. Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) : Prof. Dr. Ir. Rahmat Syahni Z, MSc Dr. Ir. Nofialdi, Msi ; Rini Hakimi, SP, Msi ; Vonny Indah Mutiara, SP, MEM M. Hendri, SP, MM ; Dian Hafizah, SP, Msi ; Nurafni, SP, MM 1
SUB POKOK BAHASAN 1. Defenisi MRP 2. Tujuan MRP 3. Komponen MRP 4. Teknik Lotting 5. Philosophi JIT 6. Keuntungan dan Masalah JIT. 2
Perencanaan kebutuhan material (Materials Requirement Planning=MRP) adalah suatu konsep dalam manajemen produksi untuk menetapkan cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan.. 3
Tujuan MRP Meminimalkan persediaan, karena MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi (JIP). Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi dan pengiriman Komitmen yang realistis terhadap pengiriman barang Meningkatkan efisiensi, karena jumla persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan JIP. 4
Sistem MRP Daftar material Jadwal induk produksi Catatan persediaan Perencanaan kebutuhan material Rencana pembelian Rencana produksi jangka pendek. 5
Komponen MRP Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) MPS merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan termasuk peramalan, backlog, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to promise). Contoh : Produk Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 A 60 60 60 60 60 70 70 70 B 70 70 70 70 70 80 80 80 C 120 120 140 160. 6
Daftar material (bill of materials, BOM) Daftar material merupakan daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran atau pembuatan produk akhir tersebut. Hubungan antara suatu barang dan komponen-komponennya dijelaskan dalam suatu struktur produk. Kursi K-100 (1) Level O Kaki Kursi KK-101 (1) Jok JK-102 (1) Sandaran Tangan ST-103 (2) Level 1 Rangka Jok RJ-1021 (1) Busa BJ-1022 (1) Kain Jok KJ-1023 (1) Level 2. 7
Daftar material untuk produk kursi diatas : K-100 Kursi (1) KK-101 Kaki Kursi (1) JK-102 Jok (1) ST-103 Sandaran Tangan (2) RJ-1021 Rangka Jok (1) BJ-1022 Busa Jok (1) KJ-1023 Kain Jok (1). 8
Level Nomor identifikasi Nama Komponen Unit yang diperlukan 0 K-100 Kursi 1 1 KK-101 Kaki Kursi 1 1 JK-102 Jok Kursi 1 1 ST-103 Sandaran Tangan 2 2 RJ-1021 Rangka Jok 1 2 BJ-1022 Busa Jok 1 2 KJ-1023 Kain Jok 1. 9
Catatan persediaan Catatan persediaan berguna untuk memberikan informasi data persediaan yang up to date untuk setiap komponen barang. Data tersebut biasanya mencakup : 1. nomor identifikasi, 2. jumlah barang yang terdapat di gudang, 3. jumlah yang akan dialokasikan, 4. tingkat persediaan minimum (safety stock level), 5. komponen yang sedang dipesan dan waktu 6. kedatangannya, 7. tenggang waktu pengadaan (procurement lead time) bagi setiap komponen.. 10
Istilah-istilah MRP Gross requirement (GR, kebutuhan kasar) adalah keseluruhan jumlah item atau komponen yang diperlukan dalam satu periode. Scheduled receips (SR, penerimaan yang dijadwalkan) adalah jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang telah dibuat. On hand inventory (OI, persediaan di tangan) adalah proyeksi jumlah persediaan pada akhir suatu periode dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima atau dikurangi dengan jumlah item yang dipakai/dikeluarkan dari persediaan pada periode tersebut.. 11
Net requirement (NR, kebutuhan bersih) adalah jumlah kebtuhan bersih dari suatu item yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasarpada suatu periode yang akan datang. Planed order release (PO, pelepasaan pemesanan yang direncanakan) adalah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan untuk dapat memenuhi perencanaan pada masa yang akan datang. Current inventory adalah jumlah material yang secara fisik tersedia dalam gudang pada awal periode. Allocated adalah jumlah persediaan yang sudah ada, tetapi telah direncanakan untuk dialokasikan pada suatu penggunaan tertentu Lead time adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan (membuat) suatu barang sejak saat pesanan (pembuatan) dilakukan sampai barang tersebut diterima (selesan dibuat).. 12
Proses MRP Netting, yaitu menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar dengan memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang ada dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan. Konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pesanan. Menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang tepat dengan cara menghitung mundur dari waktu yang dikehendaki dengan memperhitungkan waktu tenggang, agar dapat memenuhi pesanan komponen yang bersangkutan. Menjabarkan rencana produksi produk akhir ke kebutuhan kasar untuk komponen-komponennya melalui daftar material.. 13
Contoh Kasus Tabel 11.3. Jadwal Induk Produksi Kursi FURNITURE Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kursi 150 170 14.
