BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi alat laboratorium, reagen kimia klinik dan seluruh perlengkapan laboraturium. Sebagai Wajib Pajak, PT. PAS sudah melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat dilihat bahwa PT. PAS sudah mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak dan telah mendapatkan NPWP. Selain itu, PT. PAS juga sudah melakukan pembukuan, membayar pajak, serta mengisi dan menyampaikan SPT, baik SPT Masa maupun SPT Tahunan. Pembukuan dan penyajian laporan keuangan PT. PAS dibuat berdasarkan Prinsip Akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan. Laporan keuangan ini disebut sebagai laporan keuangan komersial. Dari kegiatan usahanya dapat dilihat laporan keuangan PT. PAS selama tahun 2010, 2011, dan 2012 yaitu: 47

2 48 Tabel 4.1 PT. PAS NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 2010, 2011, dan 2012 (RUPIAH) AKTIVA AKTIVA LANCAR : Kas atau Setara Kas Piutang Usaha Persediaan Barang Uang Muka Leasing Uang Muka Pajak Uang Jaminan Tender Piutang Karyawan Aktiva Lancar Lainnya TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP : Inventaris Kantor Kendaraan Peralatan Akumulasi Penyusutan ( ) ( ) ( ) TOTAL AKTIVA TETAP TOTAL AKTIVA PASIVA KEWAJIBAN LANCAR : Hutang Dagang Hutang Pajak Hutang Bank Kewajiban Lancar Lain-lain TOTAL KEWAJIBAN LANCAR EKUITAS Modal Saham Laba Ditahan Laba Tahun Berjalan TOTAL EKUITAS TOTAL PASIVA (Sumber : Laporan Keuangan PT. PAS)

3 49 Tabel 4.2 PT. PAS PERHITUNGAN RUGI LABA PER TANGGAL 31 DESEMBER 2010, 2011, dan 2012 (RUPIAH) PENGHASILAN Penjualan Retur dan Koreksi Penjualan Bersih HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal Pembelian Barang Persediaan Akhir ( ) ( ) ( ) Jumlah Harga Pokok Penjualan LABA KOTOR BIAYA OPERASIONAL Biaya Gaji Karyawan Biaya Bonus/THR Biaya Perantara dan Komisi Biaya Listrik dan PDAM Biaya Telepon dan Fax Biaya Bahan Bakar Minyak Biaya Spareparts/Suku Cadang Biaya Parkir/Tol Biaya Perjalanan Dinas Biaya Website & Internet Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Fotocopy/Cetakan Biaya Materai Biaya Transport/Taxi Biaya Entertainment Biaya Service komputer Biaya Angkut Barang Biaya Pulsa Telepon Biaya Lain-lain Jumlah Biaya Operasional LABA OPERASI BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Iklan Biaya Keperluan Rumah Tangga Kantor Biaya Pemeliharaan/Perbaikan Biaya Makan Bersama Biaya Pengobatan Biaya Seminar/Pendidikan

4 Biaya Leasing Biaya Sumbangan Biaya Bunga Pinjaman Biaya Penyusutan Biaya Keperluan Kantor Lainnya Biaya Akta/Perizinan Biaya Administrasi Bank Biaya Serba-serbi Biaya Pajak Penghasilan Jumlah Biaya Umum dan Administrasi LABA USAHA ( ) PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN Pendapatan Bunga Bank ( ) ( ) ( ) Pendapatan Lain-lain ( ) ( ) - Jasa Giro Administrasi Bank Selisih Kas Jumlah Pendapatan/Biaya Lain-lain ( ) ( ) Laba (Rugi) Perusahaan Sebelum Pajak ( ) (Sumber : Laporan Keuangan PT. PAS) Untuk mendapatkan laba fiskal dalam menghitung Pajak penghasilan Badan, maka diperlukan suatu analisis atas biaya komersial untuk menentukan apakah biaya-biaya komersial tersebut termasuk dalam biaya fiskal atau biaya non fiskal, dimana biaya non fiskal perlu dilakukan koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi fiskal terdiri dari dua yaitu : koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif adalah koreksi yang mengakibatkan peningkatan penghasilan yang diakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan laba rugi komersial. Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang mengakibatkan penurunan penghasilan yang diakibatkan oleh penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial. Sebelum koreksi fiskal dilakukan, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap objek pajak penghasilan dan biaya-biaya yang terjadi pada PT. PAS. Berikut ini adalah biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh PT. PAS secara umum dari tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah sebagai berikut:

5 51 1. Gaji karyawan adalah semua gaji yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawa, gaji tersebut dibagikan kepada karyawannya berdasarkan golongan dan jabatan masing-masing karyawan. 2. Bonus/THR, biaya ini merupakan jumlah yang dibayar PT. PAS kepada seluruh karyawan sesuai dengan golongan atau jabatan masing-masing karyawan dan juga berupa sembako. 3. Perantara/komisi adalah komisi yang diberikan perusahaan kepada karyawan. 4. Listrik merupakan biaya listrik yang digunakan untuk keperluan kantor selama 1 tahun 5. PDAM adalah biaya air minum yang dikeluarkan untuk membiayai air minum yang digunakan kantor selama 1 tahun. 6. Telepon dan fax adalah biaya yang digunakan untuk kepentingan selama di kantor. 7. Bahan Bakar Minyak merupakan pengeluaran berupa bensin yang penggunaannya berkaitan dengan kegiatan perusahaan, untuk mengirim barang atau pembelian untuk keperluan kantor. 8. Sparepart/Suku Cadang Kendaraan, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya pelumas dan lain-lain yang digunakan untuk menjalankan mesin bubut yang dimiliki perusahaan. 9. Parkir dan tol merupakan biaya yang dikenakan saat kendaraan operasional kantor melakukan pengiriman barang. 10. Biaya Perjalanan Dinas, biaya ini merupakan pengeluaran perusahaan atas perjalanan karyawannya ke luar kota dalam rangka perjalanan dinas untuk kegiatan operasional perusahaan. 11. Website dan Internet, biaya ini merupakan biaya yang dikelurkan perusahaan untuk iklan melalui website dan interne, biaya iklan ini dikeluarkan perusahaan dalam rangka menjalankan kegiatan usaha. 12. Alat Tulis Kantor dan Materai, Alat tulis kantor dan materai merupakan pendukung yang digunakan dalam keperluan administrasi perusahaan seperti stempel, bolpoin, materai, dan lain-lain 13. Fotocopy, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan laporan yang diperlukan perusahaan dalam kegiatan usaha.

