BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi yang menyangkut keadaan atau posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Periode laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras yaitu 1 (satu) tahun takwin dimulai dari bulan januari sampai dengan bulan desember pada tahun yang sama. PT. ERA Griya Selaras juga membuat laporan keuangan sementara setiap bulannya dengan tujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan selama tahun berjalan. Pencatatan pembukuan dilakukan dengan menggunakan metode akrual basis (accrual basis methode) dan dengan menggunakan mata uang rupiah. Pencatatan pembukuan laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate dan kebijakan akuntansi perusahaan. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras, terdiri dari : 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Perubahan modal 4. Catatan atas Laporan Keuangan 52

2 Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian dari laporan keuangan, catatancatatan yang dimaksud adalah catatan-catatan untuk penjelasan pos-pos Neraca dan pos-pos Laporan Laba Rugi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa catatan-catatan pendukung laporan keuangan yang dibuat oleh PT. ERA Griya Selaras adalah sebagai berikut : 1. Perincian pos-pos perkiraan Neraca 2. Perincian pos-pos perkiraan Laporan Laba Rugi 3. Perincian Aktiva Tetap beserta perhitungan penyusutannya 4. Perincian perhitungan Franchise beserta penyusutannya 5. Perincian Rekap Biaya Royalty dan NMF ERA Indonesia 6. Perincian daftar Penjualan Dalam laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras tahun 2008, terlihat bahwa terdapat laba tahun berjalan sebesar Rp ,00. Berikut ini merupakan laporan keuangan PT. ERA Griya Selaras tahun 2008, berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi. 53

3 TABEL 4 1 PT. ERA GRIYA SELARAS NERACA PER 31 DESEMBER 2008 A K T I V A AKTIVA LANCAR Kas Rp ,00 Bank ,00 Deposito ,00 Pajak Dibayar Dimuka ,00 Jumlah Aktiva Lancar Rp ,00 AKTIVA TETAP Harga Perolehan Rp ,00 Akumulasi Penyusutan ( ,00) Jumlah Nilai Buku Aktiva Tetap Rp ,00 AKTIVA LAIN-LAIN Franchise Rp ,00 Akumulasi Amortisasi franchise ( ,00) Jumlah Nilai Buku Aktiva Lain-lain Rp ,00 JUMLAH AKTIVA Rp ,00 KEWAJIBAN DAN MODAL KEWAJIBAN LANCAR Hutang Pajak Rp ,00 Biaya Yang Masih Harus Dibayar Rp ,00 Jumlah Kewajiban lancer Rp ,00 MODAL Modal Saham Rp ,00 Laba (Rugi) Ditahan ( ,00) Laba (Rugi) Tahun Berjalan Rp Jumlah Modal Rp ,00 JUMLAH KEWAJIBAN DAN MODAL Rp ,00 Sumber : Laporan Keuangan PT. ERA Griya Selaras 54

4 TABEL 4 2 PT. ERA GRIYA SELARAS LAPORAN LABA RUGI PERIODE JANUARI DESEMBER 2008 PENGHASILAN Pendapatan Komisi Rp ,00 BEBAN Beban Penjualan Rp ,00 Beban Administrasi dan Umum Rp ,00 Jumlah Beban Rp ,00 Laba (Rugi) Bersih dari Usaha Rp ,00 Pendapatan (Beban) lain-lain Rp ,00 Laba (rugi) Bersih Rp ,00 Sumber : Laporan Keuangan PT. ERA Griya Selaras 55

5 B. Penjelasan Pos-Pos Perkiraan pada Laporan Neraca 1. Kas dan Bank Istilah kas menunjuk kepada alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sedangkan istilah bank menunjuk kepada sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Kepada penabung atau nasabah, tabungan dan juga termasuk didalamnya rekening giro, memberikan penghasilan berkala berupa bunga, yang biasanya diterima pada akhir tanggal setiap bulannya. Dalam akuntansi komersial penghasilan bunga bukan merupakan motivasi utama dalam melakukan pembukaan rekening giro di bank, karena mungkin disebabkan jumlahnya yang tidak begitu berarti. Jika terdapat penghasilan bunga pada rekening giro, akuntansi komersial akan mencatatnya sebagai penghasilan. Dan sesuai dengan ketentuan perpajakan, penghasilan bunga tersebut merupakan objek pajak penghasilan sehingga dikenakan pajak penghasilan (PPh) dengan tarif final 15 % dan tidak boleh digabungkan dengan penghasilan yang lain (Yang dikenakan tarif PPh umum). Oleh karena itu, untuk tujuan akuntansi perpajakan penghasilan bunga teresbut tidak perlu dicantumkan dalam kelompok penghasilan (penghasilan kena pajak/pkp) pada akhir periode akuntansi. Yang dimaksud dengan kas pada PT. ERA Griya Selaras adalah kas di tangan yang berjumlah Rp ,00 sedangkan yang dimaksud dengan bank adalah saldo bank pada Bank Mandiri sebesar Rp , Deposito pada Bank Mandiri 56

