BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan psikologis yang mengikat karyawan di dalam sebuah organisasi, sehingga mengurangi pergantian atau turnover karyawan di organisasi. Selanjutnya, menurut McShane dan Glinow (2010), komitmen organisasi merupakan ikatan emosional karyawan dalam bentuk kelekatan kepada organisasi, teridentifikasi dengan organisasi dan ikut terlibat di dalam organisasi. Definisi ini berkaitan dengan komitmen afektif karena kelekatan emosinal berhubungan dengan loyalitas terhadap organisasi. Robbins dan Judge (2008) mengungkapkan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu keadaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi tersebut. Selanjutnya, menurut Mowday, Steers dan Porter (1979), komitmen organisasi adalah keadaan di mana seorang karyawan mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan tujuan organisasi tersebut serta berkeinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi dalam rangka memfasilitasi tujuan dari organisasi tersebut. Luthans (2006) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan 13

2 14 yaitu anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Steers dan Porter (Sopiah, 2008) menjelaskan bahwa komitmen organisasi yang muncul bukan hanya bersifat loyalitas yang pasif, namun melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan organisasi yang bersangkutan. Komitmen organisasi menurut Sopiah (2008) adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi. Lebih lanjut di dalam Sopiah, O Reilly menjelaskan bahwa komitmen organisasi pada karyawan adalah ikatan kejiwaan individu terhadap organisasi yang mencakup keterlibatan kerja, kesetiaan dan perasaan percaya terhadap nilai-nilai organisasi. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memiliki kelekatan dan loyalitas terhadap organisasi bukan hanya secara pasif namun juga secara aktif ikut berkontribusi dan terlibat dalam mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Komitmen organisasi ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan karyawan terhadap nilai-nilai dan tujuan yang dimiliki oleh organisasi.

3 15 2. Aspek-Aspek Komitmen Organisasi Allen dan Meyer (1990) mengemukakan tiga komponen komitmen organisasi yaitu : a. Komitmen afektif (affective commitment) mencerminkan komitmen berdasarkan ikatan emosional karyawan yang berkembang dengan organisasi terutama melalui pengalaman kerja yang positif dan keterlibatan dalam kegiatan organisasi dikaitkan dengan perasaan positif. Ditandai dengan identifikasi dan keterlibatan karyawan di dalam organisasi serta kesenangan yang dirasakan ketika menjadi anggota organisasi. Komitmen afektif terlihat pada karyawan yang senang mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi serta tidak merasa terkekang ataupun terpaksa dalam melaksanakan tugas yang diberikan serta memiliki kinerja yang stabil. b. Komitmen normatif (normative commitment) mencerminkan komitmen berdasarkan kewajiban yang dirasakan karyawan terhadap organisasi, misalnya berakar pada norma-norma timbal balik. Karyawan merasa berkewajiban untuk tetap tinggal di organisasi. Komitmen normatif terlihat ketika karyawan ingin tinggal di organisasi karena norma-norma yang ada di organisasi, karyawan merasa bahwa berkewajiban untuk tetap tinggal di organisasi tersebut karena organisasi baik sesama karyawan, bawahan maupun atasan telah memberikan kebaikan serta kenyamanan kepada karyawan tersebut.

4 16 c. Komitmen kontinu (continous commitment) mencerminkan komitmen di mana karyawan memutuskan untuk tetap bertahan karena terkait dengan investasi karyawan di dalam organisasi. Investasi yang dimaksud adalah hubungan dengan sesama karyawan, karir dan kompetensi khusus yang diperoleh selama bekerja di organisasi untuk waktu yang lama. Karyawan memiliki rasa takut kehilangan investasi yang telah diperoleh ketika meninggalkan organisasi. Komitmen kontinu terlihat ketika karyawan memilih untuk tetap tinggal di organisasi karena investasi yang telah ditanamkan untuk diri sendiri. Misalnya, telah memiliki koneksi serta rekan kerja yang baik, mencapai jabatan atau posisi tertentu yang terjamin atau memiliki saham di organisasi tempat karyawan tersebut bekerja. Menurut Kanter (Sopiah, 2008) terdapat tiga bentuk komitmen organisasi yaitu : a. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen yang berhubungan dengan dedikasi karyawan dalam melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang-orang yang ingin berkorban dan berinventasi pada organisasi. Komitmen berkesinambungan terlihat pada karyawan yang memilih untuk tetap tinggal di organisasi karena karyawan tersebut merasa terikat dengan organisasi dan berkeinginan untuk dapat berinvestasi dan berkorban untuk kemajuan organisasi. b. Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen karyawan terhadap organisasi sebagai akibat dari adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam organisasi. Hal ini terjadi karena karyawan percaya