6 Transport/Taxi, perusahaan mengeluarkan biaya transport sehubung dengan transportasi karyawan yang menggunakan kendaraan umum ke kantor seperti taxi. Perusahaan memberikan dalam bentuk uang tunai kepada karyawan. 15. Entertainment, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjamu mitra bisnis sehubungan dengan pemasaran produk perusahaan selama setahun. 16. Service komputer, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar orang yang dibutuhkan untuk memperbaiki komputer perushaan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. 17. Angkut barang, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka pengiriman barang sampai kepada pelanggan, misalnya untuk melayani pemesanan di luar kota. 18. Pulsa telepon diberikan perusahaan kepada 2 orang karyawan dengan jabatan tertentu berupa biaya pulsa telepon. 19. Biaya Lain-lain merupakan biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada, termasuk didalamnya cadangan untuk pengeluaran tak terduga. 20. Iklan dikeluarkan dalam rangka memasarkan produk yang dimiliki perusahaan, iklan tersebut melalui brosur dan lain sebagainya. 21. Keperluan rumah tangga kantor, biaya ini terjadi karena adanya pembelian alat-alat rumah tangga misalnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan rumah tangga perusahaan seperti koran, majalah, bay fresh, alat-alat pembersih, pembelian sabun, tissu gulung untuk laboratorium, gas elpiji, snak untuk rapat. 22. Perbaikan/Pemeliharaan, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka memelihara, mengganti, serta memperbaiki kantor. 23. Biaya perjamuan/makan bersama dikeluarkan oleh perusahaan berupa jamuan tamu dipakai perusahaan untuk menjamu pelanggan, maupun kolega-kolega bisnis perusahaan. 24. Pengobatan, perusahaan menanggung biaya pengobatan karyawannya yang sakit.

7 Seminar/Pendidikan biaya ini dikeluarkan perusahaan untuk karyawan yang akan melakukan pelatihan dalam rangka menambah pengetahuan untuk memajukan kegiatan operasional perusahaan. 26. Leasing merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sewa guna usaha untuk kegiatan operasional perusahaan. 27. Sumbangan yang dikeluarkan PT. PAS adalah untuk disekitar kantor seperti sumbangan ke acara HUT kemerdekaan RI, dan lain sebagainya. 28. Bunga Pinjaman, biaya bunga pinjaman ini berhubungan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan yang dimaksud biaya bunga pinjaman adalah biaya administrasi yang berhubungan dengan pinjaman yang dilakukan perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan 29. Penyusutan aktiva tetap PT. PAS menggunakan metode garis lurus dan perusahaan telah mengklasifikasikan aktiva tersebut menjadi beberapa kelompok sesuai dengan masa manfaat dari aktiva tersebut. 30. Keperluan Kantor Lainnya, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keperluan kantor selama 1 tahun. 31. Perizinan dikeluarkan perusahaan untuk kepentingan izin yang berkaitan dengan berjalannya perusahaan tersebut. 32. Administrasi bank merupakan biaya administrasi bank atas pinjaman yang digunakan untuk kepentingan perusahaan. 33. Biaya Serba-serbi merupakan biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada dan jarang terjadi, termasuk didalamnya cadangan untuk pengeluaran tak terduga. 34. Pajak Penghasilan, pengeluaran perusahaan untuk membayar besarnya pajak terutang atas pajak penghasilan pasal 21 yang ditanggung perusahaan. 35. Pajak Jasa Giro merupakan Pajak Penghasilan Final atas Pendapatan Jasa Giro. 36. Selisih kas merupakan selisih antara kas menurut catatan dengan kas menurut perhitungan fisik.

8 Rekonsiliasi Laporan Laba/Rugi Fiskal Yang Telah Dilakukan PT. PAS Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya merupakan proses untuk mendapatkan laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba komersial atau laporan laba rugi. Sebagai bahan baku dalam proses rekonsiliasi fiskal ini adalah laporan laba rugi komersial biasanya disusun berdasarkan Standar Akuntansi. Dua unsur utama dalam perhitungan laba rugi adalah Penghasilan dan Biaya. Penghasilan bisa berupa penghasilan usaha maupun penghasilan dari luar usaha. Begitu pula biaya, ada biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha ada juga biaya-biaya yang dikeluarkan diluar kegiatan usaha. Dalam konteks Pajak Penghasilan, unsur dalam perhitungan laba fiskal juga terdiri dari penghasilan dan biaya, baik penghasilan dan biaya usaha, maupun penghasilan dan biaya di luar usah. Namun demikian, tidak semua penghasilan dalam laporan laba rugi komersial merupakan objek pajak dalam perhitungan Pajak Penghasilan. Begitu pula, tidak semua biaya dalam laporan laba rugi komersial dapat dikurangkan dalam perhitungan Pajak Penghasilan. Perbedaan-perbedaan seperti ini disebabkan karena pajak Pajak Penghasilan tunduk kepada ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, karena perbedaan seperti inilah maka perlu dilakukannya penyesuaian. Setelah dilakukan koreksi, terdapat selisih perhitungan antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal. Berikut hasil rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh PT. PAS dalam Laporan Keuangannya tahun 2010, 2011, dan Tabel 4.3 PT. PAS PERHITUNGAN RUGI LABA DAN REKONSILIASI FISKAL PER TANGGAL 31 DESEMBER 2010 (RUPIAH) KOMERSIAL KF. POSITIF KF. NEGATIF FISKAL PENGHASILAN Penjualan Retur dan Koreksi - - Penjualan Bersih HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal

9 55 KOMERSIAL KF. POSITIF KF. NEGATIF FISKAL Pembelian Barang Persediaan Akhir ( ) ( ) Jumlah Harga Pokok Penjualan LABA KOTOR BIAYA OPERASIONAL Biaya Gaji Karyawan Biaya Listrik dan PDAM Biaya Telepon dan Fax Biaya Bahan Bakar Minyak Biaya Spareparts/Suku Cadang Biaya Parkir/Tol Biaya Perjalanan Dinas Biaya Website & Internet Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Fotocopy/Cetakan Biaya Materai Biaya Transport/Taxi Biaya Angkut Barang Biaya Lain-lain Jumlah Biaya Operasional LABA OPERASI BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Iklan Biaya Keperluan Rumah Tangga Kantor Biaya Pemeliharaan/Perbaikan Biaya Makan Bersama Biaya Pengobatan Biaya Leasing Biaya Sumbangan Biaya Bunga Pinjaman Biaya Penyusutan Biaya Keperluan Kantor Lainnya Biaya Serba-serbi Jumlah Biaya Umum dan Administrasi LABA USAHA PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN Pendapatan Bunga Bank ( ) Pendapatan Lain-lain ( ) ( ) Jasa Giro Administrasi Bank Jumlah Pendapatan/Biaya Lain-lain ( ) ( ) Laba (Rugi) Perusahaan Sebelum Pajak (Sumber : Laporan Keuangan PT. PAS)

