KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a, K K P

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

L A K I P D J P B T r i w u l a n I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II TAHUN 2015 BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU JEPARA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAKIP BBPSEKP Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM

L a p o r a n K i n e r j a ( L K j ) T r i w u l a n I II TAHUN 2015 KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L A P O R A N K I N E R J A

LKj - BKIPM 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III-

KATA PENGANTAR. permasalahan yang dihadapi.

3.1 Prestasi Kinerja

2013, No BAB I PENDAHULUAN

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

L a p o r a n K i n e r j a ( L K j ) T r i w u l a n I TAHUN 2015 KATA PENGANTAR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Badan Karantina Ikn, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

L a p o r a n K i n e r j a ( L K j ) T r i w u l a n I II TAHUN 2016

L A P O R A N K I N E R J A

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

LaporanAkuntabilitas KinerjaInstansiPemerintah

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

Jakarta, Januari 2015 Kepala BBP2HP. Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM.

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Laporan Kinerja (LKj) Triwulan II TAHUN 2015 KATA PENGANTAR. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA TA Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

K A T A P E N G A N T A R

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M


Laporan Kinerja LP2IL Serang 2016

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 27 Januari 2017 KEPALA BIRO PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAN LAYANAN PENGADAAN SETDA PROVINSI GORONTALO,

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

LAPORAN INTERIM TRIWULAN IV TA 2014

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2017 LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN SERANG

A. KONDISI UMUM. Kenaikan rata-rata (%) Jumlah (Ton) ,30 1. Laut ,04

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allahn Swt, karena atas berkah dan karunia-nya, Direktorat Produksi telah menyelesaikan Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi Tahun 2014. Laporan Kinerja ini merupakan pertanggungjawaban atas kinerja Direktorat Produksi selama Tahun 2014. Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi mencakup uraian Indikator Kinerja Utama (IKU), target dan pencapaian serta kendala yang ada dalam pencapaian target IKU. LKj ini juga merupakan rangkaian kegiatan dan program yang mendukung tercapainya visi dan misi untuk Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada umumnya. Secara internal, LKj Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2014 dapat dijadikan sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja sehingga dapat menjadi pemicu peningkatan kinerja organisasi dengan melakukan langkah-langkah perbaikan melalui pelayanan yang lebih profesional dan transparan yang berguna bagi masyarakat. Terimakasih untuk semua pihak terkait yang telah membantu setiap kegiatan dan program terkait pencapaian kinerja Direktorat Produksi ini. Semoga laporan kinerja (LKj) ini dapat bermanfaat dan berguna untuk pembangunan kelautan dan perikanan pada masa mendatang dan mohon maaf bila masih terdapat kesalahan dalam kata dan penulisan dalam laporan ini. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi IKHTISAR EKSEKUTIF... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan... 2 1.3 Tugas Pokok dan Fungsi... 2 1.4 Keragaan SDM Direktorat Produksi... 4 1.5 Sistematika LKJ... 5 II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 7 2.1 Rencana Strategis Direktorat Produksi Tahun 2010-2014... 7 2.1.1. Visi... 7 2.1.2. Misi... 7 2.1.3. Tujuan... 7 2.1.4. Sasaran Strategis... 8 2.2 Rencana Kerja dan Anggaran... 8 2.2.1. Indikator Kinerja Utama... 8 2.2.2. Anggaran... 10 2.3 Penetapan Kinerja... 10 2.4 Pengukuran/Pengelolaan Kinerja... 14 III AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN... 15 3.1 Pencapaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan... 16 3.2 Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersedian Produks Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah... 21 3.3 Pencapaian Sasaran startegis 3 : Meningkatnya Usaha dan Investasi di Bidang Perikanan Budidaya... 39 3.4 Pencapaian Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan Periikanan Budidaya Sesauai Kebutuhan... 41 3.5 Pencapaian Sasaran Strategis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Perikanan Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu.... 43 3.6 Pencapaian Sasaran Strategis 6 : Tersedianya Pengendalian Usaha Perkanan Budidaya.... 46 3.7 Pencapaian Sasaran Strategis 7 : Tersediannya SDM Direktorat Produksi Yang Kompeten dan Profesional... 49 ii

3.8 Pencapaian Saasaran Strategis 8 :Tersediannya Informasi Yang Valid, Handal dan Dapat Dipertanggunjawabkan di Bidang Perikanan Budidaya... 52 3.9 Pencapaian Saasaran Strategis 9 :Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Ditjen Perikanan Budidaya... 54 3.10Pencapaian Sasaran Strategis 10 : Terkelolanya Anggaran Secara Optimal di Dit. Produksi Ditjen Perikanan Budidaya... 59 IV. PENUTUP... 60 iii

DAFTAR TABEL Halaman 1. Sasaran Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Tahun 2010 Tahun 2014... 7 2. Hasil review Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya menurut komoditas utama Tahun 2010-2014... 12 3. Indikator kinerja utama (IKU) Direktorat produksi Tahun 2014 (revisi)...... 15 4. Capaian indikator kinerja Direktorat Produksi Tahun 2014... 16 5. Capaian Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan... 16 6. Capaian IKU 1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Tahun 2010-2014... 17 7. Capaian IKU 2. Pertumbuhan PDB Perikanan Tahun 2010-2014... 19 8. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2010-2014... 19 9. Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah... 20 10. Capaian Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Tahun 2010-2014... 20 11. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Tahun 2010-2014. 23 12. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Perkomoditas Tahun 2010-2014... 23 13. Capaian Nilai Volume Perikanan Budidaya Per Komoditas Tahun 2010-2014... 25 14. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya per Komoditas Tahun 2010-2014... 26 15. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias Tahun 2010-2014... 26 16. Target dan Realisasi Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan Berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2010-2014... 28 17. Capaian Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan Perikanan Budidaya Sesuai Kebutuhan... 29 18. Capaian RSNI 3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya selama Tahun 2010-2014... 30 19. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya yang Diselesaikan Tahun 2010 2014 (Dokumen)... 31 20. Capaian Sasaran Strategis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP yang Optimal dan Bermutu.... 32 21. Jumlah Capaian Unit Pembudidayaan Ikan Yang Bersertifikat Tahun 2010-2014... 33 22. Jumlah Penilaian Sertifikat CBIB berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2010-2014... 35 23. Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014 (Kelompok)... 37 24. Capaian Sasaran Strategis 6 : Terselenggaranya Pengendalian Usaha Perikanan Budidaya... 38 25. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Layanan Pendaftaran Pakan (Skala Likert A-D)... 39 26. Hasil Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Bidang Pelayanan pada Direktorat Produksi Periode Januari - Desember 2014... 39 27. Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan dalam Penyampaian Data Perikanan Budidaya (Persen)... 41 28. Capaian Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang Kompeten dan Profesional... 44 29. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, IV dan V Direktorat Produksi Ditjen Perikanan Budidaya (%)... 39 30. Capaian Sasaran Strategis : Tersedianya Informasi yang Valid, Handal dan Mudah iv

Diakses di Bidang Perikanan Budidaya... 41 31. Service Level Agreement Ditjen Perikanan Budidaya... 44 32. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding Total Rekomendasi di Ditjen PB Tahun 2010-2014... 39 33. Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014... 41 34. Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya... 44 35. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya... 39 36. Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya... 41 37. Target dan Realisasi Keuangan Satker Direktorat Produksi Tahun 2010-2014... 44 DAFTAR GAMBAR v

Halaman 1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi Tahun 2014... 7 2. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Jabatan Tahun 2014... 12 3. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Jabatan Fungsional Tertentu Tahun 2014...... 15 4. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Pendidikan Tahun 2014... 16 5. Nilai NTPi Januari Desember Tahun 2014... 16 6. Target dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014. 17 7. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang Tahun 2010-2014... 19 8. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kerapu Tahun 2010-2014... 19 9. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kakap Tahun 2010-2014... 20 10. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Bandeng Tahun 2010-2014... 20 11. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Patin Tahun 2010-2014... 23 12. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Nila Tahun 2010-2014... 23 13. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Ikan mas Tahun 2010-2014... 25 14. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Lele Tahun 2010-2014... 23 15. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Gurame Tahun 2010-2014... 23 16. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Rumput Laut Tahun 2010-2014... 25 17. Trend Capaian Produksi Ikan Hias Tahun 2010-2014... 23 18. Grafik Perkembangan RTP Budidaya... 23 19. Trend Capaian Sertifikasi CBIB Tahun 2010-2014... 25 20. Trend Capaian Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014... 23 DAFTAR LAMPIRAN vi

Halaman 1. Rekapitulasi Data Kelompok Pembudidaya Ikan Yang Menerapkan Teknologi Anjuran Berdasarkan per Jenis Budidaya Sampai Dengan Tahun 2014... 65 2. Rekapitulasi judul RSNI 3 Direktorat Produksi... 70 3. Dokumentasi Foto Kegiatan Pendukung Kinerja Direktorat Produksi... 71 vii

IKTHISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi merupakan perwujudan bentuk implementasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di bidang produksi perikanan budidaya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) maupun Rencana Kerja (RKT) tahunan. Sebuah hal yang harus terus dilakukan secara konsisten dalam kerangka reformasi birokasi pada instansi pemerintah sebagai sarana perbaikan dalam memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat dan stakeholders terkait. Sebagai upaya mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, mulai tahun 2014 telah diterapkan sebuah sistem manajemen kerja melalui pendekatan Balanced Scorecard. Dalam hal ini Direktorat Produksi menetapkan indikator-indikator kinerja baru yang merupakan penyempurnaan dari program dan kegiatan sebelumnya. Indikator - indikator tersebut merupakan penjabaran dari 10 sasaran strategis yang telah ditetapkan yang terbagi dalam empat perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Ditjen Perikanan Budidaya tahun 2014, yaitu (i) Stakeholder Perspective; (ii) Customer Perspective; (iii) Internal Process Perspective dan (iv) Learn and Growth Perspective. Pelaksanaan kegiatan program pengembangan sistem produksi perikanan budidaya selama kurun waktu tahun 2014 telah menunjukan kinerja yang positif, sehingga secara langsung mampu mendorong terhadap pencapian target renstra pada tahun berjalan. Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan pada Direktorat Produksi sebanyak 23 IKK, dari jumlah tersebut, sebanyak 12 indikator telah memenuhi target bahkan beberapa indikator jauh diatas target. Namun masih terdapat beberapa 11 IKU yang masih belum mencapai target yang ditentukan sehingga memerlukan perhatian serta kerja keras untuk mencapai target tahun 2015 yaitu (i) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (99,37%); (ii) pertumbuhan PDB Perikanan (92,57%); (iii) Nilai produksi perikanan budidaya (90,17%); (iv) Jumlah rumah tangga pembudidaya (RTP)(90,85%); (v) Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya (50%); (vi) Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur pelayanan pendaftaran pakan (99,63%); (vii) Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (90,43%); (viii) Indeks Kesenjangan kompetensi pejabat eselon III, IV dan V Lingkup Direktorat Produksi (57,58%); (ix) Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional (42,66%); (x) persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen PB (94,59%); (xi) Nilai Inisiatif anti korupsi (96,28%) dan (xii) Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya (97,50%). Adapun pencapaian terhadap sasaran strategis Direktorat Produksi dapat disampaikan sebagai berikut : Pertama, pencapaian terhadap Stakeholder Perspective adalah Sasaran Strategis : meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan capaian diidentifikasikan pada IKU (i) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan dengan capaian 99,37%; dan (ii) Pertumbuhan PDB Perikanan dengan capaian 92,57%. Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh kegiatan kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi viii

pembangunan perikanan budidaya yaitu industrialisasi perikanan budidaya; pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran strategis ini adalah masih kurangnya efisiensi biaya produksi perikanan budidaya. Hal ini akan terus ditingkatkan melalui kegiatan lanjutan industrialisasi perikanan budidaya, pengembangan kawasan minapolitan dan penerapan blue ekonomi sehingga akan meningkatkan efisiensi dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, pencapaian terhadap Customer Perspective terdiri dari dua Sasaran Strategis yaitu Sasaran Strategis : meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah, dengan capaian IKU masing-masing : (i) Jumlah produksi perikanan budidaya dengan capaian 107,96%, (ii) Nilai produksi perikanan budidaya 90,17%, dan (iii) Capaian sementara jumlah produksi ikan hias sebesar 108,91%; dan Sasaran Strategis : Meningkatnya usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya dengan capaian IKU : (i) Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan sebesar 90,85%. Tercapainya sasaran strategis meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah sebagai dampak dari peningkatan produksi yang didukung oleh kegiatan pengembangan sistem perbenihan, pengembangan sistem produksi, pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan, pengembangan sistem prasarana, pengembangan sistem usaha serta penerapan teknologi perikanan budidaya. Ketiga, pencapaian Internal Process Perspective yang merupakan upaya internal untuk pencapaian Customer dan Stakeholder Perspective dengan 3 sasaran strategi dan capaian masing-masing sebagai berikut: - Sasaran Strategis : Tersedianya kebijakan Perikanan Budidaya sesuai kebutuhan dengan capaian masing-masing IKU (i) Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 100%; (ii) Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya yang diselesaikan sebanyak 100%; dan (iii) Jumlah draft peraturan perundang-undangan di bidang produksi perikanan budidaya sebesar 50%. Capaian ini didukung oleh kegiatan pembahasan draft kebijakan; review terhadap kebijakan yang telah dihasilkan untuk penyempurnaan kebijakan; workshop penyusunan kebijakan yang diperlukan serta melakukan kajian setiap draft kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang akan dihasilkan. - Sasaran Strategis : Tersedianya modernisasi sisem produksi Kelautan Perikanan, pengolahan dan pemasaran produk Kelautan Perikanan yang optimal dan bermutu dengan capaian masing-masing IKU ini adalah (i) Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi dengan capaian 126,40%; dan (ii) Jumlah kelompok pembudidaya ikan yang menerapkan teknologi anjuran sebesar 132,58%. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian kegiatan ini diantaranya adalah peningkatan sosialiasi penerapan CBIB dan teknologi anjuran; pembinaan dan sertifikasi CBIB, Harmonisasi standar; peningkatan sinergi peranan pusat dan daerah dalam pengembangan sistem produksi, dan pembinaan dalam rangka penguatan kelembagaan Pokdakan. - Sasaran strategis : Terselenggaranya pengendalian usaha perikanan budidaya dengan capaian masing-masing IKU (i) Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan ikan sebesar 79,56%; dan (ii) Tingkat ketaatan pemangku ix

kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya dengan capaian 90,43%. Dalam upaya meningkatkan pelayanan prima kepada stekholders, maka akan diupayakan melalui : (i) Peningkatan mutu layanan publik yang meliputi waktu pelaksanaan, perbaikan prosedur, peningkatan jumlah dan kualitas petugas, sosialisasi aturan serta prosedur layanan; dan (ii) Peningkatan kesadaran akan pentingnya peranan data dalam pembuatan kebijakan melalui sinkronisasi/validasi data serta peningkatan pengetahuan pengolah data. Keempat, untuk Learn and Growth Perspective, sasaran strategis yang telah ditetapkan sebanyak 4 sasaran strategis, dengan ringkasan pencapaian sebagaimana berikut : Sarasan strategis : Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang kompeten dan profesional dengan capaian masing-masing IKU : (i) Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, IV dan V; dan (ii) Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional. Kedua IKU diatas bersifat minimize yang berarti bahwa semakain kecil angka (<100%) maka kinerja akan semakin baik. Capaian sasaran strategis ini didukung oleh kegiatan : (a) Assesment bagi pejabat Eselon I, II, III dan IV oleh Biro Kepegawaian Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan (b) Transformasi Budaya Kerja Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk pejabat Eselon I, II dan III guna meningkatkan kemampuan manajerial, khususnya dalam melakukan perencanaan; dan (c) Pelaksanaan pengusulan diklat jabatan fungsional. Sasaran strategis : Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah dengan capaian masing-masing IKU yaitu (i) Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya sebesar 111,41%; dan (ii) Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen Perikanan Budidaya, dengan capaian masing-masing sebesar 94,59%. Tingginya pencapaian ini didukung oleh kegiatan penyempurnaan website serta pengintegrasian dan pembaharuan data informasi yang dilakukan secara terus menerus. Sasaran strategis : Terwujudnya Good Governance dan Clean Government di Direktorat Produksi dengan capaian masing-masing IKU : (i) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Direktorat Produksi dengan capaian 100%; (ii) Nilai AKIP Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 103,14%; (iii) Nilai integritas Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 106,67%; (iv) Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 109,16% dan (v) Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Peikanan Budidaya dengan capaian 97,50%. Beberapa indikator belum tercapai targetnya dikarenakan masih kurangnya penerapan reformasi birokrasi terutama dalam kualitas pelayanan publik yang masih perlu perbaikan. Upaya peningkatan yang dilakukan adalah peningkatan manajemen kinerja berbasis BSC, penerapan PMPRB dan monitoring secara online, serta peningkatan pelayanan publik melalui satu pintu dengan SDM yang memadai dan handal. Sasaran strategis : Terkelolanya anggaran secara optimal di Ditjen Perikanan Budidaya dengan capaian IKU : Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perikanan Budidaya sebesar 98,75%, sedangkan capaian anggaran di Direktorat Produksi sebesar 99,47%. x

Salah satu kendala dalam penyerapan anggaran adalah adanya revisi baik kegiatan maupun kepentingan penghematan anggaran. Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun - tahun mendatang terus dilakukan melalui review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan dan revisi kegiatan Terkait beberapa capaian IKU yang masih di bawah target, maka kedepan akan terus diupayakan perbaikan melalui koordinasi dan kerjasama secara dari semua pemangku kepentingan secara sinergi untuk menyempurnakan kebijakan yang lebih terukur dan terarah dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran strategi. xi

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Program peningkatan produksi perikanan budidaya, yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi pembangunan perikanan budidaya, dengan sasaran atau output yang ingin dicapai adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ekspor, serta menyerap tenaga kerja. Perikanan budidaya yang berdaya saing diwujudkan melalui pengembangan suatu sistem pembudidayaan terpadu (Farming System) dan berkelanjutan, di mana masing-masing sub sistem di dalamnya harus secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu terpadu, sehingga mampu menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas dan efisien sehingga memiliki daya saing, baik di pasar domestik maupun internasional. Efisiensi dan daya saing produk perikanan budidaya yang mampu dicapai dalam sistem usaha perikanan budidaya tersebut pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, maka penciptaan dan peningkatan penguasaan inovasi teknologi budidaya anjuran yang inovatif, aplikatif, efektif dan efesien serta mampu diadopsi oleh masyarakat secara luas perlu dikembangkan secara optimal. Pencapaian produksi perikanan budidaya tidak hanya diarahkan pada upaya peningkatan dari sisi volume produksi, namun demikian perlu diimbangi oleh peningkatan kapasitas usaha dan nilai tambah yang mampu dirasakan oleh masyarakat pembudidaya. Dalam upaya mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan, maka aktivitas usaha budidaya harus mempertimbangkan nilai-nilai lestari (Sustainable Values) yaitu dengan mempertimbangkan daya dukung lahan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup, sehingga usaha perikanan budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, sejalan dengan Tata laksana Perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries). Dalam kaitan ini, peran aparat pembina di lapangan, petugas penyuluh dan petugas pengawas perikanan budidaya akan lebih dioptimalkan untuk dapat membina, memantau dan mengendalikan cara-cara pelaksanaan kegiatan perikanan budidaya agar secara konsisten menerapkan standar pembudidayaan ikan yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan kelestarian ekosistem penyangga kawasan budidaya Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong upaya-upaya yang bersifat strategis dalam rangka meningkatkan pencapaian produksi perikanan budidaya yang berdaya saing dan bernilai tambah melalui pengembangan sistem produksi perikanan budidaya. Disisi lain, penguatan kapasitas 1

sumberdaya manusia pada lingkup Direktorat Produksi diupayakan dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dalam meningkatkan pelayanan publik yang prima pada stakeholders terkait. Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Kementerian berkewajiban menyusun Laporan Kinerja. Dokumen LKJ merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LKJ juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab (Good Governance) dapat diwujudkan. Penyusunan LKJ Direktorat Produksi Tahun 2014 dilakukan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) dalam rangka menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada. LKJ juga menginformasikan Input, Output, Outcome, dan Benefit dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan dalam kurun waktu tahun 2013. Mulai tahun 2014 ini, LKJ disusun berdasarkan Balance Score Card (BSC) sebagai alat manajemen yang memuat pengukuran atas Indikator Kinerja Utama (IKU) terhadap sasaran strategis yang ditetapkan pada peta strategis Direktorat Produksi. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan Penyusunan LKj Direktorat Produksi Tahun 2014 yaitu : i) Merupakan laporan akuntabilitas kinerja sebagai sarana pertanggungjawaban kinerja pada Direktorat Produksi kepada seluruh stakeholders; ii) Sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Direktorat Produksi dalam upaya memperbaiki kinerja selanjutnya; dan (iii) Sebagai bahan penyempurnaan dokumen perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan di masa yang akan datang. 1.3. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No : PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Produksi mempunyai tugas secara rinci yaitu : Melaksanakan Penyiapan Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan, Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria, serta Pemberian Bimbingan Teknis, serta evaluasi di bidang produksi perikanan budidaya. Dalam melaksanakan tugasnya, Dit. Produksi menyelenggarakan 6 fungsi utama, yaitu : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya. 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi perikanan budidaya. 2

