran diameter. Citra SEM (Gambar 5.3 (a)) yang dihasilkan oleh nanofiber PEO/TiO 2 dengan perbandingan 1:1 memiliki ukuran fiber yang tidak seragam berdiameter rata-rata 0,4±0,1 µm (nanometer). Banyak sekali gumpalan dan nanonet yang terbentuk pada beberapa titik dalam fiber. Gumpalan-gumpalan ini adalah TiO 2 (Gambar 5.3 (c)). Dari tabel pada Gambar 5.3(d), kadar massa Ti sebesar 43,82 %. Konsentrasi TiO 2 saat pencampuran dengan PEO memiliki perbandingan 1:1, hal ini berarti konsentrasi massa TiO 2 sebesar 50% dari total konsentrasi PEO dan TiO 2. Nilai awal yaitu 50% dibandingkan 43,82% dari hasil spektroskopi EDS tidaklah jauh berbeda. Dari tabel (Gambar 5.3 (d)) terdapat presentase C dan O masing-masing sebesar 23,94% dan 32,23%. PEO merupakan polimer yang mempunyai elemen C dan O. Persentase O dalam tabel (Gambar 5.3 (d)(f)) merupakan gabungan O dari PEO dan TiO 2. Pada Gambar 5.3 (e), hasil EDX menunjukkan bukti bahwa gumpalan pada nanofiber merupakan TiO 2 yang agglomerasi yang dijelaskan pada tabel disampingnya. Dari tabel (Gambar 5.3 (f)) gumpalan bertanda merah memiliki Ti 47,38% dan sisanya adalah C dan O. 34
4 Distribusi a b Diameter (nm) c d CK OK TiK e f CK OK TiK Gambar 5.3 (a) SEM, (b) Distribusi diameter, (c) EDS keseluruhan, (d) Tabel hasil EDS keseluruhan, (e) EDS suatu titik, dan (f) EDS suatu titik nanofiber PEO/TiO 2 1: 1 SEM (Gambar 5.4 (a)) yang dihasilkan oleh nanofiber PEO/TiO 2 2:1 juga memiliki ukuran fiber yang tidak seragam, tampak ada fiber yang berukuran 35
5 sangat besar dan juga ada fiber yang kecil, pada fibernya juga terbentuk nanonet pada beberapa titik. Ketika proses elektrospinning pelarut akan menguap ketika menuju kolektor yang menyebabkan ukuran dan bentuk nanofiber menyusut. Gumpalan TiO 2 yang ada dalam fiber ini tidak sebanyak dalam nanofiber dengan konsentrasi PEO lebih sedikit. Dari grafik distribusi diameter nanofiber, diameter nanofiber dengan rentang 132 hingga 1000 nm. Hasil perhitungan menggunakan fungsi Gaussian didapatkan diameter rata-rata fiber sebesar 0,3±0,1 µm. Dalam nanofiber PEO/TiO 2 dengan perbandingan 2:1, konsentrasi awal PEO berbanding TiO 2 adalah kurang lebih 66,67% : 33,33%. Pada tabel (Gambar 5.4 (d)) dibawah ini ditunjukkan konsentrasi Ti sebesar 31,33%. Jumlah TiO 2 di awal dengan Ti dari hasil spektroskopi tidaklah berbeda jauh. Dari tabel (Gambar 5.4 (d)) terdapat presentase C dan O masing masing sebesar 33,57% dan 35,10%. PEO merupakan polimer yang mempunyai elemen C dan O. Persentase O dalam tabel merupakan gabungan O dari PEO dan TiO 2. Penambahan TiO 2 di dalam larutan PEO/TiO 2 menyebabkan peningkatan konduktivitas larutan. 36
6 Distribusi a b Diameter (nm) c d CK OK TiK e f CK OK TiK Gambar 5.4 (a) SEM, (b) Distribusi Diameter, dan (c) EDS keseluruhan, (d) Tabel EDS keseluruhan, (e) EDS suatu titik, dan (f) Tabel EDS suatu titik nanofiber PEO/TiO 2 2:1 Perbedaan ukuran nanofiber yang sangat besar, dimungkinkan karena fiber yang berukuran kecil berasal dari permukaan larutan jet yang tidak stabil sehingga 37
7 mengeluarkan jet kecil (cabang). Nanofiber PEO/TiO 2 3:1 (Gambar 5.5 (a)) memiliki distribusi ukuran nm, rentang ini sangat besar, yang berarti ukurannya lebih beragam dari nanofiber PEO/TiO 2 1:1 dan 2:1 yang memiliki rentang nm. Dari hasil perhitungan besar diameter rata-rata nanofibernya adalah 0,3±0,1 µm. Dalam nanofiber PEO/TiO 2 dengan perbandingan 3:1, persentase TiO 2 sebesar 25% dari total massa PEO dan TiO 2. Dalam tabel (Gambar 5.5 (d)), massa Ti sebesar 23,19%, persentase ini tidak berbeda jauh dengan persentase massa awal TiO 2 sebesar 25%. Tabel (Gambar 5.5 (d)) menunjukkan presentase C dan O masing masing sebesar 39,58% dan 37,23%. PEO merupakan polimer yang mempunyai elemen C dan O. Presentase O dalam tabel (Gambar 5.5 (d)(f)) merupakan gabungan O dari PEO dan TiO 2. 38
