Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Dalam penelitian penggunaan media Flip Chart untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan pemahaman materi jenisjenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Materi Gaya Melalui Model Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMA PIRI 1 YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebenarnya di lapangan sebagai data awal siswa sebelum peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini akan diuraikan dalam tahapan tahapan pada setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemahaman siswa sebelum maupun sesudah diterapkannya strategi Everyone

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasannya yang berjudul Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. guru mata pelajaran IPS kelas III di MI Nurul Huda I Kepatihan Gresik. Selain proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Saptosari,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini merupakan penjelasan tiap siklusnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nabi Muhammad SAW, adapun guru yang mengajar mata pelajaran tersebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo Utara yang berjumlah 20 orang siswa, terhadap materi perubahan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Hasil Penelitian Pra Siklus Penelitian pra siklus ini dilakukan pada tanggal 17 Maret 2011 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan analisis reflektif untuk menentukan tindakan yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi belajar siswa. Setelah refleksi dilakukan dan seluruh instrumen disusun kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan kelas, sehingga hasil awal dari penelitian ini adalah hasil observasi dan hasil wawancara non formal dengan kepala sekolah dan evaluasi sebelumnya. Kemudian setelah analisis tersebut maka dilakukan penelitian melalui dua siklus pembelajaran yang berkelanjutan mulai dari perencanaan, tindakan observasi, analisis data dan refleksi untuk perbaikan tindakan siklus selanjutnya. Pada kesempatan pertama, penulis mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah dan ketua program keahlian teknik permesinan SMK Negeri 6 Bandung pada tanggal 12 Juli 2011. Pada pertemuan ini dibicarakan mengenai izin penelitian, teknik penelitian yang akan digunakan dan materi yang harus digunakan penulis saat pembelajaran. Pada kesempatan ini pula penulis menginformasikan masalah waktu dan jam pelajaran yang digunakan untuk penelitian pada mata pelajaran alat ukur dasar kompetensi dasar menggunakan alat ukur dasar selama enam jam pelajaran, selama tiga kali pertemuan.

72 Observasi kedua dilakukan pada tanggal 19 Juli 2011 dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang kegiatan pembelajaran dari guru pengajar dan memastikan materi pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian. Penulis melakukan wawancara dan diskusi bersama Bapak Tatang Sutrisna, S.ST selaku guru mata pelajaran alat ukur dasar untuk memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar kebiasaan yang dilakukan pada saat pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, perhatian siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, serta masalah-masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal terhadap pembelajaran ditemukan hal-hal sebagai berikut: a) Guru cenderung menyampaikan materi dengan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. b) Dalam proses pembelajaranya instrumen pembelajaran seperti RPP, materi, dan media pembelajaran kurang dimaksimalkan. c) Kurangnya peran guru dalam membuat suasana yang kondusif di dalam kelas. d) Kurangnya peran guru dalam membimbing siswa selama proses pembelajaran. e) Guru jarang mengulas materi sebelumnya sehingga ketika menghadapi pembelajaran selanjutnya siswa terkadang kurang paham, karena materi yang akan diajarkan biasanya berhubungan dengan materi sebelumnya.

73 f) Sumber belajar dikelas kurang lengkap, seperti materi yang didapatkan oleh siswa hanya mengandalkan materi yang disampaikan guru. Hasil observasi awal di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran cendrung berjalan pasif dengan guru yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Sumber belajar yang dimiliki siswa kurang jika mengandalkan catatan materi dari guru, sehingga kemampuan siswa tidak berkembang dengan aktif. Kurangnya penanaman konsep juga yang dihadapi siswa tidak lepas dari peran guru untuk memaksimalkan instrumen pembelajaran yang ada, dan mecari model pembelajaran yang tepat bagi siswa dan mata pelajaran tersebut. Keaktifan siswa yang kurang dalam mengukiti proses pembelajaran di dalam kelas disebabkan oleh peran guru yang kurang dalam membimbing dan mengarahkan siswanya. Berdasarkan observasi pada proses pembelajaran pra-tindakan, selanjutnya peneliti bersama guru mata pelajaran mengadakan refleksi awal dalam rangka perbaikkan proses pembelajaran di kelas. Peneliti mencoba mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung tipe Explicit Instruction. Model pembelajaran ini dipilih karena terdapat salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung yaitu cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing dalam mendemonstrasikan materi pembelajaran yang dikombinasikan dengan latihan. Dalam pelaksanaannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan penyerapan bagi siswa itu sendiri, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan

74 memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi baru sehingga membuat siswa dapat meningkatkan keterampilan prakteknya. Setelah dilakukan refleksi pra tindakan, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan dua kali siklus pembelajaran sesuai materi yang akan disampaikan dalam tiga pertemuan. Uraian hasil penelitian berikut ini disajikan secara bertahap mulai dari siklus pertama dan siklus kedua yang dilaksanakan dengan berpedoman pada RPP yang telah disusun sebelumnya. Secara rinci RPP pada setiap siklus diuraikan di lampiran. B. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I 1. Perencanaan (Planning) Pada tahap ini, penulis membuat perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus pertama. Pembuatan perencanaan ini penulis mengacu pada studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun rencana yang dibuat adalah keseluruhan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar siswa. Tahapan perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi: a) Menetapkan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam KBM, yaitu model pembelajaran langsung tipe Explicit Instruction. Tentunya model yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan yang bisa membuat siswa aktif dan termotivasi ketika proses pembelajaran berlangsung.