3. Penyiapan perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang produksi perikanan budidaya. 4. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang produksi perikanan budidaya; 5. Pelaksanaan evaluasi dibidang produksi perikanan budidaya, dan 6. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut di atas, Direktorat Produksi mempunyai 5 Unit Kerja Eselon III dan Sub Bagian Tata Usaha Eselon IV yang terinci sebagai berikut : 1. Sub Direktorat Budidaya Air Tawar; 2. Sub Direktorat Budidaya Air Payau dan Laut; 3. Sub Direktorat Budidaya Ikan Hias; 4. Sub Direktorat Sertifikasi; 5. Sub Direktorat Data dan Statistik; dan 6. Sub Bagian Tata Usaha. Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi Tahun 2014 3

1.4. Keragaan SDM Direktorat Produksi Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada Direktorat Produksi, sampai dengan Desember tahun 2014 Direktorat Produksi didukung oleh sebanyak 59 orang pegawai yaitu masing-masing sebanyak 53 orang berstatus PNS dan sebanyak 6 orang berstatus tenaga kontrak. Adapun rincian pegawai lingkup Direktorat Produksi sebagai berikut : 1. Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan masing-masing : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan Eselon III sebanyak 5 orang, Jabatan Eselon IV sebanyak 11 orang, Pejabat Fungsional tertentu sebanyak 3 orang, dan Fungsional umum sebanyak 33 orang. 62.96% 20.37% 9.26% 5.56% 1.85% Eselon II Eselon III Eseleon IV Fungsional Umum Fungsional Tertentu Gambar 2. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Jabatan Tahun 2014 2. Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Tertentu terdiri dari Statistisi pertama sebanyak 2 orang dan statistisi muda sebanyak 1 orang. Pengembangan Jabatan Fungsional Tertentu/khusus pada Direktorat Produksi dilakukan untuk mempercepat program reformasi birokrasi, dengan memotong rentang kendali dan memperbanyak fungsi kelembagaan, guna mendukung tugas dan fungsi Direktorat Produksi. 66.67% 33.33% Statistisi Muda Statistisi Pertama Gambar Gambar 3. Komposisi 3. Komposisi Pegawai Pegawai Direktorat Direktorat Produksi Produksi Menurut Jabatan 3. Jumlah pegawai menurut Menurut Fungsional Jabatan pendidikan Fungsional Tertentu masing-masing Tertentu Tahun 2014 Tahun S2 2014 sebanyak 8 orang atau 4

(15,09%), S1 sebanyak 25 orang atau (47,17%), D3 sebanyak 2orang atau (3,77%), SLTA sebanyak 17 orang atau (32,08%), dan SLTP sebanyak 1 orang atau (1,89%). 3.77% 47.17% 15.09% 32.08% 1.89% S2 S1 D3 SLTA SLTP Gambar 4. Komposisi Pegawai Direktorat Produksi Menurut Pendidikan Tahun 2014 1.5. Sistematika LKJ LKJ Direktorat Produksi secara umum memuat target dan capaian kinerja Direktorat Produksi Tahun 2014. LKJ ini menginformasikan perbandingan antara target dan capaian kinerja (Performance Results) tahun 2014 dengan target dan capaian kinerja (Performance Results) tahun 2014. Dari analisa tersebut akan teridentifikasi sejumlah celah kinerja (Performance Gap) sehingga dapat diperoleh masukan bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Adapun sistematika penyajian laporan adalah sebagai berikut : Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capaian kinerja, permasalahan yang dihadapi dalam pencapain kinerja dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang mungkin terjadi pada tahun mendatang. Bab I pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Direktorat Produksi serta uraian singkat tentang tugas pokok dan fungsi Direktorat Produksi, Ditjen Perikanan Budidaya. Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, pada bab ini disajikan rencana strategis, gambaran singkat mengenai sasaran dan kebijakan dan program Direktorat Produksi pada tahun 2010-2014, rencana kerja dan anggaran tahun 2014, penetapan kinerja Direktorat Produksi serta pengukuran/pengelolaan kinerja Dit. Produksi Ditjen Perikanan Budidaya. Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan, pada bab ini disajikan prestasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi serta evaluasi dan analisis kinerja. Dalam bab ini juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula penjelasan tentang efisiensi. Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan, 5

kegagalan serta permasalahan dan kendala utama. Dalam bab ini juga disampaikan saran pemecahan masalah yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya berupa perbaikan perencanaan, kebijakan, dan perbaikan pelaksanaan program/kegiatan. Lampiran BAB II 6

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam upaya mewujudkan pengembangan perikanan budidaya yang berdaya saing dan berkelanjutan, maka kebijakan peningkatan produksi perikanan budidaya diarahkan dalam kerangka menjamin peningkatan kapasitas usaha, efesiensi dan nilai tambah berbasis pada nilai-nilai yang berwawasan lingkungan, dimana pada akhirnya akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya. Pembangunan perikanan budidaya yang lebih terarah, terukur dan konsisten diperlukan visi dan misi yang dapat menggambarkan harapan dan kenyataan yang akan diperoleh melalui kebijakan dan program serta kegiatannya, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menetapkan Visi, Misi dan Tujuan pengembangan perikanan budidaya sebagai berikut : 2.1. Rencana Strategis Direktorat Produksi Tahun 2010 Tahun 2014 2.1.1. Visi Dalam upaya mengintegrasikan dengan pembangunan kelautan dan perikanan serta berlandaskan pemahaman dan penelaahan terhadap peluang dan potensi, serta permasalahan pengembangan perikanan budidaya di masa yang akan datang, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melakukan penyesuaian visi yaitu Pembangunan Perikanan budidaya yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat. Melalui visi tersebut, diharapkan dapat terwujud pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya yang dapat memberikan nilai tambah pada produk perikanan budidaya sehingga memiliki daya saing tinggi dengan tetap melakukan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat. 2.1.2. Misi Dalam rangka mewujudkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan perikanan budidaya yaitu Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara Efisien dan Berwawasan Lingkungan 2.1.3. Tujuan Ditjen Perikanan Budidaya sesuai dengan visi dan misinya menetapkan tujuan pokok dalam pembangunan perikanan budidaya yaitu Meningkatnya Produksi dan Mutu Hasil Perikanan Budidaya melalui Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara Berkelanjutan 7

2.1.4. Sasaran Strategis Direktorat Produksi sebagai unsur teknis turut bertanggungjawab dalam mendorong terwujudnya sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Meningkatnya Produksi Perikanan Budidaya pada tahun 2014. Pencapaian sasaran tersebut dilakukan melalui kebijakan strategis yaitu Pengembangan Sistem Produksi Perikanan Budidaya. Pengembangan sistem produksi perikanan budidaya diarahkan melalui : (i) Pengembangan dan penyebaran informasi teknologi budidaya anjuran yang inovatif, aplikatif, efektif dan efesien serta mampu diterapakan oleh masyarakat pembudidaya; (ii) Pengembangan kawasan budidaya pada sentral produksi dan potensial berbasis pada komoditas utama; (iii) Penerapan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) pada unit-unit usaha pembudidaya ikan guna meningkatkan daya saing, jaminan mutu dan keamanan pangan (Food Safety); dan (iv) Pengembangan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) bidang Produksi Perikanan Budidaya. Sedangkan dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di atas, Direktorat Produksi telah menetapkan arah kebijakan strategis mulai tahun 2009 s/d tahun 2014 yaitu terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang akurat dan mutakhir. 2.2. Rencana Kinerja dan Anggaran 2.2.1. Indikator Kinerja Utama Pembangunan Perikanan Budidaya pada tahun 2014 difokuskan kepada program yang diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu meningkatnya produksi perikanan budidaya dengan volume produksi perikanan budidaya sebanyak 13.449.206 ton dengan rincian sebagai berikut : 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar sebanyak 2.901.806 ton; 2. Produksi Perikanan Budidaya Air Payau sebanyak 2.470.850 ton; dan 3. Produksi Perikanan Budidaya Laut sebanyak 8.076.550 ton Adapun rincian sasaran produksi masing-masing komoditas sebagaimana tabel berikut : 8

Tabel 1. Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Tahun 2009-2014 No Komoditas 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Total 4,780,100 5,324,000 6,847,500 9,415,700 13,020,800 16,891,000 1 Udang 348,100 348,100 460,000 529,000 608,000 699,000 - Windu 123,100 125,300 115,720 128,700 158,000 188,000 - Vaname 225,000 275,000 344,280 400,300 450,000 511,000 2 Rumput Laut 2,574,000 2,672,800 3,504,200 5,100,000 7,500,000 10,000,000 3 Nila 378,300 491,800 639,300 850,000 1,105,000 1,242,900 4 Patin 132,600 225,000 383,000 651,000 1,107,000 1,883,000 5 Lele 200,000 270,600 366,000 495,000 670,000 900,000 6 Mas 254,400 267,100 280,400 300,000 325,000 350,000 7 Gurame 38,500 40,300 42,300 44,400 46,600 48,900 8 Kakap 4,600 5,000 5,500 6,500 7,500 8,500 9 Kerapu 5,300 7,000 9,000 11,000 15,000 20,000 10 Bandeng 291,300 349,600 419,000 503,400 604,000 700,000 11 Lainnya 553,000 646,700 738,800 925,400 1,032,700 1,038,700 Seiring dengan pembahasan review Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka Ditjen Perikanan Budidaya juga melakukan review terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) produksi perikanan budidaya per komoditas pada tahun 2014. Adapun hasil review IKU produksi tersebut sebagaimana tabel berikut : Tabel 2. Hasil Review Sasaran Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, Tahun 2010-2014 No Komoditas 2010 2011 2012 Target (Ton) Target (Ton) Target (Ton) Target Revisi (Ton) 2013 2014 Target Revisi (Ton) Total 5,376,200 6,847,500 9,415,700 11,632,122 13,449,206 1 Uda ng 400,300 460,000 529,000 608,000 713,000 2 Rumput La ut 2,672,800 3,504,200 5,100,000 6,500,000 8,777,600 3 Ni l a 491,800 639,300 850,000 1,200,000 1,100,000 4 Pa ti n 225,000 383,000 651,000 750,000 500,000 5 Lel e 270,600 366,000 495,000 700,000 639,206 6 Ma s 267,100 280,400 300,000 500,000 400,000 7 Gura me 40,300 42,300 44,400 125,000 120,000 8 Ka ka p 5,000 5,500 6,500 7,000 8,400 9 Kera pu 7,000 9,000 11,000 11,000 20,000 10 Ba ndeng 349,600 419,000 503,400 700,000 750,000 11 La i nnya 646,700 738,800 925,400 531,122 421,000 Dalam mendukung tercapaiannya indikator kinerja utama di atas, Direktorat Produksi telah 9

menetapkan target indikator keberhasilan yang telah didistribusikan melalui sub-sub program peningkatan produksi perikanan budidaya melalui kegiatan Eselon III lingkup Direktorat Produksi. Sasaran kegiatan sistem produksi pembudidayaan ikan dengan mutu terjamin adalah terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan teknologi, unit usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kondisi data di lapangan, meliputi : 1. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikat dan memenuhi standar sebanyak 8.000 unit; 2. Jumlah luas lahan minapadi seluas 250.000 hektar; 3. Jumlah jenis pakan ikan terdaftar sebanyak 600 jenis; 4. Jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000 ribu ekor; 5. Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya sebanyak 132 kelompok; 6. Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya sebanyak 4 dokumen; 7. Jumlah RSNI 3 yang disusun sebanyak 18 dokumen. 2.2.2. Anggaran Guna mendukung rencana kinerja tersebut, Direktorat Produksi, Ditjen Perikanan Budidaya mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 14.500.000.000,- yang di gunakan berdasarkan kegiatan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), tetapi pada bulan September ada revisi anggaran, sehingga anggaran Direktorat Produksi berjumlah 13.210.000.000,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut : a. Jumlah RSNI-3 yang disusun sebesar Rp. 678.063.000 dengan realisasi Rp 677.650.700 atau 99,94%,- b. Jumlah pembudidaya yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya Rp. 4.735.619.000 dengan realisasi Rp 4.716.312.905 atau 99,59%,- c. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikasi dan memenuhi standar Rp. 1.446.309.000 dengan realisasi Rp 1.444.335.850 atau 99,86%,- d. Jumlah pakan ikan terdaftar Rp. 1.675.134.000 dengan realisasi Rp 1.650.733.600 atau 98,54%,- e. Jumlah dokumen statistik perikanan budidaya yang diterbitkan Rp. 3.382.785.000 dengan realisasi Rp. 3.367.780.800 atau 99,56%,- f. Layanan perkantoran Rp. 1.162.090.000 dengan realisasi Rp 1.157.420.850 atau 99,60%,- g. Perangkat pengolah data dan komunikasi Rp. 130.000.000 dengan realisasi Rp 125.761.500 atau 96,73%,-. 2.3. Penetapan Kinerja/Perjanjian Kerja (PK) Tahun 2014 10

Sebagai penjabaran dari Rencana Kinerja Tahunan maka disusun Perjanjian Kinerja yang memuat mengenai perjanjian kinerja antara Eselon II dengan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya PENETAPAN KINERJA Unit Kerja Eselon II : Direktorat Produksi Perikanan Budidaya Tahun Anggaran : 2014 SASARAN STRATEGIS URAIAN INDIKATOR KINERJA TARGET TAHUN 2014 STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan CUSTOMER PERSPECTIVE 2 Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah 1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) 7.25 3 Jumlah produksi perikanan budidaya (juta ton) 13,45 4 Jumlah Produksi Ikan hias (juta ekor) 1.100 5 Nilai produksi perikanan budidaya (miliar rupiah) 121.758 3 Meningkatnya usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya 6 Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan (RTP) (unit) 1.842.000 INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 4 Tersedianya kebijakan Perikanan Budidaya sesuai kebutuhan 7 Jumlah RSNI 3 yang disusun 18 8 Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya 4 yang diselesaikan 9 Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya 2 5 Tersedianya modernisasi sisem produksi KP. pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu 6 Terselenggaranya pengendalian usaha perikanan budidaya LEARN & GROWTH PERSPECTIVE 7 Tersedianya SDM Ditjen PB yang kompeten dan profesional 10 Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi (unit) 11 Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya (kelompok) 12 Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan perizinan (skala likert A - D) 13 Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (persen) 14 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III.IV dan V lingkup Ditjen PB (persen) 8.000 132 A 100 50 11

SASARAN STRATEGIS URAIAN INDIKATOR KINERJA 15 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat fungsional (persen) TARGET TAHUN 2014 50 8 Tersedianya informasi yang valid. handal dan mudah diakses di bidang PB 16 Service Level Agreement di Ditjen PB (persen) 75 17 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen PB (skala likert 1-5) 4.25 9 Terwujudnya good governance & clean government di Ditjen PB 18 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Ditjen PB (persen) 100 10 Terkelolanya anggaran secara optimal di Ditjen Perikanan Budidaya 19 Nilai AKIP Ditjen PB Nilai AKIP A 20 Nilai integritas Ditjen PB 6,75 21 Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen PB 7,75 22 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen PB 80 (setara level 4) 23 Persentase penyerapan Anggaran Ditjen PB > 95 (persen) Program : Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Jumlah Anggaran Tahun 2014 : Rp 13.210.000.000,- Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Direktur Produksi Slamet Soebjakto Coco Kokarkin Soetrisno 12

Akan tetapi, seiring dengan penerapan manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC) di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada tahun 2014, maka Direktorat Produksi melakukan perubahan Indikator Kinerja Utama-nya yang telah disusun dalam Perjanjian Kinerja yang memuat perjanjian kinerja antara Eselon II dengan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Adapun Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi setelah direvisi adalah sebagai berikut: Tabel 3. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi Tahun 2014 (revisi) STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1. SASARAN STRATEGIS Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan CUSTOMER PERSPECTIVE 2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah URAIAN INDIKATOR KINERJA TARGET TAHUN 2014 1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (Persen) 7 3 Jumlah produksi perikanan budidaya (Juta Ton) 13.45 4 Nilai produksi perikanan budidaya (Miliar Rupiah) 121.758 5 Jumlah Produksi Ikan Hias (Juta Ekor) 1,100 3 Meningkatnya usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya 6 Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan (RTP) (unit) 1,842,000 INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 4. Tersedianya bahan kebijakan di bidang produksi budidaya sesuai kebutuhan 5 Tersedianya modernisasi sisem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu 8. Terselenggaranya pengendalian usaha perikanan budidaya 7 Jumlah RSNI 3 yang disusun 18 8 9 10 11 12 Jumlah draft kebijakan publik di bidang produksi perikanan budidaya yang diselesaikan Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi (unit) Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan (skala likert A - D) 4 2 8,000 132 A 13 Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (persen) 100 LEARN & GROWTH PERSPECTIVE 10. Tersedianya SDM Direktorat Produksi yang kompeten dan profesional 14 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, IV dan V lingkup Direktorat Produksi (persen) 50 11. Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di bidang PB 12. Terwujudnya good governance & clean government di Ditjen PB 15 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat fungsional (persen) 16 Service Level Agreement di Ditjen PB (persen) 75,00 17 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen PB (skala likert 1-5) 4,25 18 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Direktorat Produksi 100% (persen) 19 Nilai AKIP Ditjen PB Nilai AKIP A 20 Nilai integritas Ditjen PB 6.75 50 21 Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen PB 7.75 13. Terkelolanya anngaran secara optimal di Direktorat Produksi 23 22 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen PB Persentase penyerapan Anggaran Direktorat Produksi (%) 75 (setara level 4) 13 > 95 %

2.4. Pengukuran /Pengelolaan Kinerja Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja Ditjen Perikanan Budidaya tahun 2014, Ditjen Perikanan Budidaya menggunakan pengelolaan kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC). Pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : 1. Pengukuran kinerja dilakukan secara triwulanan; 2. Pengukuran kinerja dilakukan dari bawah ke atas (dari level individu sampai level I); 3. Pencapaian kinerja atasan merupakan akumulasi pencapaian kinerja bawahannya; 4. Data yang dimasukkan sebagai pencapaian kinerja merupakan data yang telah diverifikasi oleh tim Strategic Management Office (Tim Pengelola Kinerja lingkup Ditjen Perikanan Budidaya) sebagai data akurat yang diambil dari sumber data yang tepat; 5. Status capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau, ditentukan oleh Indeks Capaian IKU. 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN KEUANGAN Dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dalam hal ini Direktorat Produksi telah menetapan 10 (sepuluh) sasaran strategis yang diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan kontrak kinerja Direktorat Produksi tahun 2014, sebagaimana tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Produksi Tahun 2014 SASARAN STRATEGIS URAIAN INDIKATOR KINERJA TARGET TAHUN 2014 REALISASI TAHUN 2014 % CAPAIAN STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan CUSTOMER PERSPECTIVE 2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah 3 Meningkatnya usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 4. Tersedianya bahan kebijakan di bidang produksi budidaya sesuai kebutuhan 1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102 101.36 99.37 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) 7 6.48 92.57 3 Jumlah produksi perikanan budidaya (Juta Ton)* 13.45 14.52 107.96 4 Nilai produksi perikanan budidaya (miliar rupiah)* 121,758 109,784 90.17 5 Jumlah Produksi Ikan Hias (juta ekor)* 1,100 1,198 108.91 6 Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan (RTP) (unit)* 1,842,000 1,673,377 7 Jumlah RSNI 3 yang disusun 18 18 100.00 8 Jumlah draft kebijakan publik di bidang produksi perikanan budidaya yang diselesaikan 4 4 100.00 90.85 9 Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya 2 1 50.00 5 Tersedianya modernisasi sisem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu 6. Terselenggaranya pengendalian usaha perikanan budidaya LEARN & GROWTH PERSPECTIVE 7. Tersedianya SDM Direktorat Produksi yang kompeten dan profesional 10 Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi (unit) 8,000 10,112 126.40 11 Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran 132 175 132.58 12 13 14 Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan (skala likert A - D)**** Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (persen) Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, IV dan V lingkup Direktorat Produksi (persen) A B 99.63 100 90.43 90.43 50 28.79 57.58 15 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat fungsional (persen) 50 21.33 42.66 8. Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di bidang PB 9. Terwujudnya good governance & clean government di Ditjen PB 16 Service Level Agreement di Ditjen PB (persen) 75 83.56 111.41 17 18 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen PB (skala likert 1-5) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Direktorat Produksi (persen) 4.25 4.02 94.59 100% 100% 100 Nilai AKIP A Nilai AKIP A 19 Nilai AKIP Ditjen PB 103.14 80 82.51 20 Nilai integritas Ditjen PB 6.75 7.22 106.96 21 Nilai Inisiatif anti korupsi Ditjen PB 7.75 8.46 109.16 22 Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen PB 80 78 97.50 10. Terkelolanya anngaran secara optimal di Direktorat Produksi 23 Persentase penyerapan Anggaran Direktorat Produksi (%) > 95 % 99.47% 15 100.00

