BAB IV PEMBAHASAN. PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU DAN SANDAL WANITA DENGAN METODE SPC (STATISTICAL PROCESS CONTROL) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB III OBJEK PENELITIAN. Perusahaan PT Abdy Sentra Kreasi adalah sebuah pabrik pengolahan dan

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU OLAHRAGA PRIA BERMEREK ADIDAS PADA PT. SHYANG YAO FUNG (SHYANG SIN BAO GROUP COMPANY)

BAB 2 LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk)

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTIK PADA PRODUK KACA LEMBARAN DI PT. MULIA GALSS FLOAT DIVISION

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

STATISTICAL PROCESS CONTROL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SPC PADA PT. TOP UNION WIDYA BOX INDUSTRIES

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistical Process Control

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. PT.Ricky Putra Globalindo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan yang sangat tinggi antara pelaku industri dalam meraih pasar yang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALYSIS PROPOSAL OF PRODUCT QUALITY CONTROL ON WALLET USING (SPC) STATISCAL PROCESS CONTROL METHOD ON CV CARDINA

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III PENGUMPULAN DATA

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC)

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK

BAB IV OPERASIONAL AUDIT ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA CV ENDANG AJI TRADING

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan bergerak di bidang jam tangan. Grootwatch memproduksi jam tangan yang

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang bergerak di bidang sepatu olahraga yang bermerek Adidas yang memproduksi sepatu untuk pria, wanita, anak-anak. Dengan menggunakan bahan dasar yang terbuat dari kulit, kain dan sintetis. Pada awalnya, tahun 1984 didirikannya Shyang Sin Bao industry Co., Ltd (Taiwan). Kemudian perusahaan ini memperluas jangkauannya hingga di Indonesia dengan nama Shyang Yao Fung. Saat ini perusahaan ini menyediakan sepatu merek-merek terkenal di dunia dengan keterampilan yang luar biasa dalam inovasi penelitian dan pengembangan, teknik integrasi dan manufaktur kualitas terbaik. PT. Shyang Yao Fung memproduksi alas kaki atau sepatu Adidas yang unggul melampaui standar dalam kualitas konsep merek. Praktik bisnisnya yang tetap konsisten dengan nilai-nilai Adidas, kapabilitas dan kemampuan dalam perencanaan produksi dan manajemen yang telah mengembangkan mekanisme produksi yang sangat efisien yang memungkinkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan yang beragam dari pelanggan. PT. Shyang Yao Fung berusaha menjadi pemasok global utama dalam Adidas Group. 55

56 PT. Shyang Yao Fung di Indonesia didirikan pada tahun 2007. Pada tahun 2008 memproduksi sepatu resmi untuk anak-anak dan balita. Pada tahun 2009 PT. Shyang Yao Fung mendirikan pabrik yang kedua dan memulai produksinya. Kemudian pada tahun 2010, PT. Shyang Yao Fung mendirikan pabrik yang ketiga dan memulai produksinya. Mendapat ISO 9001 & 14001 dan sertifikat OHSAS untuk pabrik 1 dan pabrik 2 pada tahun 2010. Pada tahun 2012 PT. Shang Yao Fung menerapkan untuk memperpanjang ISO 9001/14001 dan sertifikat OHSAS untuk ruang lingkup pabrik ketiga. PT. Shyang Yao Fung Pabrik 1 didirikan pada tahun 2007 dimulai dengan memproduksi Adidas Crib and Infant. Berlokasi di Jl. Industri Raya IV blok AE No.9 Bunder Tangerang. Pada tahun 2009 didirikannya PT. Shyang Yao Fung pabrik 2 dimulai produksinya dengan sepatu Adidas ukuran pria. Berlokasi di Jl. Industri Raya blok D no.2 Cikupa Tanggerang. Pada tahun 2010 didirikan PT. Shyang Yao Fung Pabrik 3 dimulai dengan proses pencetakan. Berlokasi di Jl. Industri Raya VIII Jatiuwung Tangerang. Dari produksi sepatu yang dihasilkan akan diekspor keluar negeri seperti Jerman, Spanyol, Italia, Afrika Selatan, Amerika, Mexico, Brazil, Jepang Korea, Taiwan, Hongkong dan Negara-negara lainnya.

57 SYF Indonesia Capacity Location Factory Production Current Capacity Indonesia Crib 70,000 F1 Cold cement 100,000 F2 Cold Cement 200,000 F3 Cold Cement 200,000 TOTAL 570,000 4.1.1 Visi dan Misi PT. Shyang Yao Fung Adapun visi PT. Shyang Yao Fung : Menjadi pemimpin pasar, dalam pangsa pasar kalangan menengah ke atas. Meneruskan inovasi-inovasi dalam hal menciptakan kualitas yang lebih baik dalam semua produk dan mempertahankan harga agar dapat dijangkau konsumen. Adapun misi PT. Shyang Yao Fung: Membina hubungan kekeluargaan dan kemitraan yang erat antara konsumen, karyawan, pemilik dan pihak-pihak lain yang terkait. Meningkatkan kemakmuran perusahaan dengan melayani kebutuhan konsumen, serta ikut berperan memajukan kesejahteraan masyarakat.

58 4.2 Struktur PT. Shyang Yao Fung Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas yang dilakukan oleh manajemen perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Struktur organisasi merupakan hal yang penting bagi perusahaan terutama membantu dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Memperlancar kerjasama antar bagian. 2. Menjelaskan hubungan kerja yang terdapat antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. 3. Menjelaskan secara lengkap dan terperinci tentang hal-hal yang menjadi tanggung jawab bawahan dan atasan. 4. Memudahkan untuk melakukan kontrol terhadap efisiensi setiap bagian. 5. Sebagai pedoman maupun standar yang digunakan dalam penyusunan prosedur-prosedur tertulis tentang aktivitas usaha. 6. Menjelaskan bagian-bagian yang ada daripada suatu perusahaan. 7. Menjelaskan tingkatan-tingkatan manajemen dalam perusahaan, derajat dalam posisi daripada masing-masing bagian. Suatu organisasi dikatanya baik apabila memperlihatkan arus pekerjaan yang lancar serta pengendalian yang mantap dan terlaksana dengan baik, walaupun hanya dengan bimbingan yang minimal dari pihak manajemen atau pimpinan. Dengan demikian suatu perusahaan harus menyusun suatu struktur organisasi sehingga dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana cara

59 pengaturan yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam menyusun struktur organisasi ini perlu diperhatikan mengenai besar kecilnya perusahaan. Semakin besar perusahaan itu semakin banyak pula pembagian pekerjaan yang harus dipikirkan oleh manajemen perusahaan Penyusunan suatu struktur organisasi harus diusahakan mempunyai keluwesan atau fleksibilitas, sehingga diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam perushaan dan dunia usaha setiap saat. Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang ada dewasa ini berusaha mencari bentuk sempurna dari suatu struktur organisasi yang merupakan suatu campuran dari organisasi lini dan staff.