5 17 bahwa norma-norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma yang bermanfaat. Komitmen terpadu adalah komitmen di mana karyawan ingi tetap tinggal di organisasi karena interaksi karyawan dengan anggotaanggota organisasi berjalan dengan baik serta organisasi memiliki normanorma yang baik dan bermanfaat bagi diri karyawan. c. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen karyawan pada norma organisasi yang memberikan perilaku ke arah yang diinginkannya. Norma-norma yang dimiliki organisasi sesuai dan mampu memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya. Komitmen terkontrol yaitu komitmen karyawan di mana norma-norma yang ada di organisasi dianggap sesuai dengan diri karyawan dan dapat membantu karyawan tersebut dalam berperilaku baik sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan aspek-aspek di dalam komitmen organisasi di antaranya berbeda antara ahli satu dengan ahli yang lain. Aspek-aspek komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990) terdiri dari komitmen afektif, komitmen normatif dan komitmen kontinu. Menurut Kanter (Sopiah, 2008) aspek-aspek komitmen organisasi yaitu komitmen berkesinambungan, komitmen terpadu dan komitmen terkontrol. Berdasarkan dua ahli tersebut, aspek-aspek komitmen organisasi dari Allen dan Meyer (1990) yang akan digunakan di dalam penelitian ini karena aspek-aspek tersebut cocok dengan skala atau alat ukur yang akan digunakan untuk pengambilan data penelitian di dalam penelitian ini.

6 18 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi McShane dan Glinow (2010) menyatakan bahwa untuk membangun komitmen organisasi pada karyawan dibutuhkan hal-hal sebagai berikut : a. Keadilan dan dukungan (fairness and support). Komitmen afektif yang lebih tinggi dalam organisasi yaitu organisasi memenuhi kewajiban kepada karyawan dan mematuhi nilai-nilai kemanusiaan, seperti keadilan, kesopanan, pengampunan, dan integritas moral. Organisasi yang mendukung kesejahteraan karyawan cenderung menumbuhkan tingkat loyalitas yang lebih tinggi sebagai imbalan. b. Nilai-nilai bersama (shared values). Definisi komitmen afektif mengacu pada identifikasi seseorang dengan organisasi dan identifikasi yang tertinggi adalah ketika karyawan percaya nilai-nilainya kongruen dengan nilai-nilai yang dominan dalam organisasi. Pengalaman karyawan menjadi lebih nyaman terhadap organisasi ketika karyawan setuju dengan nilai-nilai yang mendasari keputusan perusahaan. Kenyamanan ini meningkatkan motivasi karyawan untuk tetap bertahan di organisasi. c. Kepercayaan (trust). Kepercayaan mengacu pada ekspektasi positif seseorang terhadap orang lain dalam situasi yang melibatkan resiko. Kepercayaan berarti menempatkan keyakinan kepada orang atau kelompok lain. Karyawan merasa berkewajiban untuk bekerja dalam sebuah organisasi hanya ketika para karyawan mempercayai pemimpinnya. d. Pemahaman organisasi (organizational comprehension). Pemahaman terhadap organisasi mengacu pada seberapa baik karyawan memahami

7 19 organisasi, termasuk arah strategi, dinamika sosial, dan tata letak fisik. Kesadaran ini merupakan prasyarat yang diperlukan untuk komitmen organisasi karena sulit untuk mengidentifikasi dengan sesuatu yang karyawan tidak mengetahuinya dengan sangat baik. Hal ini untuk memastikan bahwa karyawan mampu mengembangkan gambaran mental secara jelas dan lengkap terhadap organisasi. Pemahaman dapat dilakukan dengan memberikan informasi kepada karyawan dan kesempatan untuk tetap mengetahui tentang peristiwa baru yang terjadi di organisasi, berinteraksi dengan rekan kerja, menemukan apa yang terjadi di berbagai bagian organisasi dan belajar tentang sejarah dan rencana masa depan organisasi. e. Keterlibatan karyawan (employee involvement). Keterlibatan karyawan memperkuat identitas sosial karyawan terhadap organisasi. Perasaan karyawan sebagai bagian dari organisasi adalah ketika karyawan ikut berpartisipasi dalam keputusan yang memandu masa depan organisasi. Keterlibatan karyawan juga membangun loyalitas karena memberikan kekuatan sebagai demonstrasi kepercayaan perusahaan dalam karyawannya. Steers dan Porter (Suseno & Sugiyanto, 2010) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu : a. Karakteristik pribadi, yaitu kondisi potensi, kapasitas kemampuan dan kemauan seorang karyawan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Karakteristik pribadi ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, motivasi dan nilai-nilai personal.