Ket : * = data sementara Tahun 2014 (validasi data akan dilakukan bulan April 2015) Sejalan dengan penerapan metode Balance Scored Card sebagai alat manajemen kinerja, maka sasaran strategis tersebut terbagi dalam empat perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan tahun 2014, yaitu : (i) Stakeholder Perspective; (ii) Customer Perespective; (iii) Internal Process Pperspective dan (iv) Learn and Growth Perspective. Penjelasan mengenai capaian IKU beserta evaluasi dan analisa kinerja adalah sebagai berikut : 3.1. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi fokus utama dalam pencapaian Visi dan Misi Ditjen Perikanan Budidaya, yang merupakan tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan Ditjen Perikanan Budidaya. Pencapaian sasaran strategis ini diukur melalui dua IKU dengan hasil sebagaimana tabel 5 dibawah. Pencapaian sasaran strategis ini masih merupakan capaian rata-rata tahun 2014, namun capain ini masih kurang dari target, angka ini diharapkan naik untuk perhitungan di tahun berikutnya. Tabel 5. Capaian Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Uraian Indikator Kinerja Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 % Capaian 1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102 101,36 99,37 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) * 7 6,48 92,57 Ket: *: Angka Triwulan III Tahun 2014 3.1.1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) merupakan rasio antara indeks harga yang diterima oleh pembudidaya ikan (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh pembudidaya ikan (Ib). NTPi merupakan indikator tingkat kemampuan/daya beli pembudidaya ikan, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan/daya keluarga pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya. Semakin tinggi NTPi, maka akan semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli pembudidaya. Rata-rata NTPi dari Januari Desember 2014 sebesar 101,36, bila dibandingkan dengan tahun 2013 NTPi menurun sebanyak 3,34 dan masih 99,37% dibandingkan dengan target 102 tahun 2014. Hal serupa juga terjadi pada NTPi pada tahun 2010-2014 yang mengalami 16

penurunan dari tahun 2010 sebesar 105,55 menjadi 101,36 pada tahun 2014 (tabel 4). Hal ini dikarenakan pada tahun 2010 hingga Oktober 2013 penghitungan NTPi masih bergabung dengan NTN yang dihitung dengan tahun dasar 2007. Namun sejak Oktober 2013, NTPi dihitung dengan menggunakan perhitungan tahun dasar 2012 dengan menyesuaikan perubahan pola produksi dan perubahan pola konsumsi rumah tangga. Pada penghitungan dengan tahun dasar 2012 cakupan jumlah komoditas dan lokasi perhitungan juga mengalami penambahan menjadi 33 provinsi. Dengan asumsi volume produksi sama, maka nilai NTPi >100 menunjukkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya meningkat. Tabel 6. Capaian IKU 1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Tahun 2010-2014 IKU 2010 2011 2012 2013 a) 2014 Keterangan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Non Kumulatif, dihitung bulanan. Capaian sampai dengan triwulan II adalah 101,66 (nilai rata-rata dari bulan Januari Juni 2014) dari target tahunan 105 (96,82%). Pada triwulan III terdapat perubahan target tahunan pada bulan Oktober menjadi 102 karena adanya penghematan anggaran dan adanya perubahan penghitugan tahun dasar NTPi, sehingga target triwulanan berubah dari 105 menjadi 102. Nilai 101,69 merupakan nilai rata-rata dari bulan Januari-September 2014. Data 101,55 merupakan data rata-rata dari bulan Januari November 2014. - Target b) b) b) 104 102 c) Terdapat perubahan target pada bulan Oktober dari semula 105 menjadi 102 karena adanya penghematan anggaran dan adanya perubahan cara penghitungan tahun dasar. - Realisasi 105,55 106,26 105,37 104,70 101,36 d) - Persentase 100,67 99,37 Ket : a) angka sementara, NTPi Januari- Oktober dihitung berdasarkan tahun dasar 2007, sedangkan NTPi November Desember 2013 dihitung berdasarkan tahun dasar 2012. b) belum ditentukan targetnya c) target mengalami perubahan berdasarkan Penetapan Kinerja Tahun 2014 Kemeterian Kelautan dan Perikanan Nomor 580/MEN-KP/X/2014 dikarenakan adanya penghematan anggaran serta perubahan penghitungan tahun dasar NTPi 17

Tabel 7. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan sampai dengan Bulan Desember 2014 Komponen NTPI Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan s/d Des Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 101.64 101.69 101.52 101.78 101.92 101.38 101.89 101.79 101.61 101.41 100.46 99.25 101.36 Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 110.85 111.38 111.54 111.92 112.26 112.3 113.63 113.92 114 114.23 114.35 115.34 112.98 Budidaya Air Tawar 109.6 110.19 110.41 110.9 111.41 111.46 113.05 113.19 113.07 113.22 113.48 114.46 112.04 Budidaya Laut 109.07 109.36 109.37 109.36 109.32 109.43 109.93 109.98 110.15 110.44 110.46 111.66 109.88 Budidaya Air Payau 110.11 110.45 110.39 110.54 110.52 110.76 111.39 111.75 112.41 113.01 113.01 114.24 111.55 Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 109.07 109.53 109.87 109.97 110.15 110.77 111.52 111.92 112.2 112.65 113.83 116.2 111.47 Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111.37 111.93 112.23 112.18 112.4 113.25 114.3 114.81 115.14 115.71 117.26 120.37 114.25 Indeks BPPBM 105.11 105.4 105.77 106.1 106.23 106.46 106.68 106.87 107.1 107.33 107.93 109.08 106.67 * Sumber data : BPS NTPi selama Januari hingga Desember fluktuatif sebagaimana pada gambar dibawah. Secara keseluruhan indeks harga yang diterima oleh pembudidaya mengalami peningkatan setiap bulannya, namun demikian kenaikannya lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang harus dibayarkan oleh pembudidaya. Hal ini kemungkinan dikarenakan inflasi harga-harga kebutuhan bahan pokok sebagai akibat dari adanya kenaikan harga BBM pada bulan November 2014 serta dampak dari melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika, yang menyebabkan harga bahan baku pakan ikan ikut melonjak dan berakibat pada semakin tingginya biaya produksi, sementara itu harga ikan hasil budidaya tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena ketersediaan ikan laut yang cukup banyak sebagai akibat dari moratorium ijin kapal penangkap ikan yang juga berfungsi sebagai kapal pengangkut ikan termasuk ikan hasil budidaya. Selanjutnya, NTPi untuk periode 2015-2019 masih menjadi tolok ukur dalam penilaian kinerja pembangunan perikanan budidaya, dengan target ditahun 2015 sebesar 102, yang berarti bahwa masih diperlukan kerja keras dalam pencapaian IKU ini mengingat capaian sementara tahun 2014 masih sebesar 99,37% dari target 2015. 2014 18

Gambar 5. Nilai NTPi Januari Desember Tahun 2014 Secara umum, beberapa kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah biaya produksi perikanan budidaya, terutama untuk pakan masih cukup tinggi yaitu mencapai 60-70% dari biaya produksi selain itu naiknya harga kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga BBM memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pencapaian NTPi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan terjangkau serta berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan melalui perekayasaan teknologi. 3.1.2. Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya perikanan patut menjadi pertimbangan untuk diperhitungkan dalam perekonomian nasional. Capaian sementara PDB sampai dengan triwulan III tahun 2014 sebesar 6,48 atau sebesar 92,57% dari target 7 dan diharapkan dapat meningkat setelah dilakukan penghitungan final oleh BPS (tabel 6). Selama periode 2010-2014 pertumbuhan PDB sub sektor perikanan merupakan rata-rata tertinggi dalam sektor Pertanian secara umum. Tabel 8. Capaian IKU 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (Persen) Tahun 2010-2014 19

IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Keterangan Pertumbuhan PDB Perikanan (Persen) - Target * * * 7 7 - Realisasi 6,00 6,69 6,49 * 6,86 ** 6,48 *** - Persentase - - - 98,00 92,57 Non Kumulatif, dihitung di akhir tahun. Ket : *: angka sementara ** : angka sangat sementara *** : angka sangat sangat sementara s/d TW III Tahun 2010-2012 belum ditetapkan targetnya. Terdapat perubahan target PDB tahun 2014 sesuai dengan Revisi II Tahun 2014 berdasarkan pada Penetapan Kinerja Tahun 2014 Kemeterian Kelautan dan Perikanan Nomor 580/MEN-KP/X/2014 dikarenakan adanya penghematan anggaran. Dalam tiga tahun terakhir PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian, maupun nasional. Selanjutnya, PDB tahun 2015 ditetapkan sebesar 7, mengingat capaian PDB selama kurun waktu 2010-2014 yang kurang dari 7 dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 1,66. PDB sementara tahun 2014 belum dapat dibandingkan dengan tahun 2013 mengingat data di tahun 2014 baru sampai dengan triwulan III. Bila dibandingkan dengan target pada tahun 2015, maka PDB tahun 2014 telah mencapai 92,57% dari target. Perkembangan PDB dapat terlihat dalam tabel 7 berikut. Tabel 9. PDB Perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2010 2014 LAPANGAN USAHA INDUSTRIAL ORIGIN 2011 10.38385191 Satuan: Milliar Rupiah Unit: Billion Rupiah 2012*) TAHUN - YEAR 2013**) 2014***) Kenaikan rata-rata (%) Increasing average I II III IV Jumlah I II III 2009-2013 Berdasar harga berlaku At current prices Kelompok Pertanian / Agriculture Group 1,091,447.1 1,193,452.9 324,287.1 332,932.0 363,919.9 289,898.3 1,311,037.3 361,004.7 368,745.5 398,427.2 11.23 a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops 529,967.8 574,916.3 175,973.5 160,791.6 174,056.3 111,011.3 621,832.7 190,716.9 171,326.9 187,493.7 10.40 b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops 153,709.3 162,542.6 30,972.1 47,592.4 56,975.1 39,708.8 175,248.4 36,080.3 55,068.8 61,855.1 12.17 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product 129,297.7 145,720.0 38,352.0 39,295.6 42,697.1 44,818.2 165,162.9 43,263.8 44,214.8 47,116.7 12.04 d. K e h u t a n a n / Forestry 51,781.3 54,906.5 12,204.2 14,491.3 14,830.7 15,468.0 56,994.2 13,207.8 15,872.6 15,082.8 6.02 e. P e r i k a n a n / Fisheries 226,691.0 255,367.5 66,785.3 70,761.1 75,360.7 78,892.0 291,799.1 77,735.9 82,262.4 86,878.9 13.38 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) 7,419,187.1 8,229,439.4 2,143,671.8 2,212,723.7 2,359,648.0 2,367,928.7 9,083,972.2 2,404,227.9 2,483,840.5 2,619,869.7 12.85 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 6,795,885.6 7,588,322.5 1,980,442.4 2,055,248.4 2,194,409.0 2,185,939.7 8,416,039.5 2,220,590.7 2,304,397.1 2,438,808.8 13.13 Persentase PDB Perikanan / Fisheries GDP Sharring Persentase terhadap kelompok pertanian / To Agriculture group 20.77 21.40 20.59 21.25 20.71 27.21 22.26 21.53 22.31 21.81 Persentase terhadap PDB / To GDP 3.06 3.10 3.12 3.20 3.19 3.33 3.21 3.23 3.31 3.32 Persentase terhadap PDB tanpa Migas / To GDP Without Oil & Gas 3.34 3.37 3.37 3.44 3.43 3.61 3.47 3.50 3.57 3.56 20

LAPANGAN USAHA INDUSTRIAL ORIGIN 2011 10.38385191 Satuan: Milliar Rupiah Unit: Billion Rupiah 2012*) TAHUN - YEAR 2013**) 2014***) Kenaikan rata-rata (%) Increasing average I II III IV Jumlah I II III 2009-2013 Berdasar harga konstan thn 2000 At 2000 Constant Prices Kelompok Pertanian / Agriculture Group 315,036.8 328,279.7 85,868.0 88,041.6 93,690.3 72,290.3 339,890.2 88,583.4 91,057.9 97,193.4 3.53 a. Tanaman Bahan Makanan / Food Crops 154,153.9 158,910.1 47,069.6 42,497.3 44,445.6 27,957.0 161,969.5 47,403.2 42,705.7 46,061.2 2.10 b. Tanaman Perkebunan / Estate Crops 49,260.4 52,325.4 9,854.3 15,017.3 18,004.6 12,026.8 54,903.0 10,686.5 16,209.5 18,535.3 4.78 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya / Livestock & Its product 40,040.3 41,918.6 10,568.5 10,727.6 11,055.6 11,562.3 43,914.0 11,064.1 11,265.8 11,637.9 4.63 d. K e h u t a n a n / Forestry 17,395.5 17,423.0 3,793.9 4,475.7 4,543.9 4,629.0 17,442.5 3,843.8 4,595.7 4,326.2 0.88 e. P e r i k a n a n / Fisheries 54,186.7 57,702.6 14,581.7 15,323.7 15,640.6 16,115.2 61,661.2 15,585.8 16,281.2 16,632.8 6.59 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) 2,464,566.1 2,618,938.4 671,593.4 688,864.1 709,984.5 699,903.1 2,770,345.1 706,533.0 724,133.3 745,576.6 6.19 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 2,322,653.1 2,481,796.7 638,294.6 655,626.6 676,624.8 666,430.0 2,636,976.0 673,807.2 691,606.7 712,620.9 6.67 Pertumbuhan PDB Year on Year (Y on Y) Perikanan/ Fisheries 6.96 6.49 7.29 6.96 5.10 8.16 6.86 6.89 6.25 6.34 Kelompok Pertanian / Agriculture Group 3.37 4.20 3.73 3.33 3.33 3.83 3.54 3.16 3.43 3.74 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) / Gross Domestic Product (GDP) 6.49 6.26 6.03 5.76 5.63 5.72 5.78 5.20 5.12 5.01 PDB TANPA MIGAS / GDP Without Oil & Gas 6.98 6.85 6.67 6.31 6.07 5.98 6.25 5.56 5.49 5.32 Sumber / Source : Badan Pusat Statistik / Statistics of Indonesia Keterangan : *) : Angka sementara / Preliminary Figures **) : Angka sangat sementara / Very preliminary figures Sumber - Source : Badan Pusat Statistik - Statistics Indonesia 5.119906815 5.013081271 ***) : Angka sangat sangat sementara / Very very preliminary figures Pencapaian Sasaran Strategis 1 yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu : (i) industrialisasi perikanan budidaya; (ii) pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; dan (iii) penerapan blue ekonomi dalam setiap kegiatan perikanan budidaya. 3.2. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan dalam ketahanan pangan (food security) nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan perikanan menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (Food Safety), sehingga secara langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Ditjen Perikanan Budidaya mengidentifikasi 2 (dua) Indikator Kinerja Utama dengan sebagaimana pada tabel dibawah : 21

Tabel 10. Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah No Uraian Indikator Kinerja Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 % Capaian 1 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Juta Ton) * 13.44 14.52 107,97 2 Nilai Produksi Perikanan Budidaya (Miliar rupiah) * 121.758 109.784 90,17 Ket: *: Angka Sementara A. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Capaian sementara Jumlah Produksi Perikanan Budidaya tahun 2014 yaitu 14.521.349 Ton atau (107,97%) dari target sebesar 13.449.206 ton, dengan capaian nilai produksi sebesar Rp. 109.784 Milyar atau capaian (90,17%) dari target sebesar Rp. 121.757 Milyar, belum tercapainya target nilai produksi perikanan budidaya banyak disebabkan karena angka produksi udang yang belum mencapai target, mengingat nilai produksi udang memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap total nilai produksi perikanan budidaya. Angka produksi tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, air payau dan laut dengan rincian sebagaimana pada tabel dibawah. Tabel11. Capaian Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya, 2010-2014 Tabel Indikator 9. Kinerja Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya, 2010 2014 Volume Produksi Perikanan Budidaya (Ton) - Produksi Budidaya Air Tawar (Ton) - Produksi Budidaya Air Payau (Ton) Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian % Satuan : Ton Kenaikan Rata-rata % 5,376,200 6,277,923 6,847,500 7,928,963 9,415,700 9,675,532 11,632,122 13,300,905 13,449,206 14,521,349 107.97 23.74 1,391,805 1,246,909 1,821,820 1,586,261 2,479,210 1,982,161 3,354,668 2,576,964 2,901,806 2,751,108 94.81 22.23 911,575 890,121 1,063,700 933,161 1,263,750 1,001,032 1,440,781 2,344,671 2,470,850 2,392,159 96.82 37.09 - Produksi Budidaya Laut (Ton) 3,072,820 4,140,893 3,961,980 5,409,541 5,672,740 6,692,339 6,836,673 8,379,271 8,076,550 9,378,082 116.11 22.87 *): Angka Sementara 2010 2011 2012 2013 2014 *) Tabel 12.Capaian Nilai produksi Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja Nilai Produksi Perikanan Budidaya (Milyar Rupiah) Satuan : Milyar Rupiah 2010 2011 2012 2013 2014 *) Kenaikan Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian % Rata-rata % ** 63,415 ** 66,549 ** 75,921 94,637 111,757 121,757 109,784 90.17 16.12 - Budidaya Air Tawar (Milyar Rupiah) ** 25,792 ** 27,763 ** 34,730 43,868 46,038 44,998 43,173 95.94 14.77 - Budidaya Air Payau (Milyar Rupiah) ** 24,531 ** 27,108 ** 28,775 38,536 42,485 64,557 54,052 83.73 22.88 - Budidaya Laut (Milyar Rupiah) ** 13,092 ** 11,678 ** 12,416 12,233 23,234 12,202 12,559 102.93 9.18 *): Angka Sementara **): belum terdapat target 22