75 b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus I pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dasar dengan pokok bahasan dasar alat ukur (mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge). c) Mempersiapkan media dan alat yang mendukung proses pembelajaran. d) Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan sebelumnya dimana observasi dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Format observasi yang digunakan berupa: Lembar observasi aktifitas guru, digunakan untuk melihat kegiatan guru selama proses belajar mengajar. Lembar penilaian aktifitas siswa, digunakan sebagai alat observasi untuk melihat aktifitas siswa pada proses pembelajaran. e) Membuat lembar evaluasi dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 13 butir tes untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir setalah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung tipe Explicit instruction. 2. Pelaksanaan (Action) Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2011 pukul 07.00 10.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Pembelajaran siklus I membahas materi mengenai mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge. Pada kegiatan pembelajaran ini guru diamati oleh seorang

76 observer. Tahap proses pelaksanaan pembelajaran siklus I secara rinci akan diuraikan sebagai berikut. Guru memasuki ruangan kelas dan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian meminta ketua kelas memimpin do a bersama, setelah selesai berdo a dan mengucapkan salam, guru melihat kerapihan baik pakaian seragam maupun keadaan kelas. Guru mengecek kehadiran siswa dan semuanya hadir berjumlah 34 orang dari 36 siswa. Setelah selesai mengecek kehadiran siswa guru mengulas kembali materi sebelumnya tentang menggunakan alat ukur dasar. Kemudian setelah itu guru memberikan motivasi sehingga siswa dapat belajar secara sungguh-sungguh dan memahami pentingnya proses pembelajaran. Guru memberikan pre-test kepada siswa yang bertujuan mengukur kemampuan pemahaman siswa tentang materi yang akan diberikan. Test ini terdiri 13 soal pilihan berganda yang berisikan pertanyaan seputar pengetahuan tentang mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge. Test berlangsung selama 10 menit. Dengan tertib siswa menerima soal dan menyiapkan alat tulis. Siswa mengerjakan tes secara individu dan berusaha mengerjakan sendiri dalam waktu 10 menit. Pada saat pelaksanaan pre-test banyak siswa yang berusaha mencontek karena kebingungan menjawab soal. Guru mengingatkan siswa untuk bekerja sendiri sesuai kemampuan. Setelah waktu pelaksanaan pretest habis, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Guru kemudian mengkondisikan siswa kembali karena pada saat pengumpulan lembar pre-test siswa menjadi gaduh.

77 Setelah pre test dilakukan terlebih dahulu, kemudian guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan pada pertemuan kali ini yaitu model pembelajaran langsung tipe explicit instruction. Pada fase tersebut guru menjelaskan secara garis besar materi yang akan diajarkan yaitu tentang mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge. Pada saat guru menjelaskan, terlihat hanya beberapa siswa yang mencatat. Meskipun tidak mencatat penjelasan secara umum yang diberikan oleh guru, namun siswa terlihat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Pada proses pembelajaran belum terlihat komunikasi dua arah antara guru dan siswa secara keseluruhan. Kemudian dengan menggunakan media gambar dan benda asli, guru memberi ilustrasi mengenai prinsip kerja, penggunaan fungsi dari setiap bagian bagian, dan cara pembacaan ukuran pada alat ukur. Setelah itu kegiatan pembelajaran juga dilakukan dengan mendemonstrasikan keterampilan yang disajikan tahap demi tahap pada aplikasi aalat ukur, siswa terlihat antusias memperhatikan ketika guru memberikan arahan mengenai bagian bagian utama yang terdapat pada alat ukur serta penggunaannya. Selama proses pembelajaran berlangsung terlihat siswa lebih antusias ketika guru melakukan peragaan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan tahap demi tahap, yang dilakukan langsung pada alat ukur. Guru melanjutkan proses pembelajaran dengan merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal pada siswa untuk menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari. Pada saat pelatihan awal, terlihat beberapa siswa sedikit menyesuaikan antara kemampuan kognitif dan motoriknya.

78 Sebagian besar siswa terlihat antusias ketika mereka melakukan pelatihan awal penggunaan alat ukur dan siswa lainya yang sedang memperhatikan, banyak yang saling bertanya dan bertukar pendapat mengenai penggunaan alat ukur tersebut. Pada saat yang bersamaan, guru melakukan evaluasi dan memberikan umpan balik guna mengetahui penyerapan terhadap siswa itu sendiri. Tahap selanjutnya guru memberikan post-test untuk setiap siswa. Meskipun sudah terlihat lelah namun siswa tetap serius mengerjakan post-test. Seperti halnya pre-test, masih ada siswa yang mencoba bekerjasama bahkan ada yag mencoba melihat buku. Guru kemudian menegur siswa tersebut dan memotivasi untuk berlaku jujur. Sebelum mengakhiri kegiatan, guru memberikan informasi bahwa materi selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai penggunaan jangka sorong dan mikrometer. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan bahan materi untuk pertemuan selanjutnya. Guru juga berpesan agar siswa membaca kembali materi yang baru saja dipelajari untuk lebih memahaminya. Setelah menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri kegiatan pembelajaran pada siklus I. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama. Guru meninggalkan kelas bersama observer. 3. Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan observer. Observer mengamati kegiatan pembelajaran, baik aktifitas siswa maupun guru. Observer berada di belakang kelas agar tidak mengganggu proses pembelajaran. Hal yang

