ANALISIS MOMENTUM PADA SAHAM-SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PASCA KRISIS. David Sukardi Kodrat

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK ANALISA FOREX - 3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara

ANALISA TEKNIKAL. Beberapa 'peralatan populer' yang digunakan dalam analisa teknikal adalah : 1. Chart. - Line - Candlesticks.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Teknikal Pergerakan Harga Saham BHIT

Ikhtisar Analisis Pasar. oleh Admiral Markets Trading Camp

Stochastic Trader. Stochastic Oscillator

Fundamental Vs Technikal Psikologi Trading Scalper,Swinger,Investor. Chart Asumsi dalam Technical Analysis Support & Resistance Penentuan Trend

Relative strength index (RSI) dan Moving average (MA) salah satu penyusun sistem dalam trading

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan

ANALISIS TEKNIKAL MODERN MENGGUNAKAN METODE MACD, RSI, SO, DAN BUY AND HOLD UNTUK MENGETAHUI RETURN SAHAM OPTIMAL PADA SEKTOR PERBANKAN LQ 45

1) Petakan Trend dan Ikuti

Buletin Compiled by

Definisi dan asumsi dasar analisa teknikal Tipe grafik dan penggunaannya Konsep indikator dan oscillator

MENDENGARKAN SUARA PASAR.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Saldo Awal Minimal (Minimum Opening Balance) untuk melakukan perdagangan valas dibutuhkan langkah langkah awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Danareksa Research Institute Press

Bab 3 LANDASAN TEORI. modal, yaitu Analisa fundamental dan Analisa Teknikal. Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi

Strategi EMA-50 Williams. oleh Admiral Markets Trading Camp

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi yang berbeda antara satu. ekonomi dalam memandang manajemen keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan resiko yang harus ditanggung setiap investor terutama investor jangka

Session 2: M2: Method - Analisa Teknikal

ANALISIS PERDAGANGAN SAHAM PT MNC INVESTAMA, TBK (BHIT) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCHASTIC OSCILLATOR,

Analisa Investasi. Analisa Fundamental. Analisa Fundamental. Objek Analisa. Laporan Keuangan 3/19/2015. Analisa Teknikal. Analisa Fundamental

Indikator tren.

Bab IV PEMBAHASAN. membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan penulis

support (batas bawah), hal ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai pergerakan

How to Become a Swing Trader?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Valas (Valuta Asing) atau yang lebih dikenal dengan Forex (Foreign

Bollinger Bands. Gambar 1. Bollinger Bands, MA 20 & STD 2

Dian Dwi Parama Asthri Topowijono Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi

Oscillator.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis teknikal adalah studi tentang perilaku pasar yang digambarkan melalui grafik, untuk memprediksi kecenderungan (trends) harga dimasa yang

BAB II LANDASAN TEORI

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Volume 4, Issue 2 : Maret April 2016

Strategi Quad EMA. oleh Admiral Markets Trading Camp

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Saham Pengertian Saham Jenis-Jenis Saham

KUMPULAN TRADING STRATEGY

BAB 1 PENDAHULUAN. dari berbagai Negara. Mata uang memegang peranan yang sangat penting dalam

MY-4X TRADING SYSTEM. Identifikasi trend, support dan resistance. Kenali peluang beli atau menjual dengan analisa teknikal

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Dalam trading, istilah momentum

BAB IV PEMBAHAS AN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai penerapan indikator Bollinger Bands dan RSI

The direction of market the way the market is moving

Teori Portofolio ANALISIS TEKNIKAL. 1

II. ANALISA TENIKAL Pengertian Analisa teknikal Prinsip Analisa teknikal

BAB I PENDAHULUAN. merambah dalam dunia perekonomian di Indonesia telah mengubah mind set

BAB 2 LANDASAN TEORI Software Engineering (Rekayasa Piranti Lunak) Menurut Fritz Bauer (Pressman, 2001, p19), rekayasa piranti lunak adalah

R i Danareksa Research Institute

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

R i Danareksa Research Institute

INDOTRADERPEDIA MENENTUKAN BREAK POINT PADA CHART PATTERN INSIDE THIS ISSUE : KOMBINASI DOJI & GAP. Hal. 7 TIGA TIPS TRADING MARKET YANG SIDEWAYS

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

ANALISIS TEKNIKAL MODERN DENGAN INDIKATOR

Fast Track Reksadana IkhwanPridyastomo.com. Fast Track. Trading Reksadana

LANDASAN TEORI. pendapat investor (P. 3).

Darma Hasudungan Siahaan

Manajemen Investasi SUTIA BUDI. STIE AHMAD DAHLAN JAKARTA

Chart Bagi Para Trader

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Saham

R i Danareksa Research Institute

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan penerapan indikator Bollinger Bands, RSI dan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Saham Pengertian Saham Jenis-Jenis Saham

FOREX TRADING GUIDE TEHNIKAL ANALYS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. seperti melalui wawancara maupun menyebar kuesioner.

Bab II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III PERUMUSAN MASALAH

R i Danareksa Research Institute

R i Danareksa Research Institute

R i Danareksa Research Institute

4 Tipe Traders. Investor : Tungg. Trader kalah terus : Tak Untung

ANALISIS TEKNIKAL UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. ASIA PACIFIC FIBERS, TBK PADA BURSA EFEK INDONESIA

I. Trend. The Secret Technical Analysis Direct You To Be A Professional Trader

R i Danareksa Research Institute

TIPS. Membaca Pola Grafik. Pola Pembalikan Arah

R i Danareksa Research Institute

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan mendatang. Karena

BAB II LANDASAN TEORI. instrument pasar uang adalah jangka pendek, mudah diperjual belikan serta likuid.