10 56 Tabel 4.4 PT. PAS PERHITUNGAN RUGI LABA DAN REKONSILIASI FISKAL PER TANGGAL 31 DESEMBER 2011 (RUPIAH) URAIAN KOMERSIAL KF. POSITIF KF. NEGATIF FISKAL PENGHASILAN Penjualan Retur dan Koreksi - - Penjualan Bersih HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal Pembelian Barang Persediaan Akhir ( ) ( ) Jumlah Harga Pokok Penjualan LABA KOTOR BIAYA OPERASIONAL Biaya Gaji Karyawan Biaya Perantara dan Komisi Biaya Listrik dan PDAM Biaya Telepon dan Fax Biaya Bahan Bakar Minyak Biaya Spareparts/Suku Cadang Biaya Parkir/Tol Biaya Website & Internet Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Fotocopy/Cetakan Biaya Materai Biaya Transport/Taxi Biaya Entertainment Biaya Service Komputer Biaya Angkut Barang Biaya Pulsa Telepon Biaya Lain-lain Jumlah Biaya Operasional LABA OPERASI BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Iklan Biaya Keperluan Rumah Tangga Kantor Biaya Pemeliharaan/Perbaikan Biaya Makan Bersama Biaya Pengobatan Biaya Seminar/Pendidikan Biaya Leasing Biaya Sumbangan

11 57 URAIAN KOMERSIAL KF. POSITIF KF. NEGATIF FISKAL Biaya Bunga Pinjaman Biaya Penyusutan Biaya Akta/Perizinan Biaya Serba-serbi Biaya Pajak Penghasilan Jumlah Biaya Umum dan Administrasi LABA USAHA ( ) PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN Pendapatan Bunga Bank ( ) Pendapatan Lain-lain ( ) ( ) Jasa Giro Administrasi Bank Jumlah Pendapatan/Biaya Lain-lain ( ) ( ) Laba (Rugi) Perusahaan Sebelum Pajak ( ) (Sumber : Laporan Keuangan PT. PAS) Tabel 4.5 PT. PAS PERHITUNGAN RUGI LABA DAN REKONSILIASI FISKAL PER TANGGAL 31 DESEMBER 2012 (RUPIAH) KOMERSIAL KF. POSITIF KF. NEGATIF FISKAL PENGHASILAN Penjualan Retur dan Koreksi - - Penjualan Bersih HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan Awal Pembelian Barang Persediaan Akhir ( ) ( ) Jumlah Harga Pokok Penjualan LABA KOTOR BIAYA OPERASIONAL Biaya Gaji Karyawan Biaya Bonus/THR Biaya Perantara dan Komisi Biaya Listrik dan PDAM Biaya Telepon dan Fax Biaya Bahan Bakar Minyak Biaya Spareparts/Suku Cadang Biaya Parkir/Tol

12 58 URAIAN KOMERSIAL KF. POSITIF KF. NEGATIF FISKAL Biaya Website & Internet Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Fotocopy/Cetakan Biaya Materai Biaya Transport/Taxi Biaya Entertainment Biaya Angkut Barang Biaya Pulsa Telepon Biaya Lain-lain Jumlah Biaya Operasional LABA OPERASI BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Keperluan Rumah Tangga Kantor Biaya Pemeliharaan/Perbaikan Biaya Pengobatan Biaya Leasing Biaya Sumbangan Biaya Bunga Pinjaman Biaya Penyusutan Biaya Keperluan Kantor Lainnya Biaya Administrasi Bank Biaya Serba-serbi Biaya Pajak Penghasilan Jumlah Biaya Umum dan Administrasi LABA USAHA PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN Pendapatan Bunga Bank ( ) Jasa Giro Administrasi Bank Selisih Kas Jumlah Pendapatan/Biaya Lain-lain Laba (Rugi) Perusahaan Sebelum Pajak (Sumber : Laporan Keuangan PT. PAS)

13 Evaluasi Biaya yang Dikoreks Fiskal Akibat Perbedaan Tetap (Permanent Difference) dan Perbedaan Waktu (Timing Difference) Dari hasil evaluasi terhadap Laporan Laba Rugi PT. PAS, biayabiaya yang harus dilakukan koreksi dapat diklarifikasikan kedalam dua perbedaan yaitu : Perbedaan Tetap (Permanent Difference) Terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan menurut SAK. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menrut ketentuan Pajak Penghasilan tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto (Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008) Seperti koreksi diatas : 1. Gaji Karyawan, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT. PAS selama tahun 2010, 2011, dan 2012 untuk mencatat pengeluaran berupa pembayaran gaji karyawan sesuai dengan golongan atau jabatan masing-masing karyawan. Namun pada tahun 2011 dan 2012 dari biaya ini dimasukkan biaya yang dikeluarkan untuk direktur, atas biaya tersebut dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp pada tahun 2011, Rp pada tahun Menurut penulis koreksi fiskal yang dilakukan sudah tepat karena biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota tidak dibenarkan untuk menjadi pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 huruf (b) dan (i). 2. Biaya Bonus/THR, biaya ini merupakan jumlah yang dibayar PT. PAS kepada seluruh karyawan sesuai dengan golongan atau jabatan masing-masing karyawan dan juga pemberian sembako untuk karyawan. Perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun 2012 untuk biaya sembako yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Menurut penulis perusahaan telah benar dalam melakukan

