BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT QN JAKARTA)

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT TUNAS ESA MANDIRI SEJAHTERA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

Mentoring Perpajakan 1. PT ABC memiliki rincian aset tetap pada tahun 2014 sebagai berikut: Biaya Perolehan

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan. Hal ini sering menjadi permasalahan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal. Pengetahuan atas ketentuan pajak yang benar sangat diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan tersebut Wajib Pajak dapat melakukan kewajiban pajaknya dengan benar bahkan bila dipelajari secara rinci Wajib Pajak dapat memanfaatkan peluang dalam peraturan perpajakan tersebut untuk menghemat pengeluaran untuk pajak tanpa melanggar peraturan perpajakan tersebut. Di dalam laporan rekonsiliasi laba rugi fiskal PT QN ditemukan beberapa koreksi positif yang menyebabkan bertambahnya laba perusahaan sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah Pajak Penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan. Selama ini PT QN belum pernah menerapkan perencanaan Pajak Penghasilan Badan pada perusahaannya sehingga ada beberapa koreksi fiskal atas biaya komersial yang harusnya bisa dihindari tetapi tidak dilakukan. Selain itu, ada beberapa peraturan perpajakan yang terlewatkan sehingga dapat menyebabkan adanya sanksi di kemudian hari apabila dilakukan pemeriksaan. Sebelum dilakukan koreksi fiskal, perlu dilakukan analisis terhadap akunakun yang termasuk dalam objek pajak penghasilan dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh PT QN. Beberapa biaya yang secara umum dikeluarkan oleh PT QN selama tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sebagai berikut: 49

1. Biaya gaji karyawan. Perusahaan memberikan gaji kepada karyawan sesuai dengan golongan dan jabatan masing-masing karyawan. Gaji diberikan kepada setiap karyawan setiap akhir bulan. THR diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya setahun sekali. Perusahaan menanggung seluruh PPh 21 atas gaji karyawan dalam bentuk tunjangan PPh 21. 2. Biaya Entertainment. Perusahaan mengeluarkan biaya entertainment untuk melancarkan kepentingan bisnisnya dengan menjamu kolega dan partner bisnis PT QN. Kegiatan entertainment ini dilakukan oleh pimpinan perusahaan dan bagian marketing yang bekerja pada PT QN. 3. Biaya listrik. Biaya listrik dikeluarkan perusahaan untuk membiayai pemakaian listrik setiap bulannya untuk kegiatan operasional perusahaan. 4. Biaya telekomunikasi dan internet. Perusahaan mengeluarkan biaya telepon, faksimili, internet, dan pulsa handphone dalam rangka kegiatan operasional perusahaan. Biaya pengisian pulsa telepon selular diberikan perusahaan untuk pegawai yang memiliki jabatan tertentu. 5. Biaya sewa. Biaya ini dikeluarkan untuk menyewa gedung berupa ruko berlantai tiga yang digunakan untuk produksi software dan kantor. 50

6. Biaya iuran keamanan dan kebersihan. Perusahaan mengeluarkan biaya keamanan kepada RT/RW setempat untuk menjaga kantor dan biaya kebersihan untuk membersihkan bagian dalam dan luar kantor. 7. Biaya pemeliharaan dan perbaikan. Perusahaan mengeluarkan biaya pemelihaaran dan perbaikan untuk biaya pemeliharaan kantor, perawatan peralatan kantor seperti AC, komputer, meja dan kursi, dan lain-lain. Untuk biaya pemeliharaan ini biasanya perusahaan menggunakan jasa dari pihak lain. 8. Biaya keperluan kantor. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli air minum untuk semua karyawan, perlengkapan kebersihan, pewangi ruangan dan perlengkapan dan alat tulis kantor, seperti kertas, tinta, dan lain-lain. Untuk setiap pengeluaran atas keperluan kantor memiliki dokumen pendukung seperti bon pembelian. 9. Biaya transportasi. Biaya dikeluarkan perusahaan untuk pembelian bensin, pembayaran tol dan biaya parkir sehubungan dengan operasi perusahaan, seperti membeli alatalat pendukung software, menemui klien di luar kantor, mengantar pesanan pelanggan, dan biaya operasional kendaraan kantor. 10. Biaya pos dan meterai. Biaya yang digunakan perusahaan untuk mengirim produk, surat dan faktur melalui ekspedisi. 51

11. Biaya administrasi bank Biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai transaksi yang dilakukan di bank setiap bulannya seperti biaya administrasi bulanan bank, pembayaran cek, biaya transfer dan biaya kliring. 12. Biaya iklan dan promosi. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasang biaya iklan untuk mencari karyawan baru bagi perusahaan. 13. Biaya pemasaran. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan produk dan jasa PT QN kepada klien. Biaya ini juga termasuk biaya perjalanan dinas dan biaya sewa tempat di pameran-pameran untuk memasarkan produk mereka. 14. Biaya penyusutan. Biaya penyusutan dikeluarkan perusahaan untuk biaya penyusutan inventaris kantor. Setiap inventaris yang dimiliki perusahaan memiliki biaya penyusutan yang dihitung dengan metode garis lurus. 52

IV.2 Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi dari Hasil Analisis Biaya Didalam akuntansi komersil semua biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan dapat dijadikan pengurang penghasilan sehingga laba menjadi kecil dan pembayaran pajak juga menjadi lebih rendah. Tetapi berbeda dengan Undang-Undang Perpajakan, tidak semua biaya dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto sehingga untuk memperoleh laba fiskal dalam menghitung Pajak Penghasilan Badan, maka laporan keuangan komesial perusahaan harus dikoreksi terlebih dahulu sehingga menghasilkan laporan keuangan fiskal yang dijadikan dasar perhitungan laba fiskal. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap. Terdapat 2 macam koreksi fiskal yaitu koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi fiskal positif merupakan koreksi fiskal yang dilakukan akan mengakibatkan pengurangan biaya yang telah diakui dalam laporan keuangan komersial sehingga menyebabkan bertambahnya penghasilan kena pajak. Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi fiskal yang dilakukan akan mengakibatkan penambahan biaya yang akan diakui dalam laporan keuangan komersial sehingga menyebabkan berkurangnya penghasilan kena pajak. Berdasarkan analisis biaya- biaya yang ada di PT QN maka terdapat koreksi fiskal untuk tahun 2008, 2009, dan 2010 adalah sebagai berikut: 53