79 diamati adalah angkah-langkah pembelajaran, aktifitas siswa dalam pembelajaran dan aktifitas guru ketika mengajar. Hasil observasi terhadap aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran pada sikluss I berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Proporsi skor aktifitas siswa diruang teori padaa siklus I No Aspek Aktifitas Prosentase Skor Aktifitas % Kategori 1 Bertanyaa 40,44 Rendah 2 Menjawab 36,76 Rendah 3 Perhatian 46,32 Sedang 4 Kerjasama 43,38 Rendah 5 Latihan 47,79 Sedang Prosentase Skor (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 40.44 36.76 46.32 43.38 47.79 Gambar 4.1 Grafik Aktifitas dalam ruangan kelas siklus I Hasil aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I di ruang teori berdasarkan pada tabel 4.1 dapat dikatakan tertinggi siswa terdapat pada baris ke lima yaitu aktifitas bahwa aktifitas latihan dengan prosentase skor keaktifan sebesar 47,79% dengan kategori sedang. Hal ini disebabkan karena kebanyakan dari siswa sangat antusias pada fase latihan atau bimbingan individual.

80 Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Aktifitas Guru selama Pembelajaran Siklus I NO Kegiatan Skor 1 Membuka pelajaran 3 2 Mengecek kehadiran siswa 3 3 Memotivasi siswa 2 4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan 2 5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 3 6 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 2 7 Kejelasan memberikan contoh 3 8 Penguasaan materi bahan ajar 2 9 Penggunaan media media pembelajaran 2 10 Penjelasan model pembelajaran 1 11 Mendemonstrasikan keterampilan 2 12 Memberikan bimbingan pelatihan awal 2 13 Mengecek pelatihan awal siswa 2 14 Memberikan umpan balik kepada siswa 3 15 Pemberian tugas untuk pelatihan lanjutan 2 16 Kemampuan melakukan evaluasi 2 17 Menyimpulkan materi pembelajaran 1 18 Menutup pembelajaran 2 Jumlah 39 (54,16%) Hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I ini tergolong kecil dengan frekuensi sebesar 39 atau 54,16% dari frekuensi ideal sebesar 72 atau derajat ketuntasannya 100%. Hal ini dikarenakan guru masih belum terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction ini. Guru kurang memberikan penjelasan mengenai teknis pelaksanaan pembelajaran sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif. Berdasarkan tabel di atas terlihat dalam pemberian bimbingan pelatihan dan mendemonstrasikan keterampilan, aktifitas guru masih belum maksimal.

81 Nilai tes pada pembelajaran langsung tipe explicit instruction siklus I apabila dikonversikan ke dalam standar nilai, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3 Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus I Rentang Nilai Pre-test Post-test Kategori 86-100 0 4 (11,76%) A (Lulus Amat Baik) 81 85,99 0 9 (26,47%) B (Lulus Baik) 75 80,99 3 (8,82%) 17 (50%) C (Lulus Cukup) 0-74,99 31 (91,18%) 4(11,76%) D (Belum Lulus) Jumlah 34 (100%) 34 (100%) Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 31 orang siswa atau 91,18% dari jumlah total siswa belum lulus dan yang lulus hanya 3 orang atau 8,82% dari jumlah seluruh siswa. Untuk hasil post test, dapat dilihat sebanyak 4 orang siswa atau 11,76% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori A (lulus amat baik), 9 orang siswa atau 26,47% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori B (lulus baik), 17 orang siswa atau 50% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori C (lulus cukup) dan sisanya sebanyak 4 orang siswa atau 11,76% dari jumlah total siswa belum lulus. Hasil belajar pada siklus I ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik. Diperlukan perbaikan-perbaikan agar hasil pembelajaran dapat dipertahankan atau bahkan meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa yang diukur melalui data pre-test dan post-test yang dinyatakan dalam N-Gain, dapat dilihat pada tabel berikut:

82 Tabel 4.4 Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus I Rentang Kategori Prosentase 0,70 < N-Gain Tinggi 5 (14,7%) 0,3 g 0,70 Sedang 24 (70,6%) < 0,30 Rendah 5 (14,7%) Jumlah 34 (100%) Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh gambaran sebanyak lima orang siswa atau 14,7% dari jumlah total siswa mengalami peningkatan dalam kategori rendah, 24 orang siswa atau 70,6% dari jumlah total siswa mengalami peningkatan dalam kategori sedang dan sisanya sebanyak lima orang atau 14,7% dari jumlah total siswa mengalami peningkatan dalam kategori tinggi. Rata-rata peningkatan N-gain pada pembelajaran siklus I ini adalah sebesar 0,5265 dan termasuk dalam peningkatan dengan kategori sedang. 4. Refleksi (Reflection) Hasil penelitian pada pembelajaran siklus I di atas menunjukkan bahwa tahap-tahap penerapan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction dalam pokok bahasan mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge ini belum berjalan secara maksimal, masih terdapat kekurangan yang menuntut adanya perbaikan pada pembelajaran tindakan berikutnya untuk mencapai ketuntasan sangat positif. Kekurangan-kekurangan yang dimaksud diantaranya : 1) Siswa masih belum bisa dikondisikan pada awal pembelajaran. 2) Ketika penyampaian tujuan materi pembelajaran, antusias siswa dalam belajar masih belum optimal.

