World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

Survei yang dilakukan melalui Global Workforce Study mendapatkan hasil. bahwa dalam periode tahun 2012 sampai dengan 2018, kawasan Asia Pasifik

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Konstruksi merupakan suatu kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan karyawan yang memiliki loyalitas pada organisasi tempat mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan di bidang pelayanan kesehatan semakin meningkat seiring dengan

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut werther (2002:5). Yang menyatakan bahwa Kunci memenangkan. senantiasa melakukan investasi untuk merekrut, menyeleksi dan

INTENSI TURNOVER DITINJAU DARI KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT QOLBU INSAN MULIA (QIM) BATANG

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dari perusahaan. Akan sangat menguntungkan perusahaan, jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. satu dari 4 rumah sakit yang ada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen yang baik akan memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Empiris Pada Karyawan Non Medis Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Komitmen Karyawan pada Organisasi. keanggotaan dalam organisasi (Mowday, Porter & Steers, 1982).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dalam citra diri individu (Lodhal dan Kejner, 1965 dalam Khan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya suatu organisasi produksi yang meliputi berbagai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat berkisar antara 5-6 persen (Skalanews.com 2014). Hotel sebagai salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-34 dunia. Global Competitiveness Index memiliki empat pilar persyaratan dasar dalam proses penentuannya yaitu pengelolaan instansi yang baik, infrastruktur, situasi ekonomi mikro, kesehatan dan pendidikan dasar. Kualitas infrastruktur Indonesia menempati peringkat ke-56 dari 144 negara dunia yang disurvei atau berada pada peringkat ke-5 diantara negara-negara inti ASEAN (Schwab, 2015). Indikator penting dalam penilaian indeks daya saing global ini adalah seberapa besar daya usaha sebuah negara untuk melakukan perbaikan-perbaikan atau peningkatan infrastruktur nasional. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyampaikan bahwa infrastruktur jalan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam peningkatan indeks daya saing infrastruktur di Indonesia (Dewi, 2014). Infrastruktur merupakan salah satu syarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi dan sosial. Infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik bagi dunia usaha maupun bagi kehidupan sosial di masyarakat. Ketersediaan infrastuktur juga mempercepat pemerataan pembangunan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Pembangunan infrastruktur mendorong investasi yang baru, lapangan kerja baru, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Suroso, 2015).

2 Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing konstruksi nasional (Munthe, 2013). Pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah tenaga ahli konstruksi tersertifikasi dengan tujuan mendukung program percepatan pembangunan infrastruktur nasional dan terutama meningkatkan daya saing di antara negara Asean. Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengatakan bahwa tantangan utama pelaku jasa konstruksi Indonesia dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah terbatasnya jumlah tenaga konstruksi profesional yang tersertifikasi (Berkah, 2015). Pengusaha di bidang jasa konstruksi diharapkan untuk segera melakukan persiapan dalam rangka pembagunan infrastruktur. Persiapan dilakukan baik dari sisi ketersediaan barang maupun tenaga kerja. Persiapan ini bertujuan menghadapi banyaknya penawaran-penawaran proyek yang akan dikerjakan secara serempak. Ketua Umum Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) memastikan kesiapan dari para penyedia jasa konstruksi untuk mengerjakan proyek-proyek yang akan ditawarkan (Dewi, 2014). Adanya kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berpengalaman dalam perusahaan konstruksi merupakan hal yang perlu diperhatikan. Perusahaan konstruksi harus mampu menjaga dan mempertahankan tenaga kerja yang berpengalaman agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Malik, 2010). Setiap perusahaan akan selalu mendapatkan tantangan yang bersifat eksternal dan internal. Pada aspek internal, sumber daya manusia merupakan aspek penting dari kesuksesan organisasi. Fungsi dari sumber daya manusia mengalami

