BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

Universitas Bina Nusantara

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi

BAB 2 LANDASAN TEORI

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH STUDI LAPANGAN. IDENTIFIKASI MASALAH - Penanggulangan cacat machinning yang paling dominan

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. atribut dilakukan dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui CTW. Circumference RTD

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V HASIL DAN ANALISA

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah diproses

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL. Berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB V HASIL DAN ANALISA

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB V ANALISA DATA DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak.

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

Statistical Process Control

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

BAB III BAHAN DAN METODE

STATISTICAL PROCESS CONTROL

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu perusahaan manufaktur, sistem manajemen harus

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara garis besar flow proses pembuatan produk Cylinder Comp. tipe GN5

PENGENDALIAN KUALITAS PROSES EDIT PROGRAM PENGERJAAN MOULD: STUDI KASUS PT ASTRA HONDA MOTOR

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar belakang perhitungan selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : Data klaim periode Juni September 2006, untuk menentukan prioritas penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. Data klaim periode Juni September 2006, untuk part yang jadi prioritas I pada point diatas (dalam hal ini adalah part Plate oil separator) Data sampling produksi, yang akan digunakan sebagai bahan perhitungan untuk mendapatkan nilai Cp (Capability Process), untuk melihat kapabilitas proses yang sedang berjalan berkenaan dengan poin poin yang diindikasikan berpotensi menjadi penyebab masalah. Dalam pengumpulan data ukur dimensional, penulis menggunakan lembar periksa atau check sheet, karena dengan check sheet akan mempermudah dalam menunjukkan spesifikasi dan poin-poin cek dari obyek yang sedang dianalisa.

44 Data klaim yang masuk ke PT AHM, pada periode Juni September 2006, untuk urutan secara 5 (lima) besar teratas ditunjukkan dalam tabel dibawah ini : Part Number 14520KCT692 11321179710 28125179710 13000KPH880 12100KFM900 Part Name Defect Defect Code Description Jun Jul Aug Sep Total LIFTER ASSY,TENS D012 WEAK 124 123 107 155 509 ENGINE PLATE,OIL D060 OIL /M LEAKED 20 90 67 79 256 SPRING,STA RT /M D012 WEAK 72 39 86 33 230 CRANK,SHA ABNORMA D042 FT COMP L NOISE 21 39 45 21 126 CYLINDER ENGINE D095 COMP. SMOKING 19 19 14 16 68 Tabel 4.1. Data Klaim Worst 5 Data Claim - Worst 5 Periode Juni-September 2006 600 509 500 400 300 200 100 - LIFTER ASSY,TENS 256 PLATE,OIL /M 230 126 68 SPRING,START /M CYLINDER COMP. CRANK,SHAFT COMP Grafik 4.1. Diagram Batang

45 Data Claim, Worst 5 Periode Juni-September 2006 120.00% 100.00% 83.68% 94.28% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 42.81% 42.81% 64.34% 21.53% 19.34% 10.60% 5.72% 0.00% LIFTER ASSY,TENS PLATE,OIL /M SPRING,START /M CRANK,SHAFT COMP CYLINDER COMP. Grafik 4.2. Pareto Diagram Dari tabel data klaim, diagram batang dan diagram Pareto diatas terlihat bahwa yang menjadi urutan pertama adalah part lifter assy tensioner type Sport dengan kode kerusakan D012 / lemah, dengan persentase terbesar, yaitu sekitar 42,81 %. Namun perlu diketahui bahwa part yang bersangkutan sampai dengan saat ini masih berstatus CKD (Completely Knock Down) import dari Thailand, sehingga penulis memiliki keterbatasan untuk menjadikan part tersebut menjadi pokok bahasan. Oleh karena itu, prioritas selanjutnya adalah urutan kedua dari Worst 5 diatas, yaitu part plate oil separator, dengan persentase sebesar 21,53 %.

