C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan. URUSAN WAJIB. Pendidikan Pelaksanaan urusan pendidikan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung selama Tahun 03 dilakukan dalam rangka mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan, yaitu :. Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan 3. Terwujudnya pemerataan pendidikan Secara keseluruhan capaian kinerja sasaran pada urusan pendidikan yang meliputi 3 sasaran selama tahun 03 sebesar 95,03 % termasuk kategori Sangat Baik. Sedangkan rincian capaian kinerja masing-masing sasaran dijabarkan dalam beberapa indikator sebagai berikut : Tabel 3.4 Capaian Kinerja Sasaran Urusan Pendidikan SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun Tahun 03 Capaian Tahun 0 3 Target Realisasi % 4 5 6 70,8 66,3 94,0 APK PAUD 99,98 APM PAUD 8,50 5,77 3 APK SD sederajat 04,00 05,68 4 APM SD sederajat 94,45 95,4 5 Angka lulusan SD 99,9 6 Angka putus sekolah SD 0,0 0,6 6,50 7 APK SMP sederajat 97,97 98,89 96,00 97,08 8 APM SMP sederajat 99,99 84,54 83,63 98,9 9 Angka lulusan SMP 88,04 99,77 0 Angka putus sekolah SMP,0 0,8 Angka melanjutkan ke SMP/MTs 98,00 9,53 5
Angka melanjutkan ke SMA/MA/SMK 8,84 8,7 64,36 77,80 3 APK SMA sederajat 44,56 55,0 4 APM SMA sederajat 30,94 38,99 5 Angka lulusan SMA 95,4 99,86 6 Angka putus sekolah SMA,64,3 Rata-rata Capaian sasaran Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan. Ruang kelas SD yang memenuhi standar. Ruang kelas SMP yang memenuhi standar 3. Ruang kelas SM yang memenuhi standar 4. SD yang memenuhi standar sarpras 5. SMP yang memenuhi standar sarpras 6. SM yang memenuhi standar sarpras 7. Guru PAUD yang berkualifikasi akademik 8. Guru SD yang berkua-lifikasi akademik 9. Guru SMP yang berkualifikasi akademik 0. Guru SM yang berkualifikasi akademik. Intensitas kegiatan kesiswaan. Prestasi siswa dalam bidang olahraga/seni/ UKS/kepramukaan dan lainnya Rata-rata Capaian sasaran Terwujudnya pemerataan pendidikan. Penduduk usia > 5 tahun melek huruf. Rata-rata lama sekolah 3. Lembaga PAUD 4. Kelompok belajar paket A 5. Kelompok belajar paket B 6. 7. 8. 9. Kelompok belajar paket C Lembaga kursus Taman Bacaan Masyarakat Fasilitasi penyelenggaraan pendidikan luar biasa 0. Lembaga pendidikan formal a. SD b. SMP c. SMA d. SMK e. SMPLB 98,80 95,65 3 4 5 6 90,00 90, 87,3 87,36 96,59 96,77 79,76 99,70 85,00 84,00 98,8 0,00,34 60,00 6,75 84,3 90,00 94,65 85 85 35 36 99,88 99,69 98,7 97,84 99, 4,00 44,05 7,0 03 0 49 7 90 0 7,0 38 30 4,86 33,33 60,00 97,5 444 68 0 433 7 3 3 97,5 5
. Terselenggaranya proses KBM secara efektif. Pemberian beasiswa bagi keluarga miskin 7 9.000 8.00 Rata-rata Capaian Sasaran 9,45 89,55 RATA-RATA CAPAIAN URUSAN 96,75 95,03 Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan pada Tabel 3.4 di atas, pencapaian kinerja sasaran pada Urusan Pendidikan pada tahun 03 adalah sebesar 95,03% atau dengan kategori Sangat Baik dengan capaian kinerja paling baik pada sasaran strategis kedua yaitu Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan sebesar 99,88%; kemudian sasaran strategis kesatu yaitu Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sebesar 95,65%; dan terakhir sasaran strategis ketiga yaitu Terwujudnya pemerataan pendidikan sebesar 89,55%. Sasaran strategis Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun terdiri atas 6 indikator kinerja. Sebanyak 0 (6,50%) indikator kinerja berhasil mencapai target. Bahkan beberapa indikator kinerja melampaui target, sedangkan sebanyak 6 (37,50%) indikator kinerja tidak mencapai target. Keenam indikator tersebut adalah APK PAUD, Angka Putus Sekolah SD, APK SMP Sederajat, APM SMP sederajat, Angka Melanjutkan ke SMP/MTs, dan Angka melanjutkan ke SMA/MA/SMK. Hambatan yang menyebabkan beberapa indikator kinerja tersebut tidak mencapai target dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Pada indikator kinerja APK PAUD hambatan internal diantaranya : Sedikitnya lembaga pendidikan anak usia dini formal (TK) yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Lembaga TK negeri yang ada sebanyak 3 unit dari 308 lembaga (0,97%), selebihnya (99,03%) merupakan lembaga yang diselenggarakan oleh masyarakat yang sebagian besar tidak memiliki sumber daya yang memadai sehingga secara langsung atau tidak langsung dapat mengurangi daya tarik peserta didik. Belum adanya kewajiban menempuh PAUD terlebih dahulu sebelum memasuki jenjang SD/MI. 53
Hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi rendahnya APK PAUD diantaranya adalah : Banyaknya siswa SD/MI usia 6 tahun, dan sedikitnya peserta didik PAUD usia 3 tahun. Siswa SD/MI usia 6 tahun sebesar 6.479 dari 75.64 peserta didik (8,57%), sedangkan peserta didik PAUD usia 3 tahun hanya 67 dari 8.95 peserta didik (,47%). Pada indikator kinerja Angka Putus Sekolah SD, anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Hambatan internal diantaranya adalah : Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi siswa putus sekolah diantaranya adalah : Kurangnya minat untuk sekolah, jenis pekerjaan orangtua siswa, tingkat pendidikan orang tua siswa, dan kegiatan produktif anak dalam rumah tangga. Pada indikator kinerja APK SMP Sederajat, hambatan internal diantaranya adalah : Belum optimalnya pemanfaatan ruang kelas yang ditunjukkan dengan rendahnya rasio siswa per rombongan belajar (kelas). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 5 Tahun 00 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 03 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 5 Tahun 00 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Pada tahun 03 data memperlihatkan jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar SMP/MTs sebesar 8,78 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan kapasitas ruang kelas belum optimal. Kapasitas ruang kelas yang dimanfaatkan sebesar 79,94% 54
artinya kapasitas ruang kelas yang tidak dimanfaatkan sebesar 0,06%. Adanya siswa SMP/MTs yang putus sekolah sebesar 96 dari 30.695 siswa atau 0,63%. Hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi rendahnya APK SMP sederajat diantaranya adalah : Persentase pertumbuhan penduduk usia 3-5 tahun yang relatif cukup tinggi yaitu sebesar 0,74%. Pada tahun 0 penduduk usia 35 tahun berjumlah 35.740 meningkat menjadi 36.005 pada tahun 03, sementara itu jumlah siswa SMP/MTs menurun jika dibandingkan dengan tahun 0. Adanya lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs. Adanya lulusan SD/MI yang melanjutkan ke SMP/MTs di luar wilayah Kabupaten Temanggung. Pada indikator kinerja APM SMP Sederajat, hambatan internal dan eksternal hampir sama dengan indikator kinerja APK SMP Sederajat. Selain itu rendahnya siswa SMP/MTs yang berusia 3-5 tahun, yaitu 4.467 dari 30.965 siswa atau 79,79% merupakan salah satu faktor eksternal tambahan yang menyebabkan tidak tercapainya target indikator APM SMP Sederajat. Pada indikator Angka Melanjutkan ke SMP/MTs hambatan internal diantaranya adalah : Rendahnya daya tampung siswa baru tingkat I (kelas 7) SMP/MTs di satu pihak, dan meningkatnya jumlah lulusan SD/MI di pihak yang lain. Lulusan SD/MI pada tahun 0 berjumlah.04 meningkat 5,3% menjadi.799 pada tahun 03, sedangkan siswa baru tingkat I (kelas 7) SMP/MTs berjumlah 0.7 pada tahun 0 meskipun meningkat,76% menjadi.08 pada tahun 03 tetapi peningkatannya tidak sebanding dengan peningkatan jumlah lulusan SD/MI. Banyaknya ruang kelas SMP/MTs yang rusak ringan maupun rusak berat berpengaruh terhadap tidak optimalnya pemanfaatan daya tampung ruang kelas. Hambatan eksternal yang dapat melanjutkan ke SMP/MTs meliputi : menyebabkan rendahnya angka Tingginya angka kemiskinan 55