Trading Plan. 1. Tentukan Market. Untuk jenis saham yang bisa ditransaksikan dapat berupa :

PENULISAN ILMIAH TEKNIKAL MODERN DALAM INVESTASI DI PASAR MODAL (STUDI. INTERNATIONAL, Tbk)

R i Danareksa Research Institute

TEKNIK ANALISA FOREX ~TEORI 123 ~ ~ TEORI ELLIOT WAVE ~ ~ FIBONACCI RATIO ~

Technical Analisys Dan Bitcoin Traders

R i Danareksa Research Institute

R i Danareksa Research Institute

R i Danareksa Research Institute

R i Danareksa Research Institute

1. Introduction 2. Head and Shoulder 3. Symmetrical Triangle 4. Ascending Triangle 5. Descending Triangle

Penentuan Tren Arah Pergerakan Harga Saham dengan Menggunakan Moving Average Convergence Divergence SKRIPSI

TEKNIK ANALISA FOREX - 1 CANDLESTICK CHART SUPPORT & RESISTANCE PIVOT POINT BREAKOUT STRATEGY POLA REVERSAL

ANALISIS PERDAGANGAN SAHAM PTBA DENGAN INDIKATOR MOVING AVERAGE, BOLLINGER BAND, DAN RSI

Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan secara studi literatur, dan dengan mengikuti seminarseminar

BAB 2 LANDASAN TEORI

: Retno Yuliyanti NPM : Pembimbing : Dr. Ambo Sakka Hadmar, SE., MSi

Transkripsi:

ANALISIS MOMENTUM PADA SAHAM-SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PASCA KRISIS David Sukardi Kodrat david.kodrat@ciputra.ac.id Kurniawan Indonanjaya indonanjaya@ciputra.ac.id Program Studi Internasional Bisnis Manajemen Universitas Ciputra ABSTRACT The purpose of this research is to investigate the momentum analysis in the stock of banking. Sampling selection is performed based on purposive random sampling with object to gain sample according to the research goal. Based on the creteria: the company have been listed in Indonesia Stock Exchange since 1994 until 2008 and the stock has been high volatility. Based on the creteria is used BMRI as a sample. Analysis are using Relative Strength Index (RSI), Stochastic Oscillator, and Moving Average Converge Divergence (MACD). The result reveal that those of indicator are similar. The investor who want to invest based on those creteria should be the similar confirm. Nevertheless in some cases, RSI and Stochastic are faster to give a signal. Investor need to optimize the value of EMA MACD so it is not to give a buy signal or sell signal. Based on this research, the price divergence to indicator has occurred from one divergence indicator. Keywords: Relative Strength Index, Stochastic Oscillator, Moving Average Converge Divergence and Indonesia Stock Exchange. ABSTRASI Penelitian ini bertujuan untuk mengaji analisis momentum pada saham BMRI. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria: perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1994 dan sampai 2008 masih beroperasi dan memiliki volatilitas tinggi. Berdasarkan teknik sampling tersebut digunakan PT. Bank Mandiri sebagai sampel. Alat analisa yang digunakan adalah Relative Strength Index (RSI); Stochastic Oscillator; dan Moving Average Converge Divergence (MACD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya pembobotan dari ketiga indikator ini sama. Oleh sebab itu apabila investor sudah ingin melakukan tindakan investasi berdasarkan ketiga indikator ini, konfirmasi yang sama dari ketiga indikator ini sangat diperlukan untuk lebih meyakinkan investor. Namun dalam beberapa kasus, RSI dan Stochastic lebih cepat dalam memberikan signal. Oleh sebab itu, investor perlu mengoptimasi nilai EMA MACD sehingga tidak terlambat memberikan signal beli atau signal jual. Berdasarkan hasil penelitian pada saham BMRI, untuk penyimpangan harga terhadap indikator (divergence), apabila investor sudah menemui adanya divergence di salah satu indikator maka sebaiknya investor segera melakukan tindakan yang diisyaratkan indikator tersebut tanpa perlu konfirmasi dari indikator yang lain. Kata Kunci: Relative Strength Index, Stochastic Oscillator, Moving Average Converge Divergence dan Bursa Efek Indonesia.