60 STRUKTUR ORGANISASI PT.SHYANG YAO FUNG Direktur Utama Marketing Produksi dan Desain Personalia Keuangan Gudang Kepala Bagian Cutting Administrasi Accounting Bahan Baku Kepala Bagian Stitching Satpam Packaging Supir Kepala Bagian Assembling Kepala Bagian Finishing Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Shyang Yao Fung Sumber: PT. Shyang Yao Fung, Desember 2012

61 4.3 Uraian Tugas PT. Shyang Yao Fung Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas yang dilakukan oleh manajemen perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi : 1. Direktur Utama, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi perusahaan. Tugas-tugas dan wewenangnya adalah a. Merumuskan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan perusahaan serta mengadakan pengawasan dan mengevaluasi pelaksanaanya. b. Mengevaluasi dan menilai hasil kegiatan para kepala Departemen (manager) secara periodik. c. Menetapkan kebijaksanaan dan rencana yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai perusahaan. d. Memeriksa laporan kegiatan produksi bulanan, hasil produksi dan juga laporan penerimaan dan pengeluaran bulanan dari tiap departemen. 2. Manajer Marketing (Pemasaran) Tugas-tugas dan wewenangnya adalah : a. Merencanakan dan melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan ke luar negeri.

62 b. Menerima keluhan-keluhan dari pelanggan yang disampaikan terutama oleh para pemain sepak bola. c. Membuat laporan secara periodik kepada direktur utama. d. Menangani masalah yang berhubungan dengan pelanggan. e. Mencari gagasan-gagasan baru yang baik bagi perkembangan produk di masa yang akan datang. 3. Manajer Produksi Tugas-tugas dan wewenangnya adalah : a. Membantu Direktur Utama dalam menjalankan tugasnya dalam hal produksi dan operasi. b. Bertanggung jawab terhadap tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi. d. Mengarahkan dan mengawasi serta memastikan bahwa semua pelaksanaan kegiatan pada setiap bagian produksi dapat berjalan sesuai dengan program kerja, kebijaksanaan dari prosedur kerja yang telah ditetapkan. e. Mengadakan peninjauan langsung untuk kelancaran produksi ke segala bagian produksi. f. Bersama-sama dengan Direktur Utama bertukar pikiran untu merancang (mendesain) model-model sepatu terbaru. 4. Manajer Personalia Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :

63 a. Melakukan perekrutan karyawan baru. b. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan gaji karyawan perusahaan. c. Mengadakan pelatihan, pendidikan dan keselamatan kerja bagi karyawan perusahaan. d. Menciptakan keamanan kerja bagi karyawan perusahaan. e. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat. 5. Manajer Keuangan Tugas-tugas dan wewenangnya adalah : a. Merencanakan dan menyiapkan anggaran keuangan yang diperlukan. b. Membuat laporan dan input secara periodic yang akan diberikan kepada direktur utama. c. Melaksanakan segala kebijakan yang telah ditetapkan dan pengontrolan keuangan perusahaan. d. Bertanggung jwab atas pembelian bahan baku agar rencana operasi dapat dipenuhi melakukan kerjasama kordinasi yang efektif dengan fungsi-fungsi lainnya dalam perusahaan. 6. Manajer Gudang Tugas-tugas dan wewenangnya adalah : a. Bertanggung jawab terhadap persediaan bahan baku dan bahan pembantu.

64 b. Bertanggung jawab terhadap masalah penanganan material dalam gudang. c. Bertanggung jawab terhadap pengepakan, pengangkutan serta pemindahan barang. d. Bertanggung jawab terhadap pengiriman produk jadi sampai ke tangan konsumen yaitu terutama untuk para pemain sepak bola di luar negeri. 4.4 Jenis dan Tipe Mesin yang Digunakan Dalam suatu perusahaan teknologi merupakan pendukung yang sangat utama dalam keberlangsungan suatu kegiatan produksi. Dalam melaksanakan kegiatan produksinya PT. Shyang Yao Fung tidak hanya menggunakan mesin-mesin untuk kelancaran produksi, tetapi juga sebagian dari proses produksinya dilakukan secara manual agar memberikan hasil yang lebih baik. Mesin-mesin yang digunakan oleh PT. Shyang Yao Fung antara lain : 1. Cutting Dies Merupakan besi atau logam yang sisinya tajam dan patah dibentuk berdasarkan pola sepatu. 2. Mesin Cutting Beam atau Mesin Pon Fungsinya untuk memotong bahan dengan cara tekanan atau hirdalin dan menggunakan cutting dies (pisau), mesin ini digunakan untuk menghasilkan alas kaki. 3. Mesin Skivingi

65 Fungsinya untuk menipiskan sisi bahan atau komponen dengan cara mengatur tebal, tipis dan lebarnya dengan pisau mesin dan tekanan untuk dilipat dan ditempel pada bagian sewing. 4. Mesin jahit Fungsinya untuk menjahit dan menggabungkan komponen upper sepatu sehingga menjadi upper yang utuh. Selain itu juga berfungsi untuk mengatur spesifikasi yang diinginkan. Dalam menjahit upper perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu langkah jahit atau desain yang sudah ditentukan, ukuran dan bentuk jarum yang harus digunakan, tebal dan jenis benang. 5. Mesin Forming Merupakan mesin panas yang terdapat shoe last besi atau logam yang berbentuk sepatu dimana berfungsi untuk membentuk upper. Cara penggunaanya dengan memasukkan upper dan dirapatkan dengan digetok pada waktu tertentu. 6. Shoe Last Merupakan cetakan bentuk sepatu yang biasa terbuat dari platik atau kayu. Gunanya untuk membentuk upper sehingga pasangan upper mempunyai kerataan dan tinggi sepatu yang sama. 7. Mesin Buffing Merupakan mesin untuk mengamplas atau mengkasarkan bagian yang akan di lem, biasanya bagian yang diamplas adalah bagian bawah upper yang akan digabungkan dengan sol. Berfungsi untuk mengamplas yang