14 60 koreksi fiskal positif atas pemberian sembako karena itu sama seperti pemberian natura kepada karyawan sehingga tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat 1. Pada tahun 2010 dan 2011 perusahaan tidak mengeluarkan biaya bonus/thr sehingga tidak ada nama akun atas biaya tersebut. 3. Biaya Listrik, biaya listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya listrik untuk operasional perusahaan selama tahun 2010, 2011, dan Namun karena pada awal tahun 2012 ada karyawan yang tinggal di kantor selama beberapa bulan sehingga perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun 2012, karena biaya ini tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat1 huruf (b). 4. Biaya Telepon dan Fax, biaya telepon yang dikeluarkan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 untuk kantor merupakan biaya yang boleh menjadi pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan dalam mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Tetapi dalam beban telepon, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun 2012, karena dalam biaya ini dimasukan biaya perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya. Sehingga tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Menurut penulis perusahaan telah benar dalam melakukan koreksi fiskal positif atas biaya tersebut sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 huruf (b). 5. Biaya Entertainment, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjamu mitra bisnis sehubungan dengan pemasaran produk perusahaan selama

15 61 tahun 2011 dan Pengeluaran berupa entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan penjualan perusahaan menurut pejabat perusahaan terkait. PT. PAS tidak memiliki daftar nominatif atas pengeluaran tersebut dan telah melakukan koreksi fiskal positif terhadap akun biaya ini. Biaya ini dapat dikurangi dari penghasilan bruto, namun dengan syarat dibuatkan daftar nominatif, seperti : nomor urut, jenis, nama, tempat, alamat, dan jumlah entertainment yang diberikan, relasi : nama, posisi, nama dan jenis perusahaan, serta dilampirkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan 1771 hal ini sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986. Tetapi karena pihak perusahaan tidak membuat bukti norminatif, maka dari itu penulis berpendapat bahwa apa yang telah dilakukan PT. PAS telah sesuai dengan peraturan perpajakan dengan melakukan koreksi fiskal positif sebesar biaya yang dikeluarkan yaitu Rp pada tahun 2011, Rp pada tahun Pada tahun 2010 perusahaan tidak mengeluarkan biaya entertainment sehingga tidak ada nama akun atas biaya tersebut. 6. Biaya Service komputer, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka memperbaiki komputer. Dimana pada tahun 2011, perusahaan melakukan perbaikan komputer yang biasa digunakan untuk operasional perusahaan. Dalam melakukan perbaikan, perusahaan menggunakan jasa IT yang dilakukan oleh pihak ketiga, namun perusahaan belum melakukan pemotongan atas jasa perbaikan tersebut. Perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun Menurut penulis perusahaan telah benar dalam melakukan koreksi fiskal positif atas biaya ini. 7. Biaya Pulsa Telepon, PT. PAS harus melakukan koreksi positif atas biaya pulsa telepon yang terdapat pada rincian biaya operasional. Sedangkan untuk tahun 2010 perusahaan tidak mengeluarkan biaya pulsa telepon sehingga tidak ada akun untuk biaya ini pada tahun Besarnya koreksi yang

16 62 dilakukan sebesar Rp pada tahun 2011, Rp pada tahun karena didalam biaya tersebut biaya untuk pengisian ulang pulsa yang diberikan untuk kedua direktur. Koreksi atas biaya pengisian ulang pulsa ini dilakukan berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak KEP- 220/PJ/2002. Besarnya koreksi yang dilakukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Biaya pulsa/bulan x 12 x 50% = Koreksi Positif Tahun 2011 Rp x 12 x 50% = Rp Tahun 2012 Rp x 12 x 50% = Rp Biaya Lain-lain, merupakan biaya yang tidak dapat mengurangi penghasilan bruto karena tidak diketahui pengeluarannya untuk apa, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat 1 biaya yang dapat dijadikan pengurangan hanya biaya yang digunakan untuk mendapatkan, memelihara dan menagih penghasilan. Pada tahun 2010 perusahaan tidak melakukan koreksi dan seharusnya dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp dan untuk tahun 2011 dan 2012 perusahaan telah benar dalam melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun 2011, Rp pada tahun Biaya Iklan/Promosi, di dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, biaya promosi boleh menjadi pengurang tercantum pada pasal 6 ayat (1) huruf a angka 7. Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan promosi atas produk-produk perusahaan pada tahun 2010 dan Kegiatan promosi tersebut dilakukan oleh pihak ketiga tidak dilakukan oleh perusahaan sendiri. Biaya promosi ini meliputi biaya pembuatan brosur

17 63 maupun spanduk yang digunakan untuk melakukan promosi produk perusahaan. Namun pada tahun 2011 perusahaan kurang teliti atas pengeluaran biaya tersebut dikarenakan perusahaan tidak memiliki bukti-bukti atas pengeluaran biaya tersebut sehingga dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun 2011, pada tahun 2012 perusahaan tidak melakukan iklan atau promosi, sehingga tidak terdapat akun biaya iklan/promosi pada tahun Biaya Penjamuan/Makan Bersama, Perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif atas biaya penjamuan pada tahun 2010 dan 2011 karena atas biaya yang dibebankan tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang memadai terkait dengan biaya tersebut. Dalam hal ini perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya penjamuan tersebut sehingga biaya-biaya tersebut dianggap fiktif. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986 yang menyatakan bahwa biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendaptkan, menagihan dan memelihara penghasilan yang merupakan obyek PPh dan tidak terkena PPh Final dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatnya daftar norminatif dan dilamirkan dalam SPT Tahunan PPh. Oleh karena itu, biaya penjamuan atau entertainment harus dikoreksi adalah sebesar Rp pada tahun 2010, Rp pada tahun 2011, pada tahun 2012 perusahaan tidak ada penjamuan, sehingga tidak terdapat akun biaya makan bersama pada tahun Biaya Pengobatan, perusahaan menanggung biaya pengobatan karyawannya yang sakit pada tahun 2010, 2011, dan Biaya ini tidak termasuk dalam biaya fiskal berdasarkan peraturan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 huruf (e) karena dari sisi perpajakan menganggap hal ini sebagai natura/kenikmatan yang diberikan perusahaan, serta tidak terkait dengan kegiatan menagih, mendapatkan, dan memelihara penghasilan.