8 Distribusi a b Diameter (nm) c d CK OK TiK e f CK OK TiK Gambar 5.5 (a) SEM, (b) Distribusi Diameter, (c) EDS keseluruhan, (d) Tabel EDS keseluruhan, (e) EDS satu titik, dan (f) Tabel EDS suatu titik nanofiber PEO/TiO 2 3:1 39
9 Distribusi a b Diameter (nm) c d CK OK TiK e f CK OK TiK Gambar 5.6 (a) SEM, (b) Distrusi Diameter, (c) EDS keseluruhan, (d) Tabel EDS keseluruhan, (e) EDS satu titik, dan (f) Tabel EDS suatu titik nanofiber PEO/TiO 2 4:1 40
10 Diameter Sama halnya dengan bentuk nanofiber sebelumnya, nanofiber memiliki bentuk yang hampir sama namun memiliki konsenrasi yang lebih rendah. Terlihat dari hasil SEM (Gambar 5.6 (a)), gumpalan di titik tertentu hanya berkisar lima gumpalan yang juga diunjukkan pada hasil EDS. Pada tabel hasil EDS (Gambar 5.6 (d)), nilai konsentrasi menunjukkan 17,95% TiO 2 sedangkan dari persentase massa awal TiO 2 sebesar 20%. Perbandingan nilai tersebut tidak terlalu signifikan mengingat TiO 2 merupakan gabungan senyawa Ti dan O. Diameter fiber yang dihasilkan memiliki jangkauan dari 150 hingga 600 nm dan diameter rata-ratanya sebesar 0,3±0,1 nm. Terdapat juga nanonet walaupun dalam jumlah yang kecil. Dari tabel (Gambar 5.6 (d)) terdapat presentase C dan O masing masing sebesar 44,21% dan 37,84%. PEO merupakan polimer yang mempunyai elemen C dan O. Presentase O dalam tabel (Gambar 5.6 (d)(f)) merupakan gabungan O dari PEO dan TiO PEO 5% PEO/TiO2 1:1 PEO/TiO2 2:1 PEO/TiO2 3:1 PEO/TiO2 4:1 Jenis Nanofiber Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Diameter rata-rata nanofiber PEO dan PEO/TiO 2 41
11 Pada Gambar 5.7, grafik diameter kelima nanofiber tidak jauh berbeda. Penambahan konsentrasi TiO 2 tidak mempengaruhi besar diameter nanofiber, perubahannya hanya terdapat dalam jumlah gumpalan nanofibernya Ikatan molekul Spektroskopi FTIR digunakan untuk menentukan ikatan molekul yang terjadi di dalam nanofiber. Pada hasil FTIR akan tampak nilai panjang gelombang dan intensitas dimana terjadinya ikatan tersebut. Hasil spektroskopi FTIR ini akan digunakan untuk membandingkan gugus penyusun kimia nanofiber dengan bahan penyusunnya. Hasil grafik FTIR keenam sampel sebagai berikut: Gambar 5.8 Grafik panjang gelombang FTIR Puncak karakteristik Ti terletak pada cm -1 (NIST, 1970) memiliki intensitas yang cukup tinggi. PEO memiliki ikatan C-C, C-H dan C-O dan ethanol memiliki ikatan C-H, C-C, C-O dan O-H. Ikatan O-H pada semua nanofiber 42
12 memiliki intensitas yang lemah karena sebagian alkohol telah menguap mengingat titik didih alkohol hanya sekitar 78,29 ºC. Tabel 5.1 Beberapa jenis ikaan gugus fungsi hasil spekroskopi FIR Gugus Fungsi Bubuk PEO Nanofiber PEO dan PEO/TiO2 PEO 5% 1:1 2:1 3:1 4:1 Jenis Jenis Vibrasi Senyawa O-H , , , , ,99 Alkohol Sedang C-O 1103, , , , , ,57 Alkohol Tajam C-H 2893, , , , , ,79 Alkana Sedang/tajam C-C 1280, , , , , ,73 Alkana Tajam 5.5. Agglomerasi dan dispersi TiO 2 TiO 2 powder anatase yang dipakai dalam penelitian ini memiliki ukuran nano yakni <25 nm. Berbeda dengan partikel yang berukuran besar, partikel berukuran nano memiliki permukaan partikel yang lebih luas. Karena itu reaksi partikel nano terhadap sesuatu jauh lebih besar daripada partikel besar. Partikel nano memiliki dorongan untuk membentuk agglomerasi, agglomerasi merupakan penggumpalan partikel nano sehingga partikel-prtikel tersebut membentuk suatu gumpalan tak beraturan yang disebabkan interaksi antar partikelnya. Luas permukaan partikel agglomerasi berkurang dari jumlah luas permukaan partikel-partikel penyusunnya. Pada kasus agglomerasi TiO 2, partikel dengan ukuran <25 nm dapat membentuk agglomerasi hingga 2,5 µm. Namun, untuk mengetahui bentuk pasti agglomerasi partikel dan partikel-partikel penyusun didalamnya harus dilakukan analisa TEM. Hasil elektrospinning nanofiber PEO/TiO 2 menunjukkan nanoparikel TiO 2 tidak terdispersi sempurna oleh PEO. Dalam kasus ini PEO tidak berhasil mendispersikan nanopartikel TiO 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fouda, et al. tahun 2012, PEO dicampurkan dengan nanopartikel AgNPs dan dielektrospinning. Namun, sebelum dicampurkan kedalam PEO, nanopartikel 43