66 kasar, menghilangkan kotoran atau bahan-bahan lain, membuka atau membuat pori agar pengeleman lebih baik. 8. Mesin Oven Merupakan mesin pemanas yang berfungsi untuk mengeringkan lem dengan kontrol waktu dan temperatur sebelum ditempel dengan sol. 9. Mesin Stitching Outside Merupakan mesin jahit yang berfungsi untuk menjahit atau menguatkan sol pada sepatu. Selain itu kegunaannya untuk mengikat atau menguatkan sol dengan upper dan memberikan variasi. 10. Mesin Blower Berfungsi untuk membakar sisa-sisa benang hasil jahitan. Dalam pengerjaannya, perlu diperhatikan lamanya pekerjaan. Karena bisa membuat bagian upper pada sepatu menjadi berkerut. 11. Mesin Semir Befungsi untuk menyemir atau membuat kulit sepatu lebih licin dan mengkilap. 12. Mesin Embose Berfungsi untuk membuat merk, dengan memperhatikan besarnya suhu. 13. Mesin Press Berfungsi untuk merekatkan sol dengan upper agar pengeleman lebih kuat, dengan melakukan penekanan. 4.5 Produk yang Dihasilkan PT. Shyang Yao Fung merupakan perusahaan industri manufaktur yang menghasilkan berbagai macam produk sepatu olahraga bermerek Adidas diantaranya adalah :

67 1. Sepatu anak-anak (Crib dan Kid) 2. Sepatu pria (Man) 3. Sepatu wanita (Woman) Karena banyaknya jenis dan berbagai macam produk sepatu olahraga yang dihasilkan oleh Perusahaan ini. Maka penulis mengkhususkan melakukan penelitian pada salah satu dari produk yang dihasilkannya. Produk dari perusahaan yang dijadikan sample penelitian adalah sepatu olahraga khusus para pria. 4.6 Penentuan Standar Kualitas Produk Sepatu Olahraga (Sport Shoes) Standar kualitas produk yang diterapkan oleh PT. Shyang Yao Fung terdiri dari tiga tahapan utama yaitu standar kualitas utama bahan baku, standar kualitas dalam proses produk, dan standar kualitas produk jadi. 4.6.1 Standar Kualitas Bahan Baku Bahan baku merupakan komponen utama yang digunakan dalam pembuatan produk dalam kegiatan produksi. Tanpa bahan baku atau bahan utama maka proses produksi tidak dapat dilakukan. Bahan baku dasar yang digunakan untuk menghasilkan sepatu olahraga pria adalah kulit (kulit kambing dan kulit sapi) dan sintetis (PVC yang mengandung campuran plastik dan PU yang mengandung karet). Dan bahan-bahan pendukung lainnya seprti benang jahit, lem, kain atau plastik, sol, pengeras, shoe last, karet, tali sepatu, sponge atau busa, dan ornament.

68 4.6.2 Standar Kualitas dalam Proses Produksi Penetapan Standar Kualitas dalam Proses Produksi bertujuan untuk memastikan bahwa proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur atau terkendali sehingga apabila terjadi penyimpangan dalam proses produksi segera dilakukan tindakan perbaikan. 4.6.3 Standar Kualitas Produk Jadi Penetapan standar kualitas produk jadi merupakan suatu prosedur perusahaan untuk memastikan bahwa kualitas produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Penetapan standar kualitas produk ditunjukkan untuk memuaskan selera dan keinginan konsumen dengan mencegah agar produk yang tidak memenuhi standar kualitas tidak sampai ke tangan konsumen. Standar kualitas produk jadi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah : Produk tidak kotor. Ukuran sepatu sesuai dengan pasangannya. Jahitan pada produk tidak mengalami kecacatan. Tidak terdapat lem yang berlebih pada produk. Upper dengan sol dapat merekat dengan baik. 4.7 Pelaksanaan Pengawasan Pengendalian Kualitas Produk Sepatu Olahraga (Sport Shoes) Pengawasan kualitas pada suatu perusahaan manufaktur merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan

69 standar kualitas dan keinginan konsumen sehingga nama perusahaan akan tetap baik dimata para konsumennya. Dengan adanya pengawasan terhadap kualitas produk, maka perusahaan dapat mendeteksi dan mengetahui adanya penyimpangan yang terjadi terhadap produk yang telah dihasilkan sehingga produk yang menyimpang dari kualitas standar tidak sampai ke tangan konsumen yang nantinya akan membuat image perusahaan menjadi buruk. Meskipun kegiatan proses produksi telah dilaksanakan dan direncanakan dengan baik, akan tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadinya hal-hal yang dapat menyebabkan penyimpangan terhadap kualitas produk. 4.7.1 Pengawasan Kualitas Bahan Baku Setiap perusahaan dalam menghasilkan suatu produk selalu menggunakan bahan baku sebagai bahan dasar pembuatan produk. Jadi bahan baku sangat mempengaruhi kualitas dari produk akhir perusahaan. Perusahaan melakukan pengawasan terhadap kualitas bahan baku agar bahan baku yang dipakai dalam proses produksi memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan. a. Seleksi pemasok sumber bahan baku Menyeleksi sumber bahan baku merupakan langkah awal yang penting dalam melakukan pengwasan kualitas, karena dengan melakukan penyeleksian bahan baku perusahaan dapat mengetahui kualitas dari bahan baku yang ditawarkan, waktu pengiriman, serta harga yang ditawarkan oleh pemasok. Seperti harga bahan baku yang lebih murah dibandingkan dengan harga pemasok lainnya, perusahaan pemasok mau menerima return bahan baku jika terdapat adanya cacat pada bahan baku,

70 Perusahaan pemasok sudah mempunyai image sebagai perusahaan pemasok yang cukup handal dalam menyediakan bahan baku secara berlanjut dalam jangka waktu yang panjang. b. Pemeliharaan gudang penyimpanan Perusahaan perlu melakukan pemeliharaan pada gudang serta memenuhi fasilitas yang dibutuhkan dalam penyimpanan bahan baku agar bahan baku yang disimpan tersebut tidak rusak dalam jangka waktu tertentu. Gudang penyimpanan bahan baku dan hasil produksi selalu dijaga kondisinya agar tetap bersih dan tidak bocor sewaktu hujan. 4.7.2 Pengawasan Kualitas Proses Produksi Proses produksi merupakan bagian terpenting bagi perusahaan manufaktur, oleh karena itu pengawasan kualitas pada proses produksi sangat penting dilakukan agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas yang diterapkan oleh perusahaan. 4.7.3 Pengawasan Kualitas Produk Jadi Pengawasan kualitas yang dilakukan pada produk jadi merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh perusahaan untuk memeriksa ulang apabila terdapat produk cacat yang lolos dari pengamatan pengawas selama proses produksi dan memastikan apakah produk yang dihasilkan telah memenuhi standar kuailtas yang ditetapkan sehingga layak untuk dikirim kepada pelanggan. Pemeriksaan produk akhir dilakukan oleh bagian quality control, yang melakukan pengamatan langsung pada hasil akhir dari proses produksi