18 64 Sehingga biaya pengobatan dikoreksi fiskal positif sesuai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun 2010 yaitu Rp , pada tahun 2011 Rp , Rp pada tahun Biaya Sumbangan, Menurut Pasal 9 ayat 1 huruf (g) Undang- Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan tidak dapat dijadikan biaya pengurang penghasilan bruto. Dalam hal ini perusahaan memberikan sumbangan untuk acara HUT RI sehingga perusahaan harus mengkoreksi positif biaya sumbangan, dan dalam prakteknya perusahaan telah benar melakukan koreksi fiskal atas biaya sumbangan pada tahun 2010 sebesar Rp , 2011 sebesar Rp , dan Rp pada tahun Biaya Akta/Perizinan, biaya ini dikeluarkan oleh perusahaan untuk melancarkan kegiatan operasional perusahaan dalam melaukan perizinan dan perusahaan menggunakan jasa konsultan oleh pihak ketiga. Namun atas pemakaian jasa konsultan tersebut, pada tahun 2011 perusahaan belum melakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23. Perusahaan melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp pada tahun Menurut penulis perusahaan telah benar dalam melakukan koreksi fiskal positif atas biaya ini. 14. Biaya Serba-serbi, Pada tahun 2010 tidak dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp karena biaya serba-serbi yang dimaksud dikeluarkan untuk pembelian cat dan bahan material lainnya dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan pada kantor, menurut undang-undang pajak penghasilan pasal 6 ayat 1 biaya yang digunakan untuk memelihara, mendapatkan dan menagih penghasilan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Sama seperti pada tahun 2011 namun yang memiliki bukti hanya sebesar Rp sehingga dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp dan pada tahun 2012 karena tidak memiliki

19 65 bukti secara keseluruhan dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp Biaya Pajak Penghasilan, PT. PAS harus melakukan koreksi positif atas Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp pada tahun 2011, Rp pada tahun Koreksi ini dilakukan karena PT. PAS menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawannya. Dimana beban ini memang harus dikoreksi karena Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung pemberi kerja bukan merupakan pengurang (non deductible expense) sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 huruf h Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 16. Pendapatan Bunga Bank, Pendapatan lain-lain pada Laporan Laba Rugi, merupakan pendapatan yang berasal dari jasa giro dan bunga deposito. Berdasarkan PP 131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan No.51/KMK.04/2000, jasa giro dan bunga deposito merupakan penghasilan yang dikenakan final, maka PT. PAS harus melakukan koreksi negatif terhadap pendapatan lain-lain. Besarnya koreksi yang harus dilakukan adalah pendapatan bunga bank sebesar Rp pada tahun 2010, Rp pada tahun 2011, Rp pada tahun Biaya Pajak Atas Giro, PT. PAS melakukan koreksi fiskal positif atas pajak jasa giro selama tahun 2010 sebesar Rp , Rp pada tahun 2011, dan Rp pada tahun 2012 yang merupakan Pajak Penghasilan Final atas Pendapatan Jasa Giro dan tidak bisa dijadikan beban dalam laporan laba rugi fiskal dengan berlandaskan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 dan PP.No.131/2000. Menurut penulis yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan peraturan perpajakan mengacu pada Undang-Undang Perpajakan.

20 66 Perbedaan Waktu (Timing Difference) Beda waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dan SAK. Seperti : 1. Biaya penyusutan, pembebanan biaya penyusutan kepada inventaris kantor, kendaraan dan Peralatan dilakukan berdasarkan harga perolehan. Metode penyusutan yang diterapkan adalah garis lurus (straight line method). Kebijakan perusahaan telah menetapkan bahwa umur produktif untuk mebel dan peralatan dari logam dan Ac 8 tahun (kelompok 2), inventaris kantor/mebel dan peralatan dari kayu 4 tahun (kelompok 1), kendaraan mobil sedan dan motor 4 tahun (kelompok 1) sesuai dengan ketentuan perpajakan. Dalam biaya penyusutan dalam rincian biaya administrasi dan umum, termasuk biaya penyusutan untuk kendaraan sedan. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP- 220/PJ/2002, atas biaya penyusutan kendaraan sedan harus dilakukan koreksi sebesar 50%. Hasil perhitungan penyusutan atas kendaraan sedan : Penyusutan Fiskal Tahun % x Rp = Rp Yang diperkenankan secara pajak hanya : 50% x Rp = Rp Penyuautan Fiskal Tahun /12 x 25% x Rp = Rp Yang diperkenankan secara pajak hanya : 50% x Rp = Rp Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Pasal 29 Yang Mengacu Pada Ketentuan Perpajakan Yang Berlaku Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal terdapat perbedaan pada laba/(rugi) perusahaan sebelum pajak, antara laporan keuangan komersial dan

21 67 laporan keuangan fiskal. Dimana pada tahun 2010 menurut laporan keuangan komersial perusahaan laba sebelum pajak sebesar Rp berubah menjadi Rp menurut laporan keuangan fiskal, namun ada kesalahan pada perhitungan dikarenakan pada akun biaya lain-lain tidak dikoreksi fiskal positif dan menurut penulis harus dikoreksi fiskal positif sehingga laba sebelum pajaknya menjadi Rp Pada tahun 2011 menurut laporan keuangan komersial perusahaan rugi sebelum pajak sebesar Rp. ( ) berubah menjadi laba sebesar Rp menurut laporan keuangan fiskal, pada tahun 2012 menurut laporan keuangan komersial laba perusahaan sebelum pajak sebesar Rp berubah menjadi Rp menurut laporan keuangan fiskal. Dikarenakan peredaran bruto PT. PAS di tahun 2010, 2011, dan 2012 tidak lebih dari Rp.4,8 Milyar maka perusahaan mendapatkan fasilitas pengurangan tarif 50%. Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan untuk penghasilan kena pajak berakhir tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012 : PPh Badan Tahun 2010 yang terutang setelah dikoreksi fiskal didapat dari : Laba Komersial = RP Jumlah Koreksi Positif = Rp Jumlah Koreksi Negatif = Rp. ( ) Penghasilan Neto Fiskal = Rp Kompensasi Kerugian Fiskal = 0 Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan) = Rp PPh Pasal 29 Yang Terutang PPh terutang : 25% x 50% x = Rp Kredit Pajak Penghasilan (PPh 22/23/24) = 0 PPh Yang Harus Dibayar Sendiri = Rp PPh Yang Dibayar Sendiri = Rp. ( ) PPh Yang Kurang Dibayar = Rp PPh Badan Tahun 2011 yang terutang setelah dikoreksi fiskal didapat dari : Rugi Komersial = Rp.( )