46 Berikut detail data klaim bulanan plate oil separator bocor, pada periode Juni September 2006 : TAHUN PRODUKSI 2006 DEFECT DESCRIPTION PARTNAME DEFECT CODE Bulan Produksi PLATE OIL SEPARATOR D019(TERGORES/CACAT) Juli 1 Sub Total 1 D060(BOCOR) Juni 20 Juli 89 Agustus 67 September 79 Sub Total 255 Total 256 Tabel 4.2. Tabel klaim Plate oil separator Bocor Dari tabel tersebut didapatkan informasi bahwa jumlah total klaim plate oil separator yang masuk ke PT AHM, dalam periode yang diamati pada bulan Juni September 2006 adalah sebanyak 256 kasus. Selanjutnya data produksi unit dalam periode yang sama bulan Juni September 2006 ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Data / Periode Jun Jul Aug Sept Total Data Produksi 105,898 106,202 141,800 160,963 514,863 Tabel 4.3. Tabel Distribusi Unit Motor Supra Fit (KTLM)

47 Sehingga bisa dihitung jumlah klaim yang masuk untuk kasus plate oil separator bocor terhadap total produksi unit type Cub 100cc adalah : Total Klaim = 256 pcs Distribusi Unit type Cub 100cc = 514.863 unit Dalam satuan PPM (Part klaim Per Million unit produksi), kasus klaim plate oil separator yang terjadi adalah : = 256 / 514.863 = 0.000497 X 1.000.000 = 497 PPM atau 0.05% Padahal sesuai dengan keputusan manajemen PT. AHM untuk tahun 2006, jumlah klaim masuk yang diperkenankan adalah 300 PPM atau 0.03% 4.2 Analisa Data dan Pembahasan Pada tahap analisa data dan pembahasan, penulis akan menggunakan beberapa alat bantu untuk mempermudah identifikasi dari permasalahan plate oil separator bocor, dengan menggunakan alat bantu yaitu : 1) FTA (Failure Three Analysis) yang merupakan salah satu alat bantu analisa yang biasa di gunakan di bagian Quality Produksi PT. AHM untuk menentukan kemungkinan penyebab permasalahan; 2) Alat bantu lain yang juga dapat digunakan adalah 7-QC tools, diantaranya adalah :

48 Diagram pareto Diagram tulang ikan (fish bone diagram) Bagan pengendali X-R Why-why analysis 4.2.1. FTA (Failure Three Analysis) Metode FTA ini biasa digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisa penyebab dari suatu permasalahan di line produksi, dan untuk kasus plate oil separator bocor ini, FTA yang dibuat adalah sebagai berikut : Diameter 111.8mm minus O Ring, 107X2 /K Ovality diameter 111.8mm Kedalaman groove O Ring, 107X2 /K Plate Oil Separator Seal, 30X42X4.5 Diameter 42mm minus Proses Pemasangan O Ring pada POS Lebar seal 4.5mm minus Diagram 4.3.. FTA Diagram

49 Dari bagan tersebut diatas dapat diidentifikasi, mengenai bagian bagian pada plate oil separator yang berpotensi sebagai sumber kebocoran. Oleh karena itu, untuk mengetahui kondisi dimensi dari masing-masing bagian yang memiliki potensi sebagai sumber kebocoran tersebut di atas, maka diambil data sampling dari part klaim konsumen untuk mengetahui kondisi dimensional dari masing masing part klaim tersebut. Data klaim yang masuk sebanyak 256 kasus, selanjutnya diambil contoh 10 buah diantaranya untuk diukur point-point dimensional dari part yang diindikasikan bermasalah tersebut dan dimasukkan ke dalam check sheet data sampling yang dimiliki oleh bagian Quality Produksi. Data Ukur dari 10 contoh part klaim dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