6 Deposito dapat dimasukkan dalam satuan mata uang rupiah atau dalam valuta asing (valas), baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan pengakuan penghasilannya yang berupa bunga, bersamaan dengan bunga tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI), bunga dari deposito dikenakan pajak 20 % yang bersifat final. Karena telah dikenakan tarif final pada akhir periode, maka bunga deposito bukan merupakan penghasilan kena pajak pada SPT (surat pemberitahuan) dan pajaknya tidak dapat dikreditkan. Deposito pada Bank Mandiri yang dimiliki PT. ERA Griya Selaras adalah sebesar Rp , Pajak Dibayar Dimuka Pajak dibayar dimuka PT. ERA Griya Selaras yang berjumlah Rp ,00 (delapan juta tiga ratus empat puluh ribu sembilan ratus delapan puluh sembilan rupiah), merupakan pajak penghasilan PPh pasal 23 yang dikenakan kepada subjek pajak dalam negeri untuk memotong pajak penghasilan atas pembayaran yang berupa dividen, bunga, royalti, hadiah, sewa, dan imbalan atas jumlah penghasilan bruto atau penghasilan netto. Tarif potongan pajak 15 % atas jumlah penghasilan bruto atau penghasilan netto. Pajak dibayar dimuka yang dikenakan PPh Pasal 23 pada PT. ERA Griya Selaras adalah pembayaran atas royalti sebesar Rp , Aktiva Tetap Ketentuan perpajakan mengelompokkan aktiva tetap kepada aktiva yang dapat disusutkan (depreciable assets, misalnya bangunan, mesin, dan peralatan yang lain) dan yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable assets, misalnya tanah, 57

7 kecuali tanah yang dipakai dalm proses pembuatan produk, seperti pada indutri keramik, gerabah, batu bata, dan genteng). Untuk tujuan penyusutan, ketentuan perpajakan mengelompokkan aktiva menjadi bangunan dan bukan bangunan. Kelompok Harta Berwujud I. Bukan Bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 II. Bangunan Permanen Tidak Permanen Tabel 4 3 DAFTAR TARIF PENYUSUTAN AKTIVA TETAP Tarif Penyusutan Masa Manfaat 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 10 Tahun berdasarkan Metode Garis Lurus 25 % 12,5 % 6,25 % 5 % 5 % 10 % Sumber : Undang-undang Pajak penghasilan pasal 17 Tahun 2000 Saldo Menurun 50 % 25 % 12,5 % 10 % - - Harga Perolehan Akumulasi Nilai Buku Penyusutan Aktiva Tetap Gedung Rp Rp Rp Kantor Folding Gate Urat Kayu Terain Pintu Mikro Rp

8 5. Aktiva Lain-lain Aktiva lain-lain PT ERA Griya Selaras adalah Franchise yang nilainya sebesar Rp ,00 dengan jumlah akumulasi amortisasi franchise sebesar Rp ,00 (lima puluh delapan juta tiga ratus sebelas ribu enam ratus dua puluh tiga rupiah), maka nilai buku aktiva lain-lain sebesar Rp , Hutang Pajak Selain harus menyetor pajak untuk diri sendiri, kebanyakan pengusaha mempunyai kewajiban untuk memotong pajak penghasilan pasal 21 (penghasilan atas gaji, upah, dan honorarium), pasal 23 (dividen, bunga, sewa, dan imbalan atas jasa), dan pasal 26 (pembayaran penghasilan kepada wajib pajak luar negeri). Selain itu, pengusaha dapat dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak untuk memungut PPN dan PPnBM. Pemungutan pajak yang belum disetorkan ke kas negara atau bank persepsi merupakan hutang perusahaan. Hutang pajak lunas apabila telah dilakukan penyetoran. Hutang pajak terdiri dari : PPh Pasal 21 SPT 1721 tahun 2007 Rp 5.525,00 PPN Masa Desember ,00 PPh Pasal 21 Masa Desember ,00 PPh Pasal 21 SPT 1721 tahun ,00 PPh Pasal 23 Masa Desember ,00 Rp ,00 59

9 7. Biaya Yang Masih Harus Dibayar Aplikasi akrual Basis dalam penyelenggaraan pembukuan sehubungan dengan pengakuan biaya menimbulkan adanya hutang biaya. Walaupun belum dibayar, karena masa manfaat biaya telah lewat, maka harus ada pengakuan biaya. Biaya yang masih harus dibayar per 31 Desember 2008 terdiri dari : Royalti dan NMF ERA Indonesia Rp ,00 Service Charge Nov Des ,00 Rp ,00 8. Modal Saham Modal saham merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yang dikontribusikan pemilik. Pada umumnya jenis saham meliputi saham dengan dan tanpa nilai nominal, saham biasa dan saham preferen. Namun di Indonesia, berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (2) Undang-undang Perseroan 1995 pengeluaran saham tanpa nilai nominal tidak diperbolehkan. Dengan demikian semua saham yang dikeluarkan oleh badan Indonesia harus mempunyai nilai nominal. Modal saham PT. ERA Griya Selaras terdiri dari : Nama Pemegang Saham Persentase Jumlah Nancy Amelya 60 % Rp ,00 Hajjah Quraisin 40 % ,00 Rp ,00 60