3 perkembangan dari hal administratif menjadi pendukung organisasi untuk menjalankan proses manajerial dan stratejik. Permasalahan yang ada adalah bagaimana organisasi dapat mengelola sumber daya manusia berkualitas dan berpengalaman. Studi yang berjudul Preparing for Take-Off dilakukan oleh Hay Group bekerjasama dengan Centre for Economics and Business Research (Cebr). Hay Group melakukan studi ini menggunakan dasar model makroekonomi dan menganalisis faktor-faktor utama yang menyebabkan turnover. Hay Group melakukan penelitian terhadap 700 juta karyawan di 19 negara dan mengungkapkan prediksi rata-rata rasio turnover karyawan dalam tiga tahun ke depan akan meningkat menjadi 23,4%. Prediksi lain dari Hay Group adalah jumlah karyawan yang resign di seluruh dunia pada tahun 2018 dapat menembus angka 192 juta (Yumiati, 2013). Perusahaan konstruksi perlu menunjukan kinerja terbaiknya dalam menjawab tantangan yang ada. Turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan (Boyne, James, John & Petrovsky, 2011; Hur, 2012; Meier & Hicklin, 2008; Mobley, 1982; Price, 1977; Shaw, Gupta, Delery, 2005; Staw, 1980; Sulistyawati & Indrayani, 2012). Tingkat turnover yang tinggi akan menciptakan dampak negatif bagi organisasi, menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian terhadap kondisi tenaga kerja. Dampak lainnya dari adanya aktivitas turnover akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas kerja lainnya dikarenakan perusahaan kehilangan karyawan yang berpengalaman dan penurunan prestasi karyawan secara keseluruhan pada perusahaan (Nasution,

4 2009). Perusahaan diharapkan dapat menyusun strategi untuk menjaga dan meningkatkan komitmen yang dimiliki oleh karyawan. Sianipar dan Haryanti (2014) mengungkapkan bahwa semakin tinggi komitmen karyawan terhadap organisasi maka akan semakin rendah intensi turnover. Peran komitmen organisasi bagi karyawan sangat penting sebagai penggerak dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Hal ini sebagai dasar pentingnya perhatian organisasi terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan komitmen karyawan (Wahyuni, 2011). Teresia dan Suyasa (2008) mendefinisikan komitmen organisasi secara umum sebagai derajat di mana karyawan mengidentifikasi dengan organisasi dan menginternalisasi nilai-nilai yang ada di organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen ingin tetap bertahan dalam organisasi dan bersedia bekerja keras dengan tujuan kesuksesan organisasi. Karyawan juga akan memiliki rasa kepedulian terhadap keberlangsungan hidup organisasi. Tobing (2009) menggambarkan komitmen sebagai sebuah kondisi pikologis yang mencirikan hubungan antara karyawan dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi karyawan untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi. Meyer dan Allen (1990) menjelaskan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan psikologis yang mengikat individu kepada organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen kuat akan memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk meninggalkan organisasi. Meyer dan Allen (1990) mengembangkan sebuah konsep mengenai tiga komponen komitmen yaitu: 1. Komitmen afektif (affective commitment).

5 Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat akan bertahan karena karyawan menginginkan untuk dapat tetap berada di organisasi. Pengalaman yang dimiliki oleh karyawan dapat memenuhi kebutuhan psikologis sehingga karyawan dapat merasakan kenyamanan untuk tetap bertahan di perusahaan. 2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment). Karyawan dengan komitmen berkelanjutan yang kuat akan tetap berada di organisasi karena karyawan memiliki kebutuhan untuk terus berada di organisasi. Komitmen berkelanjutan memiliki keterkaitan dengan perhitungan biaya atau investasi yang telah karyawan berikan. 3. Komitmen normatif (normative commitment) Karyawan dengan komitmen normatif yang kuat akan memiliki perasaan untuk seharusnya tetap bergabung pada organisasi dan adanya loyalitas terhadap organisasi. Komitmen normatif dapat dipengaruhi oleh keluarga atau proses sosialisasi budaya dan proses sosialisasi organisasi. Meyer dan Allen (1990) menilai komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif sebagai komponen yang dapat terpisahkan. Karyawan dapat memiliki variasi pengalaman kondisi psikologis yang berbeda-beda pada komitmen organisasi. Komitmen afektif memiliki hubungan yang positif dengan keinginan yang berasal dari individu untuk bersedia memberikan usaha yang lebih terhadap pekerjaan yang karyawan lakukan. Komitmen afektif merupakan suatu hal yang