Tabel IV.1 Koreksi Fiskal terhadap Laporan Laba Rugi dari Hasil Analisis Biaya tahun 2008 PT QN LAPORAN PERHITUNGAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008 (Dalam Rupiah) Keterangan Komersial Koreksi Perusahaan Laporan Fiskal Perusahaan Analisis Penulis Penulis Penjualan 2,191,898,623 2,191,898,623 2,191,898,623 Harga Pokok Penjualan (2,094,849,813) (2,094,849,813) (2,094,849,813) Laba Kotor 97,048,810 97,048,810 97,048,810 Beban Operasi: Gaji Karyawan (80,122,600) (193,300) (80,315,900) (80,315,900) Keperluan Kantor (650,000) (650,000) (2,635,000) (3,285,000) Listrik (4,452,092) (4,452,092) (4,452,092) Pemeliharaan & Perbaikan (5,416,000) (5,416,000) (5,416,000) Telepon (1,699,678) (1,699,678) (1,699,678) Transportasi (6,732,000) (6,732,000) (6,732,000) Penyusutan - (4,634,689) (4,634,689) 76,095 (4,558,594) Sewa (18,108,993) (18,108,993) (18,108,993) Pos dan Materai (63,000) (63,000) (63,000) Administrasi Bank (1,033,462) (1,033,462) (1,033,462) Keamanan dan Kebersihan (443,370) (443,370) 443,370 - Lain-lain (14,955) 14,955 - - Jumlah Beban (118,736,150) (123,549,184) (125,664,710) Operasional Laba (Rugi) Operasi (21,687,340) (26,500,374) (28,615,900) Pendapatan Lain-Lain: Jasa Giro 415,289 (415,289) - - Selisih Kurs 75,027,528 75,027,528 75,027,528 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-Lain 75,442,818 75,027,528 75,027,528 Laba Bersih Sebelum Pajak 53,755,478 48,527,155 46,411,629 PPh tahun 2008* 5,563,250 4,852,700 4,641,100 Laba setelah Pajak Penghasilan 48,192,228 43,674,455 41,770,529 54

Tabel IV.2 Perhitungan Pajak Terutang tahun 2008 Sebelum Analisis Sesudah Analisis Selisih Laba Sebelum Pajak 48,527,155 46,411,629 2,115,526 PPh Badan: 10% x Rp 48.527.000,- 4,852,700 10% x Rp 46.411.000 4,641,100 Total Pajak Terutang 4,852,700 4,641,100 211,600 Angsuran PPh: (14% x Rp 48.527.000)/12 566,100 (14% x Rp 46.411.000)/12 541,400 Dari hasil koreksi perusahaan dan analisis dari penulis, pada tahun 2008 perusahaan memperoleh laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 48.527.155,- dengan pajak penghasilan sebesar Rp 4.852.7000,- dan setelah dianalisis laba bersih sebelum pajak perusahaan menurun menjadi Rp 46.411.629,- dengan pajak penghasilan sebesar Rp 4.641.100,-. Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT QN pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1. Penjualan Nilai penjualan yang ada di dalam laporan keuangan adalah nilai transaksi penjualan yang dilakukan perusahaan kepada para customer selama bulan Agustus- Desember 2008. Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis, PT QN telah melaporkan penjualan di dalam SPT masa PPN dan hasilnya sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal atas pendapatan tersebut. Nilai penjualan selama bulan Agustus- Desember tahun 2008 adalah sebagai berikut: 55

Bulan Pendapatan (DPP) PPN Agustus 226,853,490 22,685,349 September 320,284,170 32,028,417 Oktober 355,267,475 35,526,748 November 481,984,537 48,198,454 Desember 807,508,951 80,750,895 Total 2,191,898,623 219,189,862 2. Gaji Karyawan Biaya gaji karyaawan dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji, bonus, dan tunjangan kepada karyawan sesuai dengan golongan atau jabatan masing-masing karyawan. Pada dasarnya biaya gaji dan THR tidak perlu dikoreksi, karena sesuai dengan Undang Undang Pajak Penghasilan nomor 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 2 tentang biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya gaji karyawan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, seperti biaya upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang. Tetapi karena ada perbedaan jumlah gaji karyawan di dalam laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 193.300,- Perincian jumlah perbedaan biaya gaji karyawan di dalam laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal sesuai dengan SPT Badan 1771 tahun 2008 adalah sebagai berikut: Laporan Keuangan Komersial = Rp 80.122.600,- SPT Badan 1771 = Rp 80.315.900 56

3. Keperluan Kantor Biaya keperluan kantor dikeluarkan perusahaan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari seperti membeli air minum, alat kebersihan, alat tulis kantor, dan lain-lain. Perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal karena biaya ini dikeluarkan untuk pekerjaan dan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Tetapi penulis melakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 2.635.000,- dimana angka tersebut berasal dari aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang disusutkan sekaligus karena dianggap memiliki nilai yang tidak material (Di bawah Rp 1.000.000,-) untuk disusutkan selama 4 tahun (kelompok 1) ataupun 8 tahun (kelompok 2). Jadi penulis menyusutkan aktiva tetap tersebut sekaligus pada saat tahun pembeliannya dan memasukkannya sebagai keperluan kantor. Berikut ini adalah perincian pembelian aktiva tetap tersebut: Jenis Aktiva Kelompok Tahun Nilai Perolehan Aktiva Perolehan (dalam rupiah) Printer HP I 12-08 600,000 2 unit Kursi Gracia-Biru II 10-08 950,000 2 unit Kursi Gracia-Coklat II 10-08 485,000 1 unit Dispenser II 10-08 150,000 3 unit Telepon Sahitel II 10-08 450,000 Total aktiva yang disusutkan sekaligus 2,635,000 4. Listrik Biaya listrik adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar pemakaian listrik setiap bulannya yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Atas biaya listrik ini tidak perlu dikoreksi karena biaya tersebut seluruhnya digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehingga dapat 57

dijadikan pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang Pajak Penghasilan nomor 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 (a) yaitu biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. 5. Pemeliharaan dan Perbaikan Biaya pemeliharaan dan perbaikan dikeluarkan perusahaan untuk membiayai pemeliharaan gedung kantor dan inventaris kantor seperti AC, komputer, meja, kursi, dan peralatan kantor lainnya. Atas biaya pemeliharaan dan perawatan tidak perlu dilakukan koreksi karena berkaitan dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Untuk biaya pemeliharaan dan perawatan, perusahaan selalu menggunakan jasa dari pihak lain. Perusahaan tidak pernah memotong PPh pasal 23 atas penggunaan jasa tersebut, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan pelanggaran atas peraturan perpajakan yang dapat dikenakan sanksi di kemudian hari apabila dilakukan pemeriksaan. 6. Telepon Perusahaan mengeluarkan biaya telepon untuk kegiatan operasional perusahaan sehingga atas biaya telepon ini tidak perlu dilakukan korensi fiskal karena termasuk salah satu komponen biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang Pajak Penghasilan nomor 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 (a) yaitu biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. 7. Transportasi Biaya transportasi dikeluarkan dalam rangka melaksanakan kegiatan operasional perusahaan dan pendistribusian software dari supplier ke 58

customer. Pengeluaran dalam hal transportasi berupa bensin, tol, dan parkir setiap bulannya. Pengeluaran atas biaya transportasi merupakan komponen biaya pengurang penghasilan bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi. 8. Penyusutan Perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam menyusutkan aktivanya. Perusahaan membagi penyusutan atas inventaris perusahaannya kedalam 2 kelompok yaitu bukan bangunan kelompok I dan dan bukan bangunan kelompok II. Besarnya biaya penyusutan menurut perusahaan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : Inventaris Kantor Kelompok I Rp 4.450.000,- Inventaris Kantor Kelompok II Rp 184.689,- Total Penyusutan Rp 4.634.689,- Karena ada beberapa aktiva tetap yang telah disusutkan sekaligus pada saat pembelian, maka nilai penyusutan aktiva tetap juga akan mengalami perubahan. Maka nilai penyusutan berdasarkan analisis penulis adalah sebagai berikut: Inventaris Kantor Kelompok I Rp 4.437.500,- Inventaris Kantor Kelompok II Rp 121.094,- Total Penyusutan Rp 4.558.594,- Sehingga atas biaya penyusutan ini harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp 76.095,- 59