10 9. Laba (Rugi) Ditahan Walaupun dalam praktek akuntansi secara meluas masih digunakan istilah laba ditahan, tetapi standar akuntansi keuangan menyebutnya dengan istilah saldo laba atau rugi. PSAK no. 21 menyatakan saldo laba atau rugi menunjukkan akumulasi hasil usaha dalam suatu periode setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba atau rugi periode lalu. Total saldo Rugi ditahan PT. ERA Griya Selaras per 31 desember 2008 adalah sebesar Rp , Laba (Rugi) Tahun Berjalan Laba atau rugi tahun berjalan merupakan laba atau rugi yang dialami oleh PT. ERA Griya Selaras pada periode akuntansi yang berjalan, dimana per 31 Desember 2008 PT. ERA Griya Selaras mengalami keuntungan sebesar Rp ,00. C. Penjelasan Pos-Pos Perkiraan Pada Laporan Laba Rugi 1. Pendapatan Komisi Pendapatan komisi merupakan objek pajak penghasilan, berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, diperoleh informasi bahwa dalam menjalankan usahanya PT. ERA Griya Selaras mempunyai objek pajak penghasilan tahun 2008, berupa pendapatan komisi yang berasal dari komisi atas penjualan atau penyewaan unit tanah dan atau bangunan. Selama periode tahun 2008 pendapatan komisi yang diterima berasal dari penjualan atas unit-unit tanah dan bangunan sebagai berikut : Komisi Penjualan Rumah Type Amethyst Rp ,00 61

11 Komisi Penjualan Rumah Type Amethyst ,00 Komisi Penjualan Rumah Type Athena ,00 Komisi Penjualan Rumah Type Amethyst ,00 Komisi Penjualan Rumah Simprug Blok E ,00 Komisi Penjualan Rumah Simprug Blok F ,00 Komisi Penjualan Rumah Pesona Depok II ,00 Komisi Penjualan Rumah Pati Unus No ,00 Komisi Penjualan Tanah di Jalan Perjuangan II ,00 Komisi Penjualan Daksa Resident ,00 Total Komisi Penjualan Tahun 2008 Rp ,00 Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 44, PT. ERA Griya Selaras mengakui adanya pendapatan komisi, apabila proses penjualan telah selesai dan penerimaan uang pembayaran atas penjualan unit tanah dan atau bangunan minimal sebesar 20 % dari harga transaksi. Menurut Undang-undang perpajakan, penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan merupakan objek pajak dan perhitungan pajak penghasilannya menggunakan perhitungan tarif pajak pasal 17 UU PPh tahun Pencatatan akuntansi PT. ERA Griya Selaras pada saat menerima komisi dari hasil penjualan atau penyewaan unit-unit tanah dan atau bangunan adalah sebagai berikut : Bank / Kas Rp xxxxxx Pendapatan Komisi PPN Keluaran Rp xxxxxx Rp xxxxxx 62

12 2. Pengakuan Beban Untuk mengetahui jumlah besarnya penghasilan kena pajak, maka sangatlah perlu untuk mengetahui perhitungan perincian beban yang menjadi pengurang dari objek pajak penghasilan. Berikut ini adalah perincian beban-beban dari Laporan laba rugi PT. ERA Griya Selaras, terdiri dari : a. Beban Penjualan Terdiri dari ; Komisi Marketing Rp ,00 Royalty ,00 NMF ERA Indonesia ,00 Tunjangan Transport ,00 Marketing Material Rp ,00 Bahan Bakar/bensin, Parkir dan Tol ,00 Perijinan Notaris ,00 Perlengkapan dan Bahan ,00 Pos dan Materai ,00 Telepon ,00 Majalah/Koran ,00 Iklan ,00 Jumlah Beban Penjualan Rp ,00 Beban Penjualan diatas merupakan beban atas pembiayan rutin bagian marketing PT. ERA Griya Selaras. Berikut ini adalah penjelasan setiap pos- 63

13 pos dari perkiraan beban penjualan pada laporan laba rugi PT. ERA Griya Selaras, yaitu sebagai berikut : 1) Komisi Marketing Beban komisi marketing sebesar Rp ,00 merupakan komisi yang dibayarkan kepada karyawan bagian marketing atas usahanya dalam menjual atau menyewakan unit-unit tanah dan atau bangunan. Beban komisi ini dibayarkan langsung kepada karyawan yang bersangkutan jika telah terjadi transaksi penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan. 2) Royalty Beban royalty yang berjumlah Rp ,00 merupakan beban PT. ERA Griya Selaras yang harus dibayar kepada franchisor dalam hal ini adalah PT. ERA Indonesia, yang dihitung dengan rumus 4 % dari pendapatan komisi bersih atas hasil pejualan atau penyewaan unit-unit tanah dan atau bangunan 3) NMF ERA Indonesia Beban Nmf Era Indonesia yang berjumlah Rp ,00 merupakan beban yang harus dibayar PT. ERA Griya Selaras kepada PT. ERA Indonesia apabila PT. ERA Griya Selaras melakukan transaksi penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan, dimana jumlahnya dihitung dengan rumus 6 % dari pendapatan komisi bersih. 64