71 apakah hasil akhir tersebut sesuai dengan standar kualitas atau tidak. Jika ternyata sesuai dengan standar kualitas, maka segera dilakukan packaging agar tampak lebih teratur dan rapi, Dan setelah itu produk jadi dikirim langsung ke konsumen atau disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan. Akan tetapi jika pada produk jadi ada yang tidak memenuhi standar kualitas, maka produk itu disebut sebagai produk cacat. 4.8 Analisis Data Pada tahap ini, data-data yang didapat selama masa observasi di PT. Shyang Yao Fung kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan menggunakan metode SPC (Statistical Process Control) atau metode seven tools, yaitu diagram alir, lembar periksa, diagram pareto, diagram batang, diagram tebar, peta kontrol atau peta kendali, diagram sebab-akibat. 4.8.1 Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart) Aliran proses produksi pada PT. Shyang Yao Fung untuk menghasilkan produk sepatu olahraga pria ditunjukkan dengan gambar seperti dibawah ini :

72 Bahan Baku Mendesain Cutting Penyablonan atau Pemberian Merek Sewing atau Stitching Pengabungan Upper dengan Buttom Foming atau Pengepresan Finishing atau Inspeksi Packaging Gambar 4.2 Aliran Proses Produksi Sepatu Olahraga Pria Sumber : PT. Shyang Yao Fung, Desember 2012

73 Penjelasan mengenai proses produksi pembuatan sepatu olahraga pria dijelaskan sebagai berikut : 1. Proses mendesain sepatu olahraga Pada proses ini yang diperhatikan adalah bentuk dari komponen upper (bagian atas sepatu) dan buttom (bagian alas sepatu) karena kedua bagian tersebut saling berkaitan erat satu dengan yang lain sehingga jika kedua komponen digabung, maka akan menghasilkan sepatu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Model yang mengikuti perkembangan jaman dan modis adalah desain yang sangat menarik dan desainnya yang diminati oleh konsumen, terutama golongan muda. Selain itu pemilik bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan sepatu juga sangat berpengaruh terutama pada perpaduan warna dan motif dari bahan yang digunakan. 2. Proses Cutting Pada tahap ini, terhadap beberapa proses yaitu memotong bahan utama dan bahan pendukung menjadi komponen-komponen upper dan buttom. Pemotongan ini harus sesuai dengan keadaan bahan yang akan digunakan sebab masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan sangat bergantung pada bahan dasarnya, apakah bahan bakunya terbuat dari kulit atau sintesis. Sedangkan untuk komponen buttom digunakan bahan baku sponge. Komponen-komponen tersebut dibawa ke bagian marking untuk dibuat tanda/pola untuk di cutting atau ditempel. Komponen upper yang ditandai, dibawa ke bagian skiving untuk

ditipiskan agar pada saat ditempel, tebal permukaan menjadi rata. Setelah pola telah dibuat, maka dilakukan proses pemotongan di mesin pon. 74 3. Proses sablon dan pemberian merk Komponen Upper dibawa ke bagian ini untuk dicetak jenis atau item kulitnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah langkah kerja selanjutnya agar dapat mencocokan warna kulit saat merajut menjadi kesatuan upper. Sehingga dapat memasangkan sepatu dengan bahan dan warna yang sama. Sebelum kulit alas sepatu ditempel pada spon dan kulit yang telah dipotong, terlebih dahulu kulit alas diberi cap merk dengan mesin cetak merk. 4. Proses sewing/stitching Pada bagian ini, komponen-komponen bagian upper dirakit menjadi satuan upper dengan cara ditempel, ditekuk dan dijahit agar lebih menambah kekuatan rekat antara komponen yang satu dengan yang lain. Untuk bagian diberi merk selanjutnya ditempel dan disatukan dengan sponge yang telah di cutting dan komponen-komponen alas sepatu lainnya. Selanjutnya dijahit bagian pinggirnya agar lebih kuat. Pada bagian jahit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tebal-tipisnya jarum dan benang yang digunakan untuk berbagai jenis kulit. Untuk model-model tertentu, digunakan jahitan benang sebagai aksesoris. Pada proses sewing ini, jahitan harus rapi sekali, karena mempengaruhi nilai estetika dan nilai jual dari sepatu tersebut.

75 5. Proses penggabungan bagian upper dan buttom Komponen-komponen upper dan buttom yang telah melewati proses sewing kemudian disatukan dengan cara ditempel dengan menggunakan lem. Dalam proses pengeleman ini sangat penting dan operator yang ditempatkan pada bagian ini harus yang berpengalaman agar hasil pengeleman rapi dan rata. 6. Proses Forming (Pengepresan Sepatu) Setelah itu, sepatu dioven dalam mesin oven. Umumnya dengan suhu 75 C dan selama 20 menit, tetapi untuk bahan baku dan jenis kulit tertentu suhu dan waktunya dapat disesuaikan. Setelah dioven, sepatu yang telah disatukan dengan sol ini di press dengan menggunakan mesin press. Proses ini dilakukan dengan tujuan agar lem dapat merekatkan upper (bagian atas sepatu) dengan bagian sol. 7. Inspeksi dan Finishing Untuk menghasilkan sepatu atau alas kaki dengan ukuran yang pas atau sesuai, maka pada tahap ini dilakukan inspeksi. Pengepasan ukuran bagian atas dan bawah sepatu yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang memiliki berbagai ukuran. Pengepasan ini dilakukan dengan benar-benar teliti. Karena jika ternyata ukurannya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka sepatu harus dikerjakan ulang. Pemeriksaan dilakukan secara manual satu persatu oleh para pekerja. Jika ditemukan cacat pada sepatu, maka akan dikembalikan ke bagian