9. Sewa Perusahaan mengeluarkan biaya untuk menyewa gedung kantor yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Pasal 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. Atas biaya sewa ini, PT QN telah memotong PPh final pasal 4 ayat 2 setiap bulannya kepada pemilik gedung. 10. Pos dan Materai Perusahaan mengeluarkan biaya pos dan materai untuk mengirim barang, faktur, dan surat-surat penting lainnya yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. Atas biaya pos dan materai tidak perlu dikoreksi karena biaya tersebut dikeluarkan untuk pekerjaan dan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. 11. Administrasi bank Perusahaan mengeluarkan biaya administrasi bank atas transaksi perbankan yang dilakukan oleh perusahaan setiap bulannya. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena termasuk di dalam komponen biaya pengurang penghasilan bruto yang diatur di dalam Undang Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 8. 12. Keamanan dan kebersihan Setiap bulannya, perusahaan membayarkan iuran keamanan dan kebersihan kepada petugas yang dipekerjakan oleh RT di lingkungan setempat. Biaya ini 60

seharusnya dapat dijadikan biaya fiskal karena biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan UU PPh Pasal 6 ayat 1 jika biaya-biaya tersebut dilengkapi dengan bukti pembayaran yang lengkap dan rinci. Atas biaya ini harus dilakukan koreksi seluruhnya yaitu sebesar Rp 443.470,- karena tidak ditemukan adanya bukti pendukung atas biaya keamanan dan kebersihan ini. 13. Beban lain-lain Beban lain-lain ini harus dikoreksi seluruhnya sebesar Rp 14.955, karena tidak memiliki bukti pendukung atau daftar nominatif atas dikeluarkannya biaya tersebut. Sehingga biaya tersebut dianggap tidak ada. Dengan kesimpulan bahwa perusahaan telah benar melakukan koreksi atas biaya lainlain ini. 14. Pendapatan jasa giro Pendapatan bunga atas jasa giro dikenakan pajak yang bersifat final (PPh Pasal 4 ayat 2) oleh Bank. Pendapatan atas jasa giro harus dikoreksi negatif karena bersifat final sehingga tidak perlu diperhitungkan kembali pada akhir tahun pajak dan tidak dapat dijadikan sebagai beban perusahaan. Berdasarkan PP 131 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan No.51/KMK.04/2000, pendapatan bunga jasa giro harus dikoreksi seluruhnya dari laporan keuangan fiskal. Jadi atas pendapatan Bungan jasa giro dikoreksi negatif sebesar Rp 215.489,-. Dan perusahaan telah benar melakukan koreksi negatif atas pendapatan jasa giro. 61

Tabel IV.3 Koreksi Fiskal terhadap Laporan Laba Rugi dari Hasil Analisis Biaya tahun 2009 PT QN LAPORAN PERHITUNGAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 (Dalam Rupiah) Keterangan Komersial Koreksi Perusahaan Laporan Fiskal Perusahaan Analisis Penulis Penulis Pendapatan Usaha 3,385,192,291 3,385,192,291 3,385,192,291 Harga Pokok Pendapatan (2,649,167,273) (2,649,167,273) (2,649,167,273) Laba Kotor 736,030,265 736,030,265 736,030,265 Biaya Operasi : Gaji Karyawan (374,889,800) (374,889,800) (2,640,000) (377,529,800) Keperluan Kantor (7,133,101) (7,133,101) (3,615,000) (10,748,101) Listrik (7,873,438) (7,873,438) (7,873,438) Pemeliharaan & Perbaikan (1,989,280) (1,989,280) (1,989,280) Transportasi (5,521,998) (5,521,998) (5,521,998) Penyusutan (128,018,538) (128,018,538) 919,271 (127,099,267) Sewa (48,570,225) (48,570,225) (48,570,225) Pos dan Materai (6,074,144) (6,074,144) (6,074,144) Administrasi Bank (2,195,804) (2,195,804) (2,195,804) Keamanan dan Kebersihan (4,575,525) (4,575,525) 4,575,525 - Beban Internet (73,914,852) (73,914,852) 1,800,000 (72,114,852) Beban Entertainment (12,695,152) 12,695,152 - - Beban Iklan dan Promosi (949,500) (949,500) (949,500) Lain-lain (847) 847 - - Jumlah Beban (661,706,205) (674,402,205) Operasional (660,666,409) Laba(Rugi) Operasi 61,628,000 74,324,059 75,363,856 Pendapatan(Beban) Lainlain : Jasa Giro 528,017 (528,017) - - Selisih Kurs (3,507,140) (3,507,140) (3,507,140) Pendapatan Lain-lain 1,000,000 1,000,000 1,000,000 Jumlah Pendapatan(Beban) Lainlain (1,979,123) (2,507,140) (2,507,140) Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan 59,648,937 71,816,919 72,856,716 PPh tahun 2009* 8,350,720 10,054,240 10,199,840 Laba Setelah Pajak Penghasilan 51,298,217 61,762,679 62,656,876 62

Tabel IV.4 Perhitungan Pajak Terutang tahun 2009 Sebelum Analisis Sesudah Analisis Selisih Laba Bersih sebelum Pajak 71,816,919 72,856,716 1,039,797 PPh Badan: (50% x 28%) x Rp 71.816.000 10,054,240 (50% x 28%) x Rp 72.856.000 10,199,840 Total Pajak Terutang 10,054,240 10,199,840 145,600 Angsuran PPh {[(50% x 25%) x Rp (71.816.000-1.000.000)] 336.776} / 12 {[(50% x 25%) x Rp (72.856.000-1.000.000)] 336.776} / 12 709,600 720,400 Dari hasil koreksi perusahaan dan analisis dari penulis, pada tahun 2009 perusahaan memperoleh laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 71,816,919,- dengan pajak penghasilan sebesar Rp 10.054.240,- dan setelah dianalisis laba bersih sebelum pajak perusahaan meningkat menjadi Rp 72,856,716,- dengan pajak penghasilan sebesar Rp 10.199.840,-. Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT QN pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha diperoleh melalui kegiatan operasional perusahaan dalam memperoleh penghasilan. Pendapatan usaha perusahaan diperoleh melalui kegiatan penjualan software dan penyediaan jasa solusi telekomunikasi. Perusahaan memilih metode accrual basis dalam mengakui pendapatannya karena hampir semua jenis pembayaran atas kegiatan penjualan dan 63