8 20 b. Karakteristik pekerjaan, yaitu kondisi nyata berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri. Hal ini meliputi tantangan pekerjaan, kesempatan untuk berinteraksi sosial, identitas tugas dan umpan balik. c. Karakteristik organisasi, yaitu desentralisasi dan otonomi tanggung jawab, partisipasi aktif karyawan, hubungan atasan dan bawahan, sifat dan karakteristik pimpinan serta cara-cara dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. d. Sifat dan kualitas pengalaman kerja seorang karyawan dengan berbagai aspek di dalamnya dapat mempengaruhi komitmen karyawan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari kedua ahli yang menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi. Namun, di dalam faktor-faktor yang dikemukakan McShane dan Glinow (2010) yaitu keterlibatan karyawan di dalam organisasi memiliki pengertian yang sama dengan faktor yang dikemukakan oleh Steers dan Porter (Suseno & Sugiyanto, 2010) yaitu faktor partisipasi aktif karyawan di dalam karakteristik organisasi. Hal tersebut menandakan bahwa keterlibatan atau partisipasi karyawan di dalam organisasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi.

9 21 B. Persepsi terhadap Keadilan Organisasi 1. Pengertian Persepsi terhadap Keadilan Organisasi Persepsi menurut Robbins dan Judge (2008), adalah proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris untuk memberikan arti bagi lingkungan di sekitar individu tersebut. Menurut McShane dan Glinow (2010), persepsi merupakan proses untuk menerima informasi dan membuat rasa di sekitar individu. Hal ini termasuk menentukan informasi yang diperhatikan, bagaimana untuk mengkategorikan informasi dan bagaimana menafsirkannya berdasarkan kerangka pengetahuan yang ada. Selanjutnya, menurut Kreitner dan Kinicki (2005) persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan individu dapat menafsirkan dan memahami lingkungan di sekitar individu tersebut. Teori mengenai keadilan pertama kali dikembangkan oleh Adams (1963) dimana individu membandingkan kontribusi (input) dan hasil (outcomes) diri sendiri (person) dengan orang lain (other). Ketidakadilan muncul setiap kali individu melihat bahwa rasio hasil (outcomes) untuk masukan (input) diri sendiri dan rasio hasil (outcomes) untuk masukan (input) orang lain adalah tidak sama (Adams, 1965). Menurut Leventhal (1976), pada dasarnya teori keadilan menunjukkan bahwa pengalokasi (organisasi) akan memberikan penghargaan dan penghasilan kepada penerima (karyawan) secara proporsional untuk kegunaan dari kinerja individu. Keadilan organisasi didefinisikan oleh Greenberg (Demirel & Yucel, 2013) sebagai konsep yang mengacu pada persepsi individu

10 22 mengenai keadilan dalam organisasi yang terdiri dari persepsi tentang bagaimana keputusan dibuat terkait pembagian hasil (outcomes) dan keadilan yang dirasakan individu atas hasil (outcomes) sendiri. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap keadilan organisasi adalah proses individu dalam menginterpretasikan informasi mengenai keadilan yang diberikan oleh organisasi dengan cara membandingkan input dan outcomes diri sendiri dengan rekan kerja yang lain yang memiliki pekerjaan dan derajat yang sama. Persepsi terhadap keadilan organisasi dapat mempengaruhi sikap karyawan dalam bekerja dan mempengaruhi kesuksesan berjalannya sebuah organisasi. 2. Aspek-Aspek Keadilan Organisasi Keadilan organisasi terbagi menjadi tiga dimensi atau komponen (Colquitt, 2001) yaitu : a. Keadilan distributif Menurut Leventhal (1976), keadilan distributif menjelaskan mengenai tingkat alokasi hasil konsisten dengan tujuan dari situasi tertentu, seperti memaksimalkan produktivitas atau meningkatkan kerjasama. Terdapat aturan mengenai ekuitas atau keadilan yang merupakan aturan normatif tunggal yang menyatakan bahwa imbalan dan sumber daya didistribusikan sesuai dengan kontribusi penerima dalam hal ini adalah karyawan. Menurut Baldwin (2006), jenis keadilan mengacu pada hasil (outcomes) yang di distribusikan sebanding dengan masukan (input). Baldwin