83 3) Tujuan pembelajaran pada RPP model pembelajaran langsung tipe explicit instruction masih belum terlaksana sepenuhnya, hal ini terlihat dari pencapaian waktu kerja yang melebihi standar waktu yang ditentukan. 4) Pemberian bimbingan pelatihan terhadap siswa masih belum optimal. 5) Pelaksanaan pembelajaran melebihi alokasi waktu yang direncanakan. 6) Masih terdapat siswa yang menyontek pada saat pelaksanaan tes. Berdasarkan data di atas untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada siklus kedua dibuat perencanaan perbaikan sebagai berikut : 1) Guru harus lebih berusaha lagi untuk bisa menarik perhatian siswa pada awal pembelajaran, sehingga setelah siswa tertarik kegiatan dapat berjalan lebih tenang dan lebih kondusif. 2) Guru harus lebih intensif untuk membimbing dalam pelatihan awal. 3) Dalam pelaksanaan tujuan pembelajaran harus mempertegas materi yang diajarkannya sehingga siswa menjadi antusias serta dapat mencapai keterlaksanaan tujuan RPP dan pencapaian waktu kerja. 4) Guru harus lebih banyak memotivasi siswa pada saat sebelum dan penyampaian materi agar siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 5) Guru lebih memperhatikan alokasi waktu tiap-tiap tahapan pembelajaran. 6) Guru harus lebih ketat dan tegas pada saat pelaksanaan tes.

84 C. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II (Pertemuan 1) 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan pada siklus II (Pertemuan I) ini dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus I. Adapun perencanaan untuk siklus ini adalah sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II pada pokok bahasan yang membahas jangka sorong dan mikrometer. 2) Mempersiapkan media untuk mendukung pembelajaran siklus II. 3) Membuat lembar observasi untuk siklus II yang terdiri dari lembar observasi aktifitas siswa, lembar observasi aktifitas guru, dan catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung. 4) Membuat lembar evaluasi yang terdiri dari 15 soal pilihan berganda untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti KBM dengan menggunakan model pembelajaran ini. 2. Pelaksanaan (Action) Untuk siklus II ini dilakukan dua kali pertemuan karena mengacu kepada optimalnya proses pembelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus pukul 07.00 10.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir 35 orang siswa. Pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 1) membahas materi mengenai jangka sorong. Pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II (Pertemuan 1) ini guru diamati oleh seorang observer. Guru memasuki ruang kelas dengan mengucapkan salam kepada siswa. Setelah berdoa, guru mengabsen siswa dengan memanggil satu persatu nama siswa dari daftar hadir. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan motivasi

85 kepada siswa agar siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan tertib. Guru kemudian mencoba mengulas sedikit tentang materi sebelumnya yaitu mengenai mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge. Guru mencoba memberikan pertanyaan seputar materi mistar baja, busur derajat, dan vernier high gauge pada pertemuan sebelumnya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Awalnya siswa malu dan takut untuk menjawab, namun setelah ada salah seorang siswa mulai menjawab, hal tersebut membuat siswa lain berani dan saling mengutarakan jawabannya meskipun belum sepenuhnya jawaban tersebut tepat. Guru kemudian memberikan pujian dan applause untuk siswa yang aktif dalam menjawab guna membangkitkan semangat dan rasa percaya diri terhadap pribadi siswa itu sendiri. Tahapan selanjutnya guru memberikan soal pre-test kepada siswa. Soal pretest berjumlah 15 butir soal dengan bentuk pilihan ganda. Sebelum siswa mulai mengerjakan soal pre-test, guru mengingatkan jika ada siswa yang menyontek atau bekerjasama maka akan dikurangi nilainya, dan strategi ini cukup berhasil. Siswa dengan tertib menyelesaikan soal pre-test meskipun banyak siswa yang terlihat kebingungan dalam menjawab soal pre-test. Setelah selesai kegiatan pretest, guru langsung masuk dengan materi selanjutnya yaitu mengenai jangka sorong. Guru kemudian menjelaskan secara garis besar mengenai jangka sorong. Secara keseluruhan penjelasan materi berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran disertai dengan mendemonstrasikan bagian-bagian jangka sorong, cara menggunakan jangka sorong, pembacaan ukuran, dan pemeliharaan jangka sorong. Siswa terlihat lebih banyak memperhatikan dengan serius ketika guru

86 memberi arahan mengenai tahapan tahpan apa saja yang harus dilakukan dalam mengukur menggunakan jangka sorong. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan pelatihan awal siswa untuk mempraktekan mengenai materi yang sudah disampaikan, guru berperan sebagai fasilitator untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam pelatihan awal. Pada pelatihan siklus kedua ini siswa sebagian besar siswa sudah terlihat tidak kaku lagi dengan penggunaan jangka sorong, karena siswa dapat mengaplikasikan teori yang sudah disampaiakan sebelumnya. 3. Observasi Observasi pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer. Seperti halnya pada siklus pertama, observer mengamati kegiatan pembelajaran baik itu aktifitas siswa maupun aktifitas guru. Hasil observasi terhadap keterampilan praktek siswa selama proses pembelajaran melalui model-model pembelajaran langsung tipe explicit instruction pada siklus II (Pertemuan 1) berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Proporsi skor aktifitas siswa di ruang teori pada siklus II (Pertemuan 1) No Aspek aktifitas Prosentase skor aktifitas % 1 Bertanya 74,28 2 Menjawab 55 3 Perhatian 60,71 4 Kerjasama 55,71 5 Latihan 55