14 4) Tunjangan Transport Beban tunjangan transport sebesar Rp ,00 adalah tunjangan yang diberikan oleh PT. ERA Griya Selaras kepada Manager bagian marketing yang bertempat tinggal jauh dari lokasi kantor. 5) Marketing Material Beban marketing material yang berjumlah Rp ,00 adalah beban atas biaya-biaya yang timbul karena pembuatan spanduk, umbulumbul, papan arah, stempel dan lain-lain yang berhubungan dengan bagian marketing atas usahanya untuk memasarkan unit-unit tanah dan atau bangunan yang dijual atau disewakan. 6) Bahan bakar/bensin, Parkir, dan Tol Beban bahan bakar/bensin, parkir, dan tol yang berjumlah Rp ,00 merupakan beban pemakaian bahan bakar/bensin, biaya parkir dan tol yang diberikan kepada karyawan bagian marketing untuk tujuan menemui klien yang akan menjual atau menyewakan unit-unit tanah dan atau bangunan. 7) Perijinan Notaris Beban perijinan notaris sebesar Rp ,00 adalah beban yang dibayar kepada PT. ERA Indonesia pada setiap bulannya untuk biaya perijinan dalam melakukan perjanjian penjualan atau penyewaan terhadap unit-unit tanah dan atau bangunan atas jasa notaris yang telah ditunjuk oleh PT. ERA Indonesia. 65

15 8) Perlengkapan dan bahan Beban perlengkapan dan bahan sebesar Rp ,00 ini timbul karena pembelian kebutuhan alat tulis kantor untuk bagian marketing, seperti pembelian alat-alat tulis kantor, kertas, amplop, dan lain-lain. 9) Pos dan Materai Beban pos dan materai sebesar Rp ,00 ini timbul akibat adanya perjanjian jasa pemasaran yang dilakukan oleh bagian marketing karena adanya transaksi penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan. 10) Telepon Beban telepon sebesar Rp ,00 merupakan biaya pemakaian pulsa telepon bagian marketing untuk mencari listingan dan memasarkan unit-unit tanah dan atau bangunan yang bertujyan untuk memenuhi target pemasaran. Pencatatan pemakaian pulsa beban telepon dibedakan antara bagian marketing dengan kegiatan operasional peerusahaan. 11) Majalah atau Koran Beban majalah atau koran yang berjumlah Rp ,00 adalah beban yang timbul karena PT. ERA Griya Selaras berlangganan koran Kompas dan Business Indonesia untuk mengetahui informasi-informasi terkini mengenai properti. 12) Iklan Beban iklan yang berjumlah Rp ,00 merupakan beban yang timbul karena adanya biaya untuk memasang iklan pada harian surat kabar 66

16 dan majalah-majalah properti untuk mempromosikan unit tanah dan atau bangunan yang akan dijual atau disewakan. b. Beban Administrasi dan Umum Terdiri dari ; Gaji Rp ,00 Tunjangan Makan ,00 PPh Pasal ,00 Training dan Pendidikan ,00 Depresiasi Peralatan Kantor ,00 Depresiasi Gedung Kantor dan lainnya ,00 Service Charge ,00 Administrasi Bank ,00 Fotocopy dan Binding ,00 Cetak Film dan Separasi,00 Perlengkapan dan Bahan Kantor ,00 Pos dan Materai ,00 Listrik ,00 Telepon ,00 Amortisasi Franchise Rp ,00 Lain-lain ,00 Jumlah Beban Administrasi dan Umum Rp ,00 67

17 Beban Administrasi dan Umum merupakan beban yang berhubungan dengan biaya operasional kantor pada umumnya. Dibawah ini adalah penjelasan dari pos-pos perkiraan beban administrasi dan umum pada laporan laba rugi PT. ERA Griya Selaras, yaitu sebagai berikut : 1) Gaji Beban gaji yang berjumlah Rp ,00 (dua puluh lima juta empat ratus lima puluh sembilan ribu enam ratus delapan rupiah) merupakan beban atas gaji yang dibayarkan kepada karyawan PT. ERA Griya Selaras. Beban gaji dibayarkan pada setiap akhir bulan dan Tunjangan Hari Raya (THR) dibayar sekali dalam satu (1) tahun. Pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) atas beban gaji dibayarkan oleh perusahaan. 2) Tunjangan Makan Beban tunjangan makan yang berjumlah Rp ,00 (lima juta sembilan ratus lima ribu rupiah) merupakan beban yang timbul karena perusahaan memberikan biaya makan karyawan pada setiap harinya. 3) PPh Pasal 21 Beban PPh pasal 21 yang berjumlah Rp ,00 (tiga ratus dua puluh ribu lima ratus rupiah) adalah beban pajak penghasilan yang timbul atas beban gaji karyawan yang ditanggung oleh perusahaan. 4) Training dan Pendidikan Beban training dan pendidikan sebesar Rp ,00 (satu juta lima ratus sembilan puluh delapan ribu enam ratus enam puluh tiga rupiah) ini timbul karena adanya 68

18 training dan pendidikan yang dilakukan oleh PT. ERA Indonesia yang mana setiap member broker harus mengirimkan perwakilan perusahaannya masing-masing. 5) Depresiasi Peralatan kantor Perhitungan beban depresiasi atau penyusutan peralatan kantor PT. ERA Griya Selaras menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line methode) dengan perkiraan masa manfaat selama lima (5) tahun dengan persentase penyusutan pertahun sebesar 20 %. Jumlah beban depresiasi peralatan kantor PT. ERA Griya Selaras adalah sebesar Rp ,00 (satu juta dua puluh delapan ribu lima ratus delapan puluh satu rupiah). 6) Depresiasi Gedung Kantor dan Lainnya Perhitungan beban depresiasi atau penyusutan gedung kantor dan lainnya (folding gate urat kayu, terain pintu mikro) PT. ERA Griya Selaras menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line methode) dengan perkiraan masa manfaat selama dua puluh (20) tahun dengan persentase penyusutan pertahun sebesar 5 %. Jumlah beban depresiasi gedung kantor dan lainnya adalah sebesar Rp ,00 (sebelas juta enam ratus lima puluh lima ribu rupiah). 7) Service Charge Beban service charge yang berjumlah Rp ,00 (delapan juta rupiah) merupakan biaya yang dibayar kepada pengelola gedung sebagai biaya pemeliharaan gedung kantor. 8) Administrasi Bank Beban administrasi bank yang berjumlah Rp ,00 (tiga ratus dua ribu rupiah) merupakan beban yang timbul karena adanya transaksi jasa giro PT. ERA Griya 69

