PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA LINE POUCH PT.XYZ

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERHITUNGAN EFEKTIFITAS MESIN FILLER LINE LAB MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) (Studi Kasus di PT.

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Perhitungan Nilai Overall Equipment Effectivness Pada Mesin Gang Rip Saw. (Studi Kasus CV Cipta Usaha Mandiri)

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASBER F. H. SITANGGANG

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

BAB V ANALISIS HASIL

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KINERJA MESIN DENGAN PENGUKURAN NILAI OEE PADA DEPARTEMEN FORGING DI PT. AAP

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab ini, akan dibahas hasil kesimpulan dan saran dari peneilitian yang telah dilakukan.

ANALISIS PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN PACKING UNTUK MENINGKATKAN NILAI AVAILABILITY MESIN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT.

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB III METODOLOGI.

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Persaingan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. peragian yang ada di Brew house depart hingga proses packaging PT. MBI. produktivitas yang diinginkan perusahaan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

ANALISA KEEFEKTIFAN MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT BUKAKA TEKNIK UTAMA DIVISI BOARDING BRIDGE

PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB III METODE PENELITIAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

PT. PP LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk BAGERPANG POM SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

ANALISIS KINERJA PABRIK TEH HITAM PAHIT MADU

ANALISIS EFEKTIVITAS PERALATAN PRODUKSI PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

Analisis Efektivitas Mesin Batching Plant 1 dan Mesin Batching Plant 2 dengan Overall Equipment Effectiveness Pada PT. X

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

Prosiding Teknik Industri ISSN:

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

USULAN PERBAIKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI MESIN FIN FORMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE EFEKTIFITAS SELURUH PERALATAN (OEE) DI PT.

ANALISA PERBAIKAN CONVEYOR FRAME OFF DALAM RANGKA MENINGKAT NILAI OEE DI FRAME PRODUCTION SECTION PT. XYZ

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

Pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT Astra Otoparts Tbk. Divisi Adiwira Plastik

BAB II KAJIAN LITERATUR...

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

Gambar 1.1 merupakan logo perusahaan PT Kabepe Chakra : Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT Kabepe Chakra Sumber : Kabepe Chakra (2014)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

JIEMS Journal of Industrial Engineering & Management Systems Vol. 9, No 1, February 2016

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.

PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS GT 2.1 DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros

Transkripsi:

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA LINE POUCH PT.XYZ Debby Anastasya, Bambang Purwanggono. *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239 Telp. (024) 7460052 ABSTRAK Indonesia merupakan Negara Agraris yang memiliki potensi besar pada sektor industri peternakan sebagai pilar penting dalam sistem perekonomian. Salah satu komoditi utama pada industri peternakan adalah susu sapi. Pengembangan industri susu sapi secara profesional diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu sapi di Indonesia. Melihat adanya peluang tersebut, PT. XYZ mulai memproduksi susu UHT pada tahun 2002 dan melakukan modernisasi instalasi struktur dan peralatan untuk produksi susu segar. Namun pada kondisi lapangan yang ada, PT. XYZ mengalami kerugian yang diakibatkan oleh proses produksi pada salah satu lini produksi, yaitu Line Pouch. Dengan kondisi tersebut, sangat penting untuk mengetahui efektifitas operasi produksi yang dijalankan oleh PT. XYZ Line Pouch dengan menggunakan salah satu metode Total Productive Mantainance (TPM) yaitu OEE (Overall Equipment Effectiveness). Data yang digunakan adalah data total downtime, scrap, waktu maintainance, dan output produksi dari Line Pouch PT. XYZ. Dari hasil pengolahan data, nilai OEE Line Pouch PT XYZ adalah sebesar 87%. Nilai tersebut telah melampaui nilai standard OEE Internasional sebesar 85%. Nilai OEE ini dapat dikatakan sangat baik, walaupun masih ada faktor yang perlu ditingkatkan lagi efisiensi nya untuk menyempurnakan nilai OEE pada Line Pouch. Kata Kunci : Industri Susu, TPM, OEE ABSTRACT Indonesia is an agriculture country that has a great potential in the cattle industry sectors as an important pillar in the economic system. One of the main commodities in the cattle industry is dairy. The professional development of the dairy industry is required to meet the needs of cattle s milk consumption in Indonesia. Seeing this opportunity, PT. XYZ began producing UHT milk in 2002 and modernize the structure and installation of equipment to produce fresh milk. However, the existing field conditions, PT. XYZ suffered losses caused by the production process at one of the production lines, ie Line Pouch. Under these conditions, it is important to determine the effectiveness of the production operation run by PT. XYZ Line Pouch, using one of the Total Productive Mantainance (TPM) methods, specifically OEE (Overall Equipment Effectiveness). The data used is the total of downtime, scrap, maintainance period, and the production output of the Line Pouch. From the results of data calculation, the value of OEE Line Pouch PT XYZ is 87%. This value has exceeded the international OEE standard value of 85%. This OEE value can be said to be very good, although there are some factors that needs to be improved its efficiency to enhance OEE value on Line Pouch. Keywords: Dairy Industry, TPM, OEE *) Penulis, Penanggung Jawab 1. Pendahuluan 1

