MENENTUKAN NILPOTENT ORDE 4 PADA MATRIKS SINGULAR MENGGUNAKAN TEOREMA CAYLEY HAMILTON TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
DIAGONALISASI MATRIKS PERSEGI (SQUARE MATRIX) MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI SCHUR TUGAS AKHIR

KONSTRUKSI MATRIKS SINGULAR DARI SUATU MATRIKS YANG MEMENUHI SIFAT KHUSUS TUGAS AKHIR

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALGORITMA PEMBANGUN MATRIKS KORELASI TUGAS AKHIR

APLIKASI MATRIKS KOMPANION PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN INVERS MATRIKS MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED INVERSE TUGAS AKHIR

Trihastuti Agustinah

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7

6- Operasi Matriks. MEKANIKA REKAYASA III MK Unnar-Dody Brahmantyo 1

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

METODE BARU UNTUK MENGHITUNG DETERMINAN DARI MATRIKS TUGAS AKHIR YESPI ENDRI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

Banyaknya baris dan kolom suatu matriks menentukan ukuran dari matriks tersebut, disebut ordo matriks

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB 2 LANDASAN TEORI

Operasi Pada Matriks a. Penjumlahan pada Matriks ( berlaku untuk matriks matriks yang berukuran sama ). Jika A = a ij. maka matriks A = ( a ij)

Penentuan Nilai Eigen Tak Dominan Matriks Hermit Menggunakan Metode Pangkat Invers Dengan Nilai Shift

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

Pertemuan 8 Aljabar Linear & Matriks

Menentukan Invers Drazin dari Matriks Singular Dengan Metode Leverrier Faddeev

INVERS MATRIKS BLOK DAN APLIKASINYA PADA MATRIKS DIAGONAL DAN SEGITIGA TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER INTERVAL DENGAN METODE DEKOMPOSISI TUGAS AKHIR. Oleh : YULIA DEPEGA

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3.

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

Generalized Inverse Pada Matriks Atas

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR (SVD) TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA INDAH MARNI

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR (SVD) TUGAS AKHIR. Oleh : DEWI YULIANTI

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan. Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

MATRIKS. Matematika. FTP UB Mas ud Effendi. Matematika

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

Aljabar Linear Elementer MA SKS. 07/03/ :21 MA-1223 Aljabar Linear 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

TUGAS MANDIRI MATRIKS. Mata Kuliah : Matematika ekonomi

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN

Aljabar Linear Elementer MUG1E3 3 SKS

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2

APLIKASI MATRIKS INVERS TERGENERALISASI PADA DIFFIE-HELLMAN (DH) TUGAS AKHIR MIA FADILLA

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih:

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

MATRIKS. a A mxn = 21 a 22 a 2n a m1 a m2 a mn a ij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j.

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar

Matriks Jawab:

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

BAB II LANDASAN TEORI

MATRIKS Matematika Industri I

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut:

Determinan. Untuk menghitung determinan ordo n terlebih dahulu diberikan cara menghitung determinan ordo 2

M AT E M AT I K A E K O N O M I MATRIKS DAN SPL I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

BAB II LANDASAN TEORI

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER FULLY FUZZY MENGGUNAKAN METODE GAUSS SEIDEL TUGAS AKHIR. Oleh : KHOLIFAH

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE ITERASI GAUSS-SEIDEL TUGAS AKHIR

Pertemuan 2 Matriks, part 2

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

MATRIKS BUJUR SANGKAR AJAIB ORDE GENAP KELIPATAN EMPAT MENGGUNAKAN METODE DURER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATRIKS Matematika Industri I

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI CHOLESCY TUGAS AKHIR. Oleh: IRAWATI

Transkripsi:

MENENTUKAN NILPOTENT ORDE 4 PADA MATRIKS SINGULAR MENGGUNAKAN TEOREMA CAYLEY HAMILTON TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh: IRMA FIANI 10654004477 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2011