Tabel 11.4. Data Komponen Kursi Level Nomor identifikasi Nama Komponen Unit yang diperlukan Led Time (minggu) Make (M) or Buy (B) 0 K-100 Kursi 1 1 M 1 KK-101 Kaki Kursi 1 1 B 1 JK-102 Jok Kursi 1 1 B 1 ST-103 Sandaran Tangan 2 2 M 2 RJ-1021 Rangka Jok 1 2 B 2 BJ-1022 Busa Jok 1 1 B 2 KJ-1023 Kain Jok 1 1 B 15.
Tabel 11.5. Penerimaan Pesanan yang Direncanakan Nomor identifikasi Schedule Receipt (minggu) Due date (minggu ke) KK-101 50 1 ST-103 300 2 300 6 RJ-1021 120 1 BJ-1022 100 1 16.
Tabel 11.6. Data Persediaan Nomor identifikasi Current Inventory (unit) Allocated (unit) K-100 30 10 RJ-1021 80 0 KJ-1023 50 10 17 Tentukanlah kebutuhan material untuk setiap komponen.
Jawaban : Kebutuhan Kursi Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 150 170 SR OI 20 20 20 20 20 NR 130 170 PO 130 170 18.
Jawaban : Kebutuhan Kursi Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 150 170 SR OI 20 20 20 20 20 NR 130 170 PO 130 170 19.
Jawaban : Kebutuhan Kaki Kursi Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 130 170 SR 50 50 50 50 OI 50 50 50 50 NR 80 170 PO 80 170 20.
Jawaban : Kebutuhan Jok Kursi Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 130 170 SR OI NR 130 170 PO 130 170 21.
Jawaban : Kebutuhan Sandaran Tangan Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 260 340 SR 300 300 OI 300 300 300 40 340 340 NR PO 22.
Jawaban : Kebutuhan Busa Jok Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 130 170 SR 100 OI 100 100 100 NR 30 170 PO 30 170 23.
Jawaban : Kebutuhan kain Jok Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 130 170 SR OI 40 40 40 NR 90 170 24 PO 90 170.
Jawaban : Kebutuhan Rangka Jok Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GR 130 170 SR 120 OI 200 200 200 70 70 70 NR 100 PO 100 25.
Ringkasan Kebutuhan Material dan Jadwal Pesanan Part Number Item Week Number Amount Kursi 1 5 8 Kaki Kursi 1 4 7 Sandaran Tangan 2 dst 130 170 80 170 Jok Kursi 1 Kain Jok 1 Busa Jok 1 26 Rangka Jok 1.
Teknik Lotting 1. Lot For Lot 2. Jumlah Pesanan Ekonomis (EOQ) 3. Jumlah Pesanan Tetap (Fixed Order Quantity) 4. Jumlah Pesanan Periode (Period Order Quantity = POQ) 5. Kebutuhan Periode Tetap (Fixed Period Requirement). 27
Lot For Lot (LFL) Merupakan cara yang paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Tujuan : Meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini, ongkos simpan = 0 Sering sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai harga/unit sangat mahal. Teknik : Lot pesanan dibuat sama dengan kebutuhan bersih (NR). 28
Contoh Soal : Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb. Bersih (NR) 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Harga /unit = k = Rp 2000,-/unit Biaya Penyimpanan = H = Rp 100,-/unit/perioda Biaya Pemesanan = S = Rp 20000/pesanan. 29
Penetapan ukuran lot dengan Lot For Lot : Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb Bersih (NR) 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Ukuran Lot 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total biaya penyimpanan = 0 x Rp 1000,- = 0 Total biaya pemesanan = 12 x Rp 20000,- = Rp 240.000,- Total Biaya Persediaan (TC) = 0 + Rp 240000,- = Rp 240000,-. 30
Jumlah Pesanan Ekonomis (EOQ) Lot pesanan dibuat sama dengan EOQ, dimana : EOQ = (2 S D) H. 31
Contoh Soal Ukuran Lot = EOQ = [(2 x Rp. 20000 x 50) / (Rp. 100) = 141,2 = 141 Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb Bersih 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Ukuran Lot 141 141 141 141 141 705 Persediaan 121 71 112 32 32 73 33 134 114 64 135 10 5 1026 32.