Dalam era industrialisasi seperti sekarang ini, persaingan pada bidang manufaktur dan jasa semakin ketat. Perusahaan berlombalomba untuk meningkatkan revenue perusahaan Adapun salah satu cara yang dilakukan adalah melakukan perbaikan secara terus menerus (continuos improvement) terhadap setiap departemen serta proses didalamnya. Dengan cara tersebut diharapkan perusahaan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Indonesia merupakan Negara Agraris yang memiliki potensi besar pada sektor industri peternakan sebagai pilar penting dalam sistem perekonomian. Salah satu komoditi utama pada industri peternakan adalah industri susu sapi. Sehingga pengembangan industri susu sapi secara profesional diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu sapi di Indonesia. Melihat adanya peluang tersebut, PT. XYZ mulai memproduksi susu UHT pada tahun 2002. PT. XYZ merupakan gabungan koperasi koperasi susu (GKSI) Jawa Barat. PT. XYZ melakukan modernisasi instalasi struktur dan peralatan untuk produksi susu segar dan packaging sehingga kini telah mampu memproses susu UHT sebanyak 5000 liter per jam. Namun pada kondisi lapangan yang ada, PT. XYZ yang memiliki dua line dalam proses produksinya, yakni Line LAB (Line Acidified Bottle) splash 140 ml & freshy 70 ml dan Line Pouch. Line Pouch merupakan lini produksi terbesar di PT. XYZ. Dengan keluaran produksi sebesar 500 ton per minggunya, produk dari Line Pouch rentan mengalami kerusakan atau kecacatan. Pada tahun 2013 total produk scrap pada line pouch mencapai 350 ton dengan akumulasi kerugian sebesar Rp. 208.567.900. Line pouch merupakan lini produksi yang menimbulkan kerugian paling besar dibandingkan dengan kerugian dari Line LAB. Dengan melihat adanya perbedaan antara misi dan kondisi lapangan yang ada, maka penulis akan melakukan penelitian mengenai efektifitas operasi produksi yang dijalankan oleh PT. XYZ pada saat ini dengan menggunakan metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan standard dunia (world class). Dimana standard dunia OEE adalah sebesar 85% yang terdiri dari 3 aspek yaitu Availability, Performance Efficiency dan Quality Rate. 2. Metodologi Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan cara tanya jawab secara lisan kepada manajer produksi PT. XYZ serta menggunakan data dan laporan perusahaan mengenai data total downtime, scrap, maintainance, dan output produksi dari Line Pouch PT. XYZ. Pengolahan data yang dilakukan di dalam penelitian ini meliputi: a. Perhitungan Availability Factor Dalam perhitungan availability akan diketahui berapa lama mesin bekerja dalam proses produksi. b. Perhitungan Performance Factor Perhitungan Performance Factor berfungsi untuk mengetahui seberapa baik performansi mesin ketika bekerja. c. Perhitungan Quality Rate Perhitungan Quality Factor merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar. d. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness Setelah mendapatkan nilai Availability Factor, Performance Factor dan Quality Factor. Maka langkah selanjutnya adalah menghitung Overall Equipment Effectiveness (OEE) dengan cara mengalikan ketiga aspek tersebut dan kemudian membandingkan dengan nilai OEE standard dunia yaitu 85%. 3. Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data berapa lama mesin beroperasi, waktu siklus atau waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi satu buah produk, data downtime yang dialami oleh Line Pouch, jumlah produk yang cacat serta jumlah total produksi selama 15 hari pada bulan februari 2