76 pembuatan sepatu. Sebaliknya, jika tidak ditemukan cacat pada sepatu selanjutnya dibawa ke bagian finishing. Di bagian ini sepatu dibersihkan dari lem-lem dan menghilangkan benang-benang yang panjang dari hasil jahitan dengan cara di blower yaitu mesin yang mengeluarkan panas. Kemudian bagian tepi sepatu akan dilapisi cat yang berwarna sesuai dengan sepatu untuk menutupi sisa-sisa lem. 8. Packaging Sepatu yang sudah jadi kemudian dikemas dengan ukuran dan pasangannya masing-masing kemudian dimasukan ke dalam kardus atau kotak sepatu. 4.8.2 Lembar Periksa (Check Sheet) 4.8.2.1 Lembar Periksa untuk Produk Sepatu Olahraga Pria Periode Januari - Desember 2011 Berikut ini lembar periksa untuk produk sepatu olahraga periode Januari- Desember 2011 adalah sebagai berikut :

77 Tabel 4.1 Jenis cacat, jumlah cacat, dan jumlah produksi pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2011 Upper dengan sol kurang merekat Pengeleman kurang rapi Ukuran tidak sesuai Jahitan kurang rapi Total Cacat Total Produksi Januari 124 122 20 22 288 22200 Februari 220 392 40 44 696 44800 Maret 200 128 60 39 427 18280 April 480 242 72 16 810 29440 Mei 140 252 70 25 487 12764 Juni 185 248 111 36 580 37654 Juli 190 275 133 49 647 9892 Agustus 120 82 98 64 364 20877 September 182 129 148 81 540 14888 Oktober 170 98 122 100 490 12090 November 265 110 280 121 776 29980 Desember 208 92 249 140 689 42820 Total 2484 2170 1403 737 6794 295685 Sumber : PT. Shyang Yao Fung

78 4.8.2.2 Lembar Periksa untuk Produk Sepatu Olahraga Pria Periode Januari Desember 2012 Berikut ini lembar periksa untuk produk sepatu olahraga periode Januari Desember 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Jenis cacat, jumlah cacat, dan jumlah produksi pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2012 Upper dengan sol kurang merekat Pengeleman kurang rapi Ukuran tidak sesuai Jahitan kurang rapi Total Cacat Total Produksi Januari 112 108 24 28 272 28200 Februari 180 284 48 52 564 41280 Maret 220 128 39 20 407 18280 April 280 224 72 29 605 29440 Mei 140 248 78 32 498 12964 Juni 185 214 100 46 545 42540 Juli 179 275 122 48 624 9486 Agustus 280 88 94 42 504 20188 September 142 129 128 89 488 1288 Oktober 159 134 122 98 513 11090 November 215 98 248 108 669 25498 Desember 128 82 195 120 525 32820 Total 2220 2012 1270 712 6214 284471 Sumber : PT. Shyang Yao Fung

79 4.8.3 Diagram Pareto (Pareto Analysis) 4.8.3.1 Membuat Diagram Pareto Untuk Produk Sepatu Olahraga Periode 2011-2012 Berikut ini merupakan tabel jenis cacat dan jumlah cacat untuk produk sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.3 Data jenis cacat dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode 2011-2012 Jenis Cacat Jumlah Cacat Upper dengan sol kurang merekat 4704 Pengeleman kurang rapi 4182 Ukuran tidak sesuai 2673 Jahitan kurang rapi 1449 Jumlah 13008 Sumber : PT. Shyang Yao Fung Dari tabel diatas, maka didapatkan data untuk persentase cacat dan persentase kumulatif untuk produk sepatu olahraga 2011-2012 adalah sebagai berikut :

80 Tabel 4.4 Data jenis cacat, jumlah cacat, persentase cacat, dan persentase kumulatif pada produk sepatu olahraga Periode 2011-2012 Jenis cacat Jumlah Cacat Persentase Cacat (%) Persentase Kumulatif (%) Upper dengan sol kurang merekat 4704 36.16 36.16 Pengeleman kurang rapi 4182 32.15 68.31 Ukuran tidak sesuai 2673 20.55 88.87 Jahitan kurang rapi 1449 11.14 100 Jumlah 13008 Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan hasil analisis data, Januari 2013 Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram paretonya. Dan menghasilkan sebuah diagram pareto seperti dibawah ini :

81 Gambar 4.3 Diagram Pareto untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012 Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013 Pada diagram diatas, terlihat jelas bahwa karakteristik kualitas yang terbanyak menghasilkan produk selama periode 2011-2012 ada pada cacat dengan jenis upper dengan sol kurang merekat yaitu sebanyak 4704 satuan atau sebesar 36.16 %. Kemudian diikuti cacat dengan jenis pengeleman kurang rapi sebanyak 4182 satuan atau seebesar 32.15, ukuran tidak sesuai sebanyak 2673 satuan atau sebesar 20.55 %, dan jahitan kurang rapi sebanyak 1449 satuan atau sebesar 11.14 %.

82 4.8.4 Diagram Batang (Histogram) 4.8.4.1 Membuat Diagram Batang Untuk Sepatu Olahraga Periode 2011-2012 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.5 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode 2011-2012 No Periode Jumlah Sepatu Olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat 1 Januari 22200 288 2 Februari 44800 696 3 Maret 18280 427 4 April 29440 810 5 Mei 12764 487 6 Juni 37654 580 7 Juli 9892 647 8 Agustus 20877 364 9 September 14888 540 10 Oktober 12090 490 11 November 29980 776 12 Desember 42820 689 13 Januari 28200 272 14 Februari 41280 564 15 Maret 18280 407 16 April 29440 605 17 Mei 12764 498 18 Juni 42540 545

No Periode Jumlah Sepatu Olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat 83 19 Juli 9489 624 20 Agustus 20188 504 21 September 12882 488 22 Oktober 11090 513 23 November 25498 669 24 Desember 32820 525 TOTAL 580156 13008 Sumber : PT. Shyang Yao Fung Berdasarkan dari jumlah cacat (persatuan) diatas, maka harus dihitung besarnya range, banyaknya kelas interval, interval kelas, batas kelas serta kelas agar dapat membuat diagram batangnya. Besarnya range dihitung dengan rumus : R = = (nilai terbesar nilai terkecil) R = 810 272 R = 538 Banyaknya Kelas Interval dihitung dengan rumus : K = 1 + 3.322 log n K = 1 + 3.322 log 24 K = 5.3851 = 5