50 Dimensi Pos POS Part Std X / Y Ø 111,8 111,8 +0-0.2 Tebal O- Ring 2,5 +0-0.4 SEAL 30x42x4,5 Ø 115 Ø Seal L seal 115-0.036-0.071 42 +0.350 +0.150 4,5 ± 0,2 1 X 111.6 2.45 114.95 42.18 4.43 Y 111.5 114.98 42.2 2 X 111.5 2.4 114.935 42.22 4.44 Y 111.6 114.982 42.21 3 X 111.5 2.35 114.94 42.29 4.44 Y 111.7 114.955 42.28 4 X 111.5 2.41 114.95 42.26 4.47 Y 111.5 114.935 42.28 5 X 111.7 2.44 114.96 42.22 4.45 Y 111.7 114.954 42.21 6 X 111.5 2.35 114.938 42.19 4.45 Y 111.6 114.942 42.18 7 X 111.5 2.4 114.935 42.21 4.48 Y 111.55 114.95 42.2 8 X 111.6 2.3 114.95 42.28 4.46 Y 111.5 114.982 42.25 9 X 111.5 2.45 114.94 42.18 4.46 Y 111.5 114.96 42.19 10 X 111.6 2.38 114.938 42.22 4.45 Y 111.5 114.945 42.25 Result NG OK OK OK OK 4.4. Tabel Data Ukur Part Klaim Dari data ukur part klaim diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 1 (satu) poin hasil pengukuran dimensional yang banyak menunjukkan nilai penyimpangan atau

51 keluar dari standar toleransi yang diijinkan, yaitu pada point Ø 111,8 + 0 0. 2 mm pada posisi tempat dudukan O-Ring. Sebagai bahan perbandingan, maka diambil tindakan untuk mengumpulkan kembali data ukur part plate oil separator dari proses yang sedang berjalan di lini produksi, sehingga bisa didapat gambaran tentang kondisi proses yang sedang berjalan. Data ukur part plate oil separator yang diambil dari lini produksi pada periode analisa, ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

52 Jam :10:00 Jam :14:00 Point POSISI X POSISI Y POSISI X POSISI Y SU 0 0 0 0 Nominal 111.8 111.8 111.8 111.8 No SL -200-200 -200-200 1-140 -30-50 -30 2-20 -30-70 -60 3-160 -100-60 -50 4-140 -120-50 -60 5-120 -140-80 -20 6-140 -100-110 -10 7-150 -100-90 -10 8-130 -160-70 -20 9-140 -80-20 -50 10-20 -40-20 -20 11-80 -100-60 -50 12-30 -50-60 -50 13-90 -20-40 -40 14-50 -80-80 -40 15-90 -50-70 -80 16-100 -60-90 -100 17-140 -70-80 -110 18-130 -60-80 -70 19-90 -60-50 -70 20-90 -40-70 -80 21-60 -80-70 -30 22-100 -70-30 -70 23-80 -60-60 -20 24-80 -90-50 -80 25-70 -100-70 -50 26-50 -20-40 -50 27-80 -110-10 -40 28-90 -30-40 -60 29-40 -60-20 -20 30-130 -100-50 -80 Tabel 4.5. Data Ukur Part Produksi

53 Dari data ukur tersebut di atas, maka dapat dihitung nilai Cp (Capability Process) dari proses yang dilakukan oleh Mesin turning plate oil separator. Data yang dihitung antara lain : Untuk pengukuran posisi jam 10.00, didapatkan data sebagai berikut : Min untuk nilai X = -160, Y = -160 Max untuk nilai X = -20, Y = -20 Range = 140 Untuk pengukuran posisi jam 14.00, didapatkan data sebagai berikut : Min untuk nilai X = -110, Y = -110 Max untuk nilai X = -10, Y = 10 Range = 100 SU = 0 SL = -200 σ 1 = 40.32 (jam 10.00 posisi X) σ2 = 35.08 (jam 10.00 posisi Y) σ3 = 23.69 (jam 14.00 posisi X) σ4 = 26.25 (jam 14.00 posisi Y) nilai standart deviasi didapat dari rumus xls.