87 Prosentase Skor (%) 100 90 0 74.28 80 70 60 50 40 30 20 10 0 55 60.71 55.71 55 Gambar 4.2 Grafik Aktifitas dalam ruangan kelas siklus II (Pertemuan 1) Hasil semua aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 1) di ruang kelas berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dikatakan bahwa aktifitas tertinggi siswa terdapat pada baris pertama yaitu aktifitas bertanya dengan prosentase skor keaktifan sebesar 74,28% dengan kategori tinggi. Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 1) berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Aktifitas Guru selama Pembelajaran pada Siklus II (Pertemuan 1) NO Kegiatan 1 Membuka pelajaran 2 Mengecek kehadiran siswa 3 Memotivasi siswa 4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan 5 Kejelasan suaraa dalam berkomunikasi 6 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 7 Kejelasan memberikan contoh 8 Penguasaan materi bahan ajar 9 Penggunaan media pembelajaran 10 Penjelasan model pembelajaran 11 Mendemonstrasikan keterampilan Skor 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3

88 12 Memberikan bimbingan pelatihan awal 3 13 Mengecek pelatihan awal siswa 3 14 Memberikan umpan balik kepada siswa 3 15 Pemberian tugas untuk pelatihan lanjutan 2 16 Kemampuan melakukan evaluasi 3 17 Menyimpulkan materi pembelajaran 3 18 Menutup pembelajaran 2 50 Jumlah (69,44)% Hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 1) ini mengalami peningkatan sebesar 15,27% dibandingkan pada pembelajaran siklus I menjadi 69,44% dari frekuensi ideal sebesar 72 atau 100%, dan tergolong dalam kategori tinggi. Guru pada siklus II (Pertemuan 1) ini sudah mampu mengkondisikan siswa selain itu pada pembelajaran siklus II (Pertemuan 1) ini guru lebih intensif lagi dalam membimbing pelatihan awal siswa. Berdasarkan tabel 4.6 di atas terlihat dalam melakukan bimbingan siswa dan mendemonstrasikan keterampilan, guru telah melakukannya dengan lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya dan mendapat frekuensi masing-masing 3 dengan kategori baik. 4. Refleksi (Reflection) Setelah melakukan pembelajaran tindakan dan diobservasi, penulis melakukan refleksi untuk menilai seberapa jauh keberhasilan dari pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 1) ini. Hal-hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan pembelajaran siklus II (Pertemuan 1) dengan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction adalah sebagai berikut : 1) Suasana pembelajaran sudah mengarah pada pembelajaran model tipe explicit instruction.

89 2) Dalam pelatihan awal, siswa sudah menunjukkan peningkatan dalam penerapan materi meskipun belum secara maksimal. 3) Sebagian besar siswa mulai termotivasi untuk bertanya maupun menanggapi penjelasan baik itu dari guru maupun dari temannya. 4) Tujuan pembelajaran pada RPP sudah menggambarkan keterlaksanaan model pembelajaran lsngsung tipe explicit instruction. Hal ini dapat terlihat dari pencapaian keterampilan yang berdasarkan level pencapaian aspek. 5) Pelaksanaan pembelajaran hampir sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Berdasarkan data di atas, pada umumnya proses pembelajaran sudah menunjukkan adanya perbaikan dan berhasil menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan aktifitas maupun hasil belajarnya. Namun begitu, ada beberapa hal dalam pembelajaran yang harus diperhatikan agar aktifitas dan hasil belajar siswa semakin meningkat, diantaranya : 1) Materi sebelumnya sebaiknya di ulas kembali agar ada penguatan pemahaman terhadap materi yang baru diterima kepada siswa, sehingga pemahaman materi dan keterampilan praktek siswa dalam proses pembelajaran dapat lebih meningkat lagi. 2) Guru harus terus memberikan apresiasi/aplus kepada siswa yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, sebagai salah satu bukti nyata memotivasi siswa. Hal ini dilakukan agar siswa lain dapat terpacu

90 motivasinya sehingga pada petemuan berikutnya mereka dapat lebih aktif dan antusias lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. D. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II (Pertemuan 2) 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan pada siklus II (Pertemuan 2) ini dilakukan berdasarkan refleksi yang dilakukan pada pembelajaran siklus II (Pertemuan 1). Adapun perencanaan untuk siklus II (Pertemuan 2) ini adalah sebagai berikut : 1) Mempersiapkan media untuk mendukung pembelajaran siklus II. 2) Membuat lembar observasi untuk siklus II yang terdiri dari lembar observasi aktifitas siswa, lembar observasi aktifitas guru, dan lembar catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung. 3) Membuat lembar evaluasi yang terdiri dari 15 soal pilihan berganda untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mengikuti KBM dengan menggunakan model pembelajaran ini. 2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran siklus II (Pertemuan 2) dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2011 pukul 07.00-10.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir 35 orang siswa. Pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 2) membahas materi mengenai mikrometer. Pada saat pelaksanaan siklus II (Pertemuan 2) ini guru diamati oleh seorang observer. Tepat pukul 07.00 WIB guru memasuki ruang kelas sambil mengucapkan salam. Semua siswa terlihat bersemangat dan siap untuk memulai pembelajaran.

