USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh : DAVID ERICK HASIAN A 14105524 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor SSSSss PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi : Usahatani dan Tataniaga Kacang Kapri di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Nama : David Erick Hasian NRP : A14105524 Menyetujui, Dosen Pembimbing Muhammad Firdaus, Ph.D. NIP. 132 158 758 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus Ujian: 2 September 2008
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, 2 September 2008 DAVID ERICK HASIAN (A14105524)
RINGKASAN DAVID ERICK HASIAN. Usahatani dan Tataniaga Kacang Kapri di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS. Penelitian ini dilatarbelakangi usahatani kacang kapri yang sudah mulai banyak di budidayakan di Kecamatan Warungkondang, Cianjur.Usahatani kacang kapri yang diusahakan para petani tersebut masih dalam skala kecil. Kondisi tersebut dapat dilihat dari luasan produksi yang masih minim. Skala usaha yang kecil menghasilkan produksi yang terbatas sehingga berpengaruh terhadap pendapatan para petani. Disamping itu, di yang tepat harus dapat memberikan keuntungan yang sesuai dengan apa yang diberikan oleh petani. Keuntungan yang memuaskan diperoleh dengan memilih saluran tataniaga yang efisien. Terkait dengan karakteristik kacang kapri yang tidak tahan lama, maka kondisi ini juga memungkinkan adanya masalah dalam penanganan pasca panen dan proses distribusi kacang kapri dari produsen hingga konsumen akhir. Penelitian dilakukan di Kecamatan Warungkondang yang terletak di Kabupaten Cianjur yang dilakukan pada bulan Maret Juni 2008. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakaukan dengan wawancara langsung dengan petani, sedangkan dat sekunder di peroleh dari BPS dan sumber lain yang relevan. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan penjelasan secara deskriptif. Analisis usahatani kacang kapri yang dilakukan adalah analisis pendapatan dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis marjin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efisiensi tataniaga kacang kapri. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga dan keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga. Sistem penamanan kacang kapri dibagi menjadi dua sistem tumpangsari dan monokultur. Besarnya total biaya tunai untuk luasan rata-rata yang dikeluarkan oleh petani adalah Rp 925.820 (79,42 persen dari biaya total) dan besarnya biaya diperhitungkan Rp 239.827,77 (20,57 persen dari biaya total), sedangkan luasan perhektar Rp 11.572.750. Sehingga biaya total usahatani kacang kapri yang ditumpangsari dengan tomat untuk sekali musim tanam Rp 1.165.647,77. Untuk golongan petani ini pengeluaran terbesar terdapat pada tenaga kerja dari luar yaitu 27,70 persen dari total biaya. Total biaya tunai perluasan rata-rata sebesar Rp 239.827,77 sedangkan untuk luasan per hektar Rp 2.997.847,13. Besarnya total biaya usahatani kacang kapri dengan sistem monokultur untuk total biaya diperhitungkan Rp 2.193.394,70 (87,23 persen dari biaya total) sedangkan untuk total biaya tetapnya Rp 321.127,84 (12,77 persen dari biaya total). Pengeluaran terbesar dari petani golongan ini terdapat pada media kacang kapri untuk merambat yaitu ajir dan tenaga kerja, karena dengan luasan yang lebih membutuhkan banyak ajir dan tenaga kerja. Dari hasil tersebut sistem penanaman yang berbeda membutuhkan biaya yang berbeda pula. Petani dalam luasan rata-rata dengan sistem monokultur membutuhkan biaya yang lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh luas areal lahan yang lebih luas untuk monokultur. Perbedaan mencolok terdapat pada kedua golongan petani ini terdapat pada biaya