11 23 menjelaskan bahwa hasil atau outcomes dalam konteks pekerjaan seperti bentuk upah, penerimaan sosial, keamanan kerja, promosi dan peluang karir. Sementara input akan mencakup pendidikan, pelatihan, pengalaman dan usaha atau upaya. Organisasi dapat dikatakan adil secara distributif apabila upah atau imbalan yang diterima karyawan telah sesuai dengan kinerja yang telah diberikan karyawan kepada organisasi. b. Keadilan prosedural adalah keadilan yang dirasakan mengenai proses yang digunakan untuk menentukan distribusi penghargaan-penghargaan. Menurut Leventhal (Colquitt, 2001), keadilan prosedural akan dianggap bernilai dengan membandingkan proses yang sebenarnya dialami dengan masingmasing aturan prosedural yang digeneralisasikan. Jika aturan itu ditegakkan, maka prosedur berjalan. Aturan yang dimaksud termasuk di antaranya : 1) Konsistensi (consistency). Proses diterapkan secara konsisten setiap waktu kepada semua orang. 2) Penekanan bias (bias suppresion). Pengambil keputusan adalah orang yang netral. Keputusan didasarkan pada fakta, bukan pada kepentingan pribadi atau perasaan pribadi dari pengambil keputusan. 3) Keakuratan informasi (accuracy of information). Prosedur tidak didasarkan pada informasi yang tidak akurat. Informasi yang digunakan untuk merumuskan dan membenarkan keputusan merupakan informasi terbaru dan benar. 4) Ketentuan (correctability). Terdapat prosedur banding untuk mengoreksi hasil yang buruk, keputusan yang keliru ataupun keluhan.

12 24 5) Keterwakilan (representativeness). Semua orang atau sub kelompok dalam populasi (organisasi) dipengaruhi oleh keputusan. 6) Moral dan etik (Morality and ethicality). Proses menjunjung tinggi standar prsonal dari etik dan moralitas. Usia, jenis kelamin, kebangsaan, dan faktor-faktor luar lainnya tidak memiliki hubungan pada keputusan yang dibuat. c. Keadilan interaksional merupakan tingkatan perlakuan organisasi terhadap individu dengan martabat, perhatian, dan rasa hormat (Robbin & Judge, 2008). Keadilan interaksional mengacu pada kualitas pelayanan interpersonal yang diterima oleh karyawan yang bekerja di sebuah organisasi, terutama sebagai bagian dari prosedur pengambilan keputusan formal (Baldwin, 2006). Menurut Colquitt (2001), konstruk keadilan interaksional pertama kali diperkenalkan di Bies dan Moag. Bies dan Moag mengidentifikasi empat kriteria keadilan interaksional yaitu : 1) Pembenaran (justification). Terdapat penjelasan mengenai dasar dari keputusan yang dibuat. 2) Kebenaran (truthfulness). Figur otoritas yang jujur dan tidak terlibat dalam penipuan. 3) Hormat (respect). Bersikap sopan daripada kasar. Karyawan diperlakukan secara bermartabat, tidak ada jalan untuk penghinaan atau perilaku tidak sopan.

13 25 4) Kepatutan (propriety). Menahan diri dari pernyataan yang tidak benar atau pernyataan merugikan. Pernyataan yang tidak pantas atau melibatkan unsur merugikan seperti rasisme atau seksisme. Berdasarkan uraian-uraian dimensi di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi di dalam keadilan organisasi terdiri dari keadilan distributif menyangkut keadilan dalam distribusi penghargaan kepada karyawan, di mana input dan outcomes harus seimbang. Selanjutnya yaitu keadilan prosedural yang menyangkut proses dalam distribusi penghargaan yang memiliki aturan di dalamnya seperti konsistensi, netralitas, akurasi, ketentuan, keterwakilan, dan mora serta etis. Dimensi yang terakhir yaitu keadilan interaksional yaitu keadilan yang diberikan organisasi terkait dengan perlakuan karyawan dengan hormat. Kriteria di dalam keadilan transaksional ini adalah kebenaran, rasa hormat, kepatutan dan pembenaran. C. Hubungan Antara Persepsi terhadap Keadilan Organisasi dan Komitmen Organisasi pada Karyawan Generasi Y Setiap organisasi memiliki tujuan yang harus dicapai dan pencapaian tujuan tersebut merupakan poin utama yang harus diperoleh. Pencapaian tujuan organisasi tidak akan tercapai dengan mudah apabila organisasi tidak dapat mengatur dan mengelola sumber daya yang dimiliki baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Organisasi yang ingin mencapai kesuksesan, harus diiringi dengan strategi serta cara mengelola sumber daya dengan baik.

