BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai dari diterimanya bahan baku dari supplier, tata cara dan prosedur inspeksi kedatangan barang, kemudian masuk ke lantai produksi beserta tata cara dan prosedur inspeksi barang ½ jadi hingga barang jadi, dan juga tata cara dan prosedur penyimpanan barang jadi pada gudang bahan jadi. Setelah itu juga akan dijabarkan aktivitas lain yang berhubungan dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan pencocokan warna hingga layanan terhadap keluhan / return pelanggan.

2 Sistem Quality control saat ini Berikut ini akan dijelaskan prosedur yang dilakukan oleh bagian Quality control dalam melakukan inspeksi mulai dari penerimaan barang dari supplier hingga barang masuk ke Gudang Barang Jadi (Lihat Gambar 4.2 halaman 59). Setelah menerima bahan baku dari supplier, ditentukan terlebih dahulu apakah untuk keperluan yang mendesak atau tidak. Jika barang telah mendesak oleh jadwal produksi maka Direktur Operasional berwenang membebaskan barang seperti ini (dalam arti tidak di inspeksi) agar dapat digunakan dalam produksi tetapi QC tidak bertanggung jawab jika kelak barang tersebut dapat mengurangi kualitas produk. Sedangkan jika keperluannya tidak mendesak maka dilakukan inspeksi dengan langkah-langkah sebagai berikut : Jika barang yang di inspeksi memiliki Manual Spesifikasi, maka petunjuk inspeksi adalah mengikuti Manual Spesifikasi barang tersebut. Jika barang yang di inspeksi tidak memiliki Manual Spesifikasi maka inspeksi adalah mengikuti Data Spesifikasi yang dikirim oleh supplier Barang yang belum sempat di inspeksi pada hari itu juga ditempatkan di tempat terpisah dan diberi identitas BELUM DI INSPEKSI

3 53 Hasil pemeriksaan barang di catat pada Laporan Pemeriksaan Barang Masuk (LPBM) dengan sistematika penomoran sebagai berikut Metode inspeksi : Lakukan inspeksi sesuai dengan manual spesifikasi barang tersebut. Khususnya untuk kemasan, lakukan inspeksi 100 % dan dapat dibantu oleh personil gudang bahan baku dimana barang yang kemasannya meragukan dipisahkan dulu untuk diputuskan statusnya oleh QC Setiap keputusan dari hasil pemeriksaan mutu barang yang diterima harus diberi identitas yang jelas pada label LPBM : 1. LULUS jika mutu barang yang diterima telah memenuhi syarat yang tercantum di Manual Spesifikasi maka diberi label dengan identitas tanda LULUS 2. TAHAN jika mutu barang yang diterima ada sebagian kecil yang rusak atau timbul keraguan maka diberi label identitas TAHAN dan personil QC harus membuat laporan status barang area karantina

4 54 3. TOLAK jika mutu barang yang diterima tidak sesuai standar pada Manual Spesifikasi maka diberi identitas TOLAK dan personil QC harus membuat laporan status barang area karantina Untuk barang yang dinyatakan TAHAN maka personil QC melakukan inspeksi ulang terhadap barang tersebut. Jika masih dalam batas toleransi (Petunjuk dalam manual spesifikasi) maka barang tersebut akan diterima dan apabila dari inspeksi ulang ternyata barang tersebut ada yang diragukan / tidak sesuai maka barang tersebut akan ditolak. Untuk barang yang ditolak maka personil QC akan menerbitkan Laporan Ketidak Sesuaian (LKS) kepada bagian pembelian dan keputusannya adalah menunggu dari manager QC dan bagian pembelian Laporan pemeriksaan barang masuk selanjutnya diarsipkan di departemen QC, gudang bahan baku dan bagian pembelian Berikut ini ialah format dari form Laporan Ketidak Sesuaian (LKS) yang aslinya berukuran 21 x 11 cm.

5 55 Gambar 4.1 Laporan Ketidak Sesuaian Dari Gudang Bahan Baku, terdapat ketentuan dalam tata cara penyimpanannya sebagai berikut : Bagian gudang menerima barang dari supplier kemudian barang tersebut disusun pada tempat yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan jenis barangnya. Untuk membuat dan menyusun persediaan / stok tersebut maka personil gudang yang bersangkutan mengatur dan menyusun barang berdasarkan jenis dan jumlah penumpukannya yang telah ditentukan dalam Manual Spesifikasi