pemberian jasa dalam bentuk kredit. Di dalam perpajakan, pendapatan di akui pada saat terjadinya transaksi (accrual basis). Dalam hal ini, berarti perusahaan telah menerapkan metode pengakuan pendapatan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Berdasakan analisis yang dilakukan oleh penulis, PT QN telah melaporkan seluruh pendapatannya di dalam SPT Masa PPN. Sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal atas perhitungan pendapatan ini. Pendapatan yang diperoleh perusahaan dan PPN yang telah dilaporkan dan dibayarkan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: Bulan Pendapatan (DPP) PPN Januari 231,608,543 23,160,854 Februari 104,696,238 10,469,624 Maret 178,251,001 17,825,100 April 518,929,875 51,892,988 Mei 436,313,659 43,631,366 Juni 290,782,354 29,078,235 Juli 261,413,682 26,141,368 Agustus 305,641,382 30,564,138 September 256,820,685 25,682,069 Oktober 225,648,176 22,564,818 November 292,499,993 29,249,999 Desember 282,586,703 28,258,670 Total 3,385,192,291 338,519,230 2. Biaya Gaji Karyawan Biaya gaji karyawan yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2009 sebesar Rp 374,889,800,- terdiri dari biaya gaji dan THR selama satu tahun dan sudah termasuk tunjangan pajak yang diberikan. Atas biaya gaji karyawan dilakukan koreksi negatif sebesar Rp 2.640.000,-. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara jumlah biaya gaji di dalam 64

SPT Tahunan Badan 1771 dengan jumlah biaya gaji di dalam SPT masa PPh pasal 21 dan/atau 26 dengan perincian sebagai berikut : Pada SPT Badan 1771 : Rp 374.889.800,- Pada SPT masa PPh pasal 21 dan/atau 26 : Rp 377.529.800,- Jumlah gaji karyawan di dalam SPT Tahunan 1771 seharusnya sama dengan jumlah penghasilan bruto atas gaji di dalam SPT masa PPh pasal 21 dan/atau 26 sehingga diperlukan koreksi negatif atas biaya tersebut. 3. Keperluan Kantor Atas biaya keperluan kantor perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal karena biaya ini dikeluarkan untuk pekerjaan dan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Tetapi penulis melakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 3.615.000,- dimana angka tersebut berasal dari aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang disusutkan sekaligus karena dianggap memiliki nilai yang tidak material untuk disusutkan. Sehingga penulis menyusutkan aktiva tetap tersebut sekaligus pada saat tahun pembeliannya dan memasukkannya sebagai keperluan kantor. Berikut ini adalah perincian pembelian aktiva tetap di tahun 2009: Jenis Aktiva Kelompok Tahun Nilai Perolehan Aktiva Pembelian (dalam rupiah) FWT GSM GF181NK-1 Port I 11-09 950,000 Printer LX 300 I 12-09 650,000 Meja Samping I 02-09 415,000 Meja Meeting I 02-09 985,000 Whiteboard I 02-09 615,000 Total Aktiva yang disusutkan sekaligus 3,615,000 65

4. Biaya Penyusutan Besarnya biaya penyusutan menurut perusahaan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut : Inventaris Kantor Kelompok I Rp 127,279,788,- Inventaris Kantor Kelompok II Rp 738,750,- Total Penyusutan tahun 2009 Rp 128,018,538,- Karena ada beberapa aktiva tetap yang telah disusutkan sekaligus pada saat pembelian, maka nilai penyusutan aktiva tetap juga akan mengalami perubahan. Maka nilai penyusutan berdasarkan analisis penulis adalah sebagai berikut : Inventaris Kantor Kelompok I Rp 126,614,892,- Inventaris Kantor Kelompok II Rp 484,375,- Total Penyusutan tahun 2009 Rp 127,099,267,- Sehingga atas biaya penyusutan ini harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp 919.271,- 5. Biaya Keamanan dan Kebersihan Atas biaya ini harus dilakukan koreksi seluruhnya yaitu sebesar Rp 4,575,525,- karena tidak dilengkapi dokumen-dokumen yang rinci dan jelas atas biaya keamanan dan kebersihan ini. 6. Beban internet Perusahaan mengeluarkan biaya internet untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa yang berhubungan dengan teknologi informasi dan telekomunikasi. Penulis menemukan bahwa perusahaan memasukkan biaya komunikasi ke dalam 66

biaya internet ini. Seharusnya biaya telepon tidak boleh digabung dengan biaya internet karena di dalam biaya tersebut terdapat biaya pulsa handphone yang diberikan kepada karyawan yang memiliki jabatan tertentu yang harus dikoreksi sebesar 50% dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian uang pulsa selama tahun yang bersangkutan sesuai dengan Keputusan DJP no KEP-220/PJ/2002 tertanggal 18 April 2002 tentang perlakuan pajak penghasilan atas biaya pemakaian telepon selular dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 Lampiran I butir 1 huruf c sebagaimana telah diubah menjadi Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002. Besarnya koreksi fiskal positif di dalam biaya internet ini adalah sebesar Rp 1.800.000,- 7. Biaya Entertainment Perusahaan mengeluarkan biaya entertainment untuk menjamu tamu dan kolega bisnisnya demi melancarkan keperluan bisnisnya. Wajib Pajak harus dapat membuktikan bahwa biaya-biaya entertainment yang telah dikeluarkan (formal) dan ada hubungannya dengan kegiatan usaha. Dalam S- 334/PJ.321/2003 tanggal 22 Mei 2003 yang merupakan penegasan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tanggal 14 Juni 1986 tentang biaya entertainment menegaskan bahwa biaya entertainment, representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh dan tidak terkena PPh final dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh. Karena perusahaan tidak membuatkan daftar nominatif atas biaya entertainment, 67

maka atas biaya entertainment harus dikoreksi positif seluruhnya sebesar Rp 12.695.152,-. 8. Biaya Iklan dan Promosi Perusahaan mengeluarkan biaya iklan dan promosi untuk memasang iklan di media online yang digunakan untuk mencari karyawan baru bagi perusahaan. Untuk biaya ini tidak perlu dilakukan koreksi karena biaya ini dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebagaimana dijelaskan dalam UU PPh pasal 6 ayat 1 (a). Untuk jasa pemasangan iklan, perusahaan sudah melakukan pemotongan PPh pasal 23. 9. Pendapatan Jasa Giro Pendapatan jasa giro merupakan penghasilan yang dikenakan PPh final Pasal 4 ayat 2, sehingga atas pendapatan jasa giro harus dikoreksi negatif sebesar Rp 528.017,- 10. Kerugian selisih kurs Kerugian yang diakibatkan oleh selisih kurs tidak perlu dikoreksi karena termasuk di balam salah satu komponen pengurang penghasilan bruto yang terdapat dalam UU PPh nomor 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 huruf e tentang kerugian selisih kurs mata uang asing. 68