tunai. Karena semakin luas lahan yang ditanam maka akan semakin banyak yang akan dihasilkan. Namun dalam luasan satu hektar total biaya tunai pada monokultur lebih rendah dibanding dengan tumpangsari. Dapat dikatakan penggunaan input pada monkultur lebih efisien. Untuk luasan satu hektar produktivitas kacang kapri dengan luasan lahan 0,08 ha sebesar 2.606,25 kg sedangkan luasan 0,21 ha sebesar 2.921,9 kg. Hasil dari tumpangsari lebih sedikit dibanding monokultur dikarenakan jarak penanaman dari tumpangsari lebih lebar. Untuk penerimaannya petani tumpangsari kacang kapri Rp 21.110.625 dan tomat Rp 23.249.916 sedangkan petani monokultur adalah Rp 23.667.390. Pendapatan usahatani merupakan selisih dari penerimaan usahatani dan biaya total usahatani. Nilai pendapatan bersih usahatani kacang kapri untuk satu musim penanaman dengan luasan satu hektar bagi petani tumpangsari adalah Rp 29.787.668,88 dengan R/C rasio 3,04. Ini berarti dengan Rp 100 biaya yang dikeluarkan oleh petani maka akan memperoleh imbalan penerimaan sebesar Rp 304. Sedangkan bagi petani dengan sistem monokultur, besarnya pendapatan bersih yang diperoleh adalah Rp 11.696.170,83 dengan nilai R/C rasionya 1,98 yang artinya setiap Rp 100 biaya yang dikeluarkan petani akan menghasilkan imbalan penerimaan sebesar Rp 198. Dari 30 responden ada dua pola saluran tataniaga yang terdapat di kecamatan Warungkondang yaitu pola I petani ke koperasi sebesar 60 persen dan pola II ke pedagang pengumpul sebesar 40 persen. Besarnya total margin pada pola I Rp 9.200 dan pola II Rp 4.500. Dari kedua saluran tataniaga tersebut mempunyai karakteristik berbeda. Kacang kapri yang masuk ke pasar tradisional mempunyai kualitas yang lebih rendah namun jumlahnya banyak. Sedangkan untuk kacang kapri yang lebih bagus dipasarkan ke supermarket namun dengan jumlah lebih sedikit. Berdasarkan marjin tataniaga pola dua memiliki marjin yang kecil tapi dengan Farmer s Share yang lebih besar.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Maret 1983 di Jakarta sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara keluarga Bapak Sabar Oscar Simamora dan Ibu Rafina br Situmeang. Pendidikan dasar hingga SMU diselesaikan di Jakarta. Pada tahun 1989 penulis masuk Taman Kanak-Kanak Cendrawasih. Pada tahun 1995 lulus dari SD Negeri 07 Kramat Pela Jakarta, tahun 1998 lulus dari SMP PSKD 4 (Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta) Jakarta, dan pada tahun 2001 lulus dari SMU Cendrawasih Jakarta. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasisiwa Diploma III di Program Studi Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Usahatani dan Tataniaga Kacang Kapri di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan pendapatan usahatani kacang kapri monokultur dengan tumpangsari dan mengidentifikasi pola efisiensi saluran pemasaran kacang kapri dari produsen sampai ke konsumen. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat menjadi referensi dan informasi bagi pihak yang memerlukannya. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan penulis dengan menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2008 DAVID ERICK HASIAN A14105524
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan berkat penyertaannya sehingga memberikan kekuatan dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Papa, Mama, Kakak (Osfina dan Febrina), serta Adikku (Sabrina) yang selalu memberikan dukungan doa, materi, kasih sayang, perhatian, dan semangat yang tiada henti untuk keberhasilan penulis. 2. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, dorongan, saran, dan perhatiannya yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Febriantina Dewi, SE, Msc selaku dosen evaluator yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. 4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. 5. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan masukan mengenai teknik penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. 6. Mark Majus yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar. 7. Keluarga besar Simamora dan Situmeang atas dukungannya 8. Rekan-rekan dari kosan Borobudur dan rekan ekstensi khususnya Irene, Septi, dan Nova atas dukungan dan semangatnya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Bogor, September 2008 Penulis