PENDAHULUAN Penelitian di pasar modal Indonesia terkait dengan analisis teknikal hingga saat ini masih sangat sulit ditemui. Padahal didalam praktik, para investor lebih banyak menggunakan analisis teknikal untuk menanamkan dananya. Sehingga sangat sayang, jika para akademisi tidak mendukung para praktisi dengan menyajikan hasil-hasil penelitian terkait dengan analisis teknikal. Hasil penelitian membuktikan bahwa pasar bahwa pasar modal Indonesia bukanlah pasar yang efisien (Kodrat, 2007 dan Husnan, 1994). Oleh karena itu, analisis teknikal akan lebih bermanfaat. Meskipun, pakar investasi terbesar dunia Warrant Buffet pada suatu kesempatan mengingatkan, jika investor ingin membeli saham diibaratkan investor sedang membeli perusahaannya. Ada dua pendekatan besar analisis pasar yang tersedia untuk mendukung pelaku pasar. Setiap pendekatan mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Pertama adalah analisis fundamental adalah metode memprediksi pergerakan harga instrumen keuangan di masa depan berdasarkan faktor ekonomi, politik, lingkungan dan faktor relevansi lain serta data statistik yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu instrumen keuangan. Analisis teknikal adalah metode memprediksi pergerakan harga dan trend pasar di masa yang akan datang dengan mempelajri grafik kegiatan pasar di masa lalu yang memperhatikan pada harga instrumen tersebut. Penyusunan grafik dilakukan secara langsung, namun proses mengidentifikasikan pola akan lebih kompleks. Hasilnya adalah prediksi yang semata-mata berdasarkan atas pergerakan harga tidak pernah sepenuhnya dapat diandalkan. Saat ini telah banyak tersedia indikator teknikal untuk mendukung perdagangan saham mencakup analisis momentum, indikator konfirmasi, analisis breadth dan analisis sentimen. Penelitian ini akan mengaji analisis momentum pada saham BMRI di Bursa Efek Indonesia. LANDASAN TEORI Indikator momentum adalah indikator yang mengukur tingkat perubahan arah pergerakan harga saham dan digunakan sebagai sinyal titik balik jangka pendek. Apabila harga saham bergerak naik dengan cepat, maka kejadian ini disebut overbought dan merupakan sinyal untuk menjual atau tidak membeli. Sebaliknya, apabila harga saham bergerak turun secara cepat, maka kejadian ini disebut oversold. Ini merupakan sinyal untuk membeli atau tidak menjual. Adapun ukuran indikator momentum adalah: (1) Relative Strength Index (RSI), (2) Stochastic Oscillator, dan (3) Moving Average Converge Divergence (MACD). Relative Strength Index (RSI) Relative Strength Index pertama kali diperkenalkan oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978, Wilder banyak merumuskan indikator teknikal matematis. Nama relative strength index kurang cocok karena RSI tidak membandingkan kekuatan relatif antara dua saham. Namun kekuatan internal dari satu saham. Nama yang cocok adalah internal strength index. Ketika Wilder memperkenalkan RSI yang direkomendasikannya adalah menggunakan RSI untuk 14 hari. Sejak itu, RSI untuk 9 hari dan RSI untuk 25 hari juga sering digunakan. Kita dapat menentukan alternatif lain jumlah jangka waktu dalam perhitungan RSI dengan melakukan eksperimen untuk menemukan jangka waktu yang paling efektif. Semakin pendek jangka waktunya, semakin volatil indikator ini. RSI merupakan rasio weighted price velocity untuk suatu saham relatif pada dirinya sendiri dan dengan demikian juga relatif pada kinerja masa lalu (Pring, 2002). RSI secara khusus didesain untuk mengatasi tiga kelemahan yang terkait dengan oscillator. Pertama, oscillators bergerak secara tidak beraturan karena tidak menggunakan data lama dalam kalkulasi mereka. Kedua, terkait dengan skala oscillator. Seberapa tinggi atau rendah suatu oscillator akan menjadi tanda untuk membeli atau menjual? Ketiga adalah kebutuhan untuk menjaga jumlah data yang sangat besar untuk perhitungan oscillator.

Nilai dari RSI berada pada kisaran 0-100 (itulah sebabnya mengapa digolongkan sebagai indikator oscillator. Oscillate = berkisar). Indikator RSI mengindikasikan apakah harga pasar sudah overbought atau oversold. Sebagian besar teknikal analisis mendefinisikan sebuah pasar telah mengalami overbought saat RSI tutup di atas 70 dan oversold saat RSI tutup di bawah 30. Penggunaan RSI sendiri bisa dikombinasikan dengan indikator Trend-Following sebagai sinyal masuk dan keluar posisi di pasar. Cara membaca kekuatan momentum suatu harga sama seperti pada MACD yakni bila garis RSI menembus centerline (garis 50) dari bawah maka sedang terjadi trend kenaikan. Besarnya momentum sebanding dengan besar nilai RSI yang terjadi. Demikian juga berlaku sebaliknya. Cara populer untuk menggunakan RSI adalah dengan melihat penyimpangan ketika saham membuat harga tertinggi baru, tetapi RSI gagal melampaui harga tertinggi sebelumnya. Penyimpangan ini adalah tanda dari pembalikan yang tertunda. Ketika RSI berbalik ke bwah dan turun di bawah lembah sebelumnya, ini disebut sebagai menyelesaikan failure swing. Failure swing adalah konfirmasi dari pembalikan yang tertunda. Adapun kegunaan dari RSI (Wilder, 1978) adalah: 1. Tops dan Bottoms Umumnya, puncak RSI berada di angka 70 dan dasarnya berada di angka 30 yang akan membentuk top dan bottom dari grafik harga yang mendasarinya. Suatu garis di atas angka 70 menunjukkan suatu instrumen overbought dan muncul sinyal untuk memberi peringatan atas pembelian pada tingkat tersebut. Suatu garis di bawah angka 30 menunjukkan bahwa suatu instrumen adalah oversold dan memberi sinyal untuk berpikir sebelum menjual. 2. Chart Formations RSI sering membentuk pola grafik yang lebih nyata dari pada grafik harga. Misalnya grafik kepala dan pundak atau segitiga yang dapat tampak atau tidak tampak pada grafik harga. 3. Failure Swings (penerobosan dukungan atau tahanan atau breakout) Ini adalah situasi di mana RSI melewati harga tertinggi (puncak) sebelumnya atau jatuh di bawah harga terendah (lembah) sebelumnya 4. Support dan Resistance Kadang-kadang, RSI menunjukkan dengan lebih jelas daripada gerakan harga itu sendiri, tingkat dukungan dan tingkat tahanan. 5. Divergence (penyimpangan) Penyimpangan terjadi ketika harga membuat harga tertinggi (atau terendah) baru tetapi tidak dikonfirmasi oleh harga tertinggi (atau terendah) baru dalam RSI. Kemudian, harga terkoreksi dan bergerak sesuai dengan arah RSI. Stochastic Oscillators Stochastic Oscillator merupakan alat analisis ciptaan George C. Lane pada akhir tahun 50-an. Stochastic adalah teknik kecepatan harga yang didasarkan pada teori bahwa bila harga naik maka harga penutupan mempunyai tendensi mendekati harga tertinggi hari itu. Demikian juga bila harga bergerak turun maka harga penutupannya mempunyai kecenderungan mendekatai harga terendah hari itu. Seperti namanya, nilai kisaran pada indikator ini adalah 0-100 (oscillator). Stochastic Oscillator digunakan untuk menunjukkan posisi closing relatif terhadap range transaksi dalam suatu periode tertentu. Nilai 0% menunjukkan bahwa harga penutupan adalah harga terendah selama jangka waktu x sebelumnya. Nilai 100% menunjukkan bahwa harga penutupan adalah harga tertinggi selama jangka waktu x sebelumnya. Ada dua jenis Stochastic yaitu stochastic fast dan stochastic slow. Pemilihan periode %D hanya sebesar 3 periode disengaja untuk meningkatkan sensitifitas dari %D itu sendiri. Keadaan overbought atau oversold menurut stochastic diperoleh bila garis %K telah memasuki batasan 20 dan 80 yakni di bawah 20 untuk oversold dan di atas 80 untuk overbought. Harap diingat juga bahwa batasan 20/80 ini bukanlah batasan mutlak. Bisa saja 30/70 atau yang lain. Bila