Tabel IV.5 Koreksi Fiskal terhadap Laporan Laba Rugi dari Hasil Analisis Biaya tahun 2010 PT QN LAPORAN PERHITUNGAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 (Dalam Rupiah) Keterangan Komersial Koreksi Laporan Fiskal Menurut Penulis Perusahaan Perusahaan Penulis Penjualan 5,549,575,021 5,549,575,021 5,549,575,021 Pendapatan Jasa 41,659,818 41,659,818 41,659,818 Jumlah Pendapatan Usaha 5,591,234,839 5,591,234,839 5,591,234,839 Harga Pokok Pendapatan (3,153,864,738) (3,153,864,738) (3,153,864,738) Biaya Tidak Langsung (369,943,750) (369,943,750) (369,943,750) Laba Kotor 2,067,426,351 2,067,426,351 2,067,426,351 Biaya Operasi : Gaji Karyawan (726,327,304) (726,327,304) (726,327,304) Pemasaran (549,394,283) (549,394,283) (549,394,283) Keperluan Kantor (28,878,500) (28,878,500) 4,620,000 (24,258,500) Transportasi (46,394,600) (46,394,600) (46,394,600) Sewa (75,781,752) (75,781,752) (75,781,752) Listrik (12,046,501) (12,046,501) (12,046,501) Telekomunikasi (105,919,011) 835,875 (105,083,136) 1,141,125 (103,669,011) Pemeliharaan dan Perbaikan (1,044,000) (1,044,000) (1,044,000) Pos dan Materai (14,170,175) (14,170,175) (14,170,175) Penyusutan (237,584,196) (237,584,196) 1,169,583 (236,414,613) Administrasi Bank (2,917,974) (2,917,974) (2,917,974) Beban Entertainment (53,240,299) (53,240,299) 7,122,399 (46,127,900) PPh pasal 23 (91,560) 91,560 - - Lain-lain (785) 785 - - Jumlah Beban Operasional (1,853,790,940) (1,852,862,720) (1,838,546,613) Laba(Rugi) Operasi 213,635,411 214,563,631 228,879,738 Pendapatan(Beban) Lainlain : Jasa Giro 633,599 (633,599) - - Selisih Kurs (3,860,758) (3,860,758) (3,860,758) Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain (3,227,159) (3,860,758) (3,860,758) Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan 210,408,252 210,702,873 225,018,980 PPh tahun 2010* 30,022,917 30,064,895 32,107,878 Laba Setelah Pajak Penghasilan 180,385,335 180,637,978 192,911,102 69

Tabel IV.6 Perhitungan Pajak Terutang tahun 2010 Sebelum Analisis Sesudah Analisis Selisih Laba Bersih sebelum Pajak 210,702,873 225,018,980 14,316,107 PPh Badan: 4.800.000.000 210.702.000x 12,5% 5.591.234.839 22,610,604 7,454,291 (210.7011.873 180.884.837) x 25% 4.800.000.000 225.018.000x 12,5% 5.591.234.839 (225.018.980 193.174.930) x 25% 24,146,866 7,961,012 Total Pajak Terutang 30,064,895 32,107,878 2,042,983 Angsuran PPh (30.064.895 833.196)/12 2,435,900 (32.107.878 833.196)/12 2,606,200 Dari hasil koreksi perusahaan dan analisis dari penulis, pada tahun 2010 perusahaan memperoleh laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 210,702,873,-, dengan pajak penghasilan sebesar Rp 30,064,895,- dan setelah dianalisis laba bersih sebelum pajak perusahaan meningkat menjadi Rp 225,018,980,- dengan jumlah pajak penghasilan sebesar Rp 32,107,878,-. Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT QN pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Usaha Berdasakan analisis yang dilakukan oleh penulis, PT QN telah melaporkan seluruh pendapatannya di dalam SPT Masa PPN. Sehingga atas pendapatan tersebut tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. Pendapatan yang diperoleh 70

perusahaan dan PPN yang telah dilaporkan dan dibayarkan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: Bulan Pendapatan (DPP) PPN Januari 440,293,127 44,029,313 Februari 306,382,500 30,638,250 Maret 466,217,067 46,621,707 April 587,004,156 58,700,416 Mei 425,137,514 42,513,751 Juni 487,297,875 48,729,788 Juli 472,436,627 47,243,663 Agustus 403,206,719 40,320,672 September 425,665,891 42,566,589 Oktober 453,027,500 45,302,750 November 486,089,473 48,608,947 Desember 638,476,390 63,847,639 Total 5,591,234,839 559,123,484 2. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran merupakan salah satu pendukung pelaksanaan kegiatan usaha PT QN. Perusahaan mengeluarkan biaya pemasaran ini untuk iklan mengenai perusahaan di media cetak maupun media online, promosi dalam mendukung acara tertentu, dan untuk menyewa stand di beberapa tempat pameran untuk mempromosikan produk mereka. Pada tahun 2010 tidak ditemukan adanya biaya pemasaran yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan, sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. 3. Keperluan Kantor Didalam biaya keperluan kantor pada tahun 2010, penulis menemukan bahwa perusahaan memasukkan biaya keamanan dan kebersihan di dalamnya. Walaupun biaya keamanan dan kebersihan berkaitan dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dan 71

masuk ke dalam komponen biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, tetapi perusahaan tidak memiliki bukti pendukung adanya pembayaran atas biaya ini. Maka atas biaya tersebut harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp 4.620.000,- 4. Biaya Telekomunikasi Atas biaya telekomunikasi, perusahaan telah melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp 835.875,-. Akan tetapi dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bagian keuangan perusahaan, mereka menerangkan bahwa perusahaan memberikan pulsa telepon selular sebesar Rp 125.000,- per orang per bulan kepada 3 orang bagian marketing dan sales perusahaan. Atas pemberian pulsa ini, perusahaan seharusnya melakukan koreksi positif sebesar Rp 2.250.000,-. Maka penulis menambahkan koreksi positif sebesar Rp 1.414.125,- terhadap biaya telekomunikasi. 5. Penyusutan Dalam keadaan perusahaan saat ini perhitungan untuk biaya penyusutan lebih baik menggunakan metode garis lurus, karena jika menggunakan metode saldo menurun, maka hasilnya perusahaan akan mengalami kerugian yang akan berdampak buruk bagi perpajakan. Besarnya biaya penyusutan menurut perusahaan dengan metode garis lurus pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : Inventaris Kantor Kelompok I Rp 236,845,446,- Inventaris Kantor Kelompok II Rp 738,750,- Total Penyusutan tahun 2009 Rp 237,584,196,- 72