54 Parameter yang digunakan untuk melihat kapabilitas dari proses yang sedang berjalan dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan Cp, dengan rumus : Cp = SU 6 σ SL dimana keterangan untuk rumus di atas adalah, sebagai berikut : Cp : Capability Process Indeks yang menggambarkan kemampuan suatu proses untuk memproduksi hasil sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Klasifikasi untuk masing masing nilai Cp : Jika Cp > 1,33, maka kapabilitas proses sangat baik Jika 1,00 Cp 1,33, maka kapabilitas proses baik Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah SU : Upper Specification (batas toleransi atas) SL : Lower Specification (batas toleransi bawah) Dalam rumus di atas ada variable S (standart deviasi) atau ukuran penyebaran data terhadap nilai rata-ratanya., dimana variable ini memiliki rumus, sebagai berikut : S 1 = n 1 n Xi ( Xi X )

55 Berikut hasil perhitungan Cp, untuk masing masing posisi pengukuran dari plate oil separator yang sedang dianalisa : Pengukuran posisi jam 10.00 X Cp = 0-(-200) / (6 x 40.32) = 0.826 Y Cp = 0-(-200) / (6 x 35.08) = 0.950 Pengukuran posisi jam 14.00 X Cp = 0-(-200) / (6 x 23.69) = 1.407 Y Cp = 0-(-200) / (6 x 26.25) = 1.269 Dari nilai nilai Cp yang sudah dihitung diatas, maka dapat dilihat ada 2 (dua) nilai Cp yang masuk dalam kriteria proses kurang, sehingga perlu dianalisa lebih lanjut untuk mencari akar penyebab dari penyimpangan dimensional yang terjadi. 4.2.2 Diagram Tulang Ikan ( Fish Bone Diagram) Setelah dibuktikan dengan menggunakan alat bantu pengendalian statistik dengan parameter Cp (capability process) sebagai ukurannya, dan hasilnya menunjukkan bahwa proses yang berjalan tidak stabil yaitu terdapat 2 nilai Cp yang

56 ada dalam range Cp < 1.00. Hal ini berarti menunjukkan kapabilitas proses yang rendah. Oleh sebab itu, perlu dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui akar penyebab penyimpangan dimensional yang terjadi pada plate oil separator. Alat bantu selanjutnya yang akan digunakan oleh penulis untuk dapat mengidentifikasi penyebab dominan terjadinya penyimpangan dimensional yang terjadi pada plate oil separator adalah dengan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone diagram). Tujuan utama yang akan diperbaiki adalah Ø 111,8 + 0 0. 2 mm minus (keluar dari batas toleransi yang diijinkan) sehingga menyebabkan plate oil separator bocor. Komponen komponen pendukung proses produksi plate oil separator adalah 4 M dan 1E, yaitu : 1. Man (manusia) 2. Method (metode/cara) 3. Machine (mesin/alat) 4. Material (material) 5. Environment (lingkungan) dari masing masing komponen diatas, akan dibahas satu persatu mengenai potensi penyebab penyimpangan yang terjadi pada dimensi Ø 111,8 + 0 0. 2 mm sebagai berikut: 1. Man (Manusia) Manusia dalam kasus ini yang paling dominan adalah operator, karena operator inilah yang sehari hari mengoperasikan mesin dalam proses

57 machining plate oil separator. Faktor manusia yang kedua dan tidak kalah pentingnya adalah orang pada bagian kualitas atau yang biasa disebut QL (quality line) yang terdapat di masing masing line produksi. QL memiliki tugas untuk melakukan pengecekan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh operator. 2. Method ( Metode / Cara ) Dalam hal ini terdapat 2 metode/ cara yaitu : 1) Metode/ cara operator dalam mengoperasikan mesin produksinya kesalahan dari poin ini relatif kecil, karena sistem training di perusahaan tempat dilakukan penelitian, berjalan dengan baik. Di samping itu, untuk masing masing mesin produksi, sudah dilengkapi dengan OS (Operation Standart) atau standart pengoperasian yang berfungsi untuk memudahkan dan mengingatkan operator pada waktu akan mengoperasikan mesin produksi tempat dia bekerja. 2) Metode/ cara QL (quality line) melakukan monitoring terhadap benda kerja hasil produksi dalam hal ini, penulis melihat bahwa monitoring terhadap penyimpangan yang terjadi sangat lemah, karena yang menjadi pegangan oleh masing masing QL hanyalah lembar check sheet, dimana pengisiannya dilakukan secara berkala, masing masing 5 (lima) buah plate oil separator, contoh format pengambilan data sampling untuk shift 1(satu) pengalokasian waktunya adalah,