2014. Berikut adalah rekap data penelitian ini. Tabel 1 Rekap Data Produksi Line Pouch PT. XYZ Total Downtime (jam) 17.6 Scrap (ton) 15.440 Batch size (ton) 945.100 CIP (Jam) 52.080 4. Hasil dan Pembahasan Pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahap- tahap yang telah diuraikan pada metodologi, dari pengolahan data ini akan diketahui nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dari Line Pouch PT. XYZ. Dalam melakukan pengolahan data terdapat beberapa asumsi yang digunakan, yaitu: Waktu CIP (clean in proses) merupakan waktu pembersihan mesin mesin yang dilakukan selama 5 jam / 36 jam running mesin. Waktu CIP sudah termasuk waktu set up mesin dan establishing time ( waktu mulai produksi hingga proses produksi berjalan stabil) Kecepatan produksi ideal 3,4 ton/jam Total downtime dicatat selama 15 hari operasi. Lini produksi beroperasi dengan 3 shift, setiap shift bekerja selama 8jam/hari. ( shift I 06.00 14.00, shift II 14.00 22.00, shift III 22.00-06.00) Produk scrap adalah produk yang memiliki kesalahan produksi dan tidak dapat diolah kembali. Waktu operasi yang tersedia (available operating time) adalah waktu yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Waktu operasi yang tersedia pada PT. XYZ diketahui dengan menghitung total waktu CIP dengan total waktu kerja selama 15 hari yaitu a. Perhitungan Availability Factor (Faktor Ketersediaan) Total downtime selama 15 hari kerja pada bulan Februari 2014 adalah 17,6 jam. Jumlah valueable operating time dihitung dengan menjumlahkan total downtime dengan jumlah waktu operasi teoritis. Jumlah waktu operasi teoritis selama 15 hari dihitung dengan mengalikan kecepatan produksi teoritis dengan total produksi selama 15 hari adalah 277,97 jam ( ). Dengan begitu, Jumlah valueable operating time adalah. Availibility Factor dapat dihitung dengan rumus berikut : Maka dapat diketahui Availibility Factor Line Pouch adalah sebesar 96%. Availability Factor menunjukkan ukuran sejauh mana sebuah mesin dapat berfungsi dengan baik. Pada perhitungan availability factor sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu valueable operating time dan available operating time Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai Availability Factor sebesar 96%, dimana nilai ini telah berada diatas nilai standard dunia yaitu 90%. Nilai availability factor yang telah melampaui standard ini mengindikasikan bahwa proses produksi telah berjalan dengan efisien. Bahwa total downtime selama 17,6 jam yang dialami line pouch tidak banyak mempengaruhi keefisienan proses produksi. b. Perhitungan Performance Factor (Faktor Performansi) Untuk menghitung faktor performansi, diperlukan dua faktor utama yaitu kecepatan produksi teoritis sebesar 3,4 ton/jam atau 0,057 ton/menit dan total output produksi selama 15 hari sebesar 945,1 ton 15,44 ton = 929,66 ton. Dengan menggunakan persamaan perfomansi, maka faktor performansi dapat diketahui, yaitu : 3