6 dapat diprediksi untuk memiliki hubungan dengan kegiatan pemberian dan penerimaan tentang pengetahuan yang sehubungan dengan aktivitas pada suatu organisasi (Van den Hoof, 2004). Karyawan dengan komitmen afektif pada organisasi juga akan menunjukan tingkat kepuasan yang tinggi pada pekerjaannya (Rifai, 2005). Porter, Steers, Mowday dan Boultian (1974) menjelaskan bahwa komitmen organisasi merupakan kekuatan yang diidentifikasi dari diri setiap individu dan terjadi pada keterlibatan individu sebagai karyawan dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Keterlibatan karyawan dengan kegiatan-kegiatan dalam organisasi ini dapat menciptakan sebuah komitmen. Komitmen karyawan terhadap sebuah organisasi tidak dapat timbul sendirinya atau hanya dari salah satu pihak saja, komitmen organisasi harus diciptakan bersama-sama antara organisasi dan karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa komitmen tidak hanya sebagai prediksi pegawai saja (Porter, 1974), tetapi juga menjadi prediksi dari usaha pegawai dan kinerja (Mowday, Porter, & Dubin, 1973; Mowday, Steers, & Porter, 1979). Definisi komitmen organisasi pada penelitian disimpulkan sebagai keterikatan pada organisasi yang ditandai dengan adanya niat untuk tetap diorganisasi, identifikasi dengan nilai-nilai dan tujuan organisasi serta kesediaan untuk mengerahkan usaha ekstra untuk organisasi. Penelitian ini akan berfokus dengan menggunakan 2 (dua) aspek komitmen organisasi yang dikembangkan oleh Angel dan Perry (1981) yaitu commitment value dan commitment to stay. Commitment value merupakan keyakinan yang kuat dan penerimaan terhadap nila-nilai dan tujuan organisasi. Commitment to stay adalah keinginan untuk

7 mengerahkan usaha dengan maksimal untuk organisasi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan organisasi. Pada bidang psikologi industri dan organisasi terdapat banyak faktor yang mampu mempengaruhi komitmen organisasi. Penelitian ini merupakan rangkaian dari beberapa penelitian lainnya yang berfokus pada komitmen organisasi. Variabel-variabel independen yang turut menjadi pilihan dalam rangkaian penelitian ini antara lain kepemimpinan transformasional, psychological wellbeing, iklim organisasi, praktik SDM, keadilan prosedural dan perceived organizational support. Pembentukan komitmen karyawan tidak dapat dilepaskan dari peran keadilan organisasi. Keadilan organisasi memiliki keterkaitan dengan struktur sosial dan proses bekerja dalam organisasi sehingga dapat menjadi salah faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan (Sahin, 2013). Greenberg (1996) mendefinisikan keadilan organisasi sebagai persepsi seseorang tentang keadilan di dalam konteks organisasi. Studi meta analisis yang dilakukan dengan menggunakan 190 penelitian oleh Charash & Spector mampu mempertahankan tiga faktor keadilan organisasi, yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional (Totawar & Nambudiri, 2014). Keadilan prosedural dijelaskan lebih lanjut sebagai sebuah perspektif dengan berfokus pada keadilan yang dirasakan dari prosedur dalam membuat keputusan. Komitmen organisasi karyawan secara khusus memiliki korelasi yang positif dengan keadilan prosedural. Keadilan prosedural diberikan kepada karyawan dalam bentuk penghargaan dan pemberian kepuasan pada kebutuhan karyawan.

8 Karyawan di tahap selanjutnya akan menunjukan loyalitas yang baik dan keinginan untuk memberikan kontribusi (Nakra, 2014). Ali dan Jan (2012) menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara keadilan organisasi dengan komitmen. Penjelasan lebih khusus dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif yang signifikan antara keadilan prosedural dan keadilan distribusional dengan komitmen. Komitmen afektif dan komitmen normatif secara lebih spesifik memiliki hubungan dengan keadilan prosedural (Yavuz, 2010). Karyawan yang memiliki persepsi terhadap keadilan organisasi akan memiliki kesempatan untuk merasakan kepuasan dalam bekerja sehingga mampu meningkatkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat dihubungkan dengan komitmen karyawan di organisasi (Wang, Ma & Zhang, 2014). Awalnya penelitian mengenai keadilan prosedural banyak dilakukan dalam konteks dunia hukum. Laventhal menyebutkan bahwa kriteria proses pengambilan keputusan yang adil tersebut antara lain, konsistensi, meminimalisasi bias, dapat diperbaiki, representatif, informasi yang akurat, dan etis (Colquitt, 2001). Pada penelitian ini akan menggunakan keenam kriteria tersebut yang kemudian menjadi aspek dari keadilan prosedural. Peneliti memberikan kesimpulan secara umum mengenai keadilan prosedural sebagai persepsi seseorang tentang keadilan pada prosedur pembuatan keputusan di dalam konteks organisasi. Peran perceived organizational support juga merupakan salah satu anteseden pada komitmen organisasi. Perceived organizational support mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi,