58 sebagai berikut : a) awal shift (pukul 07.00 WIB) b) setelah istirahat pertama (pukul 09.45-10.00 WIB) c) setelah istirahat makan siang (pukul 12.00-12.30 WIB) d) setelah istirahat kedua (pukul 14.45-15.00 WIB) e) pada akhir shift (pukul 16.00 WIB) Jadi dalam 1(satu) shift diambil 5 buah part plate oil separator untuk diukur dan data ukurnya dimasukkan ke dalam lembar periksa / check sheet. Apabila tidak ada monitoring terhadap data yang ada dalam check sheet tersebut maka resiko penyimpangan yang terjadi terus menerus tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk membuat bagan pengendalian X R chart untuk mengendalikan proses yang sedang berjalan, terutama untuk point yang saat ini diindikasikan bermasalah yaitu dimensi Ø 111,8 + 0 0. 2 mm. 3. Machine (Mesin / Alat) Mesin Turning (mesin bubut) yang digunakan adalah menggunakan tools / pisau kerja yang dipasang pada spindel (tuas pemegang tools). Spindle ini cara kerjanya berputar dengan gerak putar yang memanfaatkan bearing sebagai penumpunya. Bearing memiliki lifetime / masa pakai yang terbatas, dan bersifat consumable atau dengan kata lain habis pakai, sehingga pada periode

59 tertentu harus diganti dengan yang baru dan tidak bisa diperbaiki. Setelah melakukan koordinasi dengan bagian engineering untuk melakukan pemeriksaan dan maintenance, maka diketahui bahwa bearing spindle sudah tidak layak atau dengan kata lain penumpu sebagaimana dimaksud sudah tidak bertumpu dengan benar (oblag). Hal ini menyebabkan pergerakan spindle tidak stabil. Akibat pergerakan spindle yang tidak stabil maka proses pemakanan benda kerjapun menjadi tidak stabil, sehingga berakibat pada penyimpangan dimensi benda kerja. 4. Material (Material) Untuk part plate oil separator, secara material tidak ada perubahan spesifikasi material baik sebelum, maupun sesudah proses machining. Sehingga potensi penyimpangan diameter disebabkan oleh karena perubahan struktur mikro dari material ini sangat kecil kemungkinannya. 5. Environment (Lingkungan) Faktor lingkungan yang relatif berpengaruh adalah suasana tempat kerja, sedangkan obyek yang terkena imbas secara langsung adalah operator. Dalam pengamatan penulis, suasana tempat kerja sangatlah panas. Sehingga dengan kondisi lingkungan kerja yang panas ini, dalam kurun waktu yang tidak lama akan menyebabkan operator mudah lelah, dan imbas selanjutnya adalah hilangnya konsentrasi. Oleh karena itu, kondisi tempat kerja juga memberikan pengaruh terhadap hasil kerja karyawan.