stochastic sudah masuk ke daerah oversold kemudian %K goldencross %D maka kemungkinan besar akan terjadi reversal trend ke arah uptrend sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. % K 80 %D 20 Gambar 1: Left Crossing Gambar 1 menunjukkan bahwa arah perubahan garis %K yang sangat cepat dibandingkan dengan garis %D ketika menyentuh angka 80. Di mana seharusnya perubahan garis %K lebih cepat daripada garis %D. Hal ini menunjukkan akan terjadinya crossover sebelum garis %D berubah arah. Bagi investor sinyal ini merupakan tanda buy. Demikian juga sebaliknya, jika stochastic sudah memasuki daerah overbought dan %K deathcross %D maka kemungkinan besar terjadi reversal trend ke arah downtrend sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2. % D 80 %K 20 Gambar 2: Right Crossing Gambar 2 menunjukkan bahwa garis %D lebih dahulu merubah arahnya. Sinyal ini bagi investor merupakan tanda sell. Ada beberapa cara untuk menjelaskan stochastic oscillator untuk memutuskan kapan masuk atau keluar (Salim, 2003) yaitu: 1. Membeli ketika osilator, garis %K atau garis %D, turun di bawah tingkat tertentu (misalnya, 20) dan kemudian naik ke atas tingkat tersebut. Menjual ketika osilator naik ke atas tingkat tertentu (misalnya, 80) dan kemudian turun di bawah tingkat tersebut. 2. Membeli ketika garis %K naik ke atas garis %D dan membeli ketika garis %K turun di bawah garis %D. 3. Melihat penyimpangan, misalnya ketika harga berada pada rangkaian harga tertinggi baru sementara stochastic oscillator gagal melampaui nilai-nilai tertinggi sebelumnya.

Moving Average Converge Divergence (MACD) MACD diciptakan oleh Gerald Appel sebagai suatu teknik untuk memberikan sinyal perubahan kecenderungan dan memberikan indikasi arah kecenderungan. MACD didesain untuk mengamati putaran pasar saham selama 12 minggu dan 26 minggu (Reuter, 1999). MACD adalah perbedaan antara EMA untuk 26 hari dengan EMA untuk 12 hari. EMA untuk 9 hari disebut dengan garis signal atau trigger. Signal ini digambarkan di atas MACD untuk menunjukkan kesempatan untuk membeli atau menjual. Appel mengacu pada EMA dalam presentase yaitu 7,5%; 15% dan 20%. Sinyal menjual muncul pada saat garis MACD cepat memotong garis MACD lambat dari atas ke bawah. Terjadinya pemotongan garis tersebut makin menunjukkan sinyal jual yang kuat, apabila titik potongnya berada jauh di atas garis nol. Sebaliknya, sinyal membeli muncul pada saat garis MACD cepat memotong garis MACD lambat dari bawah ke atas, saat kedua garis tersebut sedang memiliki nilai negatif. Semakin di bawah garis nol terjadinya pemotongan, berarti semakin besar sinyal yang diberikan. Selanjutnya, adalah membuat forest line yaitu perbedaan antara garis MACD cepat dengan garis MACD lambat. Teknik ini sangat penting untuk melihat adanya perbedaan (divergence) yang mungkin terjadi antara aktivitas instrumen harga dengan forest line MACD. Indikator MACD terdiri dari dua bagian yaitu MACD histogram dan garis MACD. Secara garis besar, MACD terbagi atas tiga bagian yaitu signal line, center line dan MACD line. MACD line secara default formulasi MACD line adalah EMA 12 EMA 26 yaitu selisih dari EMA periode 12 dengan EMA periode 26. Oleh karena menggunakan EMA, maka sifat-sifat MACD juga akan menyerupai sifat-sifat EMA yaitu memberikan sinyal yang lebih dini dibanding MA lainnya. Apa bila MACD line menembus centerline dari atas maka itu menandakan terjadinya deathcross antara EMA 12 dan EMA 26. Signal line sebenarnya secara default adalah EMA 9. Sedangkan centerline adalah garis biasa. Merupakan garis nol yaitu membatasi histogram negatif dengan histogram positif (formulasi untuk histogram adalah: MACD line Signal line. Digunakan sebagai indikasi overbought atau oversold) Ada tiga cara populer untuk menggunakan MACD yaitu: (1) crossover (penyeberangan), (2) kondisi overbought atau oversold dan (3) divergence (penyimpangan). Crossovers (penyeberangan) mempunyai 2 aturan dasar. Membeli ketika nilai MACD naik di atas garis signal-nya dan menjual ketika nilai MACD turun di bawah garis signal-nya. Cara populer lainnya untuk membeli atau menjual ketika nilai MACD bergerak di atas atau di bawah nilai nol. Kondisi overbought atau oversold dapat digunakan indikator MACD. Ketika MA yang lebih pendek tertarik menjauh secara drastis dari MA yang lebih panjang (yaitu MACD naik), ini menunjukkan harga saham overbought dan akan segera turun ke tingkat yang lebih realistis. Kondisi overbought atau oversold berbeda dari satu saham ke saham yang lain. Divergence (penyimpangan) antara gerakan MACD dengan gerakan harga adalah tanda bahwa suatu trend akan berakhir. Penyimpangan bearish terjadi ketika MACD membuat harga terendah dulu, tetapi harga gagal mencapai harga terendah baru. Penyimpangan bullish terjadi ketika MACD membuat harga tertinggi baru, tetapi gagal mencapai harga tertinggi baru. Kedua penyimpangan ini menjadi sangat berarti ketika terjadi pada kondisi overbought atau oversold. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria: perusahaan yang terdaftar sejak tahun 1994 dan sampai 2008 masih beroperasi dan memiliki volatilitas tinggi. Berdasarkan teknik sampling tersebut digunakan PT. Bank Mandiri sebagai