14 26 Anggota organisasi atau karyawan di dalam organisasi merupakan salah satu faktor penentu berjalan dan suksesnya sebuah organisasi. Banyaknya karyawan di dalam organisasi akan menuntut organisasi untuk memberikan keadilan kepada setiap karyawan agar karyawan memiliki kinerja yang optimal dan produktivitas organisasi tetap optimal. Keadilan yang diberikan oleh organisasi akan membuat karyawan termotivasi untuk tetap tinggal dan memberikan kinerja serta kontribusi yang baik karena kontribusi yang diberikan karyawan kepada organisasi seimbang dengan imbalan yang diterima karyawan dari organisasi. Keadilan organisasi adalah perasaan karyawan mengenai keadilan yang diberikan organisasi dengan melihat dan membandingkan kontribusi atau kinerja dengan imbalan yang telah diperoleh diri sendiri dengan yang diperoleh rekan kerja dengan tugas dan derajat yang sama dengan diri karyawan tersebut. Kontribusi atau kinerja karyawan di dalam teori keadilan disebut dengan input sedangkan hasil yang diperoleh atau imbalan disebut dengan outcomes. Organisasi dikatakan adil apabila memberikan outcomes kepada karyawan seimbang dengan input yang dilakukan dan diberikan sama rata dengan rekan kerja yang lain dalam bidang dan tugas yang sama. Keadilan yang diberikan oleh organisasi akan dirasakan oleh karyawan dalam bentuk persepsi, di mana karyawan akan menilai dan merasakan bahwa organisasi telah memberikan keadilan bagi setiap karyawan. Persepsi karyawan terhadap keadilan yang diberikan oleh organisasi adalah di mana karyawan menginterpretasikan informasi-informasi yang diperoleh mengenai keadilan

15 27 yang diberikan oleh organisasi kepada karyawan berdasarkan apa yang telah dilihat, didengar dan dirasakan oleh karyawan tersebut. Persepsi karyawan yang baik terhadap keadilan yang diberikan oleh organisasi akan membuat karyawan merasakan kelekatan dengan organisasi dan akan meningkatkan loyalitas atau komitmen karyawan terhadap organisasi. Persepsi terhadap keadilan yang diberikan membuat karyawan akan memiliki keinginan untuk tetap tinggal dan bekerja di organisasi karena merasakan kenyamanan yang diberikan organisasi melalui keadilan tersebut. Keadilan organisasi sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen organisasi merupakan keadaan di mana karyawan merasakan kelekatan dan ikatan emosional dengan organisasi sehingga karyawan memiliki keinginan untuk tetap tinggal dan berkontribusi di dalam organisasi. Seorang karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan memiliki kinerja yang baik dan ikut berpartisipasi pada kegiatan atau aktivitas yang dimiliki oleh organisasi. Komitmen organisasi pada karyawan akan muncul seiring dengan kepercayaan karyawan terhadap organisasi tersebut. Persepsi terhadap keadilan organisasi yang baik pada karyawan akan mempengaruhi komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan. Adanya persepsi terhadap keadilan yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan dan menimbulkan keinginan karyawan untuk tetap berada di dalam organisasi tersebut sejalan dengan prinsip dari komitmen organisasi pada karyawan. Keadilan yang diberikan organisasi bukan hanya keadilan dalam bentuk

16 28 pemberian upah atau gaji, namun mencakup keadilan dalam pengembangan karir, pemberian pujian dan sebagainya. Terdapat tiga dimensi dalam keadilan organisasi menurut Colquitt (2001) yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Keadilan-keadilan tersebut berkaitan dengan aspek-aspek dari komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990) yang berisi komitmen afektif, komitmen, normatif dan komitmen kontinu. Keadilan distributif adalah keadilan yang berkaitan dengan jumlah dan pembagian penghargaan kepada para karyawan. Keadilan distributif adalah di mana organisasi memberikan penghargaan atau imbalan kepada para karyawan sesuai dan seimbang dengan hasil kerja yang telah dilakukan. Keadilan prosedural adalah keadilan yang berkaitan dengan proses yang digunakan untuk menentukan bagaimana distribusi penghargaan dilakukan. Keadilan prosedural adalah proses mengenai bagaimana penghargaan atau imbalan-imbalan akan diberikan kepada karyawan seperti bagaimana penentuan upah, peningkatan karir dan sebagainya. Selanjutnya, keadilan interaksional adalah keadilan yang berkaitan dengan bagaimana organisasi memperlakukan para karyawannya. Organisasi yang baik akan memperlakukan karyawan sebagai manusia dimana harus dihormati dan diperlakukan secara bermartabat meskipun itu terhadap bawahan. Keadilan-keadilan yang telah dijelaskan di atas, baik keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi para karyawan. Berdasarkan teori motivasi keadilan,