60 Faktor yang paling dominan dalam 4 M dan 1 E tersebut diatas dapat digambarkan dalam ilustrasi diagram tulang ikan di bawah ini : Spindle tempat pemegang tools labil Proses machining diameter 111.8 labil Monitoring terhadap kualitas kurang Data ukur tidak terkontrol penyimpang annya Bearing dudukan spindle oblag Machine Method Pengecekan hanya menggunakan check sheet Man Material Operator belum training Operator tidak bekerja sesuai SOP Plate Oil Separator - Bocor Raw material(blank casting), spesifikasi tidak STD Proses Casting tidak STD Diagram 4.4. Fish Bone Diagram Dari diagram tulang ikan diatas, dapat diidentifikasikan bahwa akar permasalahan dari penyimpangan dimensi diameter Ø 111,8 + 0 0. 2 mm pada lini produksi machining plate oil separator yang dominan adalah pertama, dari sisi machine / alat karena ditemukan fakta bahwa terdapat kerusakan pada komponen pendukungnya, dan akar permasalahan kedua yang ikut memberikan kontribusi terhadap kasus penyimpangan

61 dimensi ini adalah dari sisi method / cara, yang ditekankan pada cara pengendalian kualitas dari proses produksi yang berjalan. 4.2.3. Grafik Pengendali X - R Dari identifikasi permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, terdapat alat bantu lain yang salah satu fungsi utamanya adalah untuk melakukan monitoring terhadap pengendalian proses yang sedang berjalan. Sehingga dalam setiap waktu akan dapat diketahui sebaran data yang diambil, dan dilihat hasilnya apakah masih masuk dalam batas standart toleransi yang diijinkan atau tidak. Alat bantu yang digunakan adalah Bagan Kendali X - R, karena data yang diambil adalah data variable. Data yang digunakan adalah data yang diambil dari check sheet dimana data ukurnya diambil pada masing masing periode kerja (shift). Untuk dapat melakukan analisa terhadap karakteristik tunggal yang terukur ini, maka dipilih 20-30 kelompok kecil dengan banyak pengambilan sample dengan nilai n = 4 atau 5 yang diambil secara berurutan dari suatu proses yang diamati. Untuk pengambilan sample kali ini penulis akan melakukan 30 kali pengamatan, dan dalam satu kali pengamatan diambil 5 sample, hal ini dilakukan karena sub group yang digunakan kecil, selain itu juga disesuaikan dengan jadual pengecekan pada tiap-tiap shift(masing-masing shift ada 5 kali pengecekan).

62 Adapun data ukur yang didapat adalah sebagai berikut: (n) =5 Sample (N) Range Pengamatan X 1 X 2 X 3 X 4 X X 5 (R) 1-100 -200-150 -210-100 -152 110 2-200 -100-215 -200-180 -179 115 3-100 -200-200 -150-100 -150 100 4-200 -100-200 -200-200 -180 100 5-200 -150-200 -200-100 -170 100 6-100 -100-200 -200-180 -156 100 7-180 -200-215 -200-200 -199 35 8-100 -180-100 -200-200 -156 100 9-200 -200-200 -180-100 -176 100 10-180 -100-150 -215-100 -149 115 11-200 -150-200 -200-100 -170 100 12-200 -100-100 -200-200 -160 100 13-180 -200-150 -100-200 -166 100 14-215 -200-190 -200-200 -201 25 15-150 -180-100 -200-170 -160 100 16-170 -100-180 -200-200 -170 100 17-100 -200-200 -180-100 -156 100 18-150 -200-140 -100-180 -154 100 19-160 -150-180 -150-200 -168 50 20-200 -100-200 -100-200 -160 100 21-100 -150-100 -200-200 -150 100 22-100 -200-180 -190-200 -174 100 23-150 -200-190 -100-210 -170 110 24-150 -200-200 -100-100 -150 100 25-200 -170-100 -190-200 -172 100 26-200 -100-100 -200-200 -160 100 27-200 -210-200 -180-215 -201 35 28-100 -100-100 -200-200 -140 100 29-200 -100-200 -100-100 -140 100 30-150 -100-150 -150-200 -150 100 Tabel 4.6. Tabel Data Ukur Part utk Control Chart