sampel untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Prosedur Analisis Data Relative Strength Index RSI secara khusus didesain untuk mengatasi tiga kelemahan yang terkait dengan oscillator. Nilai dari RSI berada pada kisaran 0-100 (itulah sebabnya mengapa digolongkan sebagai indikator oscillator. Oscillate = berkisar). Indikator RSI mengindikasikan apakah harga pasar sudah overbought atau oversold. Langkah pertama analisa RSI adalah mengukur kekuatan pasar diukur dengan menggunakan rumus (Wilder, 1978) berikut: atau: RSI = Rata-rata dari x hari saat harga tutup pasar naik (up) dibagi dengan rata-rata dari x hari saat harga tutup pasar turun (down). Biasanya digunakan periode (x) 14 pada chart harian atau mingguan untuk menghitung RSI. Langkah kedua adalah menentukan rata-rata nilai up dengan menjumlahkan point total dari setiap hari yang tutup naik dan dibagi dengan 14. Langkah ketiga adalah menentukan rata-rata nilai down dengan menjumlahkan point total dari setiap hari yang tutup turun dan dibagi dengan 14. Stochastic Oscillator Pada dasarnya indikator ini dipakai untuk mengukur kekuatan relatif harga terakhir terhadap selang harga tertinggi dan terendahnya selama selang periode yang kita inginkan. Stochastic Oscillator terdiri dari dua garis yang disebut %K (garis utama) dan %D (garis kedua). Inti dari indikator ini adalah %K itu sendiri sedangkan %D adalah simple moving average (SMA) dari %K. Bisa dikatakan bahwa %D adalah sebagai garis pengidentifikasian arah %K. Pada umumnya, Garis %K ditampilkan sebagai garis utuh dan garis %D ditampilkan sebagai garis putus-putus. Jika kita lihat dari range Stochastic Oscillator yaitu 0-100, dapat dikatakan bahwa sebenarnya indikator ini tidaklah berbeda dengan RSI. Hanya saja dalam Stochastic perhitungan meliputi harga terendah, tertinggi dan closing price pada waktu yang ditentukan. Langkah pertama dari analisis ini adalah menghitung secara matematis Stochastic Oscillator didefinisikan berikut ini: di mana: Recent close = harga penutupan terakhir. Lowest Low = harga terendah selama periode yang ditentukan. Highest high = harga tertinggi selama periode yang ditentukan. %D = simple moving average (SMA) dari %K itu sendiri. Secara default biasanya untuk stochastic fast nilai %K adalah 14 periode dan %D adalah SMA 3 periode dari %K sedangkan untuk stochastic slow garis %D yang ada di stochastic fast berperan sebagai %K di stochastic slow dan %D di stochastic slow adalah SMA periode 3 dari %K nya.

Langkah kedua adalah menghitung %K dan %D dengan formula: %K = 100 [ (C L 14 ) / (H 14 L 14 ) %D = 100 x (H 3 L 3 ) di mana: C = harga saham saat ini L 14 = harga saham terendah selama 14 hari H 14 = harga saham tertinggi selama 14 hari H 3 = jumlah (C L 14 ) selama 3 hari = jumlah (H 14 L 14 ) selama 3 hari L 3 Pemilihan periode %D hanya sebesar 3 periode disengaja untuk meningkatkan sensitifitas dari %D itu sendiri. Keadaan overbought atau oversold menurut stochastic diperoleh bila garis %K telah memasuki batasan 20 dan 80 yakni di bawah 20 untuk oversold dan di atas 80 untuk overbought. Harap diingat juga bahwa batasan 20/80 ini bukanlah batasan mutlak. Bisa saja 30/70 atau yang lain. Moving Average Converge Divergence (MACD) Langkah pertama MACD adalah membuat forest line yaitu perbedaan antara garis MACD cepat dengan garis MACD lambat. Teknik ini sangat penting untuk melihat adanya perbedaan (divergence) yang mungkin terjadi antara aktivitas instrumen harga dengan forest line MACD tersebut yaitu: 1. Menghitung EMA 26 hari dan 12 hari dengan menggunakan rumus: (Harga sekarang harga kemarin EMA) x eksponen Eksponen = 2/n 26 hari EMA. Eksponen = 2/26 = 0,076 12 hari EMA. Eksponen = 2/12 = 0,17 2. Membuat grafik garis MACD cepat dengan cara 12 hari SMA dikurangi 26 hari EMA. 3. Membuat grafik garis MACD lambat dengan cara menghaluskan (smoothing) garis MACD cepat 9 hari EMA. Adapun rumus sektor penghalusnya adalah= 2 / (n + 1). Ketiga langkah tersebut diproses dengan program MACD di RTI. 4. Dari hasil grafik MACD (bagian bawah) dan grafik pergerakan harga (bagian atas) menentukan titik sinyal membeli dan menjual sebagai berikut: a. Menentukan titik potong antara garis MACD cepat memotong dari atas ke bawah garis MACD lambat, kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke atas memotong grafik pergerakan harga, diberi simbol 5 (sinyal menjual). b. Garis MACD cepat memotong garis MACD lambat dari bawah ke atas, kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke atas memotong grafik pergerakan harga (sinyal membeli). Langkah kedua adalah meninterpretasikan garis MACD berikut ini:

No Kriteria Definisi 1 MACD line memotong signal line dari bawah Peralihan trend menuju Bullish 2 MACD line memotong signal line dari atas Peralihan trend menuju Bearish 3 MACD line dan signal line berada di atas Long Bullish trend centerline (area positif) 4 MACD line dan signal line berada di bawah Long Bearish trend centerline (area positif) 5 Histogram positif/negatif Kondisi overbought / Oversold 6 Divergence positif Harga akan ikut bergerak naik 7 Divergence negatif Harga akan ikut bergerak turun ANALISIS DAN PEMBAHASAN Relative Strength Index (RSI) dengan signal overbought (bearish) dan oversold (bullish). Grafik 1 menunjukkan manfaat RSI untuk menentukan titik atas (tops) dan bawah (bottoms). Grafik 1: RSI pada Saham BMRI tahun 2009 Titik bawah adalah 30 dan titik atas adalah 70. Pergerakan harga saham BMRI mengikuti pola tersebut. Ketika harga menyentuh titik 30, maka harga saham akan bergerak naik dengan harga terendah di titik 21. Hal ini menunjukkan bahwa pada harga tersebut terlalu banyak saham yang dijual (oversold) dan memberi sinyal untuk berpikir sebelum menjualnya. Ketika harga saham bergerak naik hingga mencapai titik 70, maka harga saham akan segera turun dengan titik tertinggi 96. Hal ini menunjukkan bahwa pada harga tersebut terlalu banyak saham yang dibeli (overbought) dan muncul sinyal untuk memberi peringatan atas pembelian pada tingkat tersebut. Volatilitas di atas atau di bawah garis RSI ini

yang membuat investor jangka pendek panik. Cara membaca kekuatan momentum harga saham BMRI yakni dengan mengamati garis RSI. Bila garis RSI menembus centerline (garis 50) dari bawah maka sedang terjadi trend kenaikan. Besarnya momentum sebanding dengan besar nilai RSI yang terjadi. Demikian pula sebaliknya, bila garis RSI menembus garis 50 dari atas maka sedang terjadi trend penurunan. Grafik 1 menunjukkan pula formasi yang terbentuk dari garis RSI yaitu triple top. Triple top terjadi antara periode Mei hingga Agustus. Harga penutupannya bergerak naik dari Rp 2.875 pada bulan Mei menjadi Rp 4.225 pada bulan Agustus atau naik sebesar 146,95 persen dalam 3 bulan. Grafik 1 juga menunjukkan pada periode Mei ketika harga saham BMRI membuat harga tertinggi baru tetapi RSI gagal melampaui harga tertinggi periode Maret. Penyimpangan ini merupakan tanda dari pembalikan yang tertunda. Ketika RSI berbalik ke bawah dan kemudian naik lagi ke atas seperti yang terlihat pada periode Mei hingga Agustus, ini disebut sebagai menyelesaikan failure swing. Failure swing adalah konfirmasi dari pembalikan yang tertunda. Namun pada RSI seringkali terjadi divergence terhadap harga sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 2. Grafik 2: Divergence RSI terhadap Harga Grafik 2 menunjukkan pada RSI bisa juga terjadi premature signal di mana RSI sudah masuk ke salah satu area ekstrim baik itu overbought ataupun oversold. Namun trader atau investor sesegera mungkin membeli saham tersebut (oversold) atau menjual sahamnya (overbought) sehingga harga saham terus turun (oversold premature signal) atau harga malah terus naik (overbought premature signal). Hal ini bisa terjadi karena trend yang sedang terjadi saat itu sangat kuat. Atau dengan kata lain, penyimpangan terjadi ketika harga membuat harga tertinggi (atau terendah) baru tetapi tidak dikonfirmasi oleh harga tertinggi (atau terendah) baru dalam RSI. Kemudian, harga terkoreksi dan bergerak sesuai dengan arah RSI. Oleh sebab itu, jika harga sudah mengarah ke salah satu area ekstrim, sebaiknya pengawasan diperketat terhadap posisi saham. Tentunya dengan mempertimbangkan

kekuatan trend yang sedang terjadi. Moving Average Converge Divergence (MACD) Goldencross dan Deadcross Grafik 3 menunjukkan ketika signal 9 (warna merah) yang berfungsi sebagai trigger untuk mengambil keputusan membeli atau menjual. Apabila signal 9 di bawah MACD, ini merupakan kesempatan untuk membeli. Sebaliknya, apabila signal 9 di atas MACD, ini merupakan kesempatan untuk menjual sebelum harga bergerak turun. Grafik 3: MACD pada Saham BMRI tahun 2009 Grafik 3 menunjukkan garis MACD pada tanggal 3 Maret hingga 4 Mei di mana garis MACD (warna biru) memotong dari atas atau goldencross dengan trigger. Terjadinya goldencross ini mengindikasikan bullish atau uptrend sudah dimulai sehingga investor bisa mengambil posisi beli. Terbukti selama tiga bulan tersebut harga naik dari Rp 1.750 ke Rp 2.950 atau naik 68,5%. Saat kedua garis tersebut berada di area negatif yang ditunjukkan dengan titik potongnya berada jauh di bawah garis nol menunjukkan signal beli yang diberikan akan semakin besar. Sinyal menjual muncul pada periode 6 Mei sampai 18 Mei di mana garis MACD memotong garis trigger dari atas ke bawah (deathcross). Deathcross ini mengindikasikan bearish atau downtrend sudah dimulai sehingga investor harus melakukan penjualan (profit taking). Terbukti setelah terjadi deathcross, harga mulai turun dari Rp 2.750 ke Rp 2.575 atau turun sebesar 6,3 persen. Saat kedua garis tersebut sedang memiliki nilai positif. Semakin di atas garis nol terjadinya pemotongan berarti semakin besar sinyal jual yang diberikan. Apabila MACD line (EMA 12 EMA 26) menembus centerline dari atas menuju ke area minus menunjukkan sedang terjadinya deathcross antara EMA 12 dan EMA 26. Hal ini memberitahukan kepada investor untuk berhati-hati terhadap posisinya. Begitu juga sebaliknya apabila MACD line menembus centerline dari bawah menuju ke area positif maka investor perlu mempertimbangkan untuk membeli, hold atau bahkan menambah posisi karena signal positif telah muncul. Indikator MACD ini