17 29 keadilan organisasi memiliki pengaruh terhadap komitmen karyawan. Motivasi dipengaruhi secara signifikan oleh penghargaan-penghargaan individu lain dan penghargaan-pengahargaan yang diperoleh diri sendiri (Robbin & Judge, 2008). Ketiga dimensi dari keadilan organisasi berpengaruh pada motivasi karyawan terhadap kontribusi atau kinerja yang diberikan karyawan generasi Y terhadap organisasi. Keadilan distributif berkaitan dengan pembagian atau distribusi imbalan dan penghargaan. Pada karyawan generasi Y, penghargaan berupa kesempatan pengembangan karir selain imbalan berupa gaji merupakan hal yang menjadi motivasi bagi peningkatan kinerja dan komitmen terhadap organisasi. Apabila distribusi penghargaan atau imbalan kepada para karyawan telah terlaksana dengan benar, maka karyawan akan termotivasi untuk memberikan dan meningkatkan kinerja karena karyawan merasa bahwa kinerja yang dilakukan telah sesuai dengan imbalan serta penghargaan yang diterima. Selanjutnya, keadilan prosedural menyangkut pengaturan, prosedur atau proses penyusunan upah, tingkatan karyawan dalam pengembangan karir dan sebagainya. Generasi Y adalah generasi yang berorientasi pada tujuan, oleh karena itu kinerja yang dilakukan oleh karyawan generasi Y adalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses yang dilakukan oleh organisasi terkait dengan imbalan maupun penghargaan, akan mempengaruhi persepsi karyawan generasi Y terhadap organisasi, apakah organisasi telah mempertimbangkan dengan benar proses pemberian imbalan ataupun penghargaan atas kinerja

18 30 yang dilakukan oleh karyawan, hal ini akan mempengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja dan komitmen karyawan kepada organisasi. Kemudian, keadilan interaksional yang menyangkut bagaimana perlakuan yang diberikan organisasi kepada para karyawan. Selain keadilan dalam distribusi dan proses, keadilan terkait dengan interaksi karyawan terhadap organisasi juga penting. Apabila budaya dan norma-norma di dalam organisasi baik, maka para karyawan akan merasa betah untuk tinggal di organisasi. Karyawan generasi Y adalah karyawan yang menginginkan adanya interaksi yang baik antara organisasi kepada karyawan maupun atasan kepada karyawan dan akan mempengaruhi motivasi untuk tetap tinggal dan bekerja di organisasi. Krisbiyanto (2013) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi harapan bagi generasi Y terhadap organisasi diantaranya adalah fleksibiltas dalam hal jam dan tempat kerja serta dalam kompensasi dan benefit juga fleksibilitas dalam penggunaan sosial media, kemudian rekan kerja yang sekaligus dapat dijadikan teman maupun sahabat, mentor-mentor di organisasi yang dapat memberikan tuntunan dalam belajar yang bersahabat, kesempatan untuk pengembangan karir, pujian atau penghargaan yang tulus, serta atasan yang dapat bersikap lebih sebagai teman daripada sebagai bos yang hanya bertugas mengatur. Pemenuhan harapan-harapan generasi Y tersebut harus dilakukan oleh organisasi secara adil dan merata agar karyawan yang berasal dari generasi Y menjadi nyaman tinggal di organisasi dan tetap memiliki motivasi kerja yang tinggi.