6 56 Dalam hal penyusunan barang di gudang tersebut berdasarkan jenis dan bentuk packing sehingga barang tersebut mudah diambil saat dibutuhkan Apabila ada barang yang masih memenuhi persyaratan maka barang tersebut dinyatakan boleh dikirim / dipakai atau tetap disimpan didalam gudang sebagai stok sementara dan akan dilakukan inspeksi ulang dengan menerbitkan status Lulus pada barang. Kemudian bahan baku diteruskan ke masing-masing unit untuk diproses menjadi barang ½ jadi. Setelah itu dilakukan inspeksi terhadap barang ½ jadi tersebut oleh staff kepala unit yang diinstruksikan oleh kepala unit tersebut dengan metoda inspeksi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 88 mulai dari inspeksi barang ½ jadi hingga menjadi produk final. Status Tahan diberikan jika barang tersebut dapat dikerjakan ulang atau tidak. Jika dapat dikerjakan ulang maka langsung dikembalikan ke unitnya untuk diperbaiki, Jika tidak dapat diperbaiki maka barang tersebut masuk dalam status unit BS (barang rusak atau cacat). Status Tolak diberikan jika barang tidak dapat diperbaiki lagi. Seluruh hasil inspeksi dalam satu hari dicatat oleh kepala unit tersebut ke LKS kemudian dilaporkan ke bagian QC pada hari berikutnya untuk diminta usulan tindakan perbaikan atau pencegahan, kemudian QC mendokumentasikan hasil laporan tersebut dan

7 57 melakukan tindakan perbaikan. Terdapat ketentuan dan prinsip dalam penyimpanan barang ½ jadi yaitu : Untuk menyusun hasil produksi maka personil unit yang bersangkutan mengatur dan menyusun barang berdasarkan jenis dan jumlah penumpukannya yang telah ditentukan Dalam hal penyusunan barang di gudang berdasarkan jenis dan bentuk packing sehingga barang tersebut mudah diambil saat dibutuhkan Untuk pengambilan barang yang ada di gudang berdasarkan urutan dari pertama masuk dan pertama keluar (FIFO) sehingga barang yang diproduksi pertama bisa diproses dan Adm mencatat ke dalam Laporan Hasil Produksi yang berisi antara lain : 1. No. 2. No. Order 3. Nama barang 4. Ukuran 5. Stock akhir 6. Keterangan Setiap ada pengambilan barang ½ jadi di tempat penyimpanan sementara maka unit wajib memeriksa ketentuan yang sesuai dengan masa penyimpanannya.

8 58 Barang yang lulus inspeksi disimpan ke dalam Gudang Barang Jadi sedangkan untuk barang yang berstatus Tolak atau reject dibuang ke area BS. Ketentuan penyimpanan barang jadi di gudang sebagai berikut : Personil atau Adm GBJ menerima Laporan Hasil Packing barang dari unit yang bersangkutan kemudian barang tersebut dilakukan pengecekan dan disusun pada tempat yang telah ditentukan Untuk menyusun persediaan / stok tersebut maka personil gudang yang bersangkutan mengatur dan menyusun barang berdasarkan jenis dan jumlah penumpukannya yang telah ditentukan. Dalam hal penyusunan barang digudang tersebut berdasarkan jenis dan bentuk packing sehingga barang tersebut mudah diambil saat dibutuhkan Apabila ada barang yang masih memenuhi persyaratan maka barang tersebut dinyatakan boleh dikirim / dipakai atau tetap disimpan didalam gudang sebagai stok sementara Setiap pengambilan barang ditempat penyimpanannya, maka personil gudang wajib memeriksa ketentuan masa penyimpanannya yang telah ditentukan.

9 Gambar 4.2 Flow chart Quality control saat ini 59

10 Kalibrasi Kalibrasi merupakan pengendalian alat ukur / timbang dengan tujuan menjamin semua semua alat ukur / timbang / uji memiliki kemampuan pengukuran yang akurat agar sesuai dengan persyaratan. Kalibrasi pada PT. FFZ yaitu Kalibrasi Eksternal yakni melakukan kalibrasi untuk master alat ukurnya ke pihak luar (dilakukan 2 tahun sekali) dan Kalibrasi Internal yakni melakukan kalibrasi sendiri untuk penyesuaian alat dengan masternya (dilakukan 1 tahun sekali). Berikut ini ialah prosedur kalibrasi internal pada PT. FFZ : o Berdasarkan jadwal kalibrasi internal, alat ukur / timbang / uji yang terdaftar perlu dikalibrasi ulang oleh departemen QC dan dikerjakan oleh kalibrator yang memenuhi kualifikasi kalibrator yang sudah pernah di training manual teknik dan instruksi kerja yang berkaitan dengan kalibrasi o Pada saat melakukan kalibrasi ulang, laporan kalibrasi terdahulu harus dilampirkan dan alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan baik (tidak rusak). o Cara kalibrasi ialah setiap alat yang dikalibrasi harus dibersihkan terlebih dahulu termasuk masternya. Alat yang dinyatakan lulus kalibrasi adalah yang hasil pengukurannya sama dengan masternya