63 Dari data diatas dapat dilakukan perhitungan: X = Jumlah data ukur pada setiap kali pengamatan / jumlah pengamatan X = X / n = -4789 / 29 = -165.14 R = Jumlah dari semua range pada tiap pengamatan / jumlah pengamatan R = R / n = 2695 / 29 = 92.93 Untuk pembuatan X control chart, data yang dihitung antara lain adalah : UCL = X + A 2 R = -165.14 + 0.577 x 92.93 = -111.52 LCL = X A 2 R = -165.14 0.577 x 92.93 = -218.76 Untuk pembuatan R control chart, data yang dihitung antara lain adalah : UCL = D 4 x R = 2.114 x 92.93 = 196.46

64 Pada rumus rumus diatas terdapat beberapa nilai konstanta, yaitu nilai A 2 dan D 4. Untuk masing masing jumlah sample yang diambil pada setiap pengamatan ditunjukkan pada table di bawah ini : T A B E L n A 2 D 4 1 2.660 3.268 2 1.880 3.268 3 1.023 2.574 4 0.729 2.282 5 0.577 2.114 Tabel 4.7. Tabel Konstanta A 2 dan D 4 Selanjutnya data ukur di atas disebar pada peta kontrol yang batas atas dan batas bawahnya sudah dihitung di atas, hasilnya dapat ditunjukkan pada diagram di bawah ini : 50 0-50 x -100-150 -200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 x UCL CL Data LCL CL Spec Diagram 4.5. Diagram X control chart

65 250 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 R CL UCL Diagram 4.6. Diagram R control chart Dari perhitungan data dan visual grafik X-bar dan R diatas, terlihat bahwa poin dimensi pada Ø 111,8 + 0 0. 2 mm tidak terkontrol dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa banyak terlihat data data ukur yang letaknya berada di bawah garis center line, hal ini yang menjadi potensi penyebab diproduksinya plate oil separator dengan dimensi Ø 111,8 + 0 0. 2 mm minus (di bawah toleransi), sehingga O-Ring tidak terpasang dengan sempurna. Pada akhirnya ketika plate oil separator tersebut terpasang di unit motor, tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menahan keluarnya oli dari bagian kiri mesin. 4.2.4. Why Why Analysis Metode lain untuk melakukan analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah adalah dengan menggunakan metode why-why analisys. Dari diagram fish

66 bone dapat di lihat bahwa faktor utama penyebab penyimpangan dimensi pada plate oil separator adalah faktor penyusun dari proses produksi yang diantaranya adalah, sebagai berikut : metode, manusia dan mesin/ alat. Oleh karena itu, untuk menganalisa faktor tersebut digunakan metode why-why analysis, yaitu bertanya beberapa kali why atau kenapa sampai pertanyaan tersebut mencapai akar permasalahan yang paling utama, sehingga dapat diambil langkah langkah perbaikan berkenaan akar permasalahan yang telah teridentifikasi tersebut. Diagram 4.7. Why why diagram Dari semua alat bantu pengendalian kualitas yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan yang terjadi dalam suatu proses produksi harus senantiasa dimonitoring secara berkala dan berkesinambungan. Terutama untuk poin poin kritis yang berpotensi menimbulkan masalah. Sehingga kerugian dari segi teknis maupun non teknis dapat diantisipasi sedini mungkin.

67 Dalam bahasan plate oil separator bocor ini, pada saat ada satu poin dimensi yang tidak teramati dan datanya dicoba untuk dimasukkan dalam bagan kendali (X-R bar control chart), dapat dilihat bahwa poin dimensi Ø 111,8 + 0 0. 2 mm tersebut menunjukkan hasil pengukuran yang tidak stabil. Selanjutnya dengan alat bantu pengendalian kualitas lainnya, dapat diketahui root cause (akar penyebab) dari ketidak stabilan yang terjadi pada poin dimensi Ø 111,8 + 0 0. 2 mm tersebut, sehingga dapat diambil langkah langkap pebaikan untuk menstabilkan proses yang berjalan. Selain itu, sistematika dalam melakukan identifikasi permasalahan juga harus diperhatikan, sehingga langkah langkah perbaikan yang dilakukan akan tepat sasaran, efektif dan efisien dari semua sisi.