Selama kurun waktu tahun 2010-2014, produksi perikanan budidaya memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan kenaikan rata-rata per tahun mencapai 23,74% (tabel 8). Dari angka tersebut, realisasi pencapaian produksi terbesar yaitu pada jenis budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 37,09%, disusul oleh budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 22,87% dan budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 20,28%. Angka ini juga diikuti oleh kinerja positif peningkatan nilai produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu yang sama dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 16,12%. Prosentase nilai produksi tertinggi adalah budidaya air payau dengan rata-rata kenaikan sebesar 22,88% disusul oleh budidaya air tawar dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 14,77% dan budidaya budidaya air laut dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 9,18%. Target produksi untuk ikan air tawar pada tahun 2014 mengalami penurunan karena melihat pada trend perkembangan produksi ikan air tawar pada tahun-tahun sebelumnya yang tidak pernah tercapai sehingga, sehingga bisa disimpulkan bahwa target produksi untuk air tawar terlalu besar sehingga target produksinya didistribusikan untuk target produksi budidaya air payau dan air laut. Tabel 13. Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Per Komoditas Tahun 2010-2014 No Komoditas Target (Ton) 2010 2011 2012 Capaian (Ton) Target (Ton) Capaian (Ton) Target (Ton) Capaian (Ton) Target Revisi (Ton) 2013 2014* Target Revisi (Ton) Total 5,376,200 6,277,923 6,847,500 7,928,963 9,415,700 9,675,533 11,632,122 13,300,906 13,449,206 14,521,349 107.97 23.74 1 Udang 400,300 380,972 460,000 372,577 529,000 415,703 608,000 642,568 713,000 592,219 83.06 14.03 - Windu 109,140 125,519 115,720 126,157 128,700 117,888 158,000 178,583 188,000 126,595 67.34 4.08 - Vaname 291,160 206,578 344,280 246,420 400,300 251,763 450,000 390,278 450,000 411,729 91.50 20.49 2 Rumput Laut 2,672,800 3,915,017 3,504,200 5,170,201 5,100,000 6,514,854 6,500,000 9,298,474 8,777,600 10,234,357 116.60 27.72 3 Nila 491,800 464,191 639,300 567,078 850,000 695,063 1,200,000 914,778 1,100,000 912,613 82.96 19.03 4 Patin 225,000 147,888 383,000 229,267 651,000 347,000 750,000 410,883 500,000 403,133 80.63 30.73 5 Lele 270,600 242,811 366,000 337,577 495,000 441,217 700,000 543,774 639,206 613,120 95.92 26.43 6 Mas 267,100 282,695 280,400 332,206 300,000 374,366 500,000 412,703 400,000 484,110 121.03 14.44 7 Gurame 40,300 56,889 42,300 64,252 44,400 84,681 125,000 94,605 120,000 108,180 90.15 17.70 8 Kakap 5,000 5,738 5,500 5,236 6,500 6,198 7,000 6,735 8,400 4,439 52.84-3.95 9 Kerapu 7,000 10,398 9,000 10,580 11,000 11,950 11,000 18,864 20,000 12,430 62.15 9.61 10 Bandeng 349,600 421,757 419,000 467,449 503,400 518,939 700,000 627,333 750,000 621,393 82.85 10.45 11 Lainnya 646,700 349,567 738,800 372,540 925,400 265,561 531,122 330,188 421,000 535,355 127.16 16.08 *): Angka Sementara Capaian (Ton) Capaian (Ton) % Kenaikan rata-rata (%) 23

Tabel 14. Capaian Nilai Produksi Perikanan Budidaya per Komoditas Tahun 2010-2014 No Komoditas Target (Milyar Rupiah) 2010 2011 2012 2013 Capaian (Milyar Rupiah) Target (Milyar Rupiah) Capaian (Milyar Rupiah) Target (Milyar Rupiah) Capaian (Milyar Rupiah) Target Revisi (Milyar Rupiah) Capaian (Milyar Rupiah) Target Revisi (Milyar Rupiah) 2014 *) Capaian (Milyar Rupiah) % Kenaikan Rata-rata (%) Total ** 63,418 ** 66,543 ** 75,922 94,637 111,759 121,758 109,784 90.17 16.11 1 Udang ** 16,820 ** 17,478 ** 18,437 27,480 31,416 51,230 42,276 82.52 28.59 - Windu - 12,551 ** 12,615 ** 11,788 8,580 10,233 15,980 10,761 67.34-3.52 - Vaname - 20,657 ** 24,642 ** 25,176 18,920 18,628 31,500 28,821 91.50 12.54 2 Rumput Laut ** 11,750 ** 10,899 ** 11,590 4,550 22,308 8,778 10,234 116.60 9.36 3 Nila ** 9,523 ** 9,467 ** 10,698 14,400 15,573 16,500 13,689 82.96 11.47 4 Patin ** 3,684 ** 3,304 ** 4,621 9,000 6,241 6,000 4,838 80.63 10.53 5 Lele ** 2,752 ** 3,929 ** 5,258 7,000 8,446 8,949 8,584 95.92 34.71 6 Mas ** 5,836 ** 6,512 ** 7,263 7,500 7,530 9,200 11,135 121.03 18.67 7 Gurame ** 1,648 ** 1,513 ** 2,544 4,375 2,908 3,600 3,245 90.15 21.47 8 Kakap ** 184 ** 192 ** 262 210 293 252 133 52.84-0.48 9 Kerapu ** 2,265 ** 1,162 ** 1,558 1,100 1,385 2,000 1,243 62.15-8.99 10 Bandeng ** 4,892 ** 6,748 ** 8,420 8,400 8,991 11,250 9,321 82.85 18.29 11 Lainnya ** 4,064 ** 5,339 ** 5,271 10,622 6,668 4,000 5,086 127.16 8.22 *): Angka Sementara 6,668 **) tidak ditetapkan target Gambar 6. Target dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010 2014 Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya dengan memberikan share sekitar 10,6% terhadap total produksi perikanan budidaya dunia di bawah dominasi China yang menguasai share produksi hingga 59,6% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). Total produksi perikanan dunia mencapai 90.432.105 ton, dengan produksi perikanan budidaya China sebesar 53.942.924 ton. 24

Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Udang Perkembangan produksi udang nasional tahun 2010-2014 mengalami kenaikan ratarata sebesar 14,03%. Trend volume produksi tersebut diikuti oleh peningkatan terhadap nilai produksi udang nasional, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 28,59%. Kenaikan rata-rata nilai produksi yang lebih besar menunjukkan bahwa udang memiliki nilai tambah yang cukup besar dan merupakan produk yang semakin prestisious digemari oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya selama kurun waktu empat tahun terakhir nilai produksi pada tahun 2014 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini tidak terlepas dari meningkatnya harga udang di pasaran yang mencapai titik tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 100.000 - Rp. 120.000/kg untuk size 50 untuk udang vaname yang sebelumnya rata-rata Rp. 60.000 - Rp. 65.000 untuk ukuran yang sama. Berdasarkan trend capaian terhadap target tahunan selama kurun waktu tahun 2010-2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah target tahunan dengan rata-rata pencapaian sebesar 89,6%. Sedangkan pada tahun 2013 capaian produksi udang mampu melampaui target tahunan sebesar 101,9%, yang diikuti oleh capaian nilai produksi sebesar 187,39% dari target pada tahun yang sama, tetapi pada tahun 2014 angka sementara pencapaian produksi udang memperlihatkan bahwa produksi udang belum tercapai, pencapaiannya hanya sekitar 83,06 %, hal ini disebabkan karena masih adanya data-data dari sentra yang belum masuk seluruhnya dan pada beberapa sentra terjadi alih fungsi lahan tambak. Tidak tercapainya target produksi udang pada kurun waktu tahun 2010-2012 tersebut disebabkan oleh masih mewabahnya serangan penyakit yaitu WSSV, TSV, IMNV dan IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung lahan) pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut menyebabkan munculnya tambak-tambak idle (tidak operasional) di beberapa daerah. Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012 sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut. Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan kontribusi sekitar 7,7% terhadap total produksi udang dunia yang sebesar 4.843.195 ton. Posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan kontribusi sebesar 42,9%, disusul Thailand sebesar 12,8% dan Vietnam sebesar 10,3% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). 25

Gambar 7. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang Tahun 2010-2014 Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume dan nilai produksi udang adalah (i) Pengembangan percontohan usaha budidaya (Demfarm) sebagai upaya dalam memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; (ii) Rehabilitasi saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai standar kelayakan teknis; (iii) Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; (iv) Melakukan berbagai kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; (v) Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasan/klaster; (vi) Penguatan kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; (vii) Peningkatan input teknologi budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (viii) Pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya udang. b. Kerapu Trend produksi ikan kerapu dari tahun 2010-2014 menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata per tahun sebesar 9,61%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif 2014 baru mencapai 62,15% dari target sebesar 20.000 ton hal ini disebabkan karena adanya moratorium ijin kapal penangkapan yang berdampak juga pada penghentian ijin kapal untuk kapal pengangkut hasul budidaya ikan sehingga banyak pembudidaya kerapu yang kesulitan memasarkan kerapu hasil budidayanya dan m emilih untuk menahan kerapunya di KJA daripada memanennya sambil menunggu ijin kapal dibuka kembali mengingat harga kerapu pada pasar domestik tidak setinggi harga ekspor. 26

Meskipun demikian sudah banyak yang dilakukan DJPB dalam rangka mencapai volume dan nilai produksi yang ditargetkan antara lain (i) Penyediaan benih ikan kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan skala rumah tangga (HSRT); dan (ii) Adanya kebijakan program demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa daerah potensial yang memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu di beberapa daerah potensial. Perbandingan total produksi ikan kerapu nasional terhadap total produksi ikan kerapu dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan kerapu dengan memberikan kontribusi sekitar 10,84% terhadap total produksi ikan kerapu dunia yang sebesar 110.251 ton. Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan konstribusi sebesar (66%), disusul Taiwan sebesar (20,34%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). Dalam upaya pencapaian target dalam rencana pembangunan lima tahun ke depan, maka perlu adanya upaya-upaya untuk pemasaran dan inovasi-inovasi dalam teknologi pembudidayaan maupun teknologi pemuliaan benih unggul, antara lain dengan mendorong pengembangan jenis ikan kerapu lainnya selain ikan kerapu bebek khususnya pengembangan ikan ikan kerapu macan, penyediaan induk dan benih berkualitas, serta kemungkinan dalam melakukan ekpansi pasar tujuan ekspor selain China dan Hongkong. Program pengembangan kawasan budidaya laut melalui optimalisasi pemanfaatan lahan offshore berbasis pada teknologi budidaya yang berkelanjutan, menjadi alternatif dalam mendorong pencapian target produksi tersebut. c. Kakap Gambar 8. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kerapu Tahun 2010-2014 Capaian produksi ikan kakap dari tahun 2010-2014 menunjukkan penurunan produksi sebesar 3,95%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang menurun sebesar 0,48%. Dilihat dari perbandingan antara capaian dengan target tahunan menunjukkan kinerja yang fluktuatif seperti tersaji pada 27

gambar di bawah, yaitu masing-masing pada ; tahun 2011 tercapai (95,2% dari target), tahun 2012 tercapai (95,36% dari target); tahun 2013 mampu mencapai (96,2%) dari target dan tahun 2014 tercapai sebesar (52,84%) pencapaian yang rendah pada tahun 2014 ini disamping budidaya ikan kakap masih banyak yang mengandalkan ikan sampingan dari tambak udang tradisional juga skala usahanya yang belum memasyarakat mengingat biaya produksinya yang cukup tiinggi selain itu belum masuknya data dari beberapa sentra tambak turut mempengaruhi capaian produksi tahun 2014. Gambar 9. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Kakap Tahun 2010-2014 Perbandingan total produksi ikan kakap nasional terhadap total produksi ikan kakap dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-4 (empat) terbesar sebagai penghasil produk ikan kakap dengan memberikan share sekitar (8,2% terhadap total produksi ikan kakap dunia yang sebesar 75.406 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Taiwan yang memberikan share sebesar (34,6%), disusul Malaysia sebesar (26,6%), dan Thailand (22,7%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang semakin menjanjikan, diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa daerah. Disisi lain, Kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi untuk pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti ikan kakap akan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan marikultur pada perairan offshore. Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka target capaian volume dan nilai produksi ikan kakap pada tahun 2014 optimis akan mampu tercapai. 28

d. Bandeng Rata-rata kenaikan produksi bandeng dari tahun 2010-2014 sebesar 10,45%. Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 18,29%. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target tahunan menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2014 produksi bandeng hanya tercapai pada tahun 2011 dan 2012 tetapi pada tahun 2013 target produksi bandeng tidak tercapai begitu juga pada tahun 2014 (angka sementara) mengindikasikan bahwa target produksi bandeng kembali tidak tercapai. Ketidak tercapaian ini disebabkan oleh terbatasnya sentra produksi benih bandeng walaupun berbagai teknologi diversifikasi olahan bandeng yang menyebabkan minat masyarakat akan produk bandeng tetap tinggi. Gambar 10. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Bandeng Tahun 2010-2014 Tidak tercapainnya target volume dan nilai produksi bandeng pada tahun 2014 dikarenakan secara umum pelaku usaha masih menghadapi beberapa tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di hulu, antara lain : 1) Ketersediaan benih bandeng berkualitas yang masih minim, sehingga mempengaruhi produktivitas; 2) Keterbatasan penggunaan bandeng kualitas baik ditingkat pembudidaya disebabkan karena terbatasnya pusat broodstock dan benih bandeng khususnya di sentral-sentral produksi, saat ini konsentrasi penyediaan benih masih di datangkan dari Bali. Disamping ada kenyataan bahwa kualitas bandeng yang baik justru masih banyak yang diekspor ke Malaysia dan negara lainnya, 3) Masalah efesiensi produksi, khususnya pada budidaya intensif, hal ini terkait masih tingginya biaya produksi seiring terus meningkatnya harga pakan. Dalam upaya mendorong industrialisasi bandeng di atas, maka beberapa langkah kebijakan strategis yang akan dilakukan antara lain : a) Membentuk model penerapan industrialisasi bandeng sebagai upaya dalam rangka menumbuh kembangkan usaha budidaya bandeng pada kawasan-kawasan potensial; b) Pengembangan broodstock 29

bandeng dalam upaya pemenuhan kebutuhan benih berkualitas di sentral-sentral produksi; c) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; d) Menggandeng Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI), yang dalam hal ini diposisikan sebagai partner Pemerintah khususnya dalam mendorong implementasi kebijakan industrialisasi bandeng. Langkah-langkah di atas akan terus di dorong sehingga capaian volume dan nilai produksi periode 2015-2019 akan mampu tercapai. Posisi Indonesia terhadap produk bandeng dunia, pada tahun 2012 Indonesia mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan kontribusi sebesar 51,2% disusul Philipina dengan share sebesar 40,9% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). Produksi bandeng di dunia tahun 2012 sebesar 943.259 ton. e. Patin Produksi ikan patin dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan rata-rata 30,73%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 10,53%. Namun demikian produksi pada kurun waktu tahun 2011 s/d 2013 ini masih jauh dari target tahunan yang telah ditetapkan dalam renstra dengan capaian rata-rata 77,1% sebagaimana pada grafik dibawah. Belum tercapainya produksi ikan patin di tahun 2011-2013 antara lain disebabkan terjadinya over produksi di beberapa sentra produksi seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Riau dan Jambi yang secara langsung mempengaruhi terhadap penurunan harga ikan patin di pasar secara signifikan. Disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efisiensi masih cukup rendah. Sedangkan pada tahun 2014 dari angka sementara dapat di lihat bahwa produksi ikan patin kembali tidak mencapai target yang ditetapkan untuk itu perlu dilakukan upayaupaya untuk mendorong pengembangan budidaya ikan patin melalui kerjasama sinergi, baik lintas sektoral, swasta maupun stakeholders lain, untuk menjamin ketercapaian produksi ikan patin dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Kerjasama tersebut diarahkan dalam rangka : (i) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien; (iii) Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara terintegrasi, serta (iv) Peningkatan nilai tambah produk menjadi hal mutlak dan terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi produk olahan berbahan baku ikan patin dan pengembangan unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara langsung akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya siklus bisnis yang positif dan berkesinambungan. 30

Gambar 11. Trend Target dan Capaian Produksi Patin dan Nilai Produksi Tahun 2010-2014 Perbandingan total produksi ikan patin nasional terhadap total produksi ikan patin dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk patin dengan memberikan share sekitar (21,03%) terhadap total produksi ikan patin dunia yang sebesar 1.649.547 ton). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah Vietnam yang memberikan share sebesar (75,2%) (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). f. Nila Produksi ikan nila dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan 19,03%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 11,47% sebagaimana tersaji dalam gambar 11. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target tahunan menunjukkan bahwa angka produksi nila sementara pada tahun 2014 belum dapat dicapai yaitu dengan capaian masih 82,96%. Begitu juga dengan nilai produksi pada tahun 2014 baru mencapai 82,96% dari target yang ditetapkan pada tahun yang sama. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainnya target volume produksi pada kurun waktu tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup rendah. Rencana aksi dalam upaya pencapaian kinerja antara lain melalui (i) Pengembangan gerakan minapadi, (ii) Pengembangan budidaya ikan nila melalui intensifikasi dengan Bioflok dan Running Water; (iii) Mendorong pemanfaatan bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan secara mandiri yang berkualitas; (iv) Ekstensifikasi pada kawasan potensial; (v) Memberikan stimulan penguatan modal melalui 31

Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB); serta (vi) Penciptaan peluang pasar yang lebih luas. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap pencapaian target produksi ikan patin tahun 2014 akan bisa tercapai. Perbandingan total produksi ikan nila nasional terhadap total produksi ikan nila dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan nila dengan memberikan share sekitar (21,7% terhadap total produksi ikan nila dunia yang sebesar 3.197.330). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah China yang memberikan share sebesar 36,4%, disusul Mesir sebesar 24% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). Gambar 12. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nila Tahun 2010 2014 g. Ikan Mas Perkembangan produksi ikan mas menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata dari tahun 2010-2014 sebesar 14,44% begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang cukup baik dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 18,67% sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah. Pencapaian yang cukup tinggi ini didorong oleh kegiatan budidaya ikan mas melalui minapadi, penerapan running water system, serta paket bantuan PUMP-PB. Dilihat dari capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukkan bahwa capaian produksi ikan mas telah mampu melampaui target tahunan yang ditetapkan dengan rata-rata capaian sebesar 104,3%, untuk tahun 2014 angka produksi sementara menunjukkan bahwa produksi ikan mas telah melampaui target (121,03% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi dengan persentase pencapaian yang sama. Tercapainya produksi ikan mas tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas ikan mas merupakan ikan yang cukup disukai oleh masyarakat selain itu dengan adanya POSIKANDU menyebabkan penyakit ikan tidak sempat mewabah dan 32

cepat tertanggulangi, hal ini menyebabkan hambatan-hambatan dalam produksi ikan mas semakin berkurang yang memberikan efek langsung kepada peningkatan produksi ikan mas dan pencapaian target produksi ikan mas pada tahun 2014. Gambar 13. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Ikan Mas Tahun 2010-2014 Dalam upaya pencapaian target volume dan nilai produksi pada periode 2015-2019, maka perlu dilakukan upaya-upaya yang secara langsung mendorong peningkatan efesiensi produksi, diantaranya : (i) Intensifikasi melalui pengembangan teknologi baik budidaya maupun aspek nutrisi (pakan) yang berkualitas berbasis bahan baku lokal; (ii) Pengembangan kapasitas usaha dengan dukungan penguatan modal bagi usaha skala kecil melalui penguatan kemitraan usaha; (iii) Perluasan akses pasar dan peningkatan nilai tambah. Jika upaya di atas mampu dilakukan, maka target produksi pada tahun 2014 diprediksi akan mampu di capai. Perbandingan total produksi ikan mas nasional terhadap total produksi ikan mas dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk ikan mas dengan memberikan share sekitar (9,8% terhadap total produksi ikan mas dunia yang sebesar 3.791.913 ton). Namun demikian posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan share sebesar 76,4% (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). h. Lele Selama kurun waktu tahun 2010-2014 produksi ikan lele menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata-rata sebesar 26,43%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif persentase kenaikan yang sama. Namun demikian produksi ikan lele tahun 2010-2014 masih dibawah dari target tahunan dimana prosentase pencapaiannya cenderung menurun setiap tahunnya sebagaimana grafik dibawah ini. Tidak tercapainnya target 33

pada kurun waktu tersebut dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil, sehingga secara ekonomis tidak efisien. Disisi lain tingginya cost produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan secara langsung berpengaruh terhadap margin keuntungan yang didapatkan. Gambar 14. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Lele Tahun 2010-2014 Tahun 2014 capaian sementara produksi ikan lele belum mampu melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian (95,92%) begitu juga dengan nilainya yang juga belum mencapai target. Untuk itu perlu dilakukan Upaya-upaya untuk mencapai produksi yang ditargetkan pada tahun 2015-2019 antara lain melalui (i) Pengembangan teknologi budidaya secara intensifikasi dengan bioflok untuk efisiensi pakan; (ii) Penggunaan teknologi budidaya ikan lele dengan terpal sebagai upaya efesiensi pemanfaatan lahan; dan (iii) Extensifikasi melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya. Walaupun target yang ditentukan tidak tercapai tetapi dalam peringkat produksi ikan lele dunia Indonesia masih menempati peringkat satu dengan share produksi terhadap produksi ikan lele dunia sudah mencapai 79,54%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014) i. Gurame Produksi gurame tahun 2010-2014 menunjukkan kinerja yang positif, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 17,70%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun Angka capaian produksi sementara tahun 2014 menunjukkan bahwa produksi gurame belum mampu mencapai angka yang ditergetkan dan hanya tercapai 90,15% begitu juga dengan nilai produksinya yang juga belum mampu mencapai target yang ditetapkan. Tidak tercapainya target pada tahun 2014 disebabkan karena adanya perlambatan pengembangan kawasan pada daerah-daerah potensial lainnya. Produksi gurame masih didominasi pada beberapa sentra-sentra produksi yang sudah ada, sedangkan disisi lain kapasitas usaha yang dijalankan tidak menujukkan peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan karena proses produksi budidaya yang 34