11 61 sekurang-kurangnya 5 kali diadakan pencocokan dari kemampuan ukur tersebut. o Alat yang sudah dikalibrasi diberi label kalibrasi baru yang mencantumkan : Tanggal / bulan / tahun selesai dikalibrasi Tanggal / bulan / tahun jatuh tempo kalibrasi ulang o Setelah alat selesai dikalibrasi dikembalikan kepada unit kerja yang terkait dengan disertai laporan kalibrasi yang asli sedangkan copy laporan kalibrasi dan catatan kalibrasi diarsipkan departemen QC. o Setiap ada penggantian alat maka harus dikalibrasi dan apabila alat rusak dan masih dapat diperbaiki maka harus dikalibrasi ulang setelah diperbaiki Matching warna Bagian matching warna menerima konfirmasi matching warna dari departemen QC dengan dilampiri contoh warna yang akan diproses matching sesuai dengan permintaan dari pelanggan. Tahap pembuatan matching warna akan dijelaskan sebagai berikut :

12 62 o Sebelum melakukan proses matching, contoh warna tersebut di analisa kemudian membuat kriteria zat warna dan komposisi yang diperlukan. o Setiap permintaan matching warna, maka sedikitnya harus dibuatkan 2 macam contoh warna untuk dikirim ke pelanggan sebagai alternatif pilihan untuk di ACC oleh pelanggan. o Hasil matching yang sudah dianggap sesuai atau mendekati dengan contoh dari pelanggan, diserahkan pada manager QC untuk ditanda tangani beserta data permintaan matching untuk diteruskan ke PPIC untuk disetujui dan dikirim ke pelanggan (dan sebagian di arsipkan di departemen QC sebagai data matching). o Apabila salah satu contoh sudah di ACC dari pelanggan maka dari departemen QC akan memberitahukan bahwa hasil matching warna yang dikirim sudah di ACC dan departemen QC akan meminta komposisi pemakaian obat untuk warna tersebut dan diteruskan kepada bagian produksi yang bersangkutan. o Apabila pelanggan menolak warna hasil matching tersebut, maka berdasarkan pemberitahuan dari departemen QC dilakukan matching ulang.

13 Customer service Gambar 4.3 Diagram alur proses penanganan return pelanggan Prosedur dalam penanganan return dari pelanggan akan dijelaskan di bawah ini : o Marketing menerima keluhan dari pelanggan melalui telepon dan keluhan tersebut diteruskan ke PPIC melalui laporan keluhan pelanggan o Jika hasil analisa ternyata kesalahan dari pelanggan maka marketing akan menjelaskan kepada pelanggan mengenai hasil analisa tersebut dan tidak ada proses return atau ganti barang

14 64 o Jika hasil analisa dari departemen terkait diatas ternyata kesalahan PT. FFZ maka : Return adalah pelanggan tidak bisa pakai atau dijual ke pelanggan lain dan marketing akan membuat surat persetujuan return untuk GBJ dan jika barang yang direturn telah sampai di GBJ maka marketing akan membuat laporan return barang (LRB) untuk PPIC Potong harga adalah pelanggan masih bisa pakai / dijual sesuai dengan kesepakatan negosiasi antara marketing dan pelanggan kemudian marketing akan membuat persetujuan perubahan harga (PPH) untuk accounting. 4.2 Analisis Data Berikut ini dijelaskan kekurangan-kekurangan yang ada pada Sistem QC pada PT. FFZ saat ini Inspeksi kedatangan barang Sebelumnya dijelaskan bahwa setelah menerima barang dari supplier, jika kebutuhan mendesak oleh jadwal produksi maka tidak dilakukan inspeksi dan langsung masuk ke lantai produksi untuk diproses menjadi barang ½ jadi.

15 65 Di sini terjadi gambling dimana jika kebetulan barang yang diterima dari supplier tersebut memenuhi standar spesifikasi maka tidak terjadi masalah. Tetapi apabila barang tersebut tidak memenuhi standar yang diinginkan, tentu saja perlu pertimbangan yang serius apakah dapat diproses dalam arti akan mempengaruhi standar kualitas, atau akan menjadi unit BS dan terpaksa perlu diganti. Jika ternyata barang dari supplier tersebut tidak bisa digunakan maka departemen QC tidak bertanggung jawab. Tentu saja ini menjadi kerugian tersendiri karena departemen QC harusnya menjamin tiap barang yang masuk, yang digunakan dan dihasilkan memiliki mutu yang telah diawasi secara ketat oleh departemen QC Inspeksi barang ½ jadi dan barang jadi Pada inspeksi barang ½ jadi dan barang jadi, terdapat kesalahan dan kelambatan dalam melaporkan hasil produksi produk yang cacat. Setelah memproduksi hingga selesai sesuai jumlah pesanan, baru dilakukan inspeksi oleh kepala unit yang bersangkutan yang dibantu oleh staffnya. Jika ditemukan produk yang cacat, kepala unit menerbitkan LKS yang memberitahukan jenis produk yang cacat beserta kodenya, jumlah produk yang diperiksa, jumlah produk yang cacat, tanggal periksa dan alasan cacat. Laporan LKS ini baru