Karena ada beberapa aktiva tetap yang telah disusutkan sekaligus pada saat pembelian, maka nilai penyusutan aktiva tetap juga akan mengalami perubahan. Maka nilai penyusutan di tahun 2010 berdasarkan analisis penulis adalah sebagai berikut : Inventaris Kantor Kelompok I Rp 235,930,238,- Inventaris Kantor Kelompok II Rp 484,375,- Total Penyusutan tahun 2009 Rp 236,414,613,- Sehingga atas biaya penyusutan ini harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp 1.169.583,- 6. Beban Entertainment Atas beban entertainment yang dikeluarkan perusahaan ditemukan adanya perbedaan antara nilai yang ada di Laporan Keuangan Fiskal dan yang ada di daftar nominatif. Dimana nilai yang ada di dalam daftar nominatif lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang di laporkan di dalam SPT tahunan Badan. Jumlah biaya entertainment di dalam SPT Tahunan : Rp 53.240.299,- Jumlah biaya entertainment di dalam daftar nominatif : Rp 46.127.900,- Selisih : Rp 7.112.399,- Atas selisih inilah harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp 7.112.399,- 7. Biaya PPh Pasal 23 Pada tahun 2010, perusahaan menggunakan jasa pemasangan iklan untuk mencari calon karyawan baru untuk perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memotong PPh pasal 23 atas jasa dan membiayakan pemotongan PPh pasal 23 tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat 1 (h), pemotongan PPh pasal 23 tidak dapat dibiayakan. Maka besarnya koreksi 73

yang harus dilakukan adalah sebesar Rp 91.560,-. Perusahaan telah melakukan hal yang benar dengan melakukan koreksi fiskal terhadap PPh pasal 23. 8. Pendapatan atas jasa giro Pendapatan atas giro adalan penghasilan yang telah dipotong PPh final Pasal 4 (2), sehingga pendapatan jasa giro tersebut tidak perlu diperhitungkan kembali di dalam laporan fiskal. Maka atas pendapatan jasa giro ini harus dilakukan koreksi fiskal seluruhnya sebesar Rp 633.599,- IV.3 Perencanaan Pajak yang Dapat Diterapkan pada PT QN Setelah dilakukan koreksi fiskal selama tahun 2008, 2009, dan 2010 terdapat perbedaan laba sebelum pajak penghasilan, dimana jumlah laba sebelum pajak di tahun 2008 mengalami penurunan tetapi di tahun 2009 dan 2010 semakin mengalami peningkatan. Untuk mengatasi kenaikan laba, maka biaya yang telah dikeluarkan perusahaan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dijadikan sebagai biaya pengurang penghasilan bruto. Perencanaan pajak yang baik merupakan suatu cara yang efektif untuk menekan laba kena pajak yang semakin meningkat tetapi harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan peratutan perpajakan yang berlaku tanpa harus melanggarnya. Undang-Undang perpajakan dan segala peraturan perpajakan selalu berkembang dengan dinamis seiring dengan keadaan perekonomian Negara yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Semakin lama celah-celah yang dapat dimanfaatkan di dalam hal perpajakan semakin sempit disebabkan oleh adanya revisi-revisi baru atas undang-undang peraturan perpajakan yang ada. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengetahui dan memperbaharui pengetahuan 74

mengenai undang-undang dan peraturan perpajakan terbaru yang berlaku sebelum melakukan perencanaan pajak agar dapat terhindar dari sanksi-sanksi yang dikemudian hari akan memberatkan beban perusahaan. Dengan selalu memperbaharui pengetahuan perpajakan sesuai dengan perubahan yang senantiasa terjadi merupakan suatu awal bentuk perencanaan pajak yang baik. Dengan melihat keadaan perusahaan terutama dari segi keuangan dan perpajakannya, maka beberapa perencanaan pajak yang mungkin dilakukan pada PT QN adalah sebagai berikut: 1. Melihat adanya perbedaan perlakuan antara akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal, maka perusahaan tidak boleh hanya menggunakan laporan keuangan komersial saja dalam menentukan besarnya pajak yang terutang. Tetapi sebaiknya perusahaan membuat laporan keuangan fiskal yang sudah didasarkan pada Undang-Undang dan Peraturan perpajakan terbaru yang berlaku agar dapat membuat perencanaan pajak yang efektif bagi perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus menyusun laporan keuangan fiskal dengan teliti karena penulis menemukan adanya beberapa hal yang terlewatkan dan jumlah biaya-biaya yang tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya. 2. Selama ini PT QN belum memiliki karyawan yang benar-benar mengerti mengenai perpajakan, sehingga hanya mengandalkan staf keuangan yang tidak memiliki kemampuan di bidang perpajakan. PT QN sudah menggunakan jasa konsultan pajak untuk menghitung, menyetorkan, dan membayarkan pajak perusahaan. Akan tetapi, antara konsultan pajak yang digunakan perusahaan dengan staf keuangan perusahaan kurang komunikasi sehingga konsultan pajak hanya menerima perhitungan dari staf keuangan 75

tanpa menanyakan lebih rinci mengenai biaya-biaya tersebut dan staf keuangannya pun tidak mengerti tentang apa yang dikerjakan oleh konsultan pajak. Hal ini menyebabkan ada beberapa koreksi fiskal yang salah yang dapat menyebabkan sanksi di kemudian hari. Selain itu dalam hal pelaporan dan pembayaran pajaknya, perusahaan mengalami beberapa kali keterlambatan yang menyebabkan perusahaan mendapatkan Surat Tagihan Pajak dan terkena sanksi administratif. Seharusnya antara konsultan dan staf keuangan perusahaan menjalin hubungan kerja yang lebih baik agak di kemudian hari tidak terjadi kesalahan yang mungkin berakibat fatal bagi perusahaan. 3. Memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan Dari data yang diperoleh melalui perusahaan, sumber-sumber penghasilan perusahaan berasal dari: a. Penjualan Software b. Penjualan jasa penghematan biaya telepon c. Pendapatan bunga jasa giro Dalam melaksanakan perencanaan pajak, perusahaan harus dapat memaksimalkan penghasilan-penghasilan yang dikecualikan dan yang dikenakan PPh final. Dilihat dari sumber penghasilan yang ada, maka pendapatan atas jasa giro merupakan penghasilan yang dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan untuk memperkecil penghasilan kena pajak, karena penghasilan jasa giro sudah dipotong PPh final pasal 4(1), sehingga tidak perlu diperhitungkan kembali dalam laporan laba rugi fiskal. 76