cukup lama dan semakin sedikitnya ketersediaan pakan alami untuk gurame yang disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan, karena gurame merupakan salah satu ikan yang mengkonsumsi mpakan alternatif seperti daun talas ataupun pakan alternatif lainnya. Gambar 15. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Gurame Tahun 2010-2014 Pengembangan pola usaha berbasis segementasi merupakan langkah yang tepat karena secara nyata mampu memberikan keuntungan yang cukup signifikan. Percepatan pengembangan kawasan melalui pendekatan pola segmentasi usaha diharapkan akan mampu menarik minat masyarakat untuk terjun melakukan usaha budidaya gurame. Melalui upaya tersebut diharapkan target volume dan nilai produksi tahun 2015-2019 akan mampu tercapai. Perbandingan total produksi ikan gurame nasional terhadap total produksi ikan gurame dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk gurame dunia dengan memberikan share sekitar (95,6% terhadap total produksi ikan gurame dunia yang sebesar 88.647 ton), disusul Thailand dengan share sebesar (4,2%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). j. Rumput Laut Poduksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total produksi perikanan budidaya, dimana secara nasional produksi rumput laut memberikan share sebesar 70,47% terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi rumput laut dari tahun 2010-2014 menunjukan trend yang sangat positif, dimana kenaikan produksi rata-rata per tahun mencapai 27,72% dimana angka ini juga mampu melebihi target yang ditetapkan per tahunnya dengan rata-rata capaian sebesar 116,60%. Capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukkan bahwa pada tahun 2014 angka nilai produksi rata - rata pertahun sebesar 9,36%. Sedangkan nilai produksi rumput laut mampu melampaui target dengan capaian sebesar 116,60%. Nilai produksi yang 35

fluktuatif dalam kurun waktu tahun 2010-2014 disebabkan harga rumput laut yang kurang stabil dan relative fluktuatif sesuai dengan permintaan dari industri olahan rumput laut. Gambar 16. Trend Target dan Capaian Produksi Rumput Laut dan Nilai Produksi Tahun 2010-2014 Beberapa hal yang mendasari tingginya pencapaian komoditas ini karena budidaya rumput laut mempunyai masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari per siklus sehingga perputaran modal usaha dapat lebih cepat, serta cara budidaya yang mudah. Rumput laut juga cocok untuk dibudidayakan di daerah-daerah dengan curah hujan rendah yang merupakan salah satu ciri dari daerah yang masyarakat ekonominya digolongan bawah. Keuntungan lainnya adalah modal kerja yang relatif kecil (kurang lebih Rp 7,3 Juta), penggunaan teknologi yang sederhana, dan peluang pasar yang masih terbuka lebar mengingat rumput laut merupakan bahan baku untuk beberapa industri, seperti biofuel, agar-agar, caragenan, kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga terus menerus melakukan upaya terobosan diantaranya adalah pengembangan industrialisasi rumput laut di sentra-sentra penghasil rumput laut. Merujuk pada data FAO, bahwa pada tahun 2012 Indonesia merupakan produsen rumput laut untuk jenis Eucheuma Cottonii dan Gracilaria terbesar di dunia dengan memberikan share masing-masing untuk Eucheuma Cottoni sebesar (97,83%) dan Gracillaria sebesar (96,40%) terhadap produksi rumput laut dunia (sumber : Fishstat FAO, Maret 2014). Produksi rumput laut dunia sebesar masing-masing untuk jenis Eucheuma Cottonii : 5.865.777 ton dan Gracillaria 1.269.060 ton Pencapaian volume produksi perikanan budidaya secara keseluruhan untuk semua komoditas uatam didukung oleh kegiatan - kegiatan sebagai berikut : Industrialisasi perikanan budidaya, dengan fokus pada komoditas udang, bandeng, rumput laut dan ikan patin. Kegiatan utama dalam industrialisasi, khususnya untuk usaha udang dan bandeng adalah bantuan sarana, perbaikan saluran tersier, 36

perbaikan tambak, fasilitasi sistem kemitraan serta pembinaan dan pendampingan teknis budidaya Pengembangan sistem perbenihan melalui penguatan broodstock center : i) Pelepasan jenis dan/atau varietas ikan unggul bekerjasama dengan unit kerja lainnya, yaitu telah dilakukan pelepasan sebanyak 10 varietas induk unggul (Udang vaname Global Gen, Ikan Batak Tor Soro, Nila Nirwana II, Nila Sultana, Nila Srikandi, Kerapu Cantang, Nila Anjani, Nila Merah Nilasa, Nila Jantan Pandu dan Nila Betina Kunti, Lele Sangkuriang dua, Udang Windu Domestikasi); ii) Gerakan Penggunaan Induk Ikan Unggul (GAUL); iii) Penyusunan regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan unggul; serta iv) Pengembangan jaringan informasi dan distribusi ikan. Pengembangan sistem produksi melalui (i) Pengembangan input teknologi yang sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (ii) Meningkatkan daya saing produk hasil produksi budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) Pengembangan percontohan usaha perikanan budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan budidaya berkelanjutan; (iv) Pengembangan minapadi sebagai bagian dari upaya mendapatkan nilai tambah ganda. Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan melalui kegiatan terobosan utama: (i) Pengembangan dan rehabilitasi sarana dan prasarana UPTD Provinsi; (ii) Normalisasi saluran irigasi tambak bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum; (iv) Penataan dan rehabilitasi kawasan tambak dalam rangka Gerakan Revitalisasi Tambak; (v) Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui pengelolaan jaringan irigasi tambak partisipatif (PITAP) di kawasan industrialisasi; (vi) Pengembangan kawasan dan penguatan operasional industrialisasi perikanan budidaya di Kab/Kota Minapolitan/Industrialisasi; dan (vii) Pemberian bantuan sarana dan prasarana lainnya seperti KJA, ekscavator dan mesin pellet Pengembangan sistem usaha budidaya, dengan terobosan utama adalah : i) Pengembangan Pemberdayaan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya, yang merupakan program bantuan langsung ke masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya ikan; ii) Pengembangan paket bantuan untuk wirausaha pemula dan paket model berbasis masyarakat yang diberikan dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana; iii) Penerapan sistem sertifikasi lahan bekerjasama dengan BPN. Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkugan, dengan terobosan utama adalah (i) Pembangunan Posikandu (Pos Pelayanan Ikan Terpadu); (ii) Pengembangan National Residu Monitoring Plan (NRMP) yang merupakan suatu panduan/perencanaan untuk mengontrol residu obat kimia dan bahan biologis lainnya; dan (iii) Pengembangan vaksin untuk mengatasi penyakit ikan. Pengawalan dan Penerapan Teknologi Adaptif Perikanan Budidaya yang dilakukan oleh 15 UPT Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya. B. Jumlah Produksi Ikan Hias (Juta Ekor) 37

Jumlah produksi ikan hias merupakan salah satu indikator kinerja/output Direktorat Produksi. Pada tahun 2014 target jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.500.000 ribu ekor, tetapi ada revisi target menjadi 1.100.000 ribu ekor. Berdasarkan data sementara yang di olah dari Subdit Data dan Statistik bahwa realisasi sementara produksi budidaya ikan hias mencapai 1.198.000 ribu ekor atau baru mencapai 108,91% dari target. Namun demikian apabila data tersebut sudah dilaksanakan validasi tingkat nasional tahun 2014 yang akan dilaksanakan pada bulan april tahun 2015, maka asumsikan realiasi jumlah produksi ikan hias pada tahun 2014 akan sesuai target. Adapun perkembangan target dan capaian produksi ikan hias selama tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat dilihat pada grafik dan tabel 8 berikut ini : Gambar 17. Trend Capaian Produksi Ikan Hias Tahun 2010-2014 Tabel 15. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias Tahun 2010-2014 No Uraian Tahun 2010 2011 2012 2013 2014*) 1. Target Produksi (ribu ekor) 600.000 700.000 850.000 1.100.000 1.100.000 2. Realisasi Produksi (ribu ekor) 605.054 945.376 938.472 1.137.836 1.198.000 3. Persentase (%) 100,84 135,05 110,41 103,44 108,91 Catatan *) Angka Sementara 3.3. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 3: Meningkatnya Usaha dan Investasi di Bidang 38

Perikanan Budidaya 3.3.1. Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan (RTP) (Unit) Rumah tangga pembudidaya ikan adalah salah satu indikator utama lainnya yang dapat menunjukkan peningkatan usaha dan investasi bidang perikanan budidaya. Kegiatan rumah tangga pembudidaya ikan ini dapat dilakukan dengan tujuan menjual sebagian produk perikanan budidaya atau seluruhnya, dengan demikian RTP merupakan unit ekonomi perikanan budidaya yang dihitung berdasarkan total RTP yang disurvai disemua desa sampel, kemudian diestimasi berdasarkan jumlah RTP di Kabupaten/Kota dibagi jumlah RTP disemua desa sampel. Target IKU jumlah rumah tangga pembudidaya ikan pada tahun 2014 sebanyak 1.673.377 buah atau 90,85% dari target yang ditetapkan sebanyak 1.842.000 buah (Tabel 13). Sedangkan pertumbuhan rumah tangga pembudidaya ikan rata-rata dari tahun 2010-2014 sebesar 2,52%, dimana jumlah RTP didominasi pelaku budidaya air tawar, kemudian budidaya air payau, dan budidaya air laut sebagaimana pada tabel dibawah. Tabel 16. Target dan Realisasi Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2010-2014 Indikator Kinerja Jumlah RTP Budidaya (Buah) 2010 2011 2012 2013 2014* Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian* % ** 1,516,562 ** 1,575,787 ** 1,670,447 1,751,000 1,771,500 1,842,000 1,673,377.00 90.85 - Budidaya Air Tawar ** 1,099,742 ** 1,158,811 ** 1,247,284 1,303,900 1,306,522 1,367,000 1,240,580.00 90.75 - Budidaya Air Payau ** 256,579 ** 253,795 ** 236,806 255,700 242,897 264,700 242,815.00 91.73 - Budidaya Air Laut ** 160,241 ** 163,181 ** 186,357 191,400 222,081 210,300 189,982.00 90.34 Jumlah RTP air tawar ini menunjukkan angka yang paling tinggi dan terus mendominasi sejak 5 tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan karena teknologi dalam budidaya air tawar lebih mudah diterapkan oleh masyarakat dengan jenis usaha skala kecil. Modal dan investasi yang dibutuhkan juga kecil dengan resiko yang dimiliki dalam kegiatan budidaya air tawar ini lebih kecil dibandingkan budidaya air payau dan laut sehingga ketertarikan masyarakat pada budidaya air tawar semakin meningkat. Hal ini akan terus didukung untuk kembali pada kesejahteraan masyarakat dan meningkatnya produksi perikanan khususnya budidaya air tawar. RTP air payau sejak 5 tahun terakhir mengalami kenaikan sedikit namun kembali menurun pada tahun 2012 tetapi kembali meningkat sedikit hingga tahun 2014 ini. Namun penurunan dari tahun 2013 hingga 2014 ini terjadi akibat penurunan aktivitas usaha budidaya yang disebabkan oleh bencana banjir di pantai utara jawa. Upaya program revitalisasi tambak melalui pengembangan demfarm diharapkan akan mampu meningkatkan usaha tambak dan kepercayaan pembudidaya untuk kembali berbudidaya 39

udang. Untuk RTP Air laut mengalami sedikit penurunan dari tahun 2013 hingga 2014. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yang terjadi di masyarakat pesisir. Salah satunya yang terjadi adalah peralihan fungsi lahan dari lahan budidaya rumput laut ke pengembangan sektor pariwisata. Selain itu banyak pembudidaya beralih usaha dari perikanan ke sektor pertanian dan perkebunan. Perkembangan RTP ketiga budidaya ini (Tawar, payau dan laut) dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 18. Grafik Perkembangan RTP Budidaya Tahun 2010-2014 Target yang terus dicapai ini memiliki banyak kendala dan tantangan yaitu (i) Efesiensi usaha yang masih rendah sehingga berdampak terhadap menurunnya kapasitas usaha pembudidaya; (ii) Minimnya permodalan sehingga masyarakat belum sepenuhnya mampu melakukan investasi secara mandiri pada kegiatan usaha budidaya; (iii) Belum maksimalnya manajemen kelompok sistem kluster pada usaha budidaya masyarakat. Capaian positif kinerja jumlah RTP pembudidayaan ikan terhadap target yang ditetapkan pada Tahun 2014, tidak terlepas dari dukungan oleh beberapa kegiatan diantaranya adalah (i) Pendampingan dan pembinaan secara langsung terhadap masyarakat baik aspek teknis maupun manajemen usaha, (ii) Percontohan usaha budidaya ikan yang menstimulus masyarakat untuk melakukan usaha perikanan budidaya; (iii) Dukungan penguatan modal melalui program paket bantuan PUMP-PB, dan input sarana produksi budidaya; dan (iv) Fasilitasi dan penguatan kemitraan usaha untuk menumbuhkan kapasitas dan pelaku usaha baru. 3.4. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 4: Tersedianya Kebijakan Perikanan Budidaya 40

sesuai Kebutuhan Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Ditjen Perikanan Budidaya mengidentifikasi 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : Tabel 17. Capaian Sasaran Strategis 4 : Tersedianya Kebijakan Perikanan Budidaya sesuai Kebutuhan No Uraian Indikator Kinerja Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 Capaian % 1 Jumlah RSNI 3 yang disusun 18 18 100 2 Jumlah kebijakan publik perikanan budidaya yang diselesaikan 4 4 100 3 Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya 2 1 50 3.4.1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI-3) Bidang Produksi Perikanan Budidaya yang Disusun Standardisasi memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, dan telah menjadi bagian yang menentukan dalam perdagangan global dan merupakan faktor penting bagi perkembangan aktivitas pasar serta penggerak utama ekonomi. Penyusunan RSNI-3 merupakan salah satu tahapan dalam penyiapan menuju SNI, guna mewujudkan produktivitas usaha budidaya yang berkelanjutan serta meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya baik pasar lokal maupun ekspor. RSNI 3 bidang perikanan budidaya sebagaimana pada tabel dibawah. Tabel 18. Capaian RSNI 3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya selama Tahun 2010-2014 RSNI 3 2010 2011 2012 2013 2014 RSNI 3 bidang produksi - Target 8 12 12 16 18 - Realisasi 8 12 12 16 18 - Prosentase 100 100 100 100 100 Pada tahun 2014 target RSNI-3 bidang produksi perikanan budidaya yang disusun sebanyak 18 RSNI-3 dan telah tercapai sebanyak 18 RSNI-3 (100%). Rincian RSNI 3 selengkapnya pada Lampiran. Penetapan jenis standar ini dipilih dengan pertimbangan bahwa komoditas dan teknologi yang diterapkan telah berkembang luas dimasyarakat serta memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi namun belum ada standar yang mengatur tentang proses produksinya. Penyusunan RSNI-3 tersebut dilakukan melalui tahapan rapat Gugus Kerja dengan output RSNI-1, Rapat Teknis dengan output RSNI-2, rapat Konsensus dengan output RSNI-3 dan lebih lanjut akan diproses oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk ditetapkan menjadi SNI. 3.4.2. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya yang Diselesaikan 41

Kebijakan publik di bidang produksi perikanan budidaya merupakan peraturan ataupun keputusan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya terkait dengan pembinaan, penataan ataupun pelaksanaan pembangunan di bidang produksi perikanan budidaya. Pada tahun 2014 kebijakan publik bidang produksi perikanan budidaya telah disusun sebanyak 4 dokumen baik merupakan juklak/kebijakan baru maupun revisi atas juklak yang beraku pada Tahun sebelumnya. Kebijakan publik bidang produksi perikanan budidaya tersebut meliputi : (i) Kebijakan terkait petunjuk pelaksanaan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (ii) Kebijakan terkait pendelegasian sertifikasi CBIB; (iii) Kebijakan terkait petunjuk pelaksanaan tata cara pengambilan sampel pakan dan bahan baku pakan ikan; dan (iv) Kebijakan terkait publikasi buku statistik produksi perikanan budidaya. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini merupakan IKU baru, dimana berdasarkan target yang ditetapkan pada tahun 2014 sebanyak 4 dokumen kebijakan publik, sampai Desember 2014 telah disusun sebanyak 4 dokumen atau dengan capaian 100% dari target. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya jumlah kebijakan publik yang disusun pada tahun 2014 relatif lebih sedikit, hal ini karena juklak/kebijakan yang disusun didasarkan pada kebutuhan yang secara langsung terkait dengan produksi perikanan budidaya, dimana kebijakan publik yang telah disusun pada tahun sebelumnya secara umum masih berlaku dan dipakai pada tahun 2014. Guna mengefektifkan terhadap implementasi program pengembangan kawasan budidaya khususnya yang terkait dengan pengembangan sistem produksi perikanan budidaya, maka Direktorat Produksi akan melakukan identifiksi dan pemetaan terkait kebutuhan kebijakan publik yang belum terakomodasi melalui survey pada level stakeholders terkait. Tabel 19. Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya yang Diselesaikan Tahun 2010-2014 (Dokumen) Jumlah Kebijakan Publik Perikanan Budidaya yang Diselesaikan 2010 2011 2012 2013 2014 Bidang produksi - Target * * * 4 4 - Realisasi 1 9 6 4 4 - Prosentase 100% 100% Ket: * belum terdapat target 3.4.3. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Perikanan Budidaya Peraturan perundang-undangan merupakan norma, standar, prosedur dan kriteria yang disusun dengan tujuan antara lain memberikan jaminan perlindungan bagi hak-hak kemanusiaan, sebagai pembatasan larangan, perintah tertentu yang harus dipatuhi dalam berperilaku. Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya yang telah disusun sebanyak 1 dokumen, dimana tahun 2014 Direktorat Produksi hanya melakukan perbanyakan terhadap peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Menteri KP Nomor : 42