16 66 disampaikan ke departemen QC keesokan harinya untuk diminta tindakan perbaikan dan pencegahan. Sistem inspeksi tersebut menyebabkan banyak barang ½ jadi yang dihasilkan cacat, berstatus Tolak dan perlu diganti. Untuk data banyaknya produk yang cacat selama bulan Januari hingga April 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 89. Pada Lampiran 2 dapat dilihat jumlah produk cacat yang begitu besar. PT. FFZ menetapkan status TAHAN atau TOLAK jika cacat yang ditemukan melebihi 2% dari jumlah sample yang diambil sedangkan data jumlah produk cacat pada Lampiran 2 sangat besar dan mencapai 100%. Tentu saja ini menimbulkan masalah pada PT. FFZ karena mereka harus mengganti dan memperbaiki produk cacat tersebut. Pada Lampiran 2 juga dapat dilihat bahwa karakteristik cacat yang paling banyak terjadi ialah karena masalah warna yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ini lebih disebabkan karena setelah dilakukan konfirmasi warna ke pelanggan dan setelah di ACC, pengecatan langsung berjalan hingga akhir sehingga tidak lagi diperiksa secara berkala apakah masih sesuai atau tidak. Permasalahan tidak sesuainya warna yang diinginkan juga terjadi di data Keluhan / return pelanggan pada Lampiran 3 halaman 90.

17 67 Untuk barang jadi, jumlah cacat yang dihasilkan tidak terlalu besar karena pada tahap produksi barang ½ jadi telah dilakukan tindakan perbaikan sehingga kecacatan telah berkurang. Data banyaknya produk yang cacat selama Januari hingga April 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 91. Sistem inspeksi yang digunakan oleh PT. FFZ saat ini dapat digambarkan sebagai The Detection model dalam Gambar 4.4 berikut : Repair / Rework Process Inspection Shipment Scrap / Waste Gambar 4.4 The Detection model Dalam Detection model tersebut dapat dijelaskan bahwa QC baru menemukan permasalahan seperti produk cacat setelah benarbenar terjadi. Memang dalam Detection model tersebut dapat mengatasi produk yang cacat, tetapi metode untuk melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan harus menunggu keputusan dari manajer QC.

18 Hasil Perancangan Berikut ini ialah usulan untuk perbaikan sistem QC pada PT. FFZ per bagian-bagiannya Manajemen Mutu Pada manajemen mutunya saya mengusulkan perubahan pada struktur organisasi dan peran jabatan dalam departemen QC. Jika pada struktur organisasi saat ini, Kabag Matching Cat, Matching dan Katalog merupakan jabatan berbeda maka saya mengusulkan untuk dikoordinasikan dalam satu jabatan sehingga untuk bagian kontrol terhadap matching warna tidak terpisah-pisah. Jadi kontrol terhadap matching warna selain bertanggung jawab terhadap pembuatan warna dari pelanggan tetapi juga bertanggung jawab dalam pembuatan katalog warna sebagai patokan utama jenis warna. Selain itu, inspeksi untuk barang ½ jadi dan barang jadi dikoordinasikan oleh Kabag barang ½ jadi dan barang jadi yang dibantu oleh staffnya. Berikut ini ialah usulan struktur organisasi untuk departemen QC pada PT. FFZ beserta fungsinya :

19 69 Manager QC ADM Kabag Matching Cat Kabag barang ½ jadi Dan barang jadi Kalibrator Staff Gambar 4.5 Struktur organisasi QC usulan Berikut ini ialah fungsi-fungsi untuk jabatan yang baru : Kabag Matching Cat o Bertanggung jawab terhadap pembuatan warna-warna baru sesuai dengan order dari pelanggan dan matching warna o Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, penggunaan peralatan dan prasarana kerja o Membuat laporan sesuai dengan pekerjaannya kepada manager QC o Melaksanakan pembuatan katalog warna sesuai dengan kebutuhan

20 70 Kabag barang ½ jadi dan barang jadi o Bertanggung jawab mem-verifikasi tindakan koreksi dan pencegahan yang telah selesai dilakukan dan mencatat di Daftar Status Tindakan Koreksi dan Pencegahan atas Ketidaksesuaian o Berkewajiban melakukan perawatan dalam pemeliharaan terhadap alat-alat kerja dan dokumen-dokumen yang digunakan guna memperlancar pekerjaan o Membuat laporan / mengisi log book sesuai petunjuk kerjanya Staff o Bertanggung jawab melakukan inspeksi mutu barang ½ jadi dan barang jadi dan melakukan tindakan perbaikan o Membuat laporan hasil inspeksi dan perbaikan dan menyerahkannya kepada atasan Quality control pada penerimaan barang masuk Pada saat menerima barang dari supplier harus dilakukan pemeriksaan barang masuk. Kebutuhan mendesak tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak melakukan inspeksi barang masuk sehingga diharapkan Inventory Control dapat memenuhi kebutuhan