Rendahnya minat melanjutkan sekolah, budaya, aktifitas ekonomi calon siswa di rumah tangga Adanya siswa Temanggung. yang melanjutkan ke luar daerah Kabupaten Pada indikator Angka Melanjutkan ke SMA/MA/SMK hambatan internal diantaranya adalah : Rendahnya daya tampung siswa baru kelas 0 SMA/MA/SMK, dibandingkan dengan lulusan SMP/MTs. Jumlah ruang kelas yang tersedia untuk siswa kelas 0 sebanyak 9. Setiap ruang kelas ratarata menampung 36 siswa, maka daya tampungnya sebesar 6.876. Lulusan SMP/MTs sebanyak 9.394 orang, sehingga ruang kelas 0 hanya mampu menampung 73,0% lulusan SMP/MTs. Belum optimalnya pemanfaatan daya tampung siswa baru tingkat I (kelas 0). Pada tahun 03 siswa baru tingkat I (kelas 0) berjumlah 6.69 atau 9,7% dari daya tampung. Hambatan eksternalnya yang dapat mempengaruhi rendahnya angka melanjutkan ke SMA/MA/SMK meliputi : Belum meratanya lembaga pendidikan SMA/MA/SMK. Beberapa kecamatan belum memiliki lembaga pendidikan SMA/MA/SMK, yaitu Tlogomulyo, Wonoboyo, Tretep, Kledung, dan Bejen. Tingginya angka kemiskinan. Rendahnya minat melanjutkan sekolah, dan budaya. Aktifitas ekonomi calon siswa di rumah tangga. Adanya lulusan SMP/MTs yang melanjutkan ke SMA/MA/SMK di luar wilayah Kabupaten Temanggung. Sasaran strategis Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan terdiri atas indikator kinerja, sebanyak 0 (83,33%) indikator kinerja berhasil mencapai target, dan beberapa indikator kinerja melampaui target. Dua indikator yang tidak memenuhi target adalah SD memenuhi standar sarpras, dan SM memenuhi standar sarpras. Hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya target beberapa indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 Tahun 007 Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, sarana terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi 56
informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, sedangkan prasarana terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Pada indikator SD memenuhi standar sarpras, hambatan internal tidak tercapainya target diantaranya adalah : Banyaknya macam dan jenis sarana dan prasarana yang harus tersedia. Sebagian besar SD/MI dibangun lama sebelum penetapan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 Tahun 007. Terbatasnya kemampuan anggaran untuk menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan Permendiknas. Hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya target adalah : Rendahnya partisipasi masyarakat khususnya dalam penyediaan sarana prasarana pendidikan, dan umumnya pada pengelolaan pendidikan. Adanya pendapat yang kurang benar mengenai pendidikan gratis yang dikemukakan berbagai pihak untuk berbagai kepentingan. Dengan adanya pendapat tersebut partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan semakin rendah. Pada indikator SM memenuhi standar sarpras baik hambatan internal maupun hambatan eksternal hampir sama sebagaimana pada indikator SD memenuhi standar sarpras. Sasaran strategis Terwujudnya pemerataan pendidikan terdiri atas indikator kinerja, sebanyak 7 (58,33%) indikator kinerja berhasil mencapai target, sedangkan 5 (4,67%) indikator kinerja tidak dapat mencapai target, yaitu Penduduk usia > 5 tahun yang melek huruf, Kelompok Belajar Paket B, Lembaga Kursus, Taman Bacaan Masyarakat, dan Jumlah lembaga pendidikan formal SD. Hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya target beberapa indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Pada indikator kinerja Penduduk usia > 5 tahun yang melek huruf diantaranya adalah : Tingginya prosentase penduduk usia 45 tahun yang buta huruf. Menurut Badan Pusat Statistik tanggal 6 Februari 03 (http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=&tabel=&daftar=&id_s ubyek=8¬ab=5) penduduk usia 45 tahun merupakan kelompok usia penyumbang angka buta huruf terbesar di Indonesia, pada tahun 57