84 Interval kelas dihitung dengan rumus : L = = L = = 107.6 Batas kelas dihitung dengan rumus : Batas kelas = (Nilai Terkecil x ½ x Unit Pengukuran) Batas kelas = (272 ½ x 0.01) Batas kelas = 271.995 = 272 Jadi, Batas kelas pertama : Batas Bawah = 272 Batas Atas = 272 + 107.6 (interval kelas) = 379.6 Batas kelas kedua : Batas Bawah = 379.6 Batas Atas = 397.6 + 107.6 = 487.2

85 Batas kelas ketiga : Batas Bawah = 487.2 Batas Atas = 487.2 + 107.6 = 594.8 Batas kelas keempat : Batas Bawah = 594.8 Batas Atas = 594.8 + 107.6 = 702.4 Batas kelas kelima : Batas Bawah = 702.4 Batas Atas = 702.4 + 107.6 = 810 Nilai tengah kelas dihitung dengan rumus : Nilai tengah = Jadi, Nilai tengah kelas pertama = = 325.8

86 Nilai tengah kelas kedua = = 433.4 Nilai tengah kelas ketiga = = 541 Nilai tengah kelas keempat = = 648.6 Nilai tengah kelas kelima = = 756.2 Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Frekuensi Hipotesis Jumlah Cacat Pada Produk Sepatu Olahraga Periode 2011-2012 Batas Kelas Cacat (Persatuan) Nilai Tengah Frekuensi 272 379.6 325.8 3 379.6 487.2 433.4 3 487.2 594.8 541 10 594.8 702.4 648.6 6 702.4 810 756.2 2 Jumlah 24 Sumber : Hasil analsis data, Januari 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram batang seperti dibawah ini : 87 Gambar 4.4 Diagram Batang untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012 Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013 Dari gambar diatas terlihat bahwa frekuensi terbesar terdapat pada nilai tengah 541 atau pada kelas interval 487.2 594.8. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada nilai tengah 756.2 atau pada kelas interval 702.4 810. 4.8.5 Diagram Tebar (Scatter Diagram) Diagram tebar digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara dua variabel. Dalam hal ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat selama periode 2011-2012 dengan variabel jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau produksi sepatu olahraga periode 2011-2012.

88 Berikut ini merupakan tabel jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat dan jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau produksi sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.7 Data jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode 2011-2012 No. Periode Upper dengan sol kurang merekat Jumlah Cacat 1 Januari 124 288 2 Februari 220 696 3 Maret 200 427 4 April 480 810 5 Mei 140 487 6 Juni 185 580 7 Juli 190 647 8 Agustus 120 364 9 September 182 540 10 Oktober 170 490 11 November 265 776 12 Desember 208 689 13 Januari 112 272 14 Februari 180 564 15 Maret 220 407 16 April 280 605 17 Mei 140 498 18 Juni 185 545 19 Juli 179 624 20 Agustus 280 504 21 September 142 488

No. Periode Upper dengan sol kurang merekat Jumlah Cacat 89 22 Oktober 159 513 23 November 215 669 24 Desember 128 525 TOTAL 4704 13008 Sumber : PT. Shyang Yao Fung Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram tebar seperti dibawah ini: Gambar 4.5 Diagram tebar jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat dengan jumlah cacat pada produk untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012 Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

90 Dari gambar diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya jumlah produk sepatu olahraga yang cacat pada proses produksi dengan banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat periode 2011-2012. Dari gambar terlihat bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan yang bersifat positif atau berkorelasi positif. Karena nilai-nilai yang besar dari variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang besar dari variabel y. 4.8.6 Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart) 4.8.6.1 Membuat Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Bagi Pria Periode 2011-2012 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk sepatu olahraga bagi pria periode Januari Desember 2011 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.8 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu bagi pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2011 No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang Jumlah Cacat diproduksi 1 Januari 22200 288 2 Februari 44800 696 3 Maret 18280 427 4 April 29440 810 5 Mei 12764 487 6 Juni 37654 580 7 Juli 9892 647 8 Agustus 20877 364 9 September 14888 540

91 Tabel 4.8 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu bagi pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2011 (Lanjutan) No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat 10 Oktober 12090 490 11 November 29980 776 12 Desember 42820 689 TOTAL 295685 6794 Sumber : PT. Shyang Yao Fung Berdasarkan tabel diatas, untuk membuat peta kendali p maka harus menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control Limit), dan LCL (Lower Control Limit). Proporsi cacat dihitung dengan rumus : p bar = p bar = = 0.0129 Bulan Januari p bar = = 0.0155 Bulan Februari p bar = = 0.0223 Bulan Maret p bar = = 0.0275 Bulan April

92 p bar = = 0.0381 Bulan Mei p bar = = 0.0154 Bulan Juni Dan seterusnya. Nilai CL dihitung dengan rumus : CL = p bar = CL = CL = 0.0229 Nilai CL sebesar 0.0229 yang berarti CL adalah rata-rata proporsi cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p. Nilai UCL dihitung dengan rumus : UCL = CL + 3 UCL = CL + 3 UCL = 0.0229 + 3 UCL = 0.0259 Bulan Januari

93 UCL = 0.0229 + 3 UCL = 0.0250 Bulan Februari UCL = 0.0229 + 3 UCL = 0.0262 Bulan Maret UCL = 0.0229 + 3 UCL = 0.0255 Bulan April UCL = 0.0229 + 3 UCL = 0.0268 Bulan Mei UCL = 0.0229 + 3 UCL = 0.0252 Bulan Juni Dan seterusnya. Nilai LCL dihitung dengan rumus : LCL = CL - 3 LCL = CL - 3

94 LCL = 0.0229-3 LCL = 0.0198 Bulan Januari LCL = 0.0229-3 LCL = 0.0208 Bulan Februari LCL = 0.0229-3 LCL = 0.0195 Bulan Maret LCL = 0.0229-3 LCL = 0.0202 Bulan April LCL = 0.0229-3 LCL = 0.0189 Bulan Mei LCL = 0.0229-3 LCL = 0.0205 Bulan Juni Dan seterusnya.