91 Untuk pengabsenan guru tidak lagi memanggil satu persatu nama siswa namun dengan menanyakan apakah ada siswa yang tidak datang. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pemberian motivasi oleh guru agar siswa bisa aktif baik itu dalam pembelajaran ataupun dalam melakukan pelatihan awal. Setelah pemberian motivasi selesai kemudian guru mengulas sedikit materi pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai jangka sorong. Guru kemudian menanyakan apakah ada yang belum mengerti mengenai materi pembelajaran sebelumnya, namun tidak ada siswa yang menjawab. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran sebelumnya. Ternyata responnya cukup baik, beberapa siswa bergantian memberikan jawaban dari pertanyaan yang guru ajukan meskipun beberapa dari jawaban tersebut belum sepenuhnya tepat, tetapi terlihat siswa lebih berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Guru mengapresiasi keberanian siswa dalam menjawab dengan memberikan pujian. Guru langsung melanjutkan materi yang baru yaitu mengenai mikrometer. Guru hanya menjelaskan secara garis besar dari materi ini karena pendalaman materi akan dilakukan pada saat pemberian bimbingan dan pelatihan pada aplikasi. Pada saat guru memberikan penjelasan, semua siswa dengan tenang mendengarkan penjelasan guru sambil mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran terlihat lebih hidup ketika guru merangsang siswa dengan memberikan pertanyaan yang menggunakan media. Beberapa siswa terlihat antusias dan mencoba menjawab di ikuti siswa lain yang mencoba mengutarakan

92 pendapatnya. Pada saat pembelajaran siklus II (Pertemuan 2) ini siswa sudah mulai banyak yang memperhatikan penjelasan dari guru, terlihat dari banyaknya siswa yang mencatat dari penyajian materi yang disampaikan di papan tulis. Guru memberikan rangsangan kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyaan dan peragaan (demonstrasi) yang melibatkan siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk melatih siswa agar mampu berpikir secara mandiri. Pada pembelajaran ini terlihat siswa sudah mulai terbiasa dan lebih berani untuk menjawab pertanyaan, sehingga terjadi komunikasi dua arah yang membuat pembelajaran lebih hidup. Begitu pula pada saat guru memberikan bimbingan pelatihan awal, siswa terlihat sudah mulai terbiasa, hal ini dikarenakan proses latihan yang disertai dengan pemberian penguatan kepada siswa itu sendiri sehingga pada saat guru melontarkan pertanyaan kepada siswa, dengan sendirinya siswa tersebut berani menjawab tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu. Guru selanjutnya memberikan post-test untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran setiap siswa. Soal untuk post-test terdiri dari 15 butir soal yang berbentuk pilihan ganda. Pelaksanaan post-test pada siklus II ini terlihat tertib. Semua siswa mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. 3. Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan observer. Observer mengamati kegiatan pembelajaran, baik aktifitas siswa maupun guru. Observer berada dibelakang kelas agar tidak mengganggu proses pembelajaran. Hal yang diamati adalah langkah-langkah pembelajaran, aktifitas siswa dalam

93 pembelajaran dan aktifitas guru ketika mengajar. Hasil observasi terhadap aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 2) berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Proporsi skor aktifitas siswa diruang teori pada siklus II (Pertemuan 2) No Aspek aktifitas Prosentase skor aktifitas % 1 Bertanya 72,85 2 Menjawab 70,71 3 Perhatian 74,28 4 Kerjasama 70,71 5 Latihan 68,57 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Prosentase Skor (%)100 72.85 70.71 74.28 70.71 68.57 Gambar 4.3 Grafik Aktifitas dalam ruangan kelas siklus II (Pertemuan 2) Hasil semua aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 2) di ruang kelas berdasarkan pada tabel 4.7 dapat dikatakan bahwa aktifitas tertinggi siswa terdapat pada baris ke tiga yaitu aktifitas perhatian dengan prosentase skor keaktifan sebesar 74,28 % dengan kategori tinggi. Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 2) berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut :

94 Tabel 4.8 Aktifitas Guru selama Pembelajaran Siklus II (Pertemuan 2) NO Kegiatan Skor 1 Membuka pelajaran 3 2 Mengecek kehadiran siswa 4 3 Memotivasi siswa 4 4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi 3 yang akan diajarkan 5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 4 6 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 2 7 Kejelasan memberikan contoh 4 8 Penguasaan materi bahan ajar 3 9 Penggunaan media pembelajaran 3 10 Penjelasan model pembelajaran 3 11 Mendemonstrasikan keterampilan 4 12 Memberikan bimbingan pelatihan awal 4 13 Mengecek pelatihan awal siswa 4 14 Memberikan umpan balik kepada siswa 4 15 Pemberian tugas untuk pelatihan lanjutan 3 16 Kemampuan melakukan evaluasi 4 17 Menyimpulkan materi pembelajaran 3 18 Menutup pembelajaran 2 Jumlah 61 84,72% Hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II (Pertemuan 2) menunjukkan frekuensi 61 atau 84,72% dari frekuensi ideal. Aktifitas guru pada pembelajaran siklus II (Pertemuan 2) ini menunjukkan peningkatan sebesar 11% dibandingkan pada pembelajaran siklus II (Pertemuan 1) sebesar 69,44% dari frekuensi ideal sebesar 72 atau 100%, dan tergolong dalam kategori sangat tinggi. Guru pada siklus II (Pertemuan 2) telah mendapat banyak masukan baik dari observer maupun dari guru mata pelajaran sehingga penampilan guru pada pembelajaran siklus II (Pertemuan 2) ini mengalami perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Selain itu pada pembelajaran