Biaya Penyimpanan = 1026 x Rp 100,- = Rp 102 600 Biaya Pemesanan = 5 x Rp 20000,- = Rp 100 000 Total Biaya Persediaan = Rp. 102 600 + Rp. 100 000 = Rp. 202 600. 33
Jumlah Pesanan Tetap (Fixed Order Quantity) Ukuran lot pesanan dibuat jumlahnya tetap setiap saat, tetapi perioda pemesanannya dapat berubah. Penetapan jumlah dilakukan semau kita berdasarkan intuisi, faktor-faktor empirik atau sesuai dengan pengalaman.. 34
Contoh Soal Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb Bersih 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Ukuran Lot 180 - - 180 - - 180 - - - 180-720 Persediaan 160 110 10 110 110 10 150 110 90 40 150 12 1170 Biaya Penyimpanan = 1170 x Rp 100,- = Rp 117 000 Biaya Pemesanan = 4 x Rp 20000,- = Rp 80.000,- Total Biaya Persediaan = Rp. 117 000 + Rp. 80 000 = Rp 197 000. 35
Jumlah Pesanan Periode (Period Order Quantity = POQ) Jumlah lot pesanan berdasarkan jumlah lot yang dapat memenuhi jumlah pesanan perioda dari kebutuhan bersih. POQ = (2 S ) D H POQ = ((2 x Rp. 20 000) / ( 50 x Rp. 100)) = 8 = 2, 83 3. 36
Contoh Soal : Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb Bersih 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Ukuran Lot 170 180 100 150 600 Persediaan 150 100 0 100 100 0 60 20 0 100 30 0 660 Biaya Penyimpanan = 660 x Rp 100 = Rp 66 000 Biaya Pemesanan = 4 x Rp 20000 = Rp 80 000 Total Biaya persediaan = Rp. 66 000 + Rp. 80 000 = Rp. 146 000. 37
Kebutuhan Periode Tetap (Fixed Period Requirement) Penetapan ukuran lot hanya berdasarkan perioda waktu tertentu saja. (selang waktu antar pemesanan dibuat tetap, besarnya ukuran lot didapat dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada perioda yang akan datang).. 38
Contoh Soal : Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb Bersih 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Ukuran Lot 70 180 100 80 70 100 600 Persediaan 50 0 80 0 0 0 40 0 50 0 30 0 250 Biaya Penyimpanan = 250 x Rp 100 = Rp 25 000 Biaya Pemesanan = 6 x Rp 20000 = Rp 120 000 Total Biaya Persediaan = Rp 145 000. 39
Part Period Balancing (PPB) Ukuran lot dicari dengan menggunakan pendekatan periode-bagian yang ekonomis (Economic Part Period, EPP) EPP = Biaya pemesanan (per pesanan) Biaya penyimpanan (per unit / periode). 40
Contoh Soal EPP = Rp. 20000 / Rp. 100 = 200 unit Perioda Kebutuhan Bersih Lama Penyimpanan Akumulasi Kebutuhan 1 20 0 250 2 50 1 3 100 2 4 80 3 5 0 0 6 100 1 200 7 40 2 8 40 3 9 20 4 10 50 0 150 11 70 1 41 12 30 2.
Perioda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Keb Bersih 20 50 100 80 0 100 40 40 20 50 70 30 600 Ukuran Lot 250 200 150 600 Persediaan 230 180 80 0 200 100 60 20 0 100 30 0 1000 Biaya Penyimpanan = 1000 x Rp 100 = Rp 100 000 Biaya Pemesanan = 3 x Rp 20000 = Rp 60 000 Total Biaya Persediaan = Rp 160 000. 42
Sejarah JIT Teori konsep just in time ditemukan oleh seorang berkebangsaan Jepang bernama Taichi Ohno dari perusahaan kendaraan motor Toyota pada tahun 1978..
Konsep Just In Time Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost. Just in time dikenal juga dengan produksi tanpa persediaan (stockless production atau zero inventory).
Gagasan Just In Time sangatlah sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan, sejumlah yang diminta.. 45
Aspek pokok dalam konsep Just In Time. 1. Menghilangkan semua aktifitas atau sumbersumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa. 2. Komitmen terhadap kualitas prima. 3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. 4. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.
Sistem Kanban Pendekatan Kanban (kartu dalam bahasa Jepang) digunakan dalam metode otorisasi produksi dan gerakan bahan di dalam sistem JIT. Sistem kanban menggunakan pendekatan pull sistem, yaitu persediaan hanya diadakan apabila diperlukan.. 47
Manfaat Utama Just In Time Berkurangnya tingkat persediaan Meningkatnya pengendalian mutu. 48
Manfaat JIT antara lain (1): Mengurangi biaya tenaga kerja langsung maupun tidak langsung sebagai akibat adanya penghapusan kegiatan seperti penyimpanan persediaan Mengurangi ruangan atau gudang untuk penyimpanan barang Mengurangi waktu set up dan penundaan jadwal produksi Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi desalahan pada sumbernya Mengurangi waktu tunggu (lead time) karena ukuran lot yang kecil sehingga sel produksi lebih dapat memberikan umpan balik terhadap masalah mutu. 49
Manfaat JIT antara lain (2): Penggunaan mesin dan fasilitas secara lebih baik Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok Tata letak (lay out) pabrik yang lebih baik Integrasi dan komunikasi yang lebih baik antarfungsi, seperti pemasaran, pembelian dan produksi Pengendalian mutu dalam proses. 50
Sasaran implementasi JIT : 1. Persediaan 2. Waktu siklus 3. Perbaikan yang berkesinambungan 4. Penghapusan pemborosan. 51
Efektivitas JIT Metode JIT baru efektif apabila terdapat integrasi yang baik dari semua fungsi di antara pemasok dan pelanggan. 52
Daftar Pustaka Heizer Render. Operations Management- Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh, Salemba Empat. Jakarta. Eddy Harjanto. Manajemen Produksi dan Operasi. Grasindo. Jakarta. T. Hani Handoko. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta.. 53