Maka dapat diketahui Performance Factor Line Pouch adalah sebesar 93%. Performance Factor adalah suatu nilai yang menunjukkan kemampuan dari peralatan dalam menghasilkan output. Nilai Performance Efficiency sebesar 93%, dinyatakan belum cukup baik karena masih berada dibawah standard dunia yaitu 95%. Nilai performance factor yang belum melampaui standard ini mengindikasikan bahwa performansi mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi tidak dalam kondisi prima. c. Perhitungan Quality Factor (Faktor Kualitas) Untuk menghitung faktor kualitas dibutuhkan total jumlah scrap selama 15 hari. Berdasarkan tabel 4. Dapat diketahui total jumlah scrap selama 15 hari sebesar 15,44 ton dan total produksi sebesar 945,1 ton, maka faktor kualitas dapat dihitung dengan rumus berikut : Maka dapat diketahui Quality Factor Line Pouch adalah sebesar 98%. Quality Rate merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan/mesin dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar. Selama bulan Februari 2014, Line Pouch menghasilkan susu sebanyak 945,1 ton dengan total scrap sebesar 15,44 ton. Sehingga nilai Quality Rate dari Line Pouch sebesar 98 % dan dinyatakan belum mencapai standard dunia yaitu 99%. d. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness Setelah mendapatkan nilai faktor ketersediaan, faktor performansi, dan faktor kualitas kita dapat menghitung nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dengan rumus sebagai berikut: Dari perhitungan di atas maka diketahui nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dari Line Pouch PT. XYZ sebesar 87%. Pengukuran OEE ini merupakan kombinasi dari faktor waktu, kualitas pengoperasian mesin dan kecepatan produksi mesin. Faktor yang mempengaruhi nilai OEE adalah Quality Rate dan dari perhitungan yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa kualitas yang dihasilkan oleh mesin pada Line Pouch cukup baik yaitu 98%. Selain itu tingkat performance efficiency dari Line Pouch juga dapat dinyatakan cukup baik yaitu sebesar 93%. Selain itu, pada aspek lain masih terdapat nilai yang mengakibatkan tingkat efektifitas Line Pouch telah dapat dinyatakan ideal, yaitu Availability yang sebesar 96 %. Ketiga faktor tersebut telah mencapai nilai yang cukup baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa Overall Equipment Effectiveness Line Pouch PT. XYZ sudah cukup baik. 5. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan perhitungan OEE yang telah dilakukan dapat diketahui tingkat Availability Factor Line Pouch PT.XYZ adalah sebesar 96%. Nilai tersebut telah melebihi standard dunia yaitu sebesar 90% 2. Berdasarkan perhitungan OEE yang telah dilakukan dapat diketahui tingkat Performance Factor Line Pouch PT.XYZ adalah sebesar 93%. Nilai tersebut belum 4

melebihi standard dunia yaitu sebesar 95% 3. Berdasarkan perhitungan OEE yang telah dilakukan dapat diketahui tingkat Quality Factor Line Pouch PT.XYZ adalah sebesar 96%. Nilai tersebut belum melebihi standard dunia yaitu sebesar 99% 4. Dengan mengetahui nilai availability factor, performance factor, dan quality factor Line Pouch, dapat diketahui nilai OEE Line Pouch PT XYZ adalah sebesar 87%. Nilai tersebut telah melampaui nilai standard OEE Internasional sebesar 85% 5. Beberapa faktor yang menyebabkan proses produksi pada Line Pouch PT. XYZ berjalan kurang maksimal adalah operator yang kurang terlatih, mesin yang sering mengalami breakdown, kualitas bahan baku yang dibawah standard, dan hasil proses produksi yang kurang sempurna. Daftar Pustaka 1. Almeanazel, Osama Taisir R. 2010. Total Productive Maintenance Review and Overall Equipment Effectiveness Measurement. Jordan Journal of Mechanical and Industrial Engineering Vol. 4 No. 4. 2. Davis, R K. 1995. Productivity Improvement Through TPM. London : Prentice Hall. 3. Dervitsiotis, Kostas N. 1981. Operations Management. New York : Mc-Graw Hill Book Company. 4. Gaspersz, Vincent. 1992. Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Bandung : Tarsito. 5. Nakajima, S. 1988. Introduction to Total Productive Maintenance. Cambridge, MA :Productivity Press. 6. Nasution, Arman H. 2006. Manajemen Industri, Edisi Pertama. Yogyakarta. : Andi Offset 5