19 Selaras, seperti biaya cetak rekening koran, biaya administrasi rekening giro setiap bulannya, biaya pembuatan buku cek, dan biaya-biaya perbankan lainnya. 9) Fotocopy dan Binding Beban fotocopy dan binding yang berjumlah Rp ,00 (satu juta seratus empat puluh sembilan ribu delapan ratus lima puluh rupiah) adalah beban yang timbul sebagai akibat dari pengeluaran biaya operasional rutin kantor yang dibedakan dengan biaya yang dikeluarkan oleh bagian marketing. 10) Cetak Film dan Separasi Beban cetak film dan separasi yang berjumlah Rp ,00 (lima ratus empat puluh tujuh ribu enam ratus lima puluh satu rupiah) merupakan biaya-biaya yang timbul untuk mendukung kegiatan penjualan dan melengkapi data-data penjualan bagian marketing untuk memasarkan unit-unit tanah dan atau bangunan. 11) Perlengkapan dan Bahan Kantor Beban perlengkapan dan bahan kantor yang berjumlah sebesar Rp ,00 (empat juta sembilan ratus empat puluh empat ribu enam ratus lima puluh rupiah) merupakan biaya yang timbul sebagai akibat dari pengeluaran biaya operasional kantor untuk mendukung pekerjaan staf kantor, seperti membeli buku kas, tinta printer, kertas, dan alat tulis lainnya. 12) Pos dan Materai Beban pos dan materai yang berjumlah Rp ,00 (seratus delapan belas ribu rupiah) merupakan biaya yang timbul karena adanya biaya kirim dokumen, pembelian materai untuk pengurusan surat-surat atau kwitansi-kwitansi untuk kelancaran transaksi yang dilakukan PT. ERA Griya Selaras. 70

20 13) Listrik Beban listrik yang berjumlah Rp ,00 (delapan juta tiga puluh sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh rupiah), merupakan beban yang timbul sebagai akibat dari pemakaian listrik oleh perusahaan. 14) Telepon Beban telepon sebesar Rp ,00 (tujuh belas juta lima ratus empat puluh satu ribu tiga ratus empat puluh empat rupiah), merupakan biaya pemakaian pulsa telepon yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. 15) Amortisasi Franchise Beban amortisasi (penyusutan) franchise yang berjumlah Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) timbul karena PT. ERA Griya Selaras merupakan perusahaan franchise yang menggunakan brand ERA. Franchise merupakan kelompok aktiva tetap tidak berwujud dimana dikenakan penyusutan pada setiap tahunnya. 16) Lain-lain Biaya lain-lain yang berjumlah Rp ,00 (dua juta delapan puluh sembilan ribu enam ratus tiga puluh empat rupiah) merupakan beban yang terdiri dari beban air minum, keperluan sehari-hari kantor, dan lain-lain. c. Pendapatan (Biaya) Lain-lain Terdiri dari ; Pendapatan Bunga / Jasa Giro Rp ,00 Pendapatan Bunga Deposito ,00 71

21 Pajak atas Pendapatan Bunga ( ,00) Jumlah Pendapatan (Biaya) lain-lain Rp ,00 Berikut ini merupakan penjelasan atas pos-pos perkiraan pendapatan (biaya) lain-lain dari laporan laba rugi PT. ERA Griya selaras, yaitu : 1) Pendapatan bunga atau Jasa Giro Pendapatan bunga atau jasa giro merupakan pendapatan bunga yang berasal dari rekening bank atas jasa giro yang dimiliki oleh PT. ERA Griya Selaras. 2) Pendapatan Bunga Deposito Pendapatan bunga deposito merupakan pendapatan yang didapat dari bunga atas deposito yang dimiliki PT. ERA Griya Selaras. 3) Pajak atas Pendapatan Bunga Pajak atas pendapatan bunga adalah pajak yang dikenakan atas bunga yang didapat dari pendapatan bunga atas jasa giro yang dimiliki PT. ERA Griya Selaras. D. Rekonsiliasi Antara Laporan Keuangan Komersial Dengan Laporan Keuangan Fiskal Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan komersial dengan kebijakan perpajakan menghasilkan jumlah angka laba yang berbeda (laba fiskal vs laba komersial). Deskripsi hubungan kausal antara laba fiskal dan laba 72