95 Berdasarkan perhitungan diatas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode Januari Desember 2011 sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu olahraga untuk pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2011 No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat Proporsi Cacat CL UCL LCL 1 Januari 22200 288 0.0129 0.0229 0.0259 0.0198 2 Februari 44800 696 0.0155 0.0229 0.0250 0.0208 3 Maret 18280 427 0.0233 0.0229 0.0262 0.0195 4 April 29440 810 0.0275 0.0229 0.0255 0.0202 5 Mei 12764 487 0.0381 0.0229 0.0268 0.0189 6 Juni 37654 580 0.0154 0.0229 0.0252 0.0205 7 Juli 9892 647 0.0654 0.0229 0.0274 0.0183 8 Agustus 20877 364 0.0174 0.0229 0.0260 0.0197 9 September 14888 540 0.0362 0.0229 0.0265 0.0192 10 Oktober 12090 490 0.0405 0.0229 0.0269 0.0188 11 November 29980 776 0.0258 0.0229 0.0254 0.0203 12 Desember 42820 689 0.0160 0.0229 0.0250 0.0207 TOTAL 295685 6794 0.334 0.2748 0.3118 0.2367 Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

96 Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk sepatu olahraga bagi pria periode Januari Desember 2012 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.10 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga bagi pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2012 No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat 1 Januari 28200 272 2 Februari 41280 564 3 Maret 18280 407 4 April 29440 605 5 Mei 12764 498 6 Juni 42540 545 7 Juli 9489 624 8 Agustus 20188 504 9 September 12882 488 10 Oktober 11090 513 11 November 25498 669 12 Desember 32820 525 TOTAL 284471 6214 Sumber : PT. Shyang Yao Fung Berdasarkan tabel diatas, untuk membuat peta kendali p maka harus menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control Limit), dan LCL (Lower Control Limit).

97 Proporsi cacat dihitung dengan rumus : p bar = p bar = = 0.0096 Bulan Januari p bar = = 0.0136 Bulan Februari p bar = = 0.0222 Bulan Maret p bar = = 0.0205 Bulan April p bar = = 0.0390 Bulan Mei p bar = = 0.0128 Bulan Juni Dan seterusnya. Nilai CL dihitung dengan rumus : CL = p-bar = CL = CL = 0.0218 Nilai CL sebesar 0.0218 yang berarti CL adalah rata-rata proporsi cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p.

Nilai UCL dihitung dengan rumus : 98 UCL = CL + 3 UCL = CL + 3 UCL = 0.0218 + 3 UCL = 0.0244 Bulan Januari UCL = 0.0218 + 3 UCL = 0.0239 Bulan Februari UCL = 0.0218 + 3 UCL = 0.0250 Bulan Maret UCL = 0.0218 + 3 UCL = 0.0243 Bulan April UCL = 0.0218 + 3 UCL = 0.0256 Bulan Mei

99 UCL = 0.0218 + 3 UCL = 0.0239 Bulan Juni Dan seterusnya. Nilai LCL dihitung dengan rumus : LCL = CL - 3 LCL = CL - 3 LCL = 0.0218-3 LCL = 0.0191 Bulan Januari LCL = 0.0218-3 LCL = 0.0196 Bulan Februari LCL = 0.0218-3 LCL = 0.0185 Bulan Maret LCL = 0.0218-3 LCL = 0.0192 Bulan April

100 LCL = 0.0218-3 LCL = 0.0179 Bulan Mei LCL = 0.0218-3 LCL = 0.0196 Bulan Juni Dan seterusnya. Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode Januari Desember 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu olahraga untuk pria (Persatuan) Periode Januari - Desember 2012 No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat Proporsi Cacat CL UCL LCL 1 Januari 28200 272 0.0096 0.0218 0.0244 0.0191 2 Februari 41280 564 0.0136 0.0218 0.0239 0.0196 3 Maret 18280 407 0.0222 0.0218 0.0250 0.0185 4 April 29440 605 0.0205 0.0218 0.0243 0.0192 5 Mei 12764 498 0.0390 0.0218 0.0256 0.0179 6 Juni 42540 545 0.0128 0.0218 0.0239 0.0196

101 Tabel 4.11 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu olahraga untuk pria (Persatuan) Periode Januari - Desember 2012 (Lanjutan) No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi Jumlah Cacat Proporsi Cacat CL UCL LCL 7 Juli 9489 624 0.0657 0.0218 0.0262 0.0173 8 Agustus 20188 504 0.0249 0.0218 0.0248 0.0187 9 September 12882 488 0.0378 0.0218 0.0256 0.0179 10 Oktober 11090 513 0.0462 0.0218 0.0259 0.0176 11 November 25498 669 0.0262 0.0218 0.0245 0.0190 12 Desember 32820 525 0.0159 0.0218 0.0242 0.0193 TOTAL 284471 6214 0.3344 0.2616 0.2983 0.2237 Sumber: Hasil analisis data, Januari 2013 Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode 2011-2012 adalah sebagai berikut :

102 Tabel 4.12 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, LCL pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2012 No. Periode Jumlah sepatu Jumlah Proporsi CL UCL LCL olahraga yang Cacat Cacat diproduksi 1 Januari 22200 288 0.0129 0.0229 0.0259 0.0198 2 Februari 44800 696 0.0155 0.0229 0.0250 0.0208 3 Maret 18280 427 0.0233 0.0229 0.0262 0.0195 4 April 29440 810 0.0275 0.0229 0.0255 0.0202 5 Mei 12764 487 0.0381 0.0229 0.0268 0.0189 6 Juni 37654 580 0.0154 0.0229 0.0252 0.0205 7 Juli 9892 647 0.0654 0.0229 0.0274 0.0183 8 Agustus 20877 364 0.0174 0.0229 0.0260 0.0197 9 September 14888 540 0.0362 0.0229 0.0265 0.0192 10 Oktober 12090 490 0.0405 0.0229 0.0269 0.0188 11 November 29980 776 0.0258 0.0229 0.0254 0.0203 12 Desember 42820 689 0.0160 0.0229 0.0250 0.0207 13 Januari 28200 272 0.0096 0.0218 0.0244 0.0191 14 Februari 41280 564 0.0136 0.0218 0.0239 0.0196 15 Maret 18280 407 0.0222 0.0218 0.0250 0.0185 16 April 29440 605 0.0205 0.0218 0.0243 0.0192 17 Mei 12764 498 0.0390 0.0218 0.0256 0.0179