22 68 Jumlah Koreksi Positif = Rp Jumlah Koreksi Negatif = Rp. ( ) Penghasilan Neto Fiskal = Rp Kompensasi Kerugian Fiskal = 0 Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan) = Rp PPh Pasal 29 Yang Terutang PPh terutang : 25% x 50% x 183,900,000 = Rp Kredit Pajak Penghasilan (PPh 22/23/24) = Rp.( ) PPh Yang Harus Dibayar Sendiri = Rp PPh Yang Dibayar Sendiri = Rp. ( ) PPh Yang Kurang Dibayar = Rp PPh Badan Tahun 2012 yang terutang setelah dikoreksi fiskal didapat dari : Laba Komersial = Rp Jumlah Koreksi Positif = Rp Jumlah Koreksi Negatif = Rp. ( ) Penghasilan Neto Fiskal = Rp Kompensasi Kerugian Fiskal = 0 Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan) = Rp PPh Pasal 29 Yang Terutang PPh terutang : 25% x 50% x 173,296,000 = Rp Kredit Pajak Penghasilan (PPh 22/23/24) = Rp. ( ) PPh Yang Harus Dibayar Sendiri = Rp PPh Yang Dibayar Sendiri = Rp.( ) PPh Yang Kurang Dibayar = Rp Pajak Penghasilan Badan Pasal 29 yang dibayarkan oleh PT. PAS adalah sebesar Rp untuk tahun 2010 seharusnya Rp , untuk itu perusahaan harus membayarkan atas kekurangan sebesar Rp beserta denda administrasi bunga 2% apabila melakukan pembetulan sebelum dilakukan pemeriksaan, seperti menurut Undang- Undang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009

23 69 Pasal 8 ayat 2, Dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi besar, kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan 2% x 24 x Rp = Rp Rp untuk tahun 2011, dan Rp untuk tahun Hal ini tertera dalam Surat Pemberitahuan Badan Form 1771 Wajib Pajak Badan PT. PAS. Menurut penulis, dalam hal ini PT. PAS telah benar terhadap pembulatan, berdasarkan pasal 17 ayat 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh terhadap jumlah pajak penghasilan terutang, sebelum pengenaan tarif pajak. Pada Tahun 2010 PT. PAS melakukan pelaporan SPT Tahunan Badan pada bulan April. Sedangkan pada Tahun 2011 dan 2012 PT. PAS terlambat melaporkan SPT Tahunan Badan, namun pada bulan April perusahaan tetap melaporkan dengan laporan keuangan sementara (draft), yang kemudian disampaikan kembali SPT pada bulan Juni. Perusahaan Tidak mendapatkan SKP, karena perusahaan telah mendapat perpanjangan waktu dalam rangka perbaikan SPT Tahunan dan melaporkan kembali, sesuai dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 3 ayat 4 dan 5, dan Peraturan DJP Nomor : PER-21/PJ/2009 tentang Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan. 4.5 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 Yang Mengacu Pada Ketentuan Perpajakan Yang Berlaku Pajak Penghasilan Pasal 25 = PPh terutang (PPh Pasal 22, 23, 24) 12 PPh Pasal 22 : Transaksi PT. PAS yang berkaitan dengan PPh Pasal 22 selama beroperasi tahun 2011 dan 2012 adalah hal-hal yang

24 70 berhubungan dengan pemungutan pajak yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah, seperti bendahara pengeluaran dinas kesehatan kota, bendahara pengeluaran RS. Ketergantungan Obat (RSKO). Seluruh pihak pemungut pajak terkait pasal 22 telah tercantum di dalam SPT Tahunan Badan 1771 lampiran III. PPh Pasal 23 : Transaksi PT. PAS yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 yang terjadi selama Tahun 2012 yang dapat di kreditkan adalah pendapatan yang berasal dari penggunaan jasa sehubung dengan diagnostika. PPh Pasal 24 : PT. PAS tidak memiliki penghasilan yang berasal dari Luar Negeri, sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 24. Tahun 2010, Perhitungan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebagai berikut : Laba Fiskal = Rp Kompensasi Kerugian Fiskal = 0 Penghasilan Kena Pajak = Rp Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan) = Rp Pajak Penghasilan Terutang (25%x50%x ) = Rp Angsuran PPh Pasal 25 ( /12bulan) = Rp Tahun 2011, Perhitungan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebagai berikut : Laba Fiskal = Rp Kompensasi Kerugian Fiskal = 0 Penghasilan Kena Pajak = Rp Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan) = Rp Pajak Penghasilan Terutang (25%x50%x ) = Rp Angsuran PPh Pasal 25 ( /12bulan) = Rp

25 71 Tahun 2012, Perhitungan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebagai berikut : Laba Fiskal = Rp Kompensasi Kerugian Fiskal = Rp. 0 Penghasilan Kena Pajak = Rp Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan) = Rp Pajak Penghasilan Terutang (25%x50%x ) = Rp Angsuran PPh Pasal 25 ( /12bulan) = Rp Sebelumnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 adalah Rp menjadi Rp , sehingga perusahaan mengalami kekurangan pembayaran dalam angsuran pajak penghasilan pasal 25 sebesar Rp setiap bulan dalam 12 bulan dan harus disetor dan dilaporkan kembali oleh perusahaan. Dikenakan sanksi denda administrasi sebesar 2% apabila melakukan pembetulan sebelum dilakukan pemeriksaan, menurut Undang-Undang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 8 ayat 2a, Dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi besar, kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan 2% x 24 x Rp = Rp Untuk Penyetoran dan Pelaporan atas angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 PT. PAS selalu membayar dan melakukan pelaporan tepat waktu yaitu pembayaran dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya sedangkan pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Ini dilakukan supaya perusahaan dapat terhindar dari sanksi denda dan bunga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat 1 dan Pasal 8 ayat 2 huruf (a).