19 31 Pemenuhan harapan-harapan yang dimiliki karyawan dari generasi Y oleh organisasi secara adil akan meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja dan juga komitmen karyawan terhadap organisasi, sehingga turnover karyawan generasi Y dari organisasi dan pindah ke organisasi yang lain semakin kecil. Karyawan dari generasi Y akan memilih untuk tinggal di organisasi tempat karyawan tersebut bekerja dengan kinerja dan produktivitas yang optimal. D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Mayor Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap keadilan organisasi dan komitmen organisasi pada karyawan generasi Y. Semakin tinggi persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi maka semakin tinggi tingkat komitmen organisasi yang dimiliki karyawan generasi Y, sebaliknya semakin rendah persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi maka semakin rendah pula tingkat komitmen organisasi yang dimiliki karyawan generasi Y. 2. Hipotesis Minor a. Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap keadilan distributif dan komitmen organisasi pada karyawan generasi Y. b. Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap keadilan prosedural dan komitmen organisasi pada karyawan generasi Y. c. Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap keadilan interaksional dan komitmen organisasi pada karyawan generasi Y.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah engagement pertama kali digunakan dalam setting pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang menghubungkan konsep kepuasan kerja dengan keadilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang menghubungkan konsep kepuasan kerja dengan keadilan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keadilan Teori yang menghubungkan konsep kepuasan kerja dengan keadilan organisasi yang cukup di kenal menurut Rivai (2004) adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komitmen Organisasional 2.1.1.1 Definisi Komitmen Organisasional Komitmen organisasi didefinisikan sebagai pendekatan psikologis antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah keadaan dimana individu mempertimbangkan sejauh mana nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Para ahli umumnya memberikan pandangan yang beragam mengenai pengertian komitmen organisasional. Priansa (2014) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja Meskipun tekanan kompetitif di kebanyakan organisasi semakin kuat dari sebelumnya, beberapa organisasi mencoba merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai landasan dalam menyusun penelitian saat ini. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 2.1 sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Kerja Mangkunegara (2005) menyatakan : motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pertukaran Sosial Fung et al. (2012) menyatakan bahwa teori pertukaran sosial merupakan pandangan karyawan ketika mereka telah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manusia, dalam hal ini karyawan adalah aset utama yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. performance. Kata Performance berasal dari kata to perform yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. performance. Kata Performance berasal dari kata to perform yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari kata performance. Kata Performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN AFEKTIF 1. Pengertian Komitmen Afektif Sheldon (dalam Meyer & Allen, 1997) mendefinisikan komitmen afektif sebagai suatu attitude atau orientasi terhadap organisasi dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komitmen Organisasional Menurut Robbins (2008), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: BAB II URAIAN TEORITIS A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2. Keinginan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Menurut Suryabrata dalam Sugiyono (2013:54) peneliti tidak akan dapat melakukakan penelitian yang signifikan tanpa memahami pustaka/teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kepribadian Kepribadian atau personality oleh Kreitner dan Kinicki (2010:133) didefinisikan sebagai kombinasi karakteristik fisik dan mental yang stabil yang memberikan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena efektifitas dan keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kinerja Karyawan Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Moh As ad, (2003) sebagai kesuksesan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Porter (1998:27) oleh Zainuddin (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan berisi penjelasan mengeai teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori komitmen profesi, komitmen organisasi, dan guru, serta hubungan antara komitmen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komitmen Organisasional dapat didefinisikan sebagai tingkat sampai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komitmen Organisasional dapat didefinisikan sebagai tingkat sampai 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen Organisasional dapat didefinisikan sebagai tingkat sampai dimana seorang pegawai mengidentifikasi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia perekonomian dewasa ini tumbuh dan berkembang secara dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di dalamnya agar selalu mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Kontrak Psikologi (Psychological Contract Theory) Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Di antara para pakar memberikan pengertian tentang kepuasan kerja atau job satisfaction dengan penekanan pada sudut pandang masing-masing.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia memiliki peran yang penting di dalam suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan, perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. hal, salah satunya adalah komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. hal, salah satunya adalah komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen karyawan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini berada pada pasar berkembang Asia. Hal ini dapat dilihat dengan masuknya pasar AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia pendidikan yang bermutu. Rendahnya mutu pendidikan akan menjadi masalah besar bagi suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komitmen merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB 2 KAJIAN TEORETIS BAB 2 KAJIAN TEORETIS 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Turnover Intention Turnover intention (keinginan keluar dari pekerjaan) merupakan tanda awal terjadinya turnover (keluar dari pekerjaan) (Sunarso, 2000).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Teoritis 1. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasi Dalam prilaku organisasi, terdapat beragam definisi tentang komitmen organisasi. Sebagai suatu sikap,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua organisasi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Tidak hanya pada sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS 2.1. Komitmen Organisasi Ketika perusahaan menawarkan pekerjaan dan pelamar kerja menerima tawaran tersebut, pelamar kerja tersebut telah menjadi bagian dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Intention To Quit 2.1.1. Pengertian Intention To Quit Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan. Mulai dari kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan. Mulai dari kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak kita temukan lembaga finansial atau pembiayaan di masyarakat, diantaranya Bank, BPR, KJKS/ BMT, dan KSP. Semua mempunyai visi misi dan saling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Goal Setting Theory Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori ini mengemukakan bahwa dua cognitions yaitu values dan intentions (atau tujuan) sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Keperilakuan 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan Akuntansi adalah suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sasaran penting dalam manajemen sumberdaya manusia pada suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Tradisional Turnover Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori tradisional turnover. Harman et al. (2009) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORI 2.1.1 Budaya Perusahaan Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan para karyawan dalam menjalankan kewajibannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal dan memiliki kinerja yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komitmen Organisasi 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian besar dari praktisi maupun akademisi telah diberikan kepada pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan dan hasil organisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul: PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN UNTUK KELUAR KARYAWAN PT. MAPAN WIJAYA SEMARANG, maka saya memohon