PER.02/MEN/2010 tentang Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan. Untuk meningkatkan kinerja maka pada tahun mendatang akan dilakukan kegiatan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan perencanaan peraturan perundangundangan yang diperlukan; pengukuran yang dilakukan secara periodik, koordinasi penyusunan dan pembahasan draft peraturan perundang-undangan yang dilakukan secara kontinyu. 3.5. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP yang Optimal dan Bermutu Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Direktorat Produksi mengidentifikasi 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana pada tabel dibawah. Secara keseluruhan, target sasaran strategis telah tercapai, dengan rata-rata pencapaian sebanyak 113,9%. Tabel 20. Capaian Sasaran Strategis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan dan Perikanan, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP yang Optimal dan Bermutu No 1 2 Uraian Indikator Kinerja Jumlah unit pembudidayaan ikan yang disertifikasi (unit) Jumlah kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya (kelompok) Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 Capaian % 8.000 10.112 126,40 132 175 132,58 3.5.1. Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Yang Disertifikasi Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan pangan maka masalah mutu, sanitasi, kandungan/residu hormon dan antibiotik, bakteri, logam berat serta pestisida pada beberapa komoditas budidaya, harus menjadi perhatian bersama oleh pemangku kebijakan. Oleh karenanya produk perikanan budidaya diharapkan aman untuk dikonsumsi sesuai persyaratan yang dibutuhkan pasar. Berkaitan dengan hal tersebut, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, para pembudidaya ikan perlu menerapkan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB), sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Pengendalian penerapan CBIB pada unit usaha budidaya dilakukan melalui penerapan sertifikasi yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 044/DJ- PB/2008. Tujuan penilaian ini adalah sebagai upaya untuk untuk memberikan jaminan terhadap unit usaha budidaya yang telah menerapkan CBIB dan dapat memperoleh sertifikat CBIB yang menyatakan bahwa produk budidaya yang dihasilkannya aman untuk dikonsumsi. Target 43

unit usaha perikanan budidaya yang disertifikasi CBIB tahun 2014 adalah 8.000 unit, dengan capaian sebanyak 10.112 unit (126,40%). Capaian ini meningkat jika dibandingkan pada tahun 2013 yang sebesar 101,45% dari target sebanyak 7.000 Unit sebagaimana tabel dibawah. Tabel 21. Jumlah Capaian Unit Pembudidayaan Ikan yang Bersertifikat Tahun 2010-2014 (Unit) Indikator Kinerja Unit Pembudidayaan Ikan Tersertifikasi (unit) 2010 2011 4. 2012 2013 2014 Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian % Kenaikan Rata- Rata 2010-2014 (%) 1,000 714 2,000 2,018 4,000 3,811 7,000 7,100 8,000 10,112 126.40 100.05 Gambar 19. Trend Capaian Sertifikasi CBIB Tahun 2010 2014 Komposisi unit usaha yang dinilai sampai dengan tahun 2014 meliputi (i) Unit usaha perorangan sebanyak 8.205 unit, (ii) POKDAKAN sebanyak 1.460 unit, dan (iii) Perusahaan sebanyak 447 unit dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 22. Jumlah Penilaian Sertifikasi CBIB berdasarkan Jenis Usaha Tahun 2010 2014 Unit Budidaya Sat : Unit 2010 2011 2012 2013 2014 Kenaikan Ratarata per tahun (%) Keterangan 1 Perorangan 319 1,372 2,916 5,608 8,205 133.74 Kumulatif 2 Pokdakan 160 357 563 1,100 1,460 69.05 Kumulatif 3 Perus ahaan 235 289 332 392 447 13.98 Kumulatif JUMLAH 714 2,018 3,811 7,100 10,112 89.45 Kumulatif Pencapaian tahun 2014 ini didorong oleh terobosan yaitu (i) Optimalisasi kinerja pembinaan, sosialiasi penerapan CBIB bagi pembudidaya oleh fasilitator dan penyuluh; (ii) Menetapkan target kinerja bagi fasilitator dalam melakukan pembinaan penerapan CBIB 44

dan pembuatan dokumen sistem mutu unit pembudidayaan ikan; (iii) Menambah jumlah Auditor Sertifikasi CBIB dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya No. KEP.63/DJ- PB/2014 tentang Tim Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik; (iv) Peningkatan sinergitas kerja pusat dan daerah, diantaranya pendelegasian wewenang kepada daerah untuk melakukan, penilaian pendahuluan, penilaian sertifikasi CBIB dengan penerbitan SPT oleh kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Per.Dirjen PB No : 30/PER-DJPB/2014); (v) Menjadikan target sertifikasi CBIB sebagai IKK di masing-masing daerah dan dievaluasi secara periodik; (vi) Meningkatkan kualitas pelaksanaan sertifikasi maka dilakukan pula harmonisasi pelaksanaan sertifikasi dengan peraturan internasional. 3.5.2. Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Dalam rangka mewujudkan usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan (Sustainable Aquaculture) dan berdaya saing maka penyebaran informasi teknologi di tingkat pembudidaya diarahkan pada penerapan teknologi anjuran sesuai standar dan prinsipprinsip Cara Budidaya Ikan Yang Baik (Good Aquaculture Practices). Dengan menerapkan teknologi anjuran secara berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, kapasitas usaha, serta nilai tambah dan daya saing produk hingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan. Capaian kinerja pada tahun 2014 sebesar 175 pokdakan (132,58%) dari target 132 Pokdakan, yang merupakan kumulatif dari kelompok yang menerapkan teknologi anjuran bidang budidaya air payau/laut, air tawar dan ikan hias. Dilihat dari trend capaian terhadap target pada tahun sebelumnya capaian tahun 2013 mengalami kenaikan (sebagimana gambar dan tabel dibawah). Jika dibandingkan dengan target pada Tahun 2014 maka target IKU tersebut telah memenuhi dengan capaian 132,58%. Gambar 20. Trend Capaian Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014 Tabel 23. Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014 (Kelompok) 45

Jumlah Kelompok yang Menerapkan Teknologi Anjuran Perikanan Budidaya 2010 2011 2012 2013 2014 - Target 99 109 120 132 132 - Realisasi 109 144 201 167 175 - Prosentase 110,10 132,1 167,50 126,52 132,58 Ket : Sebaran kelompok yang menerapkan teknologi anjuran sebagaimana pada Lampiran 1 Dalam pencapaian IKU diatas, beberapa kendala yang dihadapi antara lain : (a) Penyebaran informasi teknologi anjuran belum seluruhnya menjangkau unit - unit usaha budidaya yang ada di Indonesia; (b) Masih terbatasnya jumlah pelaku pembina khususnya yang ada di daerah; (c) Keterbatasan alokasi anggaran baik di pusat maupun daerah; (d) Belum terbangunnya kelembagaan yang kuat di sentra - sentra produksi. Guna mengatasi kendala diatas, maka rencana aksi yang akan dilakukan di Tahun mendatang yaitu : (i) Penciptaan inovasi teknologi yang aplikatif, efisien, dan mampu diadopsi masyarakat ; (ii) Percepatan penyebaran teknologi anjuran secara massive ke masyarakat; (iii) Pengembangan dan sosialisasi standarisasi teknologi budidaya (SNI dan CBIB) ; (iv) Peningkatan kapasitas dan peran pembinaan dan pendampingan; (v) Penguatan Kelembagaan di sentra-sentra produksi. 3.6. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 6 : Terselenggaranya Pengendalian Usaha Perikanan Budidaya Pengendalian usaha tidak hanya diberikan ke satu arah yaitu masyarakat, namun juga diperlukan data-data dukung dari lapangan atau stakeholders sehingga upaya pengendalian pembangunan akan semakin baik. Sasaran strategis ini dicapai melalui 2 (dua) IKU dengan capaian rata-rata sasaran strategis dimaksud masih kurang dari 100% sebagaimana tabel dibawah. Tabel 24. Capaian Sasaran Strategis 6 : Terselenggaranya Pengendalian Usaha Perikanan Budidaya No 1 2 Uraian Indikator Kinerja Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 Capaian % Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan (skala likert A - D) A B 79,56% Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (persen) 100 95,78 95,78 Penghitungan skala likert dilakukan dengan terlebih dahulu mengkonversikan huruf menjadi angka, dengan range antara 1-4; A (1), B (2), C (3), D (4). 46

A. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Prosedur Layanan Pendaftaran Pakan Sejalan dengan pelaksanaan reformasi yang terus tingkatkan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, maka kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan juga menjadi salah satu prioritas. Pelaksanaan kegiatan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat pada layanan yang ada pada Direktorat Produksi dilakukan melalui penyebarluasan kuesioner kepada responden yang menjadi pengguna layanan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat yang memuat 14 unsur pelayanan yang harus diukur, yaitu 1) Prosedur Pelayanan; 2) Persyaratan Pelayanan; 3) Kejelasan Petugas Pelayanan; 4) Kedisiplinan Petugas Pelayanan; 5) Tanggung Jawab Petugas Pelayanan; 6) Kemampuan Petugas Pelayanan; 7) Kecepatan Pelayanan; 8) Keadilan Mendapatkan Pelayanan; 9) Kesopanan dan Keramahan Petugas; 10) Kewajaran Biaya Pelayanan; 11) Kepastian Biaya Pelayanan; 12) Kepastian Jadwal Pelayanan; 13) Kenyaman Lingkungan dan 14) Keamanan Pelayanan. Penilaian ini berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan Direktorat Produksi dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan upaya pemerintah untuk memperbaiki kinerja. Pada tahun 2014, tingkat kepuasan publik terhadap prosedur layanan pendaftaran pakan pada Direktorat Produksi mencapai 79,56% atau nilai B. Tabel 25. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Layanan Pendaftaran Pakan (Skala likert A-D) Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Layanan Perijinan Prosedur layanan Pendaftaran Pakan Ikan 2010 2011 2012 2013 2014 - Target * * * A A - Realisasi B B B - Prosentase 79,89 79,56 Hasil kuesioner yang telah terisi kemudian dikumpulkan dan diolah secara kuantitatif. Proses dan analisis data sesuai dengan petunjuk dalam Keputusan MENPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004, sehingga terstandardisasi secara nasional. Survey Index Kepuasan Masyarakat telah dilaksanakan selama 12 bulan yaitu bulan Januari - Desember 2014 Tahun 2014 dengan hasil sebagai berikut : Tabel 26. Hasil Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Bidang Pelayanan pada Direktorat Produksi Periode Januari - Desember 2014 No Tahun Jumlah Responden Nilai IKM Keterangan 47

1. 2014 57 79,56 IKM tertinggi : Tanggung Jawab Petugas Pelayanan (3,23) IKM terendah : Kecepatan Pelayanan (2,95) Berdasarkan analisa, yang menjadi kendala pengguna layanan belum mendapatkan kecepatan dalam pelayanan karena pada proses pendaftaran pakan harus dilakukan pengujian laboratorium yang berada diluar kendali Direktorat Produksi. Langkah antisipasi yang perlu dilakukan pada tahun 2015 adalah : a. Sosialisasi peraturan dan kebijakan terhadap pelaku usaha/produsen pakan ikan yang belum memiliki ijin; b. Proaktif dalam melakukan survey terhadap responden; c. Meningkatkan jumlah kapasitas sumberdaya manusia yang melakukan tugas pelayanan; d. Meningkatkan kecepatan pelayananan dengan optimalisasi pelayanan pendaftaran pakan ikan secara online; B. Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan Dalam Penyampaian Data Perikanan Budidaya, Direktorat Produksi - DJPB Data dari para pemangku kepentingan yang menjabarkan status perikanan budidaya sebelum dan saat ini memegang peranan yang penting dalam penyusunan perencanaan, pengambilan kebijakan dan pengelolaan pembangunan perikanan. Oleh karenanya penyampaian data di bidang produksi perikanan budidaya yang akurat dan tepat waktu sangatlah diperlukan. Capaian data ini secara akumulatif di tahun 2014 sebesar 95,78% sebagaimana pada tabel dibawah. Tabel 27. Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan dalam Penyampaian Data Perikanan Budidaya (Persen) Tingkat Ketaatan Pemangku Kepentingan dalam Penyampaian Data 2010 2011 2012 2013 2014 Perikanan Budidaya (%) Bidang Produksi - Target * * * 100 100 - Realisasi 95,00 95,78 - Prosentase 95,00 95,78 Penyampaian data di bidang produksi perikanan budidaya yang dilakukan pemangku kepentingan meliputi : (i) Perkembangan data produksi dan sarana produksi perikanan budidaya dari 33 Provinsi yang disampaikan setiap triwulan; (ii) Penyampaian data luas lahan dan jumlah RTP perikanan budidaya; (iii) Penyampaian data produksi ikan hias dari 33 Provinsi yang disampaikan setiap triwulan; (iv) Penyampaian data terkait usulan unit usaha yang akan disertifiksi CBIB; (v) Penyampaian data terkait perkembangan kawasan budidaya dan percontohan usaha budidaya; dan (vi) Penyampaian data terkait Pokdakan yang 48

menerapkan teknologi anjuran dan standar perikanan budidaya. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian IKU adalah (i) Terbatasnya sumberdaya manusia pada pemangku kepentingan, utamanya adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi atau Kabupaten/Kota; (ii) Petugas pengolah data statistik di tingkat Kabupaten/Kota sering dipindahkan/mutasi sehingga mengurangi efektivitas pengolahan dan penyampaian data; dan (iii) Kurangnya perhatian dan komitmen akan arti pentingnya data yang berkualitas, akurat dan relevan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan perikanan budidaya. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja IKU tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data produksi, sarana produksi, luas lahan dan RTP perlu dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah sinkronisasi database SIMSTAT, peningkatan, pelatihan kapasitas petugas statistik budidaya maupun pengumpul data lainnya di daerah, forum koordinasi statistik perikanan budidaya, dan validasi data statistik perikanan budidaya tingkat nasional. 3.7. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 7 : Tersedianya SDM Direktorat Produksi, Ditjen Perikanan Budidaya yang Kompeten dan Profesional Penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional sangat dibutuhkan untuk mendukung produktivitas dan ektivitas agar tujuan pembangunan perikanan budidaya dapat tercapai. Oleh karenanya, salah satu sasaran strategis yang ditetapkan pada lingkup Direktorat Produksi adalah tersedianya SDM Direktorat Produksi yang kompeten dan profesional. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Direktorat Produksi mengidentifikasi 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana pada tabel dibawah. Secara keseluruhan, target sasaran strategis telah tercapai, dibawah 100%. Indeks kesenjangan merupakan OKU yang sifatnya minimize, yang berarti bahwa semakin kecil capaiannya (<100%), maka capaian kinerja akan semakin baik. Tabel 28. Capaian Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang Kompeten dan Profesional No 1 2 Uraian Indikator Kinerja Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, IV dan V lingkup Direktorat Produksi (persen) *) Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat fungsional (persen) Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 Capaian % 50 28.79 57.58% 50 21.33 42.66% Ket: *= angka merupakan penghitungan dari Ditjen Perikanan Budidaya karena perhitungan dari Biro Kepegawaian KKP belum ada hingga laporan disusun A. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, dan IV Lingkup Direktorat Produksi 49

Indeks kesenjangan kompetensi jabatan merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan dan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 tahun 2011 tentang Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan. Angka ini dihitung berdasarkan Level Kompetensi pada Kamus Kompetensi Manajerial. Nilai minimum seorang dikatakan telah memenuhi kompetensi jabatannya adalah telah memenuhi level kompetensi yang dipersyaratkan. Capaian Indeks kesenjangan kompetensi Pejabat Eselon III, dan IV lingkup Direktorat Produksi tahun 2014 sebesar 50,38% yang menunjukkan jumlah Pejabat Struktural Eselon III, dan IV yang belum memenuhi kompetensi jabatannya, bila dibandingkan dengan capaian dari tahun 2013 maka ada kenaikan. Tabel 29. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon III, IV dan V Direktorat Produksi Ditjen Perikanan Budidaya (%) IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Indeks Kesenjangan Kompetensi pejabat eselon III, dan IV lingkup Direktorat Produksi - Target * * * 60 50 - Realisasi 16.46 28,79 - Prosentase 27.43 57,58 Ket: *: belum ditetapkan targetnya Beberapa kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014 untuk mendukung pencapaian IKU ini, yaitu : (i) Assesment pejabat struktural lingkup Ditjen Perikanan Budidaya dalam rangka memetakan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat Struktural lingkup Ditjen Perikanan Budidaya; (ii) Peningkatan Jiwa Kepemimpinan, melalui Workshop Transformasi Budaya Kerja yang bertujuan untuk menyamakan pemahaman akan visi dan misi Ditjen Perikanan Budidaya yang sudah disusun pada workshop sebelumnya di setiap pejabat Eselon III dan IV; (iii) keikutsertaan Pejabat Struktural Eselon III dan IV pada pelaksanaan diklat jabatan, yaitu Diklat Kepemimpinan Tk. III dan Tk. IV yang dilaksanakan oleh Badan Diklat Aparatur Sukamandi; serta (iv) pemetaan standar kompetensi jabatan berdasarkan hasil assessment yang sudah dilaksanakan di lingkup Ditjen Perikanan Budidaya, karena sampai dengan akhir TW IV, Biro Kepegawaian, KKP tidak melaksanakan assessment bagi pejabat struktural Eselon III dan IV lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan. Biro Kepegawaian hanya melaksanakan assessment bagi pejabat struktural Eselon III dan IV lingkup Sekretariat Jenderal, KKP. Pada tahun 2015, Ditjen Perikanan Budidaya merencanakan akan melakukan penghitungan Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II dan III dengan tetap mengacu pada Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/PERMEN-KP/2014 tentang Standar Kompetensi 50

Manajerial di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. B. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Fungsional Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan fungsional tertentu, dalam hal ini terkait dengan pengumpulan angka kredit oleh pejabat fungsional tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil. Angka ini dihitung berdasarkan jumlah pejabat fungsional yang mengusulkan Penilaian Angka Kredit pada Tahun 2014. Nilai minimum seseorang telah yang memenuhi kompetensi jabatannya adalah telah memenuhi nilai minimum yang dipersyaratkan untuk dapat dipertimbangkan kenaikkan jabatan dan/atau kenaikkan pangkat, serta pengangkatan pertama dalam jabatan. Direktorat Produksi mempunyai pejabat fungsional tertentu sebanyak 3 orang terdiri dari 2 orang Statistisi Pertama dan 1 orang Statistisi Muda. Indeks kesenjangan kompetensi jabatan fungsional tertentu lingkup Direktorat Produksi tahun 2014 menetapkan target 50, namun capaiannya ialah 21,33 dengan persentase pencapaian 42,66 %. Angka telah memenuhi nilai minimum yang dipersyaratkan yang artinya telah memenuhi kompetensi jabatannya. Data dukung capaian adalah jabatan fungsional tertentu yang penilaian angka kreditnya dilaksanakan oleh Pusat Data, Statistik dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jabatan fungsional yang dimaksud adalah Statistisi. Capaian kinerja IKU ini didukung oleh : (i) Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit jabatan fungsional tertentu; dan (ii) Pimbinaan jabatan fungsional. Guna meningkatkan capaian di Tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah : (1) Melaksanakan pembinaan teknis dan administrasi dalam penyusunan usulan angka kredit; (2) Memetakan standar kompetensi jabatan; dan (3) Mengusulkan assessment untuk pegawai. 3.8. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 8 : Tersedianya Informasi yang Valid, Handal dan Mudah Diakses di Bidang Produksi Perikanan Budidaya 51

Informasi yang baik adalah informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, baik kelengkapan materi, waktu pemberian, keakuratan data sehingga informasi akan bersifat valid dan handal. Selain itu informasi juga harus mudah diakses melalui teknologi berbasis IT, seperti website. Dalam rangka mencapai sasaran strategis tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses bidang perikanan budidaya, maka ditetapkan dua (2) IKU seperti pada tabel dibawah, dengan capaian masing-masing IKU tahun 2014 diatas 100%. Tabel 30. Capaian Sasaran Strategis : Tersedianya Informasi yang Valid, Handal dan Mudah Diakses di Bidang Perikanan Budidaya Target Tahun Realisasi Tahun Capaian No Uraian Indikator Kinerja 2014 2014 % 1 Service Level Agreement di Ditjen PB (persen) 75,00 83,56 111,41 2 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi 4,25 4,02 94,59 dan data terkini di Ditjen PB (skala likert 1-5) A. Service Level Agreement di Direktorat Produksi Perikanan Budidaya Upaya peningkatan reformasi dan birokrasi menuntut pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi stakeholders. Salah satu cara yang digunakan untuk menilai layanan tersebut adalah melalui IKU Service Level Agreement (SLA) yang merupakan kesepakatan formal dua entitas yaitu pihak penyedia layanan dan penerima layanan tentang penyediaan data dan informasi serta aksesibilitasnya melalui teknologi Informasi. SLA dihitung berdasarkan (i) Penyediaan data dan Informasi, yaitu perbandingan jumlah data/informasi yang dibutuhkan dan jumlah data/informasi yang tersedia, sesuai bidang tugasnya; dan (ii) Penyediaan sarana aksesibilitas data dan Informasi menggunakan Teknologi Informasi, yang dihitung melalui (a) Jaringan koneksi internet berfungsi 98% dalam setahun (downtime 175 jam = 7 hari); (b) Teraksesnya aplikasi sistem informasi oleh publik dalam 24 jam sehari. Target Tahun 2014 adalah 75, dengan capaian nilai realisasi SLA sebesar 83,56 (111,41%). Bila dibandingkan dengan target tahun 2013 sebesar 70 dengan capaian sebesar 80 (114,29%) maka capaian ini telah dapat dipenuhi, namun demikian perlu ditingkatkan. Capaian IKU sebagaimana tabel dibawah : Tabel 31. Service Level Agreement di Ditjen Perikanan Budidaya IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Service Level Agreement Di Ditjen Perikanan Budidaya - Target * * * 70 75,00 - Realisasi 80 83,56 - Persentase 114,29% 111,41 Ket: *: belum ditetapkan targetnya Adapun dasar perhitungan SLA yaitu : 1. Dalam setahun terdapat 365 hari kerja; 2. Terjadi down time selama 73 hari kerja yang disebabkan oleh : i) pengembangan 52