21 71 bahan baku agar tidak terjadi kekurangan material. (Lihat poin B2 pada Gambar 4.10 halaman 82) Quality control pada produksi Sebagai pengganti dari sistem Detection model saat ini, saya menyarankan untuk menggunakan sistem Prevention Model yang dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut : Process Output Shipment Improve Inspect with SPC Analyze Gambar 4.6 The Prevention model Pada dasarnya Prevention model berusaha untuk memperbaiki kualitas melalui usaha untuk mengurangi produk yang dihasilkan cacat. Dengan metode SPC (Statistical Process Control) yaitu 7 Tools diharapkan dapat mengurangi dan menghindari terjadinya produk cacat. Disini terdapat perbedaan dengan Detection model yaitu metode inspeksi dengan SPC, menganalisa dan langsung memperbaiki.

22 72 Dari poin B2 hingga B7 pada Gambar 4.10 kurang lebih sama dengan alur QC saat ini (poin A3 sampai A8 pada Gambar 4.2). Pada kontrol terhadap barang in-process saya mengusulkan untuk menempatkan staff QC pada tiap unit produksi. Staff QC tersebut bertanggung jawab dalam inspeksi barang ½ jadi hingga barang jadi. Jadi, setiap 1 jam dilakukan inspeksi terhadap produk yang dihasilkan untuk memperkecil kemungkinan besarnya jumlah produk cacat dengan menggunakan check sheet. Jika ditemukan produk yang cacat, staff QC tersebut menerbitkan Check sheet dan langsung dilakukan pelacakan ke sumber penyebab cacat dan langsung menangani permasalahan tersebut (B7.2B.2). Laporan terjadinya cacat dalam satu hari tersebut yang dituliskan di form check sheet beserta tindakan perbaikan yang telah dilakukan langsung dilaporkan ke departemen QC sebagai dokumentasi (B7.2B.3). Sistem ini juga berlaku untuk inspeksi barang jadi (B10.2B.1 sampai B10.2B.3). Untuk metode inspeksi menjadi berubah (lihat Lampiran 5 halaman 92) dimana interval waktu sampling berubah dari minimal 3 kali (lihat Lampiran 1) menjadi 1 jam dan jumlah sample berubah menjadi 20% dari jumlah yang dihasilkan dalam interval waktu tersebut. Alasan menggunakan jumlah sample 20% dari jumlah yang

23 73 dihasilkan untuk mengantisipasi berubahnya jumlah produk yang dihasilkan dalam kurun waktu satu jam tersebut Penggunaan Seven Tools dalam analisa data Untuk membantu QC dalam menganalisa data, saya menyarankan untuk menggunakan 7 Tools dimana alat yang berguna yakni : Histogram Histogram digunakan sebagai presentasi data yang didapat dalam per bulannya. Dalam data per bulan tentu saja terdapat jumlah produksi dan jumlah produk yang cacat. Pada jumlah produk yang cacat tersebut terdapat kategori cacat berdasarkan bagian unitnya. Sebagai contoh lihat Lampiran 6 halaman 93. Pada Lampiran 6 terdapat data produksi per bulannya dimana juga terdapat jumlah produk yang cacat sesuai masing-masing unit yaitu unit Gapping, unit Lem Film, unit Pinbox, unit Potong dan unit Sortir. Di sini dapat dilihat unit mana yang paling banyak menghasilkan produk cacat. Setelah membuat Histogram, staff QC harus melakukan analisis ke unit tersebut untuk mengetahui lebih detil mengenai cacat yang terjadi dengan menyusun diagram Pareto dan melakukan perbaikan dengan diagram Fishbone.

24 74 Check Sheets Dengan menggunakan check sheet dapat membantu mempermudah staff QC nantinya dalam melakukan inspeksi barang sehingga tidak perlu menulis berulang-ulang. Pada check sheet ini juga terdapat keterangan mengenai kategori cacat, penyebab cacat serta tindakan koreksi yang telah dilakukan. Check sheet ini berguna sebagai pengganti LKS. Untuk format dari check sheet usulan dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut. Jika kategori cacat tidak terdapat pada pilihan maka dapat dituliskan di bagian keterangan di bawah check sheet.