22 komersial menghasilkan perbedaan angka yang bersifat permanen atau sementara. Perbedaan tetap atau permanen (permanent differences) terjadi karena administrasi pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba komersial (menurut standar akuntansi) tanpa adanya koreksi di kemudian hari. Perbedaan permanen dapat positif apabila laba komersial lebih besar dari laba fiskal dan juga dapat negatif apabila laba komersial lebih kecil dari laba fiskal. Perbedaan permanen negatif disebabkan adanya pengeluaran yang merupakan beban dalam laba komersial, tetapi tidak diakui demikian menurut fiskal (misalnya sumbangan dan kenikmatan atau natura). Perbedaan waktu (timing differences), yang bersifat sementara, terjadi karena adanya ketidaksamaan saat terjadinya pengakuan penghasilan dan beban oleh administrasi pajak dan masyarakat profesi akuntan. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengaturan beban untuk tujuan pajak lebih cepat daripada pengakuan beban untuk akuntansi (misalnya penyusutan) atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. Sebaliknya, perbedaan waktu negatif terjadi apabila ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban menurut peraturan akuntansi (misalnya persediaan) atau akuntansi mengakui penghasilan lebih dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan perpajakan (misalnya penghasilan kumulatif beberapa tahun). Perbedaan waktu menyebabkan perhitungan pajak atas jumlah laba yang berbeda dengan jumlah laba menurut akuntansi. Namun, perbedaan tersebut akan dikoreksi secara otomatis dikemudian hari. Dengan demikian, tidak ada perbedaan alokasi beban dan penghasilan antar periode untuk tujuan fiskal dan akuntansi. 73

23 Laporan keuangan komersial yang berupa neraca dan laporan laba rugi disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum. Dengan diketahuinya perbedaan perlakuan antara komersial dan fiskal, maka dibuatlah rekonsiliasi laporan keuangan, sebagai sarana penyesuaian menuju penyusunan laporan keuangan fiskal. Berikut ini adalah tabel koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersial PT. ERA Griya Selaras Tahun 2008 : 74

24 TABEL 4 4 PT. ERA GRIYA SELARAS KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2008 (dalam rupiah) a Perkiraan kal nya um - lain Sumber : Laporan Keuangan yang diolah oleh penulis 75

25 Dibawah ini merupakan penjelasan dari pos-pos perkiraan pendapatan dan beban pada laporan laba rugi komersial PT. ERA Griya Selaras yang telah dikoreksi fiskal berdasarkan pada tabel diatas, yaitu : 1. Perkiraan Pendapatan Komisi Pendapatan komisi yang didapat oleh PT. ERA Griya Selaras merupakan pendapatan atas komisi yang diterima dari penjualan atas unit tanah dan atau bangunan yang terjadi selama tahun 2008, dimana pada transaksi penjualan tersebut, baik menurut ketentuan perpajakan maupun ketentuan akuntansi tidak terdapat perbedaan perlakuan sehingga tidak mengalami koreksi fiskal. 2. Perkiraan Beban a. Tunjangan Transport Pada pos perkiraan tunjangan transport yang termasuk dalam kelompok biaya penjualan terlihat adanya koreksi fiskal positif sebesar Rp ,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena jumlah tersebut merupakan biaya transportasi karyawan maupun manager yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha, sehingga dapat dikategorikan sebagai kenikmatan atau natura. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1) beban yang diberikan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. b. Majalah / Koran Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp ,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena majalah / koran ini dibeli untuk keperluan manager atau 76

26 direktur, sehingga dapat dikategorikan sebagai kenikmatan atau natura. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1) beban yang diberikan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. c. PPH Pasal 21 Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp ,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan atas gaji karyawan dimana pajak tersebut telah dipotong dari gaji karyawan yang selanjutnya dibayarkan pajaknya. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan pasal 9 ayat (1) pajak penghasilan merupakan beban yang tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. d. Depresiasi Peralatan kantor Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal negatif sebesar Rp ,00 (seratus tiga puluh delapan ribu seratus enam puluh sembilan rupiah). Hal ini disebabkan karena perbedaan perhitungan penyusutan antara komersial dan fiskal, perhitungan penyusutan pada akuntansi komersial menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 5 (lima) tahun dan tarif penyusutan sebesar 20 % pertahun, sedangkan pada perhitungan penyusutan menurut fiskal berdasarkan peraturan Undang-undang Pajak Penghasilan, jenis aktiva berupa peralatan kantor termasuk golongan I (satu), dengan menggunakan metode garis lurus, mempunyai masa manfaat selama 4 (empat) tahun, dan tariff penyusutannya sebesar 25 % pertahun. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda waktu. 77

27 e. Amortisasi Franchise Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp ,00 (tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perhitungan penyusutan antara komersial dengan fiskal. Pada perhitungan penyusutan berdasarkan komersial menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 5 (lima) tahun dengan tarif penyusutan sebesar 20 % pertahun, sedangkan pada perhitungan fiskal berdasarkan peraturan Undang-undang Pajak Penghasilan, jenis aktiva tidak berwujud seperti amortisasi franchise termasuk dalam golongan II (dua), dengan menggunakan metode garis lurus, mempunyai masa manfaat selama 8 (delapan) tahun, dan tarif penyusutannya sebesar 12,5 % pertahun. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda waktu. Pada pos perkiraan biaya lain-lain ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp ,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena jumlah tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT. ERA Griya Selaras untuk memenuhi keperluan dapur, sehingga dapat dikategorikan sebagai kenikmatan atau natura. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1) beban yang diberikan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. 3. Perkiraan Pendapatan (Biaya) Lain-lain a. Pendapatan Bunga / Jasa Giro Pada pos perkiraan ini terlihat adanya koreksi fiskal negatif sebesar Rp ,00. Perkiraan ini dikoreksi fiskal karena jasa giro dan pendapatan bunga merupakan objek pajak penghasilan final dengan tarif 20 %. Berdasarkan ketentuan 78