13 AgNPs ditanamkan kedalam Carboxymethyl Chiosan (CMCTS). Penambahan CMCTS tersebut bertujuan sebagai agen pereduksi dan stabilisator nanopartikel AgNPs (Fouda, et al.2012). Ketika AgNPs ditambahkan kedalam PEO, konduktivitas larutan akan bertambah sehingga menyebabkan diameter nanofiber yang dihasilkan lebih kecil dibanding nanofiber PEO sendiri (Sheikh et al., 2010).Dari beberapa refrensi di atas diambil kesimpulan bahwa PEO tidak sepenuhnya dapat mendispersikan nanopartikel tanpa adanya agen stabilisator. 44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi minyak bumi yang berlebihan dan kebutuhan akan energi menciptakan masalah baru bagi keberlangsungan bumi, terutama makhluk hidup yang bergantung padanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan
6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciGambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan
Lebih terperinciTabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)
22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat
Lebih terperinciUji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar
dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik
Lebih terperinciElektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning
Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Ardi Riski Saputra*, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciSintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction
Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), Karakterisasi FTIR dan Karakterisasi UV-Vis dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel logam merupakan material dengan ukuran yang sangat kecil yaitu berkisar antara 10 nm sampai 1 µm. Hal tersebut menyebabkan tingginya rasio luas permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri baterai merupakan salah satu sektor industri yang penting dan sangat strategis. Berbagai industri lain memanfaatkan baterai sebagai sumber tegangan. Industri
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Bahan penelitian yang digunaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. PVA gohsenol (polyvinyl alcohol). 2. Aquades. 3. Nano emulsi kitosan ukuran
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam pembuatan material dan struktur fungsional maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah, et al., 2008). Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)
10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan
Lebih terperinci3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis
7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi berkembang tidak dapat terlepas dari Ilmu pengetahuan. Teknologi sendiri merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk menyediakan barang maupun jasa yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanofiber merupakan fiber (serat) berukuran submikron hingga skala nanometer. Sebagai bidang riset yang baru, teknologi nanofiber memiliki potensi aplikasi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Saat ini nanomaterial seperti nanotubes, nanowires, nanofibers, dan nanobelts banyak mendapatkan perhatian karena nanomaterial tersebut dapat diaplikasikan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dengan kualitas udara yang terkontaminasi oleh zat-zat tertentu, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN
29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas
Lebih terperinciJudul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat
Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material yang diubah ke dalam skala nanometer tidak hanya meningkatkan sifat alaminya, tetapi juga memunculkan sifat baru (Wang et al., 2009). Nanofiber yang memiliki
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciFABRIKASI NANOFIBER GELATIN DENGAN METODE ELECTROSPINING DAN EFEK PENAMBAHAN ETHYLENE GLYCOL PADA MORFOLOGINYA
FABRIKASI NANOFIBER GELATIN DENGAN METODE ELECTROSPINING DAN EFEK PENAMBAHAN ETHYLENE GLYCOL PADA MORFOLOGINYA Elly Indahwati Teknik Elektro Universitas Hasyim Asy ari, E-mail: elly_indahwati@ymail.com
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI
BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Instrumentasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Membran Polimer Elektrolit Nanokomposit untuk Aplikasi Baterai Ion- Litium BAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alat yang digunakan: a. Pembuatan Larutan Membran Elektrolit 1. Gelas Beaker 2. Pengaduk merkuri 3. Sendok 4. Gelas arlogi 5. Kaca lembaran ukuran 15
Lebih terperinciDisusun Oleh : ALIF NUR WIDODO
PENGARUH KONSENTRASI ALOE VERA TERHADAP SIFAT TARIK MEMBRAN SERAT NANO POLIVINIL ALKOHOL (PVA)/ALOE VERA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh STEFANI KRISTA BP : 0910412029 JURUSAN S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium, dimana secara garis besar terdiri dari 3 tahap : 1. Tahap 1 yaitu mempersiapkan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang
Lebih terperinciPengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan
Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan Disusun oleh: Veny Rachmawati NRP. 3309 100 035 Dosen Pembimbing: Alia Damayanti,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciREAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1
REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim
Lebih terperinciBAB IV DATA HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1. PENGAMATAN VISUAL bab ini. Data hasil proses anodisasi dengan variabel pada penelitian ini terurai pada Gambar 4.1. Foto permukaan sampel sebelum dianodisasi (a) (b) (c)
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciBAB 3 Sifat mekanis Campuran Termoplastik HDPE /Nano Partikel ASP(ASP)
BAB 3 Sifat mekanis Campuran Termoplastik HDPE /Nano Partikel ASP(ASP) a b Gambar.3.1 a, ASP(ASP) b. HDPE c, PE-g-MA c Sifat mekanis nano komposit HDPE, Eva M.Ginting 31 Proses Pemurnian dan Pembuatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Pola Spektrum
konsentrasi. Konsentrasi kafein terbagi menjadi 6 konsentrasi, sehingga dari masing-masing komponen diperoleh 24 kombinasi konsentrasi. c. Campuran senyawa tiga komponen, yaitu Vitamin B1, Vitamin B6,
Lebih terperinciSINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM
SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM Oleh: Ella Agustin Dwi Kiswanti/1110100009 Dosen Pembimbing: Prof. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pori
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas
III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan Kadar Air Pada pengukuran inframerah dari pelumas ini bertujuan untuk membandingkan hasil spektra IR dari pelumas yang bebas air dengan pelumas yang diduga memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinciPembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami
Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polimer saat ini telah berkembang sangat pesat. Berbagai aplikasi polimer ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang yang sudah mengenal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized
Lebih terperinci= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij
5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,
Lebih terperinci