25 75 CHECK SHEET PT. FAJARINDO FALIMAN ZIPPER TANGGAL : UNIT : JAM : NAMA BARANG : GIGI RUSAK GIGI TIDAK STANDAR GOSOKAN TIDAK LICIN JAHITAN TIDAK RAPI JAHITAN TIDAK RATA KAIN KOTOR KAWAT TIDAK LOCK LEM FILM LEPAS PERMUKAAN KASAR SLIDER BELAH SLIDER SERET SLIDER TIDAK LOCK WARNA TIDAK MERATA WARNA TIDAK SESUAI JUMLAH INSPEKSI : JUMLAH CACAT : NO. LOT : STATUS TAHAN TOLAK KETERANGAN : PERBAIKAN : DIBUAT OLEH DIKETAHUI OLEH QC NAMA JELAS KANIT / KARU Gambar 4.7 Check sheet usulan

26 76 Diagram Pareto Setelah melakukan inspeksi dengan menggunakan check sheet, staff QC telah mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menyusun diagram Pareto. Diagram Pareto dapat mempermudah dalam menampilkan kategori-kategori cacat yang terjadi saat dilakukan pemeriksaan. Dengan diagram ini, staff QC dapat menentukan kategori cacat yang paling dominan yang terjadi dalam 1 hari tersebut sesuai dengan masing-masing unitnya. Data berikut ialah data rekayasa sebagai gambaran dalam membuat diagram Pareto pada unit Sortir : Tabel 4.1 Data cacat unit sortir No. Kategori cacat Jumlah (Kg) 1 Warna tidak sesuai Gosokan tidak licin Gigi tidak standar Warna tidak merata 70 5 Slider tidak lock Slider belah Slider seret Kain kotor 7.3 Sebelum menyajikan data ke dalam diagram Pareto, staff QC perlu mengurutkan terlebih dahulu data yang didapat mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil kemudian dicari persentasenya. Berikut ini ialah data yang telah diurutkan berdasarkan besar persentasenya :

27 77 Tabel 4.2 Data cacat unit sortir yang telah diurutkan No. Kategori cacat Jumlah (Kg) Persen 1 Warna tidak sesuai Warna tidak merata Gigi tidak standar Gosokan tidak licin Slider seret Slider belah Kain kotor Slider tidak lock Diagram Pareto Unit Sortir Persentase Cacat Warna tidak sesuai Warna tidak merata Gigi tidak standar Gosokan tidak licin Slider seret Slider belah Kain kotor Slider tidak lock Gambar 4.8 Diagram Pareto unit Sortir Setelah diagram Pareto ini tersusun, staff QC dapat melihat ternyata cacat Warna Tidak Sesuai memiliki proporsi yang besar yakni sekitar 34,23 % dari keseluruhan kategori cacat. Kemudian untuk

28 78 melakukan analisa untuk mencari penyebab dari terjadinya hal tersebut, staff QC dapat menggunakan diagram Fishbone. Peta Kontrol Karena data yang dianalisa ialah data atribut, maka saya menyarankan untuk menggunakan peta kontrol p dengan pertimbangan bahwa tidak mungkin untuk menggunakan peta kontrol np karena harus memiliki sample yang konstan sedangkan jumlah yang di inspeksi dapat dengan mudah berubah-ubah. Langkah-langkah dalam membuat peta kontrol p ialah : 1. Pilih bagian unit mana yang akan dilakukan kontrol. Saya menyarankan masing-masing unit memiliki peta kontrol sendiri. 2. Kumpulkan data. Data yang telah dikumpulkan melalui check sheet dapat digunakan untuk peta kontrol dimana nantinya akan terdapat jumlah inspeksi, jumlah produk yang diinspeksi, jumlah produk yang cacat, dan proporsi cacat. 3. Hitung nilai rata-rata dan Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah dengan menggunakan rumus pada Persamaan (1),(2), dan (3) halaman 28.

29 79 4. Hitung kembali nilai rata-rata, Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah jika terdapat data yang keluar dari batas dengan rumus pada Persamaan (4),(5), dan (6) halaman 28 dan 29. Diagram Fishbone Setelah Diagram Pareto tersusun, dapat dilihat kategori cacat yang paling dominan sehingga manajer QC, beserta para Staff dan bagian Produksi dapat berkumpul bersama dan melakukan brainstorming dalam pembuatan Diagram Fishbone. Bagian Produksi berperan penting dalam mengumpulkan informasi mengenai penyebab-penyebab yang terjadi dan mungkin terjadi sehingga menyebabkan produk menjadi cacat. Setelah informasi terkumpul, Manajer dan Staff QC dapat mengelompokkan kategori penyebab cacat ke dalam 4 bagian utama yakni Material, Manusia, Metode dan Mesin. Berikut ini ialah Diagram Fishbone untuk kategori cacat Warna Tidak Sesuai.