9 memberi dukungan, dan peduli pada kesejahteraan karyawan (Rhoades & Eisenberger, 2002). Adanya perhatian dari organisasi terhadap kesejahteraan, nilai-nilai dan adanya aktivitas dari organisasi untuk proses pengembangan serta pemenuhan kebutuhan karyawan merupakan implementasi dari dukungan organisasi (Zhou & Miao, 2014). Perceived organizational support akan meningkatkan komitmen organisasi karyawan dengan menciptakan sebuah kewajiban untuk peduli terhadap kesejahteraan organisasi, dan berdasarkan norma timbal balik organisasi juga wajib untuk memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Pengalaman yang muncul dari karyawan sebagai hasil dari proses timbal balik yang berkelanjutan dengan organisasi akan mengarahkan kepada kepuasan karyawan atas kesejahteraan organisasi serta dengan perasaan karyawan itu sendiri dan secara emosional akan muncul keterikatan dengan organisasi (Rhoades, Eisenberger, & Armeli, 2001). Tingkat keterikatan karyawan yang tinggi dengan organisasi dapat direfleksikan sebagai sebuah kepercayaan dan loyalitas antara karyawan dengan organisasi (Biswas & Bhatnagar, 2013). Peneliti mendefinisikan secara umum perceived organizational support sebagai persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi, memberi dukungan, dan peduli pada kesejahteraan karyawan. Penelitian ini akan menggunakan aspek yang dikembangkan oleh Eisenberger, Huntington, Hutchinson dan Sowa (1986) yaitu penilaian terhadap organisasi tempat seseorang bekerja dan tindakan organisasi yang dilakukan terhadap karyawan dalam situasi hipotetik.

10 Mukherjee (2010) dan Purang (2011) menjelaskan bahwa perceived organizational support secara parsial memediatori keadilan prosedural dan komitmen organisasi. Kesimpulan yang didapatkan peneliti dari uraian di atas ialah keadilan prosedural dan perceived organizational support, mampu menjadi variabel prediktor pada variabel komitmen organisasi. Terdapat banyak hal yang mampu mempengaruhi terbentuknya komitmen organisasi pada karyawan. Keadilan di dalam organisasi salah satunya, khususnya keadilan dalam pembuatan keputusan yang kemudian disebut dengan keadilan prosedural (Dessler, 2005). Keadilan prosedural merupakan salah satu anteseden komitmen organisasi, hal ini dapat dijelaskan melalui mediasi perceived organizational support. Keadilan merupakan salah satu hal dasar yang dinilai penting oleh karyawan. Karyawan pada dasarnya adalah mahluk sosial dengan kebutuhan untuk dihargai dan dihormati. Robbins, Summer, dan Miller (2000) menjelaskan bahwa perlakuan yang adil atau keadilan prosedural dalam pembuatan keputusan dapat mengarahkan karyawan untuk merasa dihormati, bangga, dan menjadi bagian di dalam organisasi. Keadaan ini selanjutnya akan mendorong karyawan memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasi dan menginternalisasi nilai-nilai organisasi. POS memiliki pengaruh terhadap komitmen yang didasarkan atas ikatan emosional, kebutuhan serta komitmen yang didasarkan atas adanya perasaan wajib untuk bekerja. Pengaruh POS terhadap komitmen organisasi terjadi karena adanya keterlibatan karyawan menjadi sebuah pengalaman yang memuaskan.

11 Lebih lanjut keterlibatan ini didapatkan karena adanya partisipasi karyawan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan keahlian (Currie & Dollery, 2006). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka peneliti ingin menguji peran variabel keadilan prosedural terhadap komitmen organisasi. Peneliti juga mempertimbangkan perceived organizational support sebagai mediator. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik peran keadilan prosedural terhadap komitmen organisasi melalui perceived organizational support sebagai mediator pada karyawan perusahaan konstruksi swasta di Yogyakarta. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah keadilan prosedural berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi melalui mediasi perceived organizational support. Implikasi Penelitian 1. Implikasi teoritik Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif kepada psikologi industri dan organisasi mengenai pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan komitmen organisasi pada karyawan perusahaan konstruksi di Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komitmen organisasi, keadilan prosedural, perceived organizational support.

12 2. Implikasi praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menjadi acuan dalam pembuatan model intervensi dalam meningkatkan komitmen organisasi dengan mempertimbangkan variabel lain seperti keadilan prosedural, perceived organizational support..