28 Undang-undang Perpajakan, jasa giro dan pendapatan bunga tidak boleh diakui sebagai objek pajak penghasilan karena merupakan penghasilan final, yaitu penghasilan yang telah dikenakan pajak sebelumnya. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. b. Pendapatan Bunga Deposito Pada pos perkiraan ini terlihat adanya koreksi fiskal negatif sebesar Rp Perkiraan ini dikoreksi fiskal karena bunga deposito merupakan objek pajak penghasilan final dengan tarif 20 %. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan bunga deposito dan pendapatan bunga tidak boleh diakui sebagai objek pajak penghasilan karena merupakan penghasilan final, yaitu penghasilan yang telah dikenakan pajak sebelumnya. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. c. Pajak atas Pendapatan Bunga Pada pos perkiraan ini terlihat adanya koreksi fiskal positif sebesar Rp ,00. Perkiraan ini dikoreksi fiskal karena pajak atas pendapatan bunga merupakan pajak yang langsung di potong oleh bank atas deposito. Berdasarkan ketentuan Undangundang Perpajakan pasal 9 ayat (1) pajak atas pendapatan bunga merupakan beban yang tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. E. PAJAK PENGHASILAN (PPh) TERUTANG BADAN Setelah dilakukannya koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial dan telah dibuatkan laporan keuangan fiskal, maka diketahui bahwa untuk pembukuan tahun 79

29 pajak 2008 PT. ERA Griya Selaras mengalami keuntungan sebesar Rp ,00. Pajak penghasilan (PPh) terutang dapat diketahui dengan mengalikan laba bersih berdasarkan tarif pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sehubungan dengan keuntungan yang didapat PT. ERA Griya Selaras, maka pajak penghasilan (PPh) terutang untuk tahun pajak 2008 adalah sebesar Rp ,00. Menurut ketentuan peraturan Undang-undang Pajak Penghasilan, maka PPh Terutang PT. ERA Griya Selaras untuk tahun pajak 2008 adalah sebagai berikut : Rp ,00 x 10 % = Rp ,00 Rp ,00 x 15 % = Rp ,00 Rp ,00 F. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) Surat pemberitahuan (SPT) ini dapat dilaporkan pada masa bulanan maupun tahunan, PT. ERA Griya Selaras melaporkan PPh terutang tahunan pada kantor pelayanan pajak Jakarta Kebayoran Lama sebesar Rp ,00 jumlah ini tidak sesuai dengan jumlah koreksi fiskal yang di lakukan oleh penulis, yaitu terjadi kesalahan kekurangan pencatatan pada SPT pajak penghasilan terutang tahun 2008 sebesar Rp ,00, yang seharusnya berdasarkan hasil dari koreksi fiskal bejumlah Rp ,00. 80

30 G. Rangkuman Temuan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan masalah yang telah dipaparkan dalam bab IV ini, maka penulis membuat rangkuman yang merupakan hasil temuan dari penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa PT. ERA Griya Selaras telah memungut, melaporkan, dan menyetorkan PPh ke kas negara atas penghasilan yang berasal dari pengalihan penjualan atau penyewaan hak atas unit tanah dan atau bangunan. 2. Selain telah memungut, melaporkan, dan menyetorkan PPh ke kas negara, PT. ERA Griya Selaras juga telah memungut, melaporkan, dan menyetorkan PPN atas penghasilan yang berasal dari pendapatan komisi atas penjualan atau penyewaan unit tanah dan atau bangunan. 3. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa PT. ERA Griya Selaras belum melakukan koreksi fiskal sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan, sehingga laporan dalam surat pemberitahuan (SPT) Tahunan yang dilaporkan adalah tidak benar. Berdasarkan koreksi fiskal yang dibuat penulis yang berpedoman pada ketentuan Undang-undang Perpajakan diketahui bahwa PT. ERA Griya Selaras tidak menderita kerugian, tetapi mendapat keuntungan atau laba sebesar Rp ,00. Dengan diperolehnya keuntungan atau laba, maka PT. ERA Griya Selaras dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif sebesar 10 % dan 15% jadi jumlah pajak terutang untuk tahun pajak 2008 adalah sebesar Rp ,00. 81

31 4. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kendala yang terdapat dalam penyusunan laporan keuangan PT. ERA Griya Selaras adalah pada divisi accounting, yang tidak menyajikan laporan keuangan fiskal dengan benar, hal ini dapat terlihat dari kesalahan jumlah PPh terutang yang dilaporkan pada SPT Tahunan. Hal ini sangat merugikan perusahaan, karena pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tidak dapat mengetahui secara benar berapa besar jumlah pajak yang terutang. 5. Temuan akhir yang penulis dapatkan dari hasil penelitian yaitu bahwa masih terdapat biaya-biaya yang belum di kenakan pajak, seperti biaya royalty dan biaya Nmf Era Indonesia yang seharusnya dikenakan tarif pajak sebesar 15 %. Selain itu, juga terdapat biaya-biaya yang merupakan pengeluaran bagi PT. ERA Griya Selaras tetapi merupakan pendapatan bagi pihak yang menerima yaitu biaya komisi marketing seharusnya dikenakan tarif pajak sesuai dengan pasal 21 UU Pajak Penghasilan, serta biaya service charge dan biaya perizinan notaris seharusnya dikenakan tarif pajak sebesar 15 %, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 23 UU Pajak Penghasilan 82