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah

Lebih terperinci

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja. Menurut Chow& Holden (1997), tidak adanya

Lebih terperinci

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global 1 World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-34 dunia. Global Competitiveness

Lebih terperinci

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) a. Ingin memberikan yang terbaik bagi perusahaan. b. Ingin mengembangkan pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga profesional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN ORGANISASI 1. Definisi Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Robbins (2003) ialah suatu keadaan dimana karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi Pada dasarnya Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan setiap invidu yang melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Organisasi Menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly & Konopaske (2009) organisasi merupakan bagian dari unit - unit yang dikoordinasikan dengan tujuan yang tidak secara individu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan loyalitas individu terhadap organisasi. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah absensinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI Pemerintah merupakan organisasi pelayanan publik yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pegawai negeri sipil yang merupakan pelaksana tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keadilan organisasi menurut Bakhshi et al, (2009) bisa didefinisikan yaitu

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keadilan organisasi menurut Bakhshi et al, (2009) bisa didefinisikan yaitu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Keadilan Organisasi 2.1.1 Pengertian Keadilan Organisasi Keadilan organisasi menurut Bakhshi et al, (2009) bisa didefinisikan yaitu suatu konsep yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life Menurut Davis dan Newstroom (1994) QWL mengacu pada keadaan menyenangkan atau tidaknya lingkungan kerja. Tujuan pokoknya adalah mengembangkan lingkungan kerja

Lebih terperinci

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS 3). Koefisien determinasi (R²) Koefisen determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk BAB II LANDASAN TEORITIS A. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Menurut kamus psikologi Chaplin (2002) dijelaskan disiplin adalah satu cabang ilmu pengetahuan, kontrol terhadap bawahan, hukuman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah tersedianya karyawan/sumber daya manusia (SDM) yang qualified dan capable dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan oleh Organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ditengah iklim persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu bisa beradaptasi dalam menghadapi situasi perekonomian yang tidak menentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi (Rusmayanti, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi (Rusmayanti, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting, karena manusia merupakan sumber daya manusia yang dinamis dan selalu dibutuhkan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN IDENTITAS 1. Nomor :... 2. Jenis Kelamin :... 3. Usia :... tahun 4. Status marital : Single / Menikah 5. Pendidikan : (... ) SMA / Sederajat (... ) Diplomat (... ) S1 (... ) S2 (... ) S3 6. Posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan

BAB I PENDAHULUAN. Adapun nilai tersebut adalah unik, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perekonomian dunia yang semakin maju menuntut perusahaan-perusahaan yang ada menghadapi berbagai tantangan agar dapat bertahan dalam persaingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki individu dan karakteristik ini akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki individu dan karakteristik ini akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Individu 2.1.1. Pengertian Karakteristik Individu Menurut Thoha. M (2010) berkaitan dengan karakteristik individu, bahwa individu membawa kedalam tatanan organisasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini membahas beberapa teori yang mendasari penelitian ini. Teoriteori yang digunakan sebagai acuan merupakan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu membahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penting diketahui bahwa pada dasarnya dapat dibedakan pendekatan antara

BAB II LANDASAN TEORI. penting diketahui bahwa pada dasarnya dapat dibedakan pendekatan antara 26 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Secara teoritis terdapat perbedaan dalam mendefinisikan konsep komitmen terhadap organisasi di antara para ahli dan peneliti

Lebih terperinci