30 80 Material Metode Jenis cat hampir sama Kombinasi Warna yang salah Inspeksi Visual Obat kadaluarsa Tidak berpengalaman Campuran Obat salah Penyemprotan terlalu tebal Warna Tidak Sesuai Manusia Mesin Gambar 4.9 Diagram Fishbone untuk cacat Warna Tidak Sesuai Pada Gambar 4.9 dapat dilihat apa saja yang menyebabkan terjadinya cacat Warna tidak Sesuai. Pada Materialnya terdapat jenis cat yang warnanya hampir sama tetapi berbeda kualitas warnanya dan juga karena obat yang kadaluarsa menyebabkan warna menjadi berubah. Pada Metodenya terdapat kombinasi warna yang salah dan campuran obat yang tidak sesuai dengan jenis cat yang digunakan. Pada Manusianya biasanya disebabkan operator penanganan warna yang tidak berpengalaman sehingga mencampur warna atau obat yang salah. Selain itu juga karena kesesuaian warna diinspeksi secara visual

31 81 sehingga jika warna dianggap mendekati warna yang diinginkan maka dianggap Lulus Inspeksi. Pada bagian Mesin disebabkan oleh intensitas penyemprotan yang tebal menyebabkan warna menjadi berubah setelah proses pengecatan. Setelah selesai menyusun diagram Fishbone tersebut, departemen QC bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan langsung ke penyebab masing-masing masalah tersebut dan berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan agar jumlah produk cacat akibat proses tersebut dapat dikurangi kemudian dilakukan dokumentasi ke departemen QC sebagai manual mutu sebagai patokan dalam pengendalian kualitas di masa yang akan datang.

32 82 B1 Kiriman barang dari Supplier B2 Inspeksi kedatangan bahan baku B3 B3.1 Tidak Diterima? Area karantina B4 Ya Gudang Bahan Baku B5 Proses barang Setengah jadi B3.2 Dianalisa B7.2B B7.2B.1 Tolak Dijadikan BS B7.2B.2 Staff QC memantau Dan memperbaiki B7.2B.3 B7.1 QC melengkapi logbook Area karantina B7.2 Dianalisa Tidak Tahan B7.2A Tidak B7.2A.1 Dapat Dikerjakan Ulang? Ya B7.2A.1A Dikerjakan ulang Atas kesepakatan Inspeksi proses Barang ½ jadi B7 Lulus? B8 Ya Proses barang jadi B9 Inspeksi proses Barang jadi B10 Lulus? Ya B11 Gudang Barang Jadi B6 Tidak B3.2A.1A Ya Diterima atas kesepakatan B10.2B Tolak B10.2B.1 Tahan B10.1 Area karantina Dijadikan BS B10.2B.2 Staff QC memantau Dan memperbaiki B10.2B.3 B10.2 QC melengkapi logbook B3.2A Dianalisa Terima? B3.2A.1 Tidak B10.2A Tahan B10.2A.1 Tidak Dapat Dikerjakan Ulang? Ya Dikerjakan ulang Atas kesepakatan B10.2A.1A Tolak B3.2B B3.2B.1 Terbitkan Laporan Ke bagian pembelian B3.2B.2 Minta usulan Perbaikan/ pencegahan B3.2B.3 QC memantau Dan melengkapi logbook Gambar 4.10 Flow chart Quality control usulan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005/2006 USULAN PERBAIKAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PT. FAJARINDO FALIMAN ZIPPER Anthony Angdreas NIM: 0600659723

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 45 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 3.1 Langkah-langkah yang dijalankan Berikut ini ialah diagram alir yang akan menunjukkan langkahlangkah yang dilakukan yang dimulai dari tahap paling awal sekali hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi di Indonesia, dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi di Indonesia, dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi di Indonesia, dunia industri juga ikut berkembang. Dengan semakin berkembangnya dunia industri, maka persaingan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas produknya melalui manajemen Pengendalian Kualitasnya. perusahaan yang telah menerapkan ISO 9001:2000 dimana produk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas produknya melalui manajemen Pengendalian Kualitasnya. perusahaan yang telah menerapkan ISO 9001:2000 dimana produk yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan suatu bentuk keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dimana produk yang berkualitas berarti produk yang dapat memberi kepuasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui beberapa 5 tahapan, yaitu diawali dengan tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, serta tahap kesimpulan 3.1.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN 5.. Analisis Prosedur pada Sistem Informasi Persediaan Berdasarkan Pengumpulan data pada bab 4 terdapat 6 prosedur Sistem Informasi Persediaan. Enam Prosedur Sistem

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT.BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTRY merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang elektrikal, beralokasi di Jalan Tanah Abang II no.31,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flow Chart Pemecahan Permasalahan Langkah-langkah dalam pernulisan skripsi ini dapat diperhatikan pada gambar flow chart pemecahan masalah sebagai berikut: Start Observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

A. Prosedur Pemesanan dan

A. Prosedur Pemesanan dan L1 Kuesioner Evaluasi Pengendalian Internal atas Persediaan dan Fungsi Penjualan PT. Tunas Dunia Kertasindo A. Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang NO. PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN 1. Apakah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang PT. Bondor Indonesia (bagian 1) Diagram Alir Aktivitas

Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang PT. Bondor Indonesia (bagian 1) Diagram Alir Aktivitas Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang PT. Bondor Indonesia (bagian 1) Diagram Alir Aktivitas Penanggung Requestor membuat purchase request untuk material yang diperlukan, kemudian diserahkan

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan setting mesin tepat, sehinggan tidak menyebabkan cacat. Ruang Lingkup : Lantai Produksi PT Aswi Perkasa Standar-standarnya : 1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 1. SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan

Lebih terperinci

Evaluasi sistem dan prosedur pembelian bahan baku. pada perusahaan j rot galery. di Klaten. Oleh : Riasti F BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi sistem dan prosedur pembelian bahan baku. pada perusahaan j rot galery. di Klaten. Oleh : Riasti F BAB I PENDAHULUAN Evaluasi sistem dan prosedur pembelian bahan baku pada perusahaan j rot galery di Klaten Oleh : Riasti F.3302181 BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Perusahaan J ROT GALERY adalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

10/6/ Pengantar

10/6/ Pengantar Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Perencanaan Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi sistem manajemen warna di dalam perusahaan. Selama dilakukannya observasi di PT Chun Cherng Indonesia, penulis menemukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry garmen, dimana perusahaan memproduksi kemeja pria dewasa. Bahan dasar untuk produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan penting dalam perusahaan untuk mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan penting dalam perusahaan untuk mendukung 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perkembangan sistem informasi pada era teknologi saat ini, berdampak pada kemajuan dalam perkembangan usaha setiap organisasi. Informasi

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Perusahaan. Direksi. Manajer Umum

Struktur Organisasi Perusahaan. Direksi. Manajer Umum Lampiran 1 Struktur Organisasi Perusahaan Direksi Manajer Umum Kabag Adm& Umum Kabag Produksi Keuangan Personalia Pemasaran Produksi Quality Control Pergudangan xii Lampiran 2 Tugas dan Wewenang 1. Direksi

Lebih terperinci

Instruksi Kerja PURCHASING PT GITA MANDIRI TEHNIK. No. Langkah Kerja Ilustrasi Dokumen Terkait

Instruksi Kerja PURCHASING PT GITA MANDIRI TEHNIK. No. Langkah Kerja Ilustrasi Dokumen Terkait Instruksi Kerja PURCHASING PT GITA MANDIRI TEHNIK No. Langkah Kerja Ilustrasi Dokumen Terkait 1 Setelah bagian masing-masing divisi membuat menggunakan form permintaan pembelian secara manual maka proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September 2009 STANDAR TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). Variabel yang diteliti adalah metode pengendalian kualitas yang diterapkan

Lebih terperinci

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI NOTE : SETIAP DIVISI WAJIB QUALITY CONTROL DI BAGIAN MASING-MASING KLIEN ORDER BESERTA DP 60% CUSTOMER SERVICE TERIMA ORDER ISI FORM ORDER OLEH KLIEN ACC

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6 ABSTRAK PT Dhaya Tuhumitra adalah perusahaan penghasil sepatu sandal wanita dengan orientasi pasar ekspor sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 24 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam pelaksanaan penelitian dan untuk mempermudah memecahkan persoalan yang dihadapi, perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas Sebagai perusahaan distributor umum yang sedang berkembang, PT Altama Surya Arsa melakukan upaya untuk peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua BAB 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian di dunia telah memasuki era globalisasi. Semua faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku, uang, informasi, telekomunikasi, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan, sasaran oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS Jurnal Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana strata 1 (S1) Program

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1. Tinjauan Organisasi Organisasi adalah wadah tempat orang - orang yang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan industri di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala kecil dan rumah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

ANALISA PENGURANGAN DEFECT ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKURATAN INSPEKSI SUBDEPARTMENT QUALITY CONTROL INCOMING : STUDI KASUS

PENINGKATAN KEAKURATAN INSPEKSI SUBDEPARTMENT QUALITY CONTROL INCOMING : STUDI KASUS PENINGKATAN KEAKURATAN INSPEKSI SUBDEPARTMENT QUALITY CONTROL INCOMING : STUDI KASUS Christian Davin Gunawan 1, Indriati Bisono 2 Abstract: PT. X produces circuit breakers. The raw material inspection

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pengendalian Kualitas, Peta Kendali C, Pareto Diagram, Fishbone Diagram

ABSTRAK. Kata kunci: Pengendalian Kualitas, Peta Kendali C, Pareto Diagram, Fishbone Diagram ABSTRAK Kualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Bagi perusahaaan, kualitas berarti kesesuaian terhadapstandar, sehingga perusahaan yang dapat menjamin bahwa

Lebih terperinci