pada dasarnya adalah merubah moving average yang merupakan lagging indicator menjadi leading indicator. Grafik 4 menunjukkan divergence (penyimpangan) antara gerakan MACD dengan gerakan harga adalah tanda bahwa suatu trend akan berakhir. Grafik 4: Moving Average Converge Divergence (MACD) mengalami divergence dengan harga Penyimpangan bearish terjadi ketika MACD membuat harga terendah dulu, tetapi harga gagal mencapai harga terendah baru. Penyimpangan bearish ini biasanya disebut dengan divergence negatif dan terjadi di area positif. Apabila di dalam chart muncul divergence negatif maka investor biasanya melakukan penjualan sebelum harga turun. Pada Grafik 4 divergence negatif ini terjadi pada tanggal 4 Agustus sampai 17 September. Dalam kurun waktu kurang lebih satu setengah bulan tersebut, harga yang semula Rp 4.225 berhasil membentuk harga baru yang lebih tinggi di Rp 4.725 sedangkan MACD line yang semula bernilai 223 gagal mengikuti harga dalam membentuk nilai yang lebih tinggi yaitu di 188. Oleh sebab itu, harga turun sampai Rp 4.375 atau turun sebesar 8,4 persen. Penyimpangan bullish terjadi ketika MACD membuat harga tertinggi baru, tetapi gagal mencapai harga tertinggi baru. Penyimpangan bullish biasa disebut dengan divergence positif di mana pada divergence positif ini memberikan signal kepada investor untuk membeli (buy). Pada Grafik 4, divergence positif terjadi mulai tanggal 18 Februari sampai 2 Maret di mana MACD line yang semula bernilai -41 (minus 41) berhasil membentuk nilai baru yang lebih tinggi yaitu -18 (minus 18) tetapi harga yang terbentuk yang semula Rp 1.770 gagal mengikuti MACD membentuk nilai baru yang lebih tinggi yaitu hanya di Rp 1.700. Oleh sebab itu harga naik sampai di Rp 2.875 pada tanggal 5 Mei atau harga naik sebesar 38,4 persen dalam waktu dua bulan. Kedua penyimpangan ini menjadi sangat berarti ketika pada kondisi overbought atau oversold. Stochastic mengalami Goldencross dan Deadcross Grafik 5 menunjukkan saatnya membeli (buy signal) ketika garis %K dan garis %D turun di bawah tingkat tertentu (misalnya 20%) atau ketika garis %K memotong dari bawah ke atas garis %D (goldencross) dan kemudian naik ke atas tingkat tersebut. Menjual ketika garis osilator naik ke atas

tingkat tertentu (misalnya 80%) atau ketika garis %K memotong garis %D dari atas ke bawah atau deathcross dan kemudian turun di bawah tingkat tersebut. Grafik 5 menunjukkan pula bahwa pada periode 18 Juni sampai 4 Agustus terjadi goldencross yang menandakan buy signal sudah muncul pada tanggal 18 Juni sehingga harga naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 4.225 pada tanggal 4 Agustus atau naik sebesar 40,8 persen selama 16 hari. Untuk menjual, sell signal muncul pada tanggal 9 Juni sampai 18 Juni di mana pada tanggal 9 Juni, garis osilator sudah memasuki area overbought dan terjadi deathcross yang berarti sell signal sudah mulai muncul. Setelah itu harga turun dari Rp 3.625 menjadi Rp 3.000 pada tanggal 18 Juni atau turun sebesar 17,2 persen selama 9 hari. Grafik 5: Stochastic pada Saham BMRI tahun 2009 Grafik 6 menunjukkan penyimpangan bearish dan penyimpangan bullish. Ketika harga berada pada rangkaian harga tertinggi baru sementara stochastic oscillator gagal melampaui nilai-nilai tertinggi sebelumnya. Penyimpangan ini disebut dengan penyimpangan bearish atau divergence negatif. Disebut penyimpangan bearish karena penyimpangan ini membawa sell signal yang cukup valid. Pada saat muncul divergence jenis ini, investor hendaknya segera melakukan penjualan (profit taking) atau menunda pembelian bagi investor yang belum melakukan pembelian. Pada Grafik 6 terlihat ada dua divergence negatif, yang pertama terletak selama periode 24 Maret sampai 3 April dan yang kedua pada periode 9 Juni sampai 3 Agustus. Pada periode pertama, harga mengalami peningkatan dari Rp 2.175 menjadi Rp 2.375 namun garis %K gagal mengikuti harga yang naik. Oleh sebab itu harga turun kembali ke Rp 2.150 atau turun sebesar 9,4 % dalam waktu 8 hari. Pada periode yang kedua, harga naik dari Rp 3.625 menjadi Rp 4.250. Namun kenaikan ini tidak diikuti oleh garis %K yang diawalnya 96% menjadi 91% di akhir periode. Oleh sebab itu harga turun menjadi Rp 3.850 atau sebesar 9,4 persen pada tanggal 18 Agustus.