website selama 43 hari kerja; dan ii) pindah kantor selama 30 hari kerja; 3. Sehingga capaian realisasi SLA adalah 80% Capaian kinerja IKU ini didukung oleh pelaksanaan kegiatan pada Bagian Hukum, Organisasi dan Humas serta berkoordinasi mengenai peningkatan pelayanan dengan Direktorat Produksi, sehingga informasi terkait perkembangan di bidang produksi perikanan budidaya dapat diakses melalu website Ditjen Perikanan Budidaya. Tim Direktorat Produksi terlibat aktif dalam pengelolaan website berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No : 3/KEP-DJPB/2014 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No : 9/KEP-DJPB/2014, mengenai Dewan redaksi penerbitan Tabloid Akuakultur Indonesia. Disamping penyebaran informasi melalui teknologi informasi (website), Direktorat Produksi juga melakukan upaya penyebaran informasi melalui penyebaran Leaflet, Brosur, Juknis, Juklak dan Informasi lainnya secara langsung terhadap stakeholders terkait. Guna meningkatkan capaian di tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah melakukan melakukan penyusunan kuesioner tingkat kepuasan pengguna informasi dan menyebarkannya secara berkala untuk mengetahui secara detil Service Level Agreement yang diperoleh. B. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi dan Data Terkini di Direktorat Produksi Layanan informasi ke masyarakat dilakukan melalui website www.djpb.go.id dengan harapan masyarakat dapat mengetahui lebih banyak informasi, khususnya di bidang produksi perikanan budidaya. Melalui website www.djpb.go.id, menyimpulkan presepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data melalui survei kemanfaatan penggunaan (user) dengan satu kepercayaan bahwa data dan informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya melalui kuisioner yang meliputi : (i) Kepuasan terhadap ketersediaan informasi yang ada; (ii) Kegunaan informasi; dan (iii) Kemudahan akses website. Capaian persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini sebesar 4,02 pada Tahun 2014 dari target sebesar 4,25. Ke depan akan diupayakan peningkatan akses informasi yang lebih cepat dan terintegrasi yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat pembudidaya ikan, disamping itu akan diupayakan terhadap peningkatan jumlah bidang informasi sesuai kebutuhan bagi pengguna. 3.9. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 9 : Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Ditjen Perikanan Budidaya 3.9.1. Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) 53

yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi di Ditjen Perikanan Budidaya Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Tabel 32. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang Ditindaklanjuti dibanding Total Rekomendasi di Ditjen PB Tahun 2010-2014 IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Keterangan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang Ditindaklanjuti dibanding Total Rekomendasi di Ditjen PB - Target * * * 100 100 - Realisasi ** ** ** 100 100 - Persentase - - - 100,00 100,00 Non Kumulatif, dihitung semesteran. Capaian Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang Ditindaklanjuti dibanding Total Rekomendasi di Ditjen PB tahun 2014 adalah 100 dari target yang ditetapkan adalah 100. Sama seperti tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013, capaian Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang Ditindaklanjuti dibanding Total Rekomendasi di Ditjen PB 100% dari target yang ditetapkan. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sampai dengan TW IV 2014 dari LHP BPK belum diterbitkan sehingga belum ada kegiatan untuk menindaklanjuti sedangkan Temuan BPKP tahun 2014 tuntas. Sebagai antisipasi pencapaian kegiatan di tahun mendatang Tim Tindak Lanjut di Lingkup Direktorat Produksi yang tergabung dalam Tim Tindak Lanjut Ditjen Perikanan Budidaya mengupayakan penyelesaian temuan dapat diselesaikan 100% dengan melakukan rekonsiliasi secara intensif ke BPK RI. 3.9.2. Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sistem AKIP terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja. Melalui implementasi SAKIP di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya secara menyeluruh diharapkan menjadikan Ditjen Perikanan Budidaya mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; mewujudkan transparansi Ditjen Perikanan Budidaya dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; 54

serta memelihara kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pada tahun 2014, nilai AKIP DJPB yaitu A (82,51 atau 110,01% dari target) yang menunjukkan kinerja sangat baik. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya mengalami kenaikan sebesar 5,05%. Capaian ini meningkat significant dari selama kurun waktu 2011-2014. Tabel 33. Nilai AKIP Ditjen perikanan Budidaya Tahun 2010-2014 IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Keterangan Nilai AKIP Ditjen Perikanan Budidaya Non Kumulatif, dihitung di akhir tahun. - Target * * * A A - Realisasi ** Nilai AKIP B (66,42) Nilai AKIP A (78,92) - Persentase - - - Nilai AKIP A (78,54) Nilai AKIP A (82,51) 100,00 103,41 Ket : * : Belum ditetapkan targetnya ** : Belum dilakukan pengukuran Target ditetapkan pada TW IV, namun penilaian oleh ITJEN telah dilakukan pada TW II sehingga realisasi pada TW III merupakan realisasi tahunan. Dalam penerapan SAKIP lingkup DJPB, masih terdapat beberapa kelemahan, diantaranya adalah : (i) renstra baru disusun pada unit kerja Eselon I, belum digunakan sebagai acuan dalam penyusunan renstra unit kerja dibawahnya; (ii) indikator kinerja individu dan organisasi belum sepenuhnya mengacu pada BSC dan belum diukur secara berjenjang; (iii) Belum dilakukan pemberian reward and punishment atas pencapaian target kinerja; (iv) informasi yang disajikan dalam LKJ belum sepenuhnya digunakan untuk peningkatan kinerja; (v) evaluasi program dan evaluasi rencana aksi belum digunakan untuk perbaikan perencanaan kinerja dan peningkatan kinerja; dan (vi) beberapa sub komponen penilaian belum memenuhi standard kriteria penilaian seperti kinerja output dan outcomes. Guna penguatan AKIP pada tahun 2015, maka langkah antisipatif yang akan dilakukan antara lain : (i) Meningkatkan pengelolaan kinerja melalui penguatan SAKIP; (ii) IKU dan target Renstra digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RKA-KL; (iii) Penyusunan Penetapan Kerja (Tapja) dari Level 1 s/d V; (iv) Penetapan Tapja Level individu/skp (Sasaran Kinerja Pegawai) melalui SIPKINDU; (v) Target kinerja dalam Tapja diuraikan secara triwulanan dan dilakukan pengukuran monitoring dan evaluasi capaian Tapja secara berkala setiap tiga bulan; (vi) Tertib pelaporan & pendokumentasian; (vii) Melakukan penerapan SPIP; (viii) Melakukan penerapan manajemen risiko; (ix) Melaksanakan hasil rekomendasi penilaian AKIP; (x) melakukan evaluasi rencana aksi dan program; (xi) melakukan pemberian reward and punishment; dan (xii) melakukan penyusunan renstra untuk unit kerja di bawah DJPB. 3.9.3. Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya Penetapan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) yang dicanangkan 55

Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan langkah kongkrit untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan melayani. Peningkatan nilai rata-rata indeks integritas menunjukkan keseriusan upaya unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi. Di sisi lain, penilaian ini diharapkan menjadi motivasi untuk terus melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas layanan publik pada indikator-indikator yang dinilai masih lemah. Pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan didasarkan pada suatu alasan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan dianggap telah memenuhi persyaratan, yaitu nilai laporan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mencapai Wajar Tanpa Pengecualian (WTP); LKJ mendapat nilai A; dan nilai hasil survey integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebesar 7,12 pada tahun 2013. Tahun 2014 ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memperoleh nilai integritas dari Komisi Pemberantasan Anti Korupsi (KPK) sebesar 7,22 atau 106,96 dari target. Capaian ini meningkat 1,41% dari tahun 2013. Salah satu prestasi yang berhasil diperoleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam penerapan zona integritas adalah penghargaan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia kepada Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sebagai Unit Kerja yang berkategori Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) pada tahun 2014. Tabel 34. Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya Nilai Integritas Ditjen Perikanan Budidaya IKU 2010 2011 2012 2013 2014 - Target * * * 6,5 6,75 - Realisasi * * * 7,12 7,22 - Prosentase - - - 109,53 106,96 Ket: *: belum ditetapkan targetnya dan belum dilakukan pengukuran Upaya perbaikan yang menggambarkan kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung Pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkup Sekretariat DJPB, yaitu terselenggaranya pengadaan barang/jasa sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip-prinsip efektif, efisien, transparan serta mampu menerapkan prosedur e-procurement, melakukan upaya motivator untuk meningkatkan kesadaran pegawai dalam mencegah perilaku koruptif, meningkatkan efisiensi pelaksanaan anggaran lingkup Ditjen PB serta menjadi corong untuk menyampaikan spirit anti korupsi di lingkup Ditjen Perikanan melalui www.djpb.go.id. 3.9.4. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya Penilaian terhadap inisiatif anti korupsi dilaksanakan sejak tahun 2008 dan selanjutnya dilaksanakan penilaian setiap tahun. Penilaian ini dilaksanan oleh pengawas internal Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu Inspektorat Jenderal. Penilaian meliputi (i) pengukuran komitmen anti korupsi pimpinan instansi yang dilatarbelakangi oleh bagaimana 56

komitmen pimpinan instansi dalam menjaga integritas dan anti korupsi di instansinya yang berdasarkan pada transparansi dan kontrol internal di dalam instansi; dan (ii) Peningkatan transparansi Pegawai Negeri, yang didasarkan pada perubahan gaya hidup dari pegawai negeri dengan posisi beresiko. Nilai inisiatif anti korupsi Ditjen Perikanan Budidaya pada tahun 2014 adalah 8,46 (109,16% dari target). Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 dengan target 7,5 dan capaian 7,16. Penilaian tersebut didasarkan pada Kuisioner Penilaian Anti Korupsi yang dibuat oleh Itjen KKP. Capaian nilai inisiatif anti korupsi, dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah. Tabel 35. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Nilai inisiatif Anti Korupsi Ditjen Perikanan Budidaya - Target * * * 7,5 7,75 - Realisasi 7,31 7,14 7,16 8,46 - Prosentase 95,47% 109,16 Ket: *: belum ditetapkan targetnya Terdapat beberapa inisiatif strategis yang akan dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya untuk mendukung IKU ini adalah sebagai berikut : (i) Menyelenggarakan sosialisasi tentang kode etik pegawai dan budaya anti korupsi di lingkungan internal Ditjen Perikanan Budidaya; (ii) Melakukan pembinaan kode etik pegawai dalam rangka meminimalisir penyimpangan pelaksanaan budaya anti korupsi; (iii) pemanfaatkan ruang pelayanan terpadu secara optimal; (iv) implementasi zona integritas; serta (v) evaluasi inisiatif anti korupsi untuk mengidentifikasi kendala serta upaya perbaikan peningkatan nilai PIAK. 3.9.5. Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdayaguna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan langkah perbaikan untuk menunjang program reformasi birokrasi sesuai dengan pedoman yang ditentukan oleh Menpan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Birokrasi tahun 2010-2014 yang mencakup 9 (Sembilan) area perubahan dan 26 (dua puluh enam kegiatan), dengan dibentuknya Tim Reformasi Birokrasi Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya melalui Keputusan Dirjen Nomor 04/DJ-PB/2012. Tim Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya melakukan upaya secara proaktif dalam melaksanakan seluruh kegiatan program Reformasi Birokrasi berikut dokumentasi program. 57

Sesuai hasil PMPRB online tahun 2012, Ditjen Perikanan Budidaya telah melaksanakan 9 program Mikro Reformasi Birokasi dengan realisasi sebesar 69,3 % sedangkan pada tahun 2013 jumlah yang ditargetkan adalah 75, dan tahun 2014 target reformasi birokrasi Ditjen PB yaitu 80 dengan capaian 78 atau 97,50%. Beberapa hal yang harus diperbaiki untuk peningkatan reformasi dan birokrasi adalah pelayanan satu pintu dengan SDM yang memadai. Untuk itu pada tahun 2015 perlu dilakukan penilaian mandiri reformasi birokrasi lingkup Ditjen Perikanan Budidaya. Inisiatif strategis yang dilakukan antara lain: i) Penerapan program Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya secara menyeluruh; ii) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya secara berkala. Tabel 36. Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Service Level Agreement Di Ditjen Perikanan Budidaya - Target * * * 75 80 - Realisasi 69,3 79,89 78 - Prosentase 106,52 97,50 Ket : * : Belum ditetapkan targetnya 3.10. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 10 : Terkelolanya Anggaran Secara Optimal di Dit. Produksi, Ditjen Perikanan Budidaya Capaian realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember pada tahun berjalan. 58

Anggaran belanja Satker Direktorat Produksi Perikanan Budidaya Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp. 13.210.000.000,- dimana realisasi belanja Satker Dit. Produksi sebesar Rp. 13.139.996.205 atau sebesar 99,47% dari pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja. Tabel 37. Target dan Realisasi Keuangan Satker Direktorat Produksi T.A. 2010-2014 Tahun Anggaran Pagu (Rp) Realisasi(Rp) Capaian (%) 2010 11,177,750,000 10,724,094,540 95.94 2011 14,901,598,000 14,547,335,605 97.62 2012 95,320,755,000 80,642,541,057 84.60 2013 17,399,185,000 16,822,330,350 96.68 2014 13,210,000,000 13,139,996,205 99.47 Sedangkan rata -rata capaian penyerapan anggaran selama kurun waktu tahun 2010-2014 sebesar 96,24%. Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun-tahun mendatang terus dilakukan melalui review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan, percepatan pelaksanaan lelang dan revisi kegiatan. BAB IV PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Produksi Tahun 2014 merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Produksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun rencana kerja (RKT) Tahun 59

2014 yang dibuat sebelumnya. Disamping itu juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pelayanan prima bagi masyarakat serta meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia, transparansi dan akuntabilitas. Ada sebanyak 23 indikator kinerja yang ditetapkan pada Direktorat Produksi di Tahun 2014. Dari jumlah tersebut 12 indikator kinerja telah mencapai sasaran target yang ditetapkan, sedangkan 11 indikator lainnya belum tercapai, yang diantaranya adalah (i) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (99,37%); (ii) pertumbuhan PDB Perikanan (92,57%); (iii) Nilai produksi perikanan budidaya (90,17%); (iv) Jumlah rumah tangga pembudidaya (RTP)(90,85%); (v) Jumlah draft peraturan perundang-undangan perikanan budidaya (50%); (vi) Tingkat kepuasan publik terhadap prosedur pelayanan pendaftaran pakan (99,63%); (vii) Tingkat ketaatan pemangku kepentingan dalam penyampaian data perikanan budidaya (90,43%); (viii) Indeks Kesenjangan kompetensi pejabat eselon III, IV dan V Lingkup Direktorat Produksi (57,58%); (ix) Indeks kesenjangan kompetensi pejabat fungsional (42,66%); (x) persepsi user terhadap kemudahan akses informasi dan data terkini di Ditjen PB (94,59%); (xi) Nilai Inisiatif anti korupsi (96,28%) dan (xii) Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi Ditjen Perikanan Budidaya (97,50%). Capaian dari semua indikator kinerja di Direktorat Produksi ialah 52,17%, sehingga terdapat 47,82% yang belum tercapai. Kedua angka ini memiliki perbandingan yang tidak terlalu signifikan. Tentunya hal ini akan menjadi perhatian untuk mengambil upaya agar di tahun 2015 dan selanjutnya dapat teralisasi dan meningkat. Oleh karena itu sebagai tindak lanjut dilakukan langkah dan upaya perbaikan sebagai berikut : a. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Biaya produksi perikanan budidaya yang tinggi mempengaruhi perhitungan NTPi dan PDB. Salah satu faktornya ialah harga pakan yang masih cukup tinggi (dalam hal ini biaya pakan mencapai 60-70% dari seluruh biaya produksi). Perubahan tahun dasar penghitungan NTPi juga mempengaruhi rendahnya capaian NTPi meskipun secara keseluruhan indeks harga yang diterima oleh pembudidaya mengalami peningkatan setiap bulannya. Namun demikian, kenaikannya masih lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang harus dibayarkan oleh pembudidaya. Upaya dalam mendukung pencapaian Sasaran Strategis 1 adalah peningkatan produksi perikanan budidaya melalui 3 strategi pembangunan perikanan budidaya yaitu (i) Industrialisasi perikanan budidaya di kawasan potensial; (ii) Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya; (iii) Penerapan blue ekonomi dalam setiap kegiatan perikanan budidaya; dan (iv) Peningkatan perekayasaan teknologi bidang perikanan budidaya. b. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 2 : Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah 60

Langkah yang dilakukan untuk meningkatkan capaian SS2 di Tahun mendatang adalah pengembangan sistem sistem produksi perikanan budidaya adalah (i) Pengembangan dan penyebaran input teknologi yang sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (ii) Meningkatkan daya saing produk hasil produksi budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) Pengembangan percontohan usaha perikanan budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan budidaya berkelanjutan; (iv) memperluas kawasan perikanan budidaya dengan sistem kluster, manajemen kelompok yang baik dan bersinergi dengan bidang pemasaran dan pengolahan hasil produk budidaya perikanan. c. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 3 : Meningkatnya Usaha dan Investasi di Bidang Perikanan Budidaya Langkah untuk kedepan yang dapat dilakukan dalam peningkatan usaha dan investasi di bidang perikanan budidaya adalah (i) melakukan pendataan tenaga kerja bidang perikanan budidaya di seluruh wilayah pengelolaan perikanan; (ii) pemberian paket bantuan ke masyarakat untuk menstimulus usaha; (iii) pengembangan paket model usaha berbasis masyarakat; (iv) pemberian bantuan sarana perikanan seperti benih atau induk unggul untuk mendorong masyarakat melakukan usaha; serta (v) peningkatan pembinaan dalam pemberdayaan kelompok yang tergabung dalam UPP dan POKDAKAN; dan (vi) Penguatan kapasitas kelembagaan perikanan budidaya. d. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 4 : Tersedianya Kebijakan di Bidang Produksi Perikanan Budidaya Sesuai Kebutuhan Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah (i) Pemberian Bantuan Paket Pembenihan; (ii) Koordinasi Pengembangan Pembenihan Skala Besar(PSB) Air Payau/Laut (BBU/BBUG/BBIP), (iii) pengembangan kawasan minapolitan yang telah mencapai 72 kawasan; (iv) pelaksanaan model pengembangan budidaya ugadi; (v) Supervisi dan pembinaan percontohan dan kawasan budidaya air tawar, payau dan laut; (vi) Konsolidasi budidaya air tawar, payau dan laut; (vii) Temu lapang budidaya air payau dan laut. Selain itu juga peningkatan kerjasama dengan pihak perbankan, KADIN dan Badan Pertanahan Nasional untuk sertifikasi lahan budidaya dalam rangka peningkatan investasi di bidang perikanan budidaya; (viii) pendampingan dan pembinaan secara langsung terhadap masyarakat baik aspek teknis maupun manajemen usaha; (ix) percontohan usaha budidaya ikan yang menstimulus masyarakat untuk melakukan usaha perikanan budidaya; (x) dukungan penguatan modal, dan input sarana produksi budidaya; dan (xi) fasilitasi dan penguatan kemitraan usaha untuk menumbuhkan kapasitas dan pelaku usaha baru; (xii) melakukan komunikasi dan fasilitasi dengan pihak investor asing melalu serangkaian pertemuan baik formal maupun informal; (xiii) Fasilitasi akses pembiayaan bagi investor ke perbankan dan sumber pembiayaan lainnya; (xiv) Temu Nasional Investasi Perikanan Budidaya; dan (xv) Penyiapan Sertifikasi Hak Atas Tanah 61