4. Memaksimalkan biaya fiskal dan meminimalkan biaya yang tidak dapat dikurangkan a. Biaya entertainment Biaya jamuan yang dikeluarkan perusahaan untuk menjamu tamu harus dikoreksi seluruhnya di tahun 2009 dan sebagian di tahun 2010. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan membuat daftar nominatif atas pengeluaran biaya jamuan tersebut agar biaya tersebut tidak dianggap fiktif. Dengan adanya daftar nominatif maka biaya jamuan ini dapat diakui sebagai biaya yang boleh dijadikan pengurang penghasilan bruto. Daftar nominatif harus dibuat secara lengkap dan jelas dengan menuliskan transaksi yang terjadi dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak nomor SE-27/PJ.22/1986, maka isi dari daftar nominatif harus dibuat seperti berikut ini : Tabel IV.7 Daftar Nominatif Biaya entertainment dan Sejenisnya Tahun Pajak : No Pemberian entertainment dan sejenisnya Relasi usaha yang diberikan entertainment dan sejenisnya Tanggal Tempat Alamat Jenis Jumlah NPWP Nama Posisi Nama Jenis (Rp) Perusahaan Usaha Keterangan 77

b. Biaya Keamanan dan Kebersihan Biaya iuran keamanan dan kebersihan harus dikoreksi fiskal karena tidak sidertai dengan bukti perndukung yang jelas dan rinci sehingga tidak termasuk di dalam pasal 6 ayat 1 dan tidak dapat dijjadikan pengurang penghasilan bruto. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan menyertakan bukti-bukti pendukung yang dapat menyatakan bahwa biaya ini benar-benar dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Bukti-bukti yang dapat digunakan dapat berupa kwitansi pembayaran atau surat dari pengelola gedung bahwa memang ada pemungutan biaya keamanan dan kebersihan. c. Biaya keperluan kantor Penulis menemukan pada tahun 2010, di dalam biaya keperluan kantor terdapat biaya keamanan dan kebersihan sehingga harus dilakukan koreksi fiskal. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan agar tidak perlu dilakukan koreksi fiskal adalah perusahaan harus selalu meminta bukti berupa kwitansi atas pembayaran iuran keamanan dan kebersihan. d. Biaya komunikasi dan internet Penulis menemukan pada tahun 2009 bahwa perusahaan menggabungkan biaya komunikasi di dalam biaya internet. Di dalam biaya komunikasi tersebut terdapat biaya pulsa yang dikeluarkan untuk karyawan dengan jabatan tertentu dan direktur. Pada tahun 2010, perusahaan kurang melakukan koreksi positif atas biaya komunikasi. Sebaiknya biaya ini dijadikan tunjangan komunikasi, agar perusahaan dapat memasukkannya sebagai 78

pengurang penghasilan bruto tanpa harus melakukan koreksi positif sebesar 50% yang diatur dalam KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002. 5. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan aktiva yang dapat disusutkan sekaligus. Penulis menemukan bahwa ada beberapa aktiva tetap perusahaan yang tidak material (dibawah Rp 1.000.000,-) disusutkan selama 4 tahun ataupun 8 tahun. Dengan menyusutkan aktiva-aktiva tersebut selama beberapa tahun dinilai tidak efisien untuk perhitungan perpajakan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan menyusutkan aktiva-aktiva tersebut sekaligus pada tahun pembelian sehingga dapat memaksimalkan beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Untuk pemilihan metode penyusutan aktiva tetap, perusahaan akan lebih menguntungkan apabila menggunakan metode garis lurus. Karena jika perusahaan menggunakan metode saldo menurun, maka di tahun 2009 dan di tahun 2010 perusahaan akan mengalami rugi sebelum pajak. 6. Transaksi yang berkaitan dengan Perusahaan sebagai pemungut pajak. Dalam menggunakan jasa pihak ketiga dalam memelihara dan memperbaiki inventaris dan aktiva tetap, perusahaan tidak pernah melakukan pemotongan PPh pasal 23. Pada prinsipnya, perusahaan sebagai wajib pajak badan berkewajiban melakukan pemotongan pajak atas withholding tax tersebut. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan adalah melakukan pemotongan PPh pasal 23 dengan cara memberikan tunjangan dengan metode gross up. Dengan menggunakan metode ini, maka perusahaan harus menggross up besarnya penghasilan atas jasa terlebih dahulu kemudian dari 79

hasil penghasilan jasa setelah di gross up, dikalikan dengan tarif tunjangan pajak. Tarif tunjangan dengan metode ini disesuaikan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-70/PJ/2007 yang mengatur mengenai jasa lain dan perkiraan penghasilan neto atas jasa yang imbalannya dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU PPh. 7. Optimalisasi pengkreditan Pajak Penghasilan yang telah dibayar. Pada tahun 2009 dan 2010 PT QN telah melakukan optimalisasi pengkreditan pajak dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara perusahaan memanfaatkan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dapat dikreditkan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan. Sehingga dengan adanya kredit pajak ini, jumlah Pajak Penghasilan yang seharusnya dibayar menjadi berkurang. 8. Perencanaan pajak yang harus dilakukan adalah dengan cara perusahaan harus lebih teliti dan cermat dalam membuat laporan keuangan fiskal karena akan berdampak dalam pengisian SPT. Apabila ada kesalahan di dalam menghitung laporan keuangan fiskal, maka akan merugikan perusahaan jika dilakukan pemeriksaan karena dapat dikenakan sanksi administratif yang dapat menambah beban perusahaan. 9. Perusahaan telah melaporkan pajak-pajaknya secara tepat waktu. Hal ini termasuk perencanaan pajak yang baik. Karena dalam melakukan perencanaan pajak tidak hanya mencari celah melalui peraturan-peraturan perpajakan, namun menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan sanksi baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. 80

IV.4 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak Rekonsiliasi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan antara penghasilan dan biaya secara akuntansi komersial dan fiskal karena laporan keuangan komersial mengacu pada PSAK dimana semua biaya komersial dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan sedangkan laporan keuangan fiskal mengacu pada peraturan perpajakan dimana tidak semua biaya komersial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Atas biaya yang tidak dapat dikurangkan ini harus dilakukan koreksi fiskal, baik koreksi positif maupun koreksi negatif. Koreksi positif atas atas suatu beban komersial perusahaan akan menambah laba fiskal perusahaan, sedangkan koreksi negatif atas suatu beban komersial perusahaan akan mengurangi laba fiskal perusahaan. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meminimalkan koreksi fiskal positif atas biaya- biaya komersial dan memaksimalkan koreksi fiskal negatif yang akan berdampak pada berkurangnya laba kena pajak dan penghematan beban pajak. Dengan menerapkan langkah penerapan pajak yang telah dijelaskan sebelumnya, maka terlihat perbedaan antara laba komersial dan fiskal pada tabeltabel berikut ini: 81

Tabel IV.8 PT QN REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008 (Dalam Rupiah) Sebelum Perencanaan Pajak Setelah Perencanaan Pajak Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Perencanaan Fiskal Fiskal pajak Penjualan 2,191,898,623 2,191,898,623 2,191,898,623 Harga Pokok Penjualan (2,094,849,813) (2,094,849,813) (2,094,849,813) Laba Kotor 97,048,810 97,048,810 97,048,810 Beban Operasi: Gaji Karyawan (80,315,900) (80,315,900) (80,315,900) Keperluan Kantor (650,000) (2,635,000) (3,285,000) (3,285,000) Listrik (4,452,092) (4,452,092) (4,452,092) Pemeliharaan & Perbaikan (5,416,000) (5,416,000) 345,702 (5,761,702) Telepon (1,699,678) (1,699,678) (1,699,678) Transportasi (6,732,000) (6,732,000) (6,732,000) Penyusutan (4,634,689) 76,095 (4,558,594) (4,558,594) Sewa (18,108,993) (18,108,993) (18,108,993) Pos dan Materai (63,000) (63,000) (63,000) Administrasi Bank (1,033,462) (1,033,462) (1,033,462) Keamanan dan Kebersihan (443,370) 443,370-443,370 - Lain-lain - - 14,955 - Jumlah Beban (123,549,184) (125,664,710) (126,468,737) Operasional Laba (Rugi) Operasi (26,500,374) (28,615,900) (29,419,297) Pendapatan Lain-Lain: Jasa Giro - - - Selisih Kurs 75,027,528 75,027,528 75,027,528 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-Lain 75,027,528 75,027,528 75,027,528 Laba Bersih Sebelum Pajak 48,527,155 46,411,629 45,607, 602 82