95 siklus II (Pertemuan 2) ini, guru sudah lebih mengenal karakteristik dari siswa sehingga lebih mudah dalam mengkondisikan siswa. Nilai tes pada siklus II apabila dikonversikan ke dalam standar nilai, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus II (Pertemuan 2) Rentang Nilai Pre-test Post-test Kategori 86-100 0 17 (48,57%) A (Lulus Amat Baik) 81 85,99 0 0 B (Lulus Baik) 75 80,99 0 15(42,85%) C (Lulus Cukup) 0-74,99 35 (100%) 3(8,57%) D (Belum Lulus) Jumlah 35 (100%) 35 (100%) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 35 orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test, dapat dilihat sebanyak 17 orang siswa atau 48,57% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori A (lulus amat baik), sementara 15 orang siswa atau 42,85% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori C (lulus cukup), dan sisanya sebanyak 3 orang siswa atau 8,57% dari jumlah total siswa tidak lulus atau mendapat nilai D (Belum Lulus). Pembelajaran pada siklus II ini telah mencapai hasil yang baik dimana tingkat kelulusan siswa sebesar 91,42%. Hasil belajar pada siklus II ini meningkat dibandingkan siklus I, dengan rata-rata kelas 83,99 dan nilai tertinggi yaitu 93,33. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan guru telah melaksanakan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran siklus II ini yang diukur

96 melalui data pre-test dan post-test yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.10 Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus II (Pertemuan 2) Rentang Kategori Prosentase 0,70 N-Gain Tinggi 2 (5,71%) 0,3 g < 0,70 Sedang 31 (88,57 %) < 0,30 rendah 2 (5,71%) Jumlah 35 (100%) Berdasarkan pada tabel 4.10, sebanyak dua orang siswa atau 5,71% dari total siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori tinggi, 31 orang siswa atau 88,57% dari total siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang dan sisanya sebanyak 2 orang siswa atau 5,71% dari total siswa mengalami peningkatan dengan kategori rendah. Rata-rata peningkatan N-gain dalam kelas adalah 0,6164 yang digolongkan dalam kategori sedang. 4. Refleksi (Reflection) Setelah melakukan pembelajaran tindakan dan diobservasi, penulis melakukan refleksi untuk menilai seberapa jauh keberhasilan dari pembelajaran pada siklus II ini. Hal-hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction adalah sebagai berikut : 1) Tujuan pembelajaran dari RPP model pembelajaran langsung tipe explicit instruction pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dasar sudah menggambarkan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai dengan

97 jelas, yaitu adanya keterlaksanaan mengenai level kompetensi yang harus dicapai dari setiap aspek kompetensinya. 2) Aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. 3) Aktifitas guruu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam setiap siklusnya. Siklus I (54,16%), Siklus II Pertemuan 1 (69,44%), dan Siklus II Pertemuan 2 (84,72%). 4) Hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dibanding siklus I dan mencapai kelulusan 91,42%. E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Aktifitas Guru Aktifitas guru merupakan aktifitas dalam melaksanakan setiap tahap pembelajaran model pembelajaran langsung tipe Explicit Instruction yang dinilai menggunakan lembar observasi aktifitas guru setiap siklusnya. Gambaran kenaikan rata-rata aktifitas guru pada setiap siklus yang ditunjukkan pada grafik dibawah ini. Prosentase (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 54.16 Siklus I 77.08 Siklus II Gambar 4.4 Grafik perkembangan aktifitas guru pada setiap siklus

98 Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktifitas belajar siswa baik diruang teori dengan model pembelajaran langsung tipe Explicit Instruction. Bentuk kegiatan proses belajar mengajar dalam penelitian ini akan tergambar dari aktifitas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dan aktifitas siswa selama KBM berlangsung. Hasil observasi menunjukkan keseluruhan aspek guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung tipe Explicit Instruction. Aktifitas positif guru dalam menyiapakan dan memotivasi siswa, menyampaikan tujuan, melakukan demonstrasi, memberikan latihan terbimbing, mengecek pemahaman serta memberikan umpan balik telah sesuai dengan kaidah pembelajaran langsung tipe explicit instruction. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai motivator dan fasilitator telah mampu menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat membangun pengetahuan melalui berbagai keterampilan prakteknya. Aktifitas guru dalam melaksanakan setiap tahapan dalam kegiatan pembelajaran berangsur-angsur semakin membaik dan terjadi peningkatan pada setiap siklusnya dari kategori rendah sampai tinggi. 2. Aktifitas Siswa Aktifitas siswa merupakan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru dengan aspek penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Gambaran kenaikan rata-rata aktifitas siswa selama di ruang kelas pada setiap siklusnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

99 Tabel 4..11 Perkembangan aktifitas siswa di ruang kelas Siklus I Siklus II 42,94 % 65,78 % Prosentase (%) 100 50 0 42.94 Siklus I 65.78 Siklus II Gambar 4.5 Grafik aktifitas siswa dalam ruangan kelas Hasil analisiss data pengamatan aktifitas siswa selamaa pembelajaran, menunjukkan bahwaa penerapan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction dapat meningkatkan aktifitas positif siswa selama KBM. Aktifitas positif siswa seperti, mendengarkan, memperhatikan guru, menulis, membaca dan menanyakan pertanyaan selama KBM, diskusi dalam memecahkan masalah, bimbingan individual dan kesungguhan melaksanakan evaluasi dengan tertib. Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama menunjukkan bahwa, salah satu aktifitas siswa tergolong kategori rendah, hal ini disebabkan karena waktu pembelajaran yang digunakan kurang efektif. Faktor lainnya yaitu dari faktor guru, bahwa guru masih terlihat kurang dapat memancing siswa agar lebih aktif lagi, masih belum bisa mengkondisikan siswa dikelas, terutama dalam memotivasi siswa yang belum terlihat aktif dan terampil. Guru masih terlihat belum maksimal dalam membuat suasana diskusi belajar lebih baik lagi sehingga masih ada siswa yang belum memahami tentang pembelajaran ini dan guru belum maksimal dalam