26 Perencanaan Pajak yang Dapat Diterapkan Oleh PT. PAS Seiring dengan seringnya terjadi perubahan pada peraturan perpajakan yang diakibatkan karena semakin berkembangnya perekonomian negara yang juga selalu berubah-ubah. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak selalu berusaha mempersempit celah bagi wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak, baik secara legal maupun tidak legal dengan cara melakukan perubahan pada Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang ada. Oleh sebab itu, penghindaran pajak yang secara legal dapat dilakukan dengan cara wajib pajak harus paham dan mengerti benar-benar peraturan perpajakan yang berlaku sebelum melakukan perencanaan pajak agar terhindar dari sanksi-sanksi perpajakan. Setelah dilakukan koreksi positif terdapat perbedaan laba sebelum pajak, dimana jumlah yang dihasilkan semakin meningkat. Untuk dapat mengatasi kenaikan laba maka biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan harus dapat dijadikan sebagai biaya pengurang bruto (biaya fiskal). Perencanaan pajak yang akan dilakukan tentu saja menggunakan caracara yang legal dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari sanksi-sanksi perpajakan maupun dengan melihat setiap celah-selah yang ada didalam peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Perencanaan-perencanaan yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Biaya Bonus/THR, atas fasilitas/kenikmatan sembako yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, sebaiknya perusahaan mengganti fasilitas tersebut dengan memberikan tunjangan bagi karyawan. Hal ini dimaksudkan agar biaya tersebut dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto perusahaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto, salah satunya adalah tunjangan dalam bentuk uang tunai. 2. Biaya Telepon/Fax dari permasalahan atas biaya perbaikan telepon tersebut perencanaan pajak yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan biaya perbaikan tersebut dengan tunjangan komunikasi berupa uang, dimana tunjangan ini dapat dijadikan sebagai pengurang

27 73 penghasilan bruto perusahaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto, salah satunya adalah tunjangan dalam bentuk uang tunai. 3. Pengeluaran atas biaya entertainment, makan bersama/perjamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif. Maka perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan adalah membuat daftar nominaif untuk biaya entertainment, makan bersama/penjamuan agar biaya tersebut bisa dijadikan pengurang penghasilan bruto atau tidak dianggap fiktif. Daftar norminatif harus dibuat secara lengkap dan jelas atas transaksi yang terjadi dan dilampirkan dalam SPT Tahunan Badan Pajak Penghasilan. Isi dari dari daftar norminatif sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 sebagai berikut : Tabel 4.6 Daftar Norminatif Biaya Perjamuan dan Sejenisnya Tahun Pajak: No. Pemberian perjamuan dan sejenisnya Tanggal Tempat Alamat Jenis Jumlah Relasi usaha yang diberikan perjamuan dan sejenisnya NPWP Nama Posisi Nama Jenis Keterangan (Rp) Perusahaan Usaha 4. Biaya service komputer untuk memperbaiki komputer perusahaan yang rusak yang biasa digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan pada dasarnya merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto karena biaya tersebut termasuk ke dalam

28 74 biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M). Atas pemakaian jasa tenaga ahli, perusahaan harus melakukan pemotongan pembayaran jasa Pajak Penghasilan Pasal 23. Perencanaan pajak yang dilakukan adalah dengan melakukan gross up atas Pajak Penghasilan Pasal 23. Dengan ini, perusahaan dapat menambah biaya jasa konsultan ke dalam laporan keuangan fiskal sebesar biaya tenaga ahli ditambah Rp untuk tahun Dari perhitungan metode gross up : DPP x 1/(1-Tarif Pajak) Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Rp Tarif PPh 23 = 2% DPP setelah gross up = Rp x1/(1-2%) = Rp Pajak PPh Pasal 23 = Rp x 2% = Rp Biaya pulsa telepon pada dasarnya merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto jika biaya tersebut dikeluarkan perusahaan dalam rangka kegiatan operasional perusahaan. Biaya pulsa telepon ini dikoreksi positif dikarenakan biaya telepon yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya voucher/pulsa para pemegang saham. Jadi biaya ini hanya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 tentang pelakuan Pajak Penghasilan atas biaya pemakaian telepon seluler. Atas biaya tersebut, perusahaan dapat mengganti biaya voucher/pulsa handphone para pemegang saham menjadi tunjangan komunikasi dalam bentuk uang tunai kepada para pemegang saham tersebut. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto, salah satunya adalah tunjangan dalam bentuk uang tunai. 6. Biaya Iklan, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan promosi atas produk-produk

29 75 perusahaan. Biaya promosi ini meliputi biaya pembuatan brosur maupun spanduk yang digunakan untuk melakukan promosi produk perusahaan. Biaya ini dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, karena tidak mengandung unsur sumbangan dan biaya promosi tersebut didukung oleh bukti-bukti berupa dokumen pembayaran kepada pihak ketiga atas promosi yang dilakukan, namun PT. PAS kurang teliti atas pengeluaran biaya tersebut dikarenakan perusahaan tidak memiliki bukti-bukti atas pengeluaran biaya tersebut sehingga dilakukan koreksi fiskal positif pada tahun Untuk itu sebaiknya perusahaan lebih teliti dengan mengumpulkan bukti-bukti atas pengeluaran biaya iklan sehingga dapat dijadikan pengurangan penghasilan bruto diperkuat dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a (7). 7. PT. PAS sebaiknya mengganti pemberian natura berupa fasilitas pengobatan menjadi tunjangan kesehatan karyawan dan diberikan dalam bentuk uang tunai, agar dapat dijadikan sebagai biaya bagi perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a (2). 8. Pada beban administrasi dan umum terdapat biaya sumbangan atau bantuan karena sumbangan dalam bentuk apapun tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto perusahaan karena hal tersebut tidak berhubungan dengan kegiatan uasaha perusahaan atau sehubungan dengan biaya 3M (mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan). Hal ini diaturdalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 9 Nomor 36 Tahun Perencanaan yang dapat dilakukan perusahaan atas biaya sumbangan tersebut agar dapat dibiayakan adalah dengan memberikan sumbangan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 76/PMK/.03/2011 tentang Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Sumbangan Penanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan Penelitian dan Pengembangan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan Pemmbinaan Olahraga dan Biaya Pembangunan Infrakstruktur Sosial yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar, sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena dengan pengetahuan itu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO IV.I Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. PRIMA SINDO Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material. Oleh karena itu, manajemen pajak harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban Pajak pada PT. Malta Printindo. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC IV.1 Evaluasi Atas Penghasilan Pada PT AIDC Pasal 4 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000 secara rinci memberikan pengertian

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan 65 BAB IV Analisis Hasil Dan Pembahasan A. Koreksi Fiskal Dalam Penentuan Pajak Penghasilan Badan PT. Anugerah Kemas Indah. Telah diketahui bahwa Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa Periode akuntansi yang diterapkan di PT Persada Aman Sentosa adalah tahun takwim, yaitu periode yang dimulai

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri PT Cipta Sukma Mandiri merupakan wajib pajak badan sesuai yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 36 Pasal 2 ayat 1