Grafik 6: Stochastic mengalami divergence dengan harga Grafik 6 juga menunjukkan penyimpangan bullish. Penyimpangan bullish terjadi ketika stochastic berada pada rangkaian nilai tertinggi, namun chart harga gagal melampaui harga-harga tertinggi sebelumnya. Pola ini disebut juga sebagai divergence positif. Disebut penyimpangan bullish karena penyimpangan ini membawa buy signal yang cukup valid. Pada saat terjadi penyimpangan bullish, investor hendaknya segera melakukan pembelian atau melakukan averaging untuk investor yang sudah pernah beli. Pada Grafik 6 ini terlihat ada divergence positif pada periode 4 Februari sampai dengan 2 Maret di mana pada awal periode, nilai garis %K mengalami peningkatan dari 11% menjadi 47%. Kenaikan ini gagal diikuti oleh harga yang pada awal periode berada di Rp 1.760 namun pada akhir periode berada di Rp 1.700. Oleh sebab itu pada tanggal 23 Maret, harga naik menjadi Rp 2.150 atau sebesar 26,4 persen. PERBANDINGAN RSI, MACD DAN STOCHASTIC RSI digunakan untuk menentukan batas atas (tops) dan batas bawah (bottoms). Investor bisa melakukan investasi dengan mengamati garis trend dengan garis center di titik 50. Apabila garis bergerak dari atas menyentuh titik 50 dan terus ke bawah ini merupakan trend penurunan. Pada saat ini, investor memiliki kesempatan untuk membeli saham tersebut. Namun apabila investor telah memegang saham tersebut ini merupakan sinyal untuk menahan saham tersebut. Namun sebaliknya, apabila garis bergerak dari bawah menyentuh titik 50 dan terus ke atas ini merupakan trend penguatan. Pada saat itu, investor menahan diri untuk membeli. Namun apa bila investor memiliki saham tersebut ini merupakan kesempatan untuk menjual secara bertahap. MACD mengambil formulasi seperti Moving Average atau yang biasa juga disebut dengan MA. Didalam MACD terdapat tiga line MACD. Tiga garis MACD tersebut memiliki fungsi dan nama yang berbeda beda yaitu Triger Line, Centre Line dan MACD Line. Jadi MACD ini pada dasarnya merubah moving average yang adalah lagging indicator menjadi leading indicator. Indikator ini biasanya digunakan oleh investor untuk menentukan saat yang tepat untuk membeli atau menjual. Untuk periode

EMA yang digunakan tidak harus 12, 26 dan 9 tetapi bisa dirubah berdasarkan masing-masing karakter instrumen investasi yang digunakan. Semakin kecil periode yang digunakan maka MACD akan semakin sensitif terhadap pergerakan harga namu kekurangannya akan muncul banyak failure swing. Stochastic juga menggunakan batas atas dan batas bawah sebagai penanda terjadinya overbougt atau oversold. Apabila garis osilator stochastic ini turun ke area oversold, maka ini adalah saat yang tepat bagi investor untuk membeli. Begitu juga sebaliknya apabila kedua garis osilator stochastic memasuki area overbought maka saatnya bagi investor menjual karena harga akan turun. Pada Grafik 1, Grafik 3 dan Grafik 6, terlihat pada tanggal 4 Agustus RSI dan stochastic samasama menunjukkan overbought sedangkan MACD baru menunjukkan deathcross pada tanggal 11 Agustus. Hal ini menunjukkan MACD agak terlambat untuk memberikan signal jual. Akhirnya setelah ketiga indikator ini memberikan konfirmasi, pada tanggal 19 Agustus harga turun menjadi Rp 3.825 dari yang semula Rp 4.225 atau turun sebesar 9,4 persen. KESIMPULAN Pada dasarnya, pembobotan dari ketiga indikator ini sama. Oleh sebab itu apabila investor sudah ingin melakukan tindakan investasi berdasarkan ketiga indikator ini, konfirmasi yang sama dari ketiga indikator ini sangat diperlukan untuk lebih meyakinkan investor. Namun dalam beberapa kasus, RSI dan Stochastic lebih cepat dalam memberikan signal. Oleh sebab itu, investor perlu mengoptimasi nilai EMA MACD sehingga tidak terlambat memberikan signal beli atau signal jual. Berdasarkan hasil penelitian pada saham BMRI, untuk penyimpangan harga terhadap indikator (divergence), apabila investor sudah menemui adanya divergence di salah satu indikator maka sebaiknya investor segera melakukan tindakan yang diisyaratkan indikator tersebut tanpa perlu konfirmasi dari indikator yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arms, Richard W. 1989. The Arms Index (TRIN), Dow Jones-Irwin. Homewood, III.. 1983. Volume Cycles in the Stock Market: Market Timing Through Equivolume Charting. Homewood III: Dow Jones Irwin. Fosback, Norman G. 1992. Stock Market Logic. Chicago, IL: Dearborn Financial Publishing, Inc. Granville, Joe. 1960. Strategy of Daily Stock Market Trading. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya. 2010. Manajemen Investasi: Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Yogyakarta: Graha Ilmu. McClellan, Sherman dan Marian. 1989. Patterns for Profit: The McClellan Oscillator and Summation Index. Lakewood, WA: McClellan Financial Publication, Inc. Pring, Martin J. 2002. Technical Analysis Explained, 4 th ed. Singapore: McGraw Hill. Reuter Limited. 1999. An Introduction to Technical Analysis. Singapore: John Wiley & Sons. Salim, Lani. 2003. Analisa Teknikal dalam Perdagangan Saham. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Wilder, J. Welles. 1978. New Concepts in Technical Trading Systems. Greensboro, NC: Trend Research. www.armsinsight.com