Tabel IV.9 PT QN REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 (Dalam Rupiah) Sebelum Perencanaan Pajak Setelah Perencanaan Pajak Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Perencanaan Fiskal Fiskal pajak Pendapatan Usaha 3,385,192,291 3,385,192,291 3,385,192,291 Harga Pokok Pendapatan (2,649,167,273) (2,649,167,273) (2,649,167,273) Laba Kotor 736,030,265 736,030,265 736,030,265 Biaya Operasi : Gaji Karyawan (374,889,800) (2,640,000) (377,529,800) (377,529,800) Keperluan Kantor (7,133,101) (3,615,000) (10,748,101) (10,748,101) Listrik (7,873,438) (7,873,438) (7,873,438) Pemeliharaan & Perbaikan (1,989,280) (1,989,280) (126,975) (2,116,255) Transportasi (5,521,998) (5,521,998) (5,521,998) Penyusutan (128,018,538) 919,271 (127,099,267) (127,099,267) Sewa (48,570,225) (48,570,225) (48,570,225) Pos dan Materai (6,074,144) (6,074,144) (6,074,144) Administrasi Bank (2,195,804) (2,195,804) (2,195,804) Keamanan dan Kebersihan (4,575,525) 4,575,525 - (4,575,525) (4,575,525) Beban Internet (73,914,852) 1,800,000 (72,114,852) (1,800,000) (73,914,852) Beban Entertainment - - (12,695,152) (12,695,152) Beban Iklan dan Promosi (949,500) (949,500) (949,500) Lain-lain - - (874) (874) Jumlah Beban Operasional (661,706,205) (660,666,409) (679,864,935) Laba(Rugi) Operasi 74,324,059 75,363,856 56,165,330 Pendapatan(Beban) Lainlain : Jasa Giro - - - Selisih Kurs (3,507,140) (3,507,140) (3,507,140) Pendapatan Lain-lain 1,000,000 1,000,000 1,000,000 Jumlah Pendapatan(Beban) Lainlain (2,507,140) (2,507,140) (2,507,140) Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan 71,816,919 72,856,716 53,658,190 83

Tabel IV.10 PT QN REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 (Dalam Rupiah) Sebelum Perencanaan Pajak Setelah Perencanaan Pajak Keterangan Komersial Koreksi Perencanaan Fiskal Fiskal Pajak Fiskal Penjualan 5,549,575,021 5,549,575,021 5,549,575,021 Pendapatan Jasa 41,659,818 41,659,818 41,659,818 Jumlah Pendapatan Usaha 5,591,234,839 5,591,234,839 5,591,234,839 Harga Pokok Pendapatan (3,153,864,738) (3,153,864,738) (3,153,864,738) Biaya Tidak Langsung (369,943,750) (369,943,750) (369,943,750) Laba Kotor 2,067,426,351 2,067,426,351 2,067,426,351 Biaya Operasi : Gaji Karyawan (726,327,304) (726,327,304) (726,327,304) Pemasaran (549,394,283) (549,394,283) (549,394,283) Keperluan Kantor (28,878,500) 4,620,000 (24,258,500) (4,620,000) (28,878,500) Transportasi (46,394,600) (46,394,600) (46,394,600) Sewa (75,781,752) (75,781,752) (75,781,752) Listrik (12,046,501) (12,046,501) (12,046,501) Telekomunikasi (105,083,136) 1,141,125 (103,669,011) (1,141,125) (105,083,136) Pemeliharaan dan (1,044,000) (1,044,000) (21,306) (1,065,306) Perbaikan Pos dan Materai (14,170,175) (14,170,175) (14,170,175) Penyusutan (237,584,196) 1,169,583 (236,414,613) (236,414,613) Administrasi Bank (2,917,974) (2,917,974) (2,917,974) Beban Entertainment (53,240,299) 7,122,399 (46,127,900) (7,112,399) (53,240,299) PPh pasal 23 - - - Lain-lain - - (785) (785) Jumlah Beban Operasional (1,852,862,720) (1,838,546,613) (1,851,715,128) Laba(Rugi) Operasi 214,563,631 228,879,738 215,711,223 Pendapatan(Beban) Lain-lain : Jasa Giro - - - Selisih Kurs (3,860,758) (3,860,758) (3,860,758) Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain (3,860,758) (3,860,758) (3,860,758) Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan 210,702,873 225,019,980 211,850,465 84

Tabel IV.11 Perhitungan PPh Badan Tahun 2008 (Dalam Rupiah) Keterangan Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan Persentase Selisih Pajak Pajak Penghematan Penghasilan Kena Pajak 46,411,629 45,607,602 804,027 1,73% PPh Badan: 10% x Rp 46,411,629 4,641,162 10% x Rp 45,607,602 4,560,760 Total PPh Badan 4,641,162 4,560,760 80,403 1,73% Tabel IV.12 Perhitungan PPh Badan Tahun 2009 (Dalam Rupiah) Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan Keterangan Selisih Pajak Pajak Penghasilan Kena Pajak 72,856,716 53,658,190 19,198,526 26.35% PPh Terutang Dengan Fasilitas: 14% x Rp 72,856,716 14% x Rp 52,738,919 Persentase Penghematan 10,199,940 7,512,146 Total PPh Badan 10,199,940 7,512,147 2,687,794 26.35% Tabel IV.13 Perhitungan PPh Badan Tahun 2010 (Dalam Rupiah) Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan Persentase Keterangan Selisih Pajak Pajak Penghematan Penghasilan Kena Pajak 225,019,080 211,850,465 13,168,615 5.85% PPh Badan: PKP Fasilitas (4,8M/5,591,234,839) x Rp 225,019,080 (4,8M/5,591,234,839) x Rp 210,680,782 PKP non Fasilitas PPh Terutang Dengan Fasilitas: 12,5% x 193,174,857 12,5% x 180,866,621 PPh terutang non fasilitas 25% x 31,843,223 25% x 29,814,161 193,175,857.41 31,843,223 24,146,982.18 7,960,805.65 181,870,778.33 29,979,687 22,733,847.29 7,494,921.67 Total PPh Badan 32,107,787.82 30,228,768.96 1,879,018.87 5.85% 85