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan pengamatan, perhitungan, dan pembahasan terhadap Laporan Keuangan dan pelaksanaan perencanaan pajak yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. Yusonda Mahayasa Nusantara tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal untuk Penentuan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Pada PT. Bijama Makmur Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh PT Multi Indocitra Tbk, tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT. BM Menurut UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI IV.1 Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI Sebagai wajib pajak, PERUM DAMRI relatif telah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU. BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) IV.1 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU. Hal paling utama dalam melaksanakan perencanaan pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Trillion Glory International Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan Wajib Pajak Badan PT. MBPK. Laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. MBPK bertujuan untuk informasi

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA PERUSAHAAN PT. RKA 4.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perhitungan Pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 58 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Nutricircle World Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan pembukuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi atas pelaksanaan perencanaan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi terhadap laporan laba/ rugi perusahaan, dan melakukan rekonsiliasi perhitungan laba/ rugi, maka dapat

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT DICKSEN Villa Kapuk Mas Blok F4 no12a, 08988093877, biohazartswt@yahoo.com Yunita Anwar, SE., MM., BKP ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak pada PT ADIS Dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang, PT ADIS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning pada PT. Makro Rekat Sekawan Dalam implementasi tax planning pada PT. Makro Rekat Sekawan strategi yang digunakan untuk penghematan pajak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahaasan Masalah 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. Bagi negara semakin besar jumlah pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP Diah Soleha, Gen Norman Thomas, SE., Ak., MM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi biaya yang boleh dan tidak boleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan BAB IV PEMBAHASAN IV.I Perubahan Peraturan Pajak Penghasilan Untuk meningkatkan penerimaan negara khususnya disektor pajak, pemerintah melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Komersial dalam Penentuan Penghasilan Kena Pajak Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Madani Securities bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

Mentoring Perpajakan 1. PT ABC memiliki rincian aset tetap pada tahun 2014 sebagai berikut: Biaya Perolehan

Mentoring Perpajakan 1. PT ABC memiliki rincian aset tetap pada tahun 2014 sebagai berikut: Biaya Perolehan Mentoring Perpajakan 1 Soal 1 Pajak atas Asset PT ABC memiliki rincian aset tetap pada tahun 2014 sebagai berikut: No. Deskripsi Bulan Perolehan Biaya Perolehan Nilai Sisa Masa Manfaat Kelompok Fiskal

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS

Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS Elindia Farahiya Adani Komplek Cipulir Permai Blok N No. 11 Jakarta Selatan, 081294630023, el_farahi@ymail.com Drs. Hery Gunawan, M.M. ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi Laporan laba/rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal sebagai dasar Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. DEF. Laporan Keuangan yang dibuat oleh PT. DEF bertujuan sebagai

Lebih terperinci

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015 MOJAKOE MOdul JAwaban KOEliah Perpajakan 1 UAS Semester Genap 2014/2015 t@spafebui fspa FEB UI Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEB UI. Official Partners: Dilarang memperbanyak MOJAKOE

Lebih terperinci

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA NAMA: DINNI ZEVANI NPM: 22213588 JURUSAN: EKONOMI PEMBIMBING: Dr. SIGIT SUKMONO, SE., MM. LATAR BELAKANG Pajak Sistem

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi - pembukuan

Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi - pembukuan Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi - pembukuan Damara adalah seorang pengusaha sukses dalam bidang peralatan rumah tangga, pemilik UD TOPS. Omzetnya dalam 1 tahun sebesar

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metrokom Jaya berdiri pada tahun 2007, telah menjadi pemimpin dalam bidang penjualan komputer bekas. Memulai bisnis di

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD Vergi Selvia Jl. Dukuh 2 E4 No. 3 Tanjung Duren-Jakarta Barat, 087887549074, vergie_tjhia@yahoo.com Maya Safira Dewi, SE Ak., M.Si ABSTRACT The

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN Aris Munandar, SE., M.Si Tujuan Pembelajaran Jenis biaya yang diperkenankan bagi WP DN dan BUT untuk dibebankan sebagai biaya Jenis yang tidak diperkenankan bagi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi yang menyangkut keadaan atau posisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 : 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan atas Pendapatan dan Beban PT. XYZ PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengelolaan gedung dan jasa lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT ABS Industri Indonesia Pajak merupakan salah satu

Lebih terperinci

By Afifudin PSP FE Unisma 2

By Afifudin PSP FE Unisma 2 Pengertian Beban dan Kompensasi Kerugian sesuai SAK dan UU Pajak Rekonsiliasi Laporan Keuangan. Beda Tetap dan Beda Waktu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif By Afifudin PSP FE Unisma 2 MEKANISME/SIKLUS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Komersial PT. XYZ. Laporan keuangan yang dibuat oleh PT. XYZ, bertujuan sebagai alat informasi untuk memberikan gambaran keuangan perusahaan. Selain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah 29 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah Tax Planning merupakan langkah awal dalam pengelolaan pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan Pembangunan di berbagai bidang yang terjadi di Indonesia berlangsung dengan pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua

Lebih terperinci

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014 No. Akun Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014 Nama Akun PT. STAPI MOTOR NERACA LAJUR (SETELAH PAJAK) 31 December 2013 Daftar Saldo Ayat Jurnal Penyesuaian Daftar Saldo

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL KASUS 1 PT. RAFI bergerak dalam bisnis perdagangan Kain Batik yang merupakan Wajib Pajak Badan yang berdomisili di Pekalongan. Data laporan keuangan tahun 29

Lebih terperinci

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL RINGKASAN REKONSILIASI KETERANGAN LABA BRUTO USAHA Penjualan Neto -/- HPP 1. Penjualan Neto a. Metode Pengakuan Pendapatan Akrual - Akrual b. Potongan Penjualan > Metode Realisasi > Metode Penyisihan c.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE BAB IV EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE IV.1. Evaluasi Jenis-jenis Biaya yang Terdapat dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pajak Tangguhan Tahun 2005 1. Penyajian Laporan Keuangan Setelah Pengakuan Pajak Penghasilan. Berikut ini akan disajikan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral 1. Rekonsiliasi Laporan keuangan dan Laporan fiskal Pendapatan merupakan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire Vennotschap/ Perseroan Komanditer). Perusahaan ini didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC PT ABC adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa safety. PT ABC telah menerapkan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si.

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si. IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si. Soal 1 Tn. Arjuna pada tanggal 20 Desember 2009 menyewa kendaraan truk dengan biaya sewa sebesar Rp5 juta. Tn.

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat) BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat) IV.1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Perum Pegadaian Pusat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA IV.1 Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Berikut adalah analisis dari hasil temuan yang didapatkan oleh penulis selama penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami

Lebih terperinci