Pembudidaya Ikan (Se-HAT-Kan) untuk mempermudah para pembudidaya ikan dalam mengakses sumber pembiayaan. Kegiatan lainnya yang dilakukan untuk mendukung pencapaian ini yaitu menjalin kerjasama dengan pihak perbankan, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan mitra usaha budidaya serta monitoring dan evaluasi pelaporan investasi perikanan budidaya. e. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 5 : Tersedianya Modernisasi Sistem Produksi Kelautan Perikanan, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Kelauatan Perikanan yang Optimal dan Bermutu Upaya perbaikan yang dilakukan adalah : (i) melaksanakan surveilance dan pembinaan terhadap unit perbenihan untuk sertifikasi CPIB dan CBIB; (ii) peningkatan kerjasama dengan Kementerian/Lembaga lainnya dalam penyediaan sarana dan prasarana; (iii) mengusulkan reward pada unit pembenihan yang bersertifikat baik dengan dana pusat maupun daerah, yang dapat berupa kemudahan mendapatkan induk unggul ataupun sarana produksi lainnya dan perbaikan sarana pada unit pembenihan skala kecil, serta alokasi dana untuk pengujian sumber air bagi unit-unit pembenihan; (iv) sosialisasi utk penerapan CPIB; (v) Inventarisasi dan identifikasi potensi lahan budidaya; (vi) Penyusunan profil prasarana dan sarana budidaya air tawar, payau dan laut yang bertujuan untuk menyiapkan basis data infrastruktur sebagai tahapan awal dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pengembangan berbasis perikanan budidaya dan mendukung industrialisasi perikanan; (vii) Kegiatan monitoring dan verifikasi di kawasan minapolitan; (viii) melakukan kegiatan-kegiatan kajian untuk mendukung ketersediaan data yang valid; (ix) Membuat perencanaan kegiatan yang lebih terintegrasi; (x) Membuat pedoman pelaksanaan kegiatan; dan (xi) memberikan apresiasi bagi laboratorium yang berkinerja baik sehingga akan membangkitkan motivasi daerah. h. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 6 : Terselenggaranya Pengendalian Usaha Perikanan Budidaya Upaya yang terus dilakukan adalah (i) pembahasan RPP yang intensif dengan seluruh stakeholder; (ii) pembahasan draft kebijakan publik; (iii) penyiapan bahan telahaan draft keputusan di bidang perikanan budidaya yang diusulkan oleh unit kerja lingkup Ditjen Perikanan Budidaya; (iv) peningkatan koordinasi tentang penyusunan dokumen kebijakan publik; (v) mendokumentasikan setiap keputusan dan peraturan yang diterbitkan; (vi) Rapat Teknis dan Rapat Konsensus bidang produksi, perbenihan, prasarana dan keskanling untuk RSNI-3; (vii) percepatan pembahasan RSNI-3; (viii) melaksanakan perbaikan RSNI-3 berkelanjutan; dan (ix) Identifikasi kebutuhan standar budidaya air payau/laut dan bidang prasarana. 62

i. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 7 : Tersedianya SDM Ditjen Perikanan Budidaya yang Kompeten dan Profesional Upaya yang terus dilakukan adalah (i) trasnformasi budaya kerja pegawai Ditjen Perikanan Budidaya, baik di Pusat maupun UPT; (ii) melakukan pembinaan teknis dan administrasi kepegawaian; (iii) mengikutsertakan pejabat eselon III, IV dan V pada assessment yang akan dilaksanakan oleh Biro Kepegawaian, Kementerian Kelautan dan Perikanan; (iv) Assesment pejabat struktural dan fungsional lingkup Ditjen Perikanan Budidaya dalam rangka memetakan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai; (v) Peningkatan Jiwa Kepemimpinan; (vi) keikutsertaan Pejabat Struktural Eselon III dan IV pada pelaksanaan diklat jabatan; (vii) pemetaan standar kompetensi jabatan berdasarkan hasil assessment yang sudah dilaksanakan di lingkup Ditjen Perikanan Budidaya (viii) Melakukan penilaian angka kredit pejabat fungsional tertentu sebagai rekomendasi untuk kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat pejabat fungsional; dan (ix) melakukan evaluasi penilaian Angka Kredit. j. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 8 : Tersedianya Informasi yang Valid, Handal dan Mudah Diakses di Bidang Perikanan Budidaya Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah (i) peningkatan kualitas website DJPB melalui perbaikan dari waktu ke waktu, pengintegrasian data di KKP, serta perbaikan pelayanan website DJPB; (ii) pengelolaan dan up-dating data dan informasi yang dilakukan secara terus menerus melalui website; (iii) pembentukan tim website melalui SK Dirjen PB No. 3/KEP-DJPB/2014 tanggal 2 Januari 2014, dengan tugas melakukan pengelolaan website serta updating data dan informasi pada website; (iv) Penyusunan kuisioner; (v) pembuatan portal survey pada website Ditjen Perikanan Budidaya sehingga peningkatan akses informasi yang lebih cepat dan terintegrasi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat pembudidaya ikan serta melakukan ekspose dan publikasi. k. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 9 : Terwujudnya Good Governance and Clean Government di Ditjen Perikanan Budidaya Langkah dan upaya peningkatan yang dilakukan adalah (i) peningkatan manajemen kinerja / SAKIP, penerapan PMPRB dan monitoring secara online; (ii) peningkatan pelayanan publik melalui satu pintu dengan SDM yang memadai, (iii) peningkatan sosialisasi budaya anti korupsi di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya; (iv) menyelenggarakan pengadaan barang/jasa sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip-prinsip efektif, efisien, transparan serta mampu menerapkan prosedur e-procurement; (v) melakukan upaya motivator untuk meningkatkan kesadaran pegawai dalam mencegah perilaku koruptif, meningkatkan efisiensi pelaksanaan anggaran lingkup Ditjen PB serta menjadi corong untuk menyampaikan spirit anti korupsi di lingkup Ditjen Perikanan; (vi) implementasi zona integritas; (xv) peningkatan kualitas layanan publik melalui operasionalisasi 63

pelayanan terpadu secara online. L. Langkah Upaya Peningkatan capaian Sasaran Startegis 10 : Prosentase Penyerapan Anggaran Ditjen Perikanan Budidaya Peningkatan penyerapan anggaran pada tahun-tahun mendatang terus dilakukan melalui meningkatkan sistem administrasi dan keuangan secara tepat dan cepat, review penyerapan anggaran secara berkala dan menyeluruh, perbaikan rencana penyerapan anggaran serta percepatan, percepatan pelaksanaan lelang dan revisi kegiatan. Guna optimalisasi pencapaian Sasaran strategis di atas pada tahun mendatang, maka diperlukan kerjasama, tangggungjawab dari seluruh elemen yang fokus sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, sehingga program dan kebijakan akan mampu terimplemtasi dan secara langsung berdampak terhadap pencapaian kinerja yang positif. Khusus bagi sasaran yang sulit dicapai dalam rentang waktu yang tersisa, tetap perlu diupayakan dengan maksimal melalui penajaman, terobosan dan langkah strategis, review efektifitas, identifikasi kelemahan, dan kemungkinan penambahan alokasi anggaran, serta meningkatkan koordinasi. Daftar Lampiran Lampiran 1. Rekapitulasi Data Kelompok Pembudidaya Ikan yang Menerapkan Teknologi Anjuran Berdasarkan per Jenis Budidaya sampai dengan Tahun 2014 No Provinsi Kabupaten Nama Kelompok Jenis Komoditas/Budidaya I. Pokdakan Budidaya Air Tawar A. Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 1 Loór Budidaya Mas Minahasa Tenggara 2 Esa Taar Budidaya Mas 64

No Provinsi Kabupaten Nama Kelompok Jenis Komoditas/Budidaya Minahasa Tenggara 3 Kamang Budidaya Mas Minahasa Tenggara 4 Agatis Budidaya Mas Minahasa Tenggara 5 Soputan Jaya Budidaya Mas Minahasa Tenggara 6 Mina Tambermas Budidaya Mas Minahasa Tenggara 7 Buhaha Talaga Budidaya Nila Minahasa Tenggara 8 Dormansi Budidaya Nila Minahasa Tenggara 9 Basudara Budidaya Nila Minahasa Tenggara 10 Berkat Binotos Budidaya Nila B. Sumatera Selatan Muara Enim 11 Lebak Nante Budidaya Lele Muara Enim 12 Sepupu Jaya Budidaya Patin Muara Enim 13 Maju Jaya Budidaya Lele C. Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 14 Gawi Baimbai Budidaya Nila D. Jawa Tengah Boyolali 15 Mina Lestari Ugadi Boyolali 16 Apob Ugadi Banyumas 17 Ulam Sari Budidaya Gurame Banyumas 18 Mulya Sari Budidaya Gurame E. DI Yogyakarta Sleman 19 Mina Muda Ugadi Sleman 20 Mina Jaya Ugadi Sleman 21 Mina rukun Nila Sleman 22 Mina guna Nila Sleman 23 Mina muda Minapadi samberembe Sleman 24 Mina Jaya Minapadi Kulon Progo 25 Mina Muda Nirwana Lele F. Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah 26 Harapan Baru Ugadi Lombok Tengah 27 Pade Senang Ugadi Lombok Timur 28 Joben Gresik Ugadi Lombok Timur 29 Batu Tambun I Ugadi G. Bali Karangasem 30 Mina Murti Budidaya Nila Karangasem 31 Mina Karya Jaya Budidaya Nila Karangasem 32 Mina sari pencar Nila Karangasem 33 Mina tirta mekar Nila Tabanan 34 Mina bakti Lele Tabanan 35 Darma nadi Lele Tabanan 36 Mina mekar Lele Tabanan 37 Mina mekar sari iv Lele Tabanan 38 Mina pondok demen Lele Tabanan 39 Mina anyar kalangan Lele Tabanan 40 Mina lestari Lele Tabanan 41 Mina tunas baru Lele Tabanan 42 Mina Sejahtera Lele Tabanan 43 Tri Manunggal Jaya Lele H. ACEH Aceh tenggara 44 Tuah Sepakat Mas Aceh tenggara 45 Mina lawe guam Mas Aceh tenggara 46 Ketang pangkat Mas Aceh tenggara 47 Berkah karamba Nila Aceh tenggara 48 Sepakat maju Lele Aceh tenggara 49 Maju bersama Lele I. Jatim Tulungagung 50 Sari mulyo Lele 65

No Provinsi Kabupaten Nama Kelompok Jenis Komoditas/Budidaya Tulungagung 51 Mina nirwana Lele Tulungagung 52 Mina usaha karya Lele Tulungagung 53 Lestari Lele Tulungagung 54 Mina jaya Lele Tulungagung 55 Mekar sari Lele J. Sumatera Barat Agam 56 Silaka Indah Mas Agam 57 Kamang Mandiri Mas Agam 58 Parupuk Sepakat Nila Agam 59 Cahaya Nila K. Banten Tangerang 60 Mina Usaha Mandiri Lele II. Pokdakan Budidaya Air Payau/Laut A. LAMPUNG Pesawaran 1 Tegal arum Udang Lampung selatan 2 Tambak jaya Udang B. Banten Sukabumi 3 Citra indah Rumput laut C. Jawa Barat Tasikmalaya 4 Lingga Mulya Udang Galah D. Jawa Tengah Rembang 5 Sukowati Udang Rembang 6 Margo mulyo Udang Brebes 7 Muncul jaya Udang Brebes 8 Mulyo sari Udang Kendal 9 Tirta mina sari Udang Kendal 10 Harapan Makmur Udang Kendal 11 Sadewa Dadi Udang Kendal 12 Kerikan 2 Udang Jepara 13 Sido maju II Udang Jepara 14 Tambak sari jaya II Udang Pati 15 Truno Makmur Udang Pati 16 Barokah Udang Pati 17 Udang Sejahtera Udang Kota Pekalongan 18 Mina Barokah Udang Kota Pekalongan 19 Sampang Tigo Udang Kota Pekalongan 20 Sido Mulyo Udang Pekalongan 21 Suter Mas I Udang Pekalongan 22 Suter Mas II Udang Pekalongan 23 Suter Mas III Udang E. Jawa Timur Sidoarjo 24 Sumber Urip Udang Sumenep 25 Rukun Muda Rumput laut Banyuwangi 26 Raja vaname Udang Banyuwangi 27 Sido rukun Udang Banyuwangi 28 Mina surya Udang Banyuwangi 29 Kerto rahayu Udang Probolinggo 30 Primadona hijau Udang Probolinggo 31 Hidayah vaname makmur Udang Lamongan 32 Bhakti Usaha Udang Lamongan 33 Hasviwindo Udang Situbondo 34 Al-Ukhuwah Udang Situbondo 35 Barokah Udang F. Nusa Tenggara Timur Kupang 36 Make Daen Rumput Laut Ende 37 NN Rumput Laut 66

No Provinsi Kabupaten Nama Kelompok Jenis Komoditas/Budidaya G. Nusa tenggara barat Sumbawa 38 Tanjung srikaya Udang Sumbawa 39 Saling beme Udang H. Sulawesi Utara Minahasa Utara 40 Angrek Rumput Laut Minahasa Utara 41 Katoni Abu-abu Rumput Laut Minahasa Utara 42 Katoni Merah Rumput Laut Minahasa Utara 43 Spinosum Rumput Laut I. Gorontalo Pohuwato 44 Vaname Jaya Udang Pohuwato 45 Cahaya Bandeng Udang Pohuwato 46 Bangkit Bersama Bandeng J. Sulawesi Tengah Morowali 47 Sumber Bahari Rumput Laut Morowali 48 Fajar Bahari Rumput Laut Morowali 49 Usaha Bersama Rumput Laut K. Sulawesi Selatan Barru 50 Mitra bahari Rumput laut Takalar 51 Sikaranuang Udang Pinrang 52 Resopamase Udang Pangkep 53 Poliwali borneo Udang L. Sulawesi Tenggara Kolaka 54 Masagenae Udang Kendari 55 Teporombu Udang Konawe Selatan 56 Solo Raya Rumput Laut Bombana 57 Lapapirin Jaya Udang Bombana 58 Lapri Bahari Udang-Bandeng Muna 59 Benteng Ilohia Jaya Udang Maluku Maluku Tenggara 60 Nam We Udang-Bandeng Maluku Tenggara 61 Usaha Ngafan RL (E. Cottonii) Maluku Tenggara 62 Nam Fadok RL (E. Cottonii) Maluku Tenggara 63 Teluk Ngafan RL (E. Cottonii) Maluku Tenggara 64 Vatngeng RL (E. Cottonii) Maluku Tenggara 65 Hoat Jaya RL (E. Cottonii) III. Pokdakan Budidaya Ikan Hias A. Aceh Kota Banda Aceh 1 Club Aceh Betta Betta Rubra B. Riau Kota pekanbaru 2 Tampan mandiri Plati pedang, Manfis, Sumatera/tiger, Guppy, Platy, BlackGhost dan Cupang C. Kepulauan Riau Kota Batam 3 Red Danio Gurame hias, danio, komet, molly, guppy, platys, lobster, silver dolar dan parrot Kota Batam 4 Pelati Makmur Molly, Platys, Ikan pedang/sword tail, komet, koki, lobster air tawar, gurame hias D. Sumatera Barat Kota Bukittinggi 5 Banda Lowo Komet dan Koki Lima Puluh Kota 6 Usaha Bersama Koi, komet dan koki Lima Puluh Kota 7 Ingin Maju Gurame padang, koi, komet dan koki Lima Puluh Kota 8 Bibit jaya gurame padang, koi, komet dan koki 67

No Provinsi Kabupaten Nama Kelompok Jenis Komoditas/Budidaya E. Jambi Kota Jambi 9 Omah Ikan cupang (serit, plakat, halfmoon, giant) Kota Jambi 10 Mayang Mangurai Botia F. Lampung Lampung Selatan 11 Perintis cupang, guppy, koki, marbel, black molly, ferivera, golden dan platy koral Lampung Selatan 12 Nemo Clownfish G. Banten Kota Tangerang 13 AP3I (Asosiasi Cupang Pengumpul Pedagang Peternak Ikan) H. Jawa Barat Cirebon 14 Mina Alam Sejahtera Koi, Lele belang, Bokim Cirebon 15 Grage aqua Cupang, Oscar, Blackghost, Louhan, Manfish, Tigerfish Sumedang 16 Bambu Akuarium Koki dan Koi Sumedang 17 Mina Paska Wijaya Koki Kota Depok 18 Platinum Koki Bogor 19 Mina Mitra Bersama manvis, blackghost, cupang, endlichery, ctenofoma, baby dolphin, alligator, palmas segegalus, palmas delhezi, neon tetra, red tile catfish, corydoras sterbai dan arwana silver Sukabumi 20 Sugo'i (Sukabumi koi, komet Nishikigoi Breeder) Sukabumi 21 Minaraja Koi koi, tetra, black molly, oscar dan arwana Kota Cimahi 22 Mitra Sangku riang Koi, Komet Cirebon 23 MINA BAKTI Molly balon, Golden Thailand, Koi, Umbrus Karawang 24 Sukma mina bersama Cupang Bogor 25 Situ mekar Sumatra, black tetra, nanas tomus, kolombia, barbir, Ankara, blue barbir Cirebon 26 Mina Patriot Cupang, gapi, danio, lele belang, moly balon dan platis Sukabumi 27 Mizum Koi Koi Kota Bandung 28 Petani Ikan Hias Bandung Udang red bee, udang black bee dan coydoras Sumedang 29 Perintis cupang, guppy, koki, marbel, black molly, ferivera, golden dan platy koral Kota Depok 30 Luki Lucky Guppy dan Platis Bogor 31 Teratai Guppy, sinterclas dan cupang I. DKI Jakarta Jakarta Selatan 32 Mekar Indah Ciganjur Cupang, Platis, Manvis, koki Jakarta Selatan 33 Mina Kusuma Koki, cupang, manvis 68

No Provinsi Kabupaten Nama Kelompok Jenis Komoditas/Budidaya Jakarta Timur 34 Mina Aquatic Cupang, Guppy, koki, manfish, diskus Jakarta Timur 35 Manfish Jaya Cupang, Guppy, Koki, palmas dan discus Jakarta Selatan 36 Oscar Agung Mandiri Oscar J. Jawa Tengah Semarang 37 APIHIS Discus, Cupang, Zebra, Barbir dan Rainbow Magelang 38 Sido makmur Arwana silver dan koi 39 Anugerah mina Guppy, arwana silver dan koi K. DI Yogyakarta Bantul 40 Mina Utama Gapy, platy dan komet Bantul 41 Mina Utama Cupang Bantul 42 kepis bumi kencono aneka jenis ikan hias air tawar L. Jawa timur Kediri 43 arwana jaya arwana Blitar 44 sumber rezeki koi Kediri 45 varia mina usaha koki,cupang,parrot, blackghost Kediri 46 trunojoyo koi Tulungagung 47 Tirta Kencana Agung Mas Koki Tulungagung 48 Mina Lestari Koki, Cupang, Molly, Sumatera M. Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin 49 Karya Usaha Mandiri cupang, guppy dan moly N. Sulawesi Tengah Sigi 50 Padat Karya Koi Total 175 Lampiran 2. Rekapitulasi Judul RSNI 3 Direktorat Produksi Tahun 2014 : 1. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) super intensif di tambak lining ; 2. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) teknologi sederhana plus ; 3. Pembesaran lobster (Panulirus sp.) di karamba jaring apung (KJA) ; 4. Produksi pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch.) di tambak ; 5. Penerapan manajemen kolektif pada produksi udang di tambak ; 69

6. Produksi polikultur ikan nila (Oreochomis spp.) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) di tambak ; 7. Pembesaran ikan lele (Clarias sp.) intensif dengan aplikasi probiotik Lactobacillus sp. (NWS) ; 8. Pembesaran ikan lele (Clarias sp.) intensif dengan sistem pergantian air ; 9. Pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus Linnaeus, 1758) di kolam air deras ; 10. Pembesaran ikan papuyu/betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) di kolam lahan gambut ; 11. Pembesaran ikan lele (Clarias sp.) intensif dengan sistem keseimbangan biologi perairan (NWS) 12 Produksi tokolan 2 udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man, 1879) ; 13. Produksi ikan hias capungan banggai/banggai cardinalfish (Pterapogon kaudern Koumans, 1933) di Karamba Jaring Apung (KJA) ; 14. Pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio Linnaeus, 1758) dalam karamba jaring apung di sungai Produksi ikan balashark (Balantiocheilus melanopterus Bleeker, 1851) ; 15. Produksi ikan hias synodontis upside-down catfish (Synodontis eupterus Boulenger, 1901) ; 16. Produksi ikan hias neon tetra (Paracheirodon innesi Myers, 1936) ; 17. Produksi ikan hias komet (Carassius auratus Linnaeus, 1758) ; 18. Produksi ikan hias platy (Xiphoporus sp.). Lampiran3. Dokumentasi foto kegiatan pendukung Kinerja Direktorat Produksi 70

Gambar a. Sosialisasi Penerapan Teknologi Anjuran Budidaya Rumput Laut di NTT Gambar b. Sosialisasi Rencana Kegiatan Model Pengembangan Budidaya UGADI Gambar c. Forum Koordinasi Auditor Sertifikasi CBIB 71

Gambar d. Acara Tebar Perdana Tokolan Udang Galah di Kabupaten Sleman Gambar e. Kegiatan Tebar Benih Nemo Model Percontohan Budidaya Ikan Hias Laut di Pokdakan Nemo, Kec. Rangai Kabupaten Lampung Selatan 72

Gambar f. Kegiatan Validasi Data Statistik Perikanan Budidaya 2014 Gambar g. Kegiatan Konsensus RSNI 3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya Gambar h. Forum Budidaya Ikan Hias Tingkat Provinsi Sumatera Utara 73

Gambar i. Panen Udang Vaname di Kab. Jepara - Jawa Tengah Gambar j. Temu Lapang Budidaya Air Payau dan Laut di Kab. Ende - 74