100 menggunakan media pembelajaran. Faktor dari siswa sendiri yaitu masih banyaknya siswa yang belum aktif terutama dalam kegiatan diskusi/latihan. Aktifitas siswa ketika siklus kedua pertemuan pertama mengalami peningkatan dibanding siklus pertama dengan kategori sedang karena guru telah belajar dari pengalaman ketika di siklus pertama. Guru merefleksi kegiatan yang terlihat kurang dan berusaha memperbaikinya di siklus kedua ini. Guru lebih menekankan kepada siswa agar aktif dalam bertanya kepada guru. Guru lebih dapat memaksimalkan penggunaan media sebagai alat pembelajaran pada siklus kedua ini, sehingga siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. Aktifitas pembelajaran pada siklus kedua pertemuan kedua mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dengan kategori tinggi. Guru berusaha belajar dari pengalaman sebelumnya dan merefleksi kegiatan pada siklus kedua sehingga adanya peningkatan pada siklus ini. Guru dapat lebih maksimal menggunakan media pembelajaran terutama dengan menggunakan benda kerja sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi yang dijelaskan. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapakan oleh Kunandar (2008: 277) bahwa, Aktifitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil analisis data pengamatan aktifitas pembelajaran siswa, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction dapat meningkatkan aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM).

101 3. Peningkatan Hasil Belajar Ditinjau Dari Hasil Pre Test dan Post Test Gambaran peningkatan hasil siswa pada setiap siklus diambil dari hasil pre test dan post test padaa setiap siklusnya ditunjukkan pada grafik di bawah ini : 100 80 60 40 20 79.86 57.47 58.28 83.99 Pretest Postest 0 Siklus I Siklus II Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa Tiap Siklus Sementara untuk peningkatan hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam gain ternormalisasi untuk setiap siklus pembelajaran diambil dari hasil pre test dan post test pada setiap siklusnya ditunjukan pada gambar 4.7 berikut ini : N-Gain 1 0.5265 0.6164 0.5 0 Siklus I Siklus II Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa dalam N-gain Berdasarkan grafik perkembangan hasil belajar siswa selama dua siklus terlihat dalam grafik nilai N-Gain tiap siklus mengalami peningkatan dari nilai

102 siklus ke-1 = 0,5265 (kategori sedang) sampai dengan siklus ke-2 = 0,6164 (kategori sedang) 4. Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Hasil Post Test Pada Setiap Siklus 84 82 80 78 76 79.86 Post Test Siklus I 83.99 Post Test Siklus II Grafik di atas menunjukkan hasil belajar siswa dilihat dari post test yang dilakukan pada setiap siklusnya. Dari nilai rata-rata post test tersebut dapat kita hitung peningkatannya dengan gain ternormalisasi untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Skor gain ternormalisasi adalah perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Didapat N-Gain sebesar 0,205 untuk peningkatan hasil belajar siswa jika ditinjau dari hasil post test pada setiap siklusnya. Hasil penelitiann yang dilakukan di SMK Negeri 6 Bandung pada kelas X TPM 2 menunjukkann bahwa hasil belajar pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dasar setelah diterapkan adanya tindakan yaitu pembelajaran langsung tipe explicit instruction menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata nilai ketuntasan belajar pada ranah kognitif mencapai nilai tertinggi pada siklus ke-2. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran langsung tipe explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata hasil belajar dari

103 nilai awal hingga siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran langsung tipe explicit instruction efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini karena pembelajaran dengan tipe explicit instruction siswa memiliki kesempatan menerapkan materi dengan aplikasi langsung sehingga membuat tingkat pemahaman siswa menjadi meningkat. hal tersebut juga sejalan dengan pemaparan (Arends, 1997) bahwa Model pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pembelajaran ini menuntut siswa lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dan mengerjakan soal post test yang diberikan peneliti. Selama proses penelitian berlangsung tanggapan guru terhadap pembelajaran alat ukur dasar dengan menggunakan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pembelajaran yang terus meningkat pada tiap siklus. Peningkatan kualitas pembelajaran terjadi secara bertahap pada tiap siklus yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Pada siklus pertama, guru belum dapat memberikan tanggapan yang memuaskan. Hal ini disebabkan keadaan siswa yang masih belum mengerti maksud dan tujuan yang mereka lakukan. Banyak siswa yang masih ramai berbicara dengan temannya padahal pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran tindakan kelas siklus kedua berjalan lebih baik dibandingkan dengan tindakan kelas siklus pertama. Tanggapan guru pada tindakan kedua ini meningkat lebih baik. Guru seringkali mengulas materi sebelumnya guna

104 memberikan penguatan kepada siswa seperti tindakan pertama, sehingga siswa mulai paham maksud dan tujuan pembelajaran dilakukan. Guru sudah bertindak sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan dalam pelatihan kepada siswa secara menyeluruh. Secara keseluruhan guru menyambut baik terhadap penerapan pembelajaran tipe explicit ini karena dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan prakteknya. Secara umum penerapan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction ini telah berhasil memperbaiki motivasi siswa, cara belajar siswa, sikap dan aktifitas siswa selama berada di ruangan kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dalam Priambodo (2006: 12) bahwa hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut : Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti; motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Peningkatan hasil belajar siswa ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung tipe explicit instruction ini dapat membuat materi pelajaran yang menurut siswa termasuk sukar menjadi mudah untuk dipahami oleh siswa, karena dalam prose pembelajarannya siswa telah diberikan penguatan materi dan pemberian latihan terbimbing seperti yang di ungkapkan (Kardi dan Nur, 2000: 17) bahwa Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan penyerapan, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.