103 Tabel 4.12 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, LCL pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan) Periode Januari Desember 2012 (Lanjutan) No. Periode Jumlah sepatu Jumlah Proporsi CL UCL LCL olahraga yang Cacat Cacat diproduksi 18 Juni 42540 545 0.0128 0.0218 0.0239 0.0196 19 Juli 9489 624 0.0657 0.0218 0.0262 0.0173 20 Agustus 20188 504 0.0249 0.0218 0.0248 0.0187 21 September 12882 488 0.0378 0.0218 0.0256 0.0179 22 Oktober 11090 513 0.0462 0.0218 0.0259 0.0176 23 November 25498 669 0.0262 0.0218 0.0245 0.0190 24 Desember 32820 525 0.0159 0.0218 0.0242 0.0193 TOTAL 580156 13008 0.6684 0.5364 0.5988 0.4604 Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013 Berdasarkan tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL diatas, maka diperoleh peta kendali p untuk sepatu olahraga pria periode 2011-2012 adalah sebagai berikut :

104 Rata-rata P (0.02675) LCL (0.01918) UCL (0.02495) P Gambar 4.6 Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Pria Periode 2011-2012 Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013 4.8.7 Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagram) Dari diagram pareto telah diketahui empat jenis cacat pada proses produksi sepatu olahraga untuk pria. Jenis-jenis cacat tersebut antara lain adalah upper dengan sol kurang merekat, pengeleman kurang rapi, ukuran tidak sesuai dan jahitan kurang rapi. Ada lima faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap cacatnya pada suatu produk antara lain : manusia, mesin, bahan baku, metode kerja dan lingkungan kerja.

105 4.8.7.1 Faktor-faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat Gambar 4.7 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat. Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013 1. Manusia Penempatan sepatu yang kurang pas Dalam hal ini karyawan terlalu terburu-buru dalam melakukan penempatan sepatu pada mesin press sehingga penempatan yang terjadi tidak pada posisi yang pas.

106 Pengaturan suhu dan waktu yang tidak sesuai Umumnya suhu dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemanasan adalah 75 C dan 20 menit, dan pengaturan ini tergantung dengan bahan baku dari jenis kulit yang dipergunakan, untuk mendapatkan pengeringan lem yang sempurna. Kelalaian dalam pengaturan pemanasan ini menyebabkan kondisi upper dan sol kurang merekat dengan baik. Kebersihan pada saat pengamplasan Untuk mendapatkan hasil pengeleman yang baik, pengamplasan pada bagian upper yang kasar dan kotor harus dilakukan dengan teliti. Karena dilakukan oleh mesin yang sederhana, maka ketelitian manusia sangat berpengaruh besar. 2. Bahan Baku Kualitas lem berkurang Hal ini dikarenakan : Tempat lem ditutup kurang rapat Tempat lem harus ditutup dengan rapat, agar sisa lem tidak mengeras sehingga mutu kerekatan lem tidak berkurang. Kelalaian manusia

107 Pada saat pengambilan lem harus menggunakan alat yang bersih, sehingga lem tidak tercampur dengan debu dan kotoran. 3. Mesin Perawatan mesin tidak teratur Dengan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala, maka kondisi mesin akan mengalami penurunan kinerja. 4. Metode Kerja Proses pengepresan yang tidak akurat Pengunaan mesin oven yang masih manual dalam penyesuaian suhu dan waktu untuk setiap jenis kulit sepatu berbeda, maka dapat menyebabkan kesalahan pada saat menentukan pengaturan suhu dan waktu. Yang selanjutnya mempengaruhi proses pengepressan upper dan sol tidak merekat dengan baik.

108 4.8.7.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya pengeleman kurang rapi Gambar 4.8 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya pengeleman kurang rapi Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013 1. Manusia Pemberian lem tidak ada standar baku Karena pemberian lem dilakukan secara manual oleh manusia maka lem dapat diolesi terlalu banyak atau sebaliknya. Hal ini menyebabkan pengeleman pada sepatu menjadi kurang rapi. 2. Bahan Baku Kualitas lem berkurang

Hal ini dikarenakan : 109 Tempat lem ditutup kurang rapat Tempat lem harus ditutup dengan rapat, agar sisa lem tidak mengeras sehingga mutu kerekatan lem tidak berkurang. Ketelitian manusia Pada saat pengambilan lem harus menggunakan alat yang bersih, sehingga lem tidak tercampur dengan debu dan kotoran. 3. Metode Kerja Adanya pemesanan dalam jumlah besar Kadang kala adanya permintaan dari konsumen dalam jumlah yang besar sehingga karyawan mengerjakannya dengan mengejar target waktu dan terburu-buru dalam mengerjakan sehingga menimbulkan dampak pekerjaan menjadi kurang rapi. 4. Lingkungan Kerja Ventilasi ruangan kurang Ventilasi ruangan yang dipakai pada bagian pengeleman kurang, sehingga bau lem tidak mengalami pertukaran udara. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi para pekerja (pusing, mata perih, dll).

110 4.8.7.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya ukuran tidak sesuai Gambar 4.9 Diagram sebab akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya ukuran tidak sesuai Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan hasil analisis data, Januari 2013 1. Manusia Ketelitian dalam pemotongan pola Dalam hal ini ketelitian pada saat pemotongan pola harus benar-benar akurat antara komponen upper dengan buttom sehingga didapatkan ukuran sepatu yang tepat.

111 2. Bahan Baku Jenis karet sol Dalam hal ini kualitas keras dan lembutnya jenis karet sol sepatu sangat berpengaruh dalam pemotongan. Jenis spons Dalam hal ini kualitas keras dan lembutnya jenis spons yang dipergunakan juga sangat berpengaruh dalam pemotongan. 3. Mesin Perawatan pisau mesin Dengan tidak dilakukannya perawatan pisau mesin secara berkala, sehingga pisau mesin menjadi kurang tajam. Hal ini menyebabkan pemotongan menjadi kurang sempurna.

112 4.8.7.4 Faktor-faktor penyebab terjadinya jahitan kurang rapi Gambar 4.10 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya jahitan kurang rapi Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013 1. Manusia Kesalahan pemilihan atau pemasangan jarum dan benang Dalam hal ini kadang terjadi kesalahan dalam pemilihan dan pemasangan jarum dan benang dengan jenis kulit sepatu yang akan dijahit.

2. Mesin 113 Perawatan mesin tidak teratur Dengan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala, maka kondisi mesin akan mengalami penurunan kinerja. Tebal atau tipis jarum tidak sesuai Jenis kulit sepatu sangat berpengaruh dengan tebal atau tipisnya jarum yang akan digunakan dalam proses penjahitan. Untuk mendapatkan hasil yang rapi. 3. Bahan Baku Benang tidak sesuai Ukuran dan warna benang harus disesuaikan dengan jenis kulit sepatu, karena mempengaruhi motif sepatu tersebut.