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal untuk Penentuan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Pada PT. Bijama Makmur Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material. Oleh karena itu, manajemen pajak harus dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan Wajib Pajak Badan PT. MBPK. Laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. MBPK bertujuan untuk informasi

Lebih terperinci

A. Pengertian Laporan Keuangan

A. Pengertian Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah kesimpulan dari hasil pencatatan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang di terima umum dan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC IV.1 Evaluasi Atas Penghasilan Pada PT AIDC Pasal 4 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000 secara rinci memberikan pengertian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa Periode akuntansi yang diterapkan di PT Persada Aman Sentosa adalah tahun takwim, yaitu periode yang dimulai

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire Vennotschap/ Perseroan Komanditer). Perusahaan ini didirikan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal sebagai dasar Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. DEF. Laporan Keuangan yang dibuat oleh PT. DEF bertujuan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP Diah Soleha, Gen Norman Thomas, SE., Ak., MM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biaya yang boleh dan tidak boleh

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. PENYAJIAN DATA 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa PT. Sehat Sukses Sentosa merupakan subjek pajak yang telah didaftar dan memiliki Nomor Pokok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan PPh pasal 23 yang telah dilaksanakan oleh Bank Mandiri dalam upaya mematuhi Undang-undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metrokom Jaya berdiri pada tahun 2007, telah menjadi pemimpin dalam bidang penjualan komputer bekas. Memulai bisnis di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT TGS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris dengan No Akte 145 tanggal 23 April 1996. Akta pendirian tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT Multi Indocitra Tbk, tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dari analisa yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan a. Orang pribadi yang melakukan

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa kita harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 50, 1983 FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Laba Rugi Komersial Dalam Penentuan PPh Terhutang Pada PT. Mutiara Intrareksa

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771 SPT TAHUNAN 1771 DEPARTEMEN KEUANGAN RI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6 SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi alat laboratorium, reagen kimia klinik dan seluruh perlengkapan

Lebih terperinci

BUKTI KAS KELUAR BUKTI KAS MASUK

BUKTI KAS KELUAR BUKTI KAS MASUK BKK No. : 01/BKK Tanggal : 01 December 2009 BUKTI KAS KELUAR Dibayarkan kepada : Bagian Gaji dan Upah Jumlah Dibayar : Dua puluh tiga juta seratus dua puluh lima ribu rupiah : Pembayaran gaji karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada umumnya menjalankan kegiatan operasionalnya selain bertujuan mencari laba juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Agar

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak manajemen. Laporan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 : 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan atas Pendapatan dan Beban PT. XYZ PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengelolaan gedung dan jasa lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang: Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato. Selain dalam pelaksanaan pembukuan yang sudah menggunakan komputer, dalam pembayaran atas pajak-pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Ragam Anugerah Mandiri didirikan pada tanggal 20 April 2006 dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU. BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) IV.1 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU. Hal paling utama dalam melaksanakan perencanaan pajak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER dan DAFTAR ISI Halaman LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Laporan Posisi Keuangan... 1. Laporan Laba Rugi Komprehensif...

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan 65 BAB IV Analisis Hasil Dan Pembahasan A. Koreksi Fiskal Dalam Penentuan Pajak Penghasilan Badan PT. Anugerah Kemas Indah. Telah diketahui bahwa Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Lebih terperinci

Deposito Berjangka. Cadangan Piutang Ragu-ragu. Piutang Lain-lain - Penjualan Aktiva Tetap. Piutang Lain-lain - Lainnya

Deposito Berjangka. Cadangan Piutang Ragu-ragu. Piutang Lain-lain - Penjualan Aktiva Tetap. Piutang Lain-lain - Lainnya Kelompok 2 (29C): 1. Agatha Nike Primarini Widhi M 2. Fitria Melynsyah Yusuf 3. Intanika Wahyu Hidayati 4. Lestari Suci Karyani Tugas Sistem Informasi Akuntansi Contoh Coding pada PT. Industri Krupuk Renyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning pada PT. Makro Rekat Sekawan Dalam implementasi tax planning pada PT. Makro Rekat Sekawan strategi yang digunakan untuk penghematan pajak

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban) Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban) Klasifikasi kewajiban dan aspek perpajakannya Beban Bunga Pinjaman Pembebasan utang Akuntansi Pajak Atas Ekuitas Investasi jangka pendek dan jangka panjang Bentuk

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 1771 PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN)

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 121.433.163.880 119.658.017.889 Deposito berjangka 5 2.135.930.652 2.424.600.790 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan 5.1 Pengertian PPh Badan PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Laporan Laba/ Rugi. Laporan Perubahan Modal. Neraca. Laporan Arus Kas

Laporan Keuangan. Laporan Laba/ Rugi. Laporan Perubahan Modal. Neraca. Laporan Arus Kas MATERI K.D 1.5 Kompetensi Dasar : 1.5 Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Dagang Kegiatan akhir dari proses akuntansi perusahaan dagang di antaranya adalah membuat laporan keuangan. Secara umum komponen

Lebih terperinci

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 1. UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk ( Perusahaan ) didirikan pada tanggal

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 138 TAHUN 2000 (138/2000) TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi dan Fungsi Pajak Definisi atau pengertian pajak yang mengacu pada pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat

Lebih terperinci