MENENTUKAN NILPOTENT ORDE 4 PADA MATRIKS SINGULAR MENGGUNAKAN TEOREMA CAYLEY HAMILTON IRMA FIANI NIM:10654004477 Tanggal Sidang: 31 Januari 2011 Periode Wisuda: Februari 2011 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas No. 155 Pekanbaru ABSTRAK Tugas akhir ini membahas bagaimana membentuk nilpotent orde 4 pada matriks singular menggunakan teorema Cayley Hamilton. Nilpotent adalah matriks khusus yang apabila matriks tersebut dipangkatkan dengan bilangan bulat positif maka akan menghasilkan matriks nol. Teorema Cayley Hamilton yaitu Setiap matriks adalah akar dari polinomial karakteristiknya. 0. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh nilpotent dari matriks singgular yaitu matriks nol. Kata kunci: Matriks nol, Nilpotent, Teorema Cayley Hamilton. xi

DETERMINE NILPOTENT ORDER FOURTH OF SINGULAR MATRIX USING THE CAYLEY HAMILTON THEOREM IRMA FIANI NIM:10654004477 Date of Final Exam : January 31 th 2011 Graduation Ceremony Periode : February 2011 Department of Mathematic Faculty of Science and Technology State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau HR. Soebrantas Street No. 155 Pekanbaru ABSTRACT This final assignment discuss how to determine nilpotent order of singular matrix using the Cayley Hamilton theorem. Nilpotent is a special matrix when the matrix is raised to positive integer then it will produce zero matrix. Cayley Hamilton theorem that every matrix is the root of the characteristic polynomial. 0. Based on the result, then provided that the matrix is singular that to produces zero matrix. Keywords: Cayley Hamilton Theorem, Nilpotent, Zero Matrix. xii

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL... iv LEMBAR PERNYATAAN... v LEMBAR PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR LAMBANG... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Perumusan Masalah... I-1 1.3 Batasan Masalah... I-2 1.4 Tujuan Penulisan... I-2 1.5 Sistematika Penulisan... I-2 BAB II LANDASAN TEORI... II-1 2.1 Transformasi Elementer pada Baris dan Kolom... II-1 2.2 Matriks Segitiga Atas... II-1 2.3 Matriks Segitiga Atas Stricly... II-1 2.4 Determinan... II-3 xiii

2.5 Ekspansi Kofaktor... II-4 2.6 Aturan Crammer... II-7 2.7 Nilai Eigen dan Polinomial Karakteristik... II-9 BAB III BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... III-1 ANALISA DAN PEMBAHASAN... IV-1 4.1 Nilpotent... IV-1 4.2 Mengkontruksi Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular IV-3 4.3 Contoh Mengkontruksi Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular yang Berentri Bilangan Bulat Positif... IV-9 4.4 Contoh Mengkontruksi Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular yang Berentri Bilangan Bulat... IV-13 BAB V PENUTUP... V-1 5.1 Kesimpulan... V-1 5.2 Saran... V-1 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN xiiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi dalam bidang sains dan matematika kadang-kadang ditampilkan dalam bentuk baris-baris dan kolom-kolom yang membentuk jajaran persegi atau persegi panjang yang disebut matriks. Matriks seringkali merupakan tabel-tabel data numerik yang diperoleh melalui pengamatan fisik, tetapi dapat juga muncul dalam berbagai konteks matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier. Matriks juga dapat dilihat sebagai suatu objek matematis yang memiliki beragam teori yang penting, salah satunya adalah membahas tentang nilpotent suatu matriks. Nilpotent adalah suatu matriks khusus yang dapat ditemukan pada matriks segitiga atas stricly. Suatu matriks segitiga atas dapat ditemukan nilpotent orde, artinya apabila matriks segitiga atas dipangkatkan dengan maka akan diperoleh matriks dengan semua elemen-elemen nol. Dengan demikian diketahui bahwa setiap matriks nilpotent determinannya sama dengan nol. Hal ini tidak berarti bahwa setiap matriks yang determinanya nol adalah nilpotent. Nilpotent suatu matriks dapat dilihat pada matriks segitiga atas stricly, sebaliknya muncul kesulitan untuk mendapatkan nilpotent pada matriks yang bukan matriks segitiga atas stricly. Kesulitan ini terjadi karena nilpotent pada matriks yang bukan segitiga atas stricly tidak memperlihatkan bentuk dan kriteria yang jelas. Sehingga untuk mengatasinya dicari nilpotent dengan cara mengkontruksinya dengan menggunakan Teorema Cayley Hamilton, nilpotent orde 3 pada matriks 33 telah diteliti oleh Nispu Ramadani pada tahun 2008. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Menentukan Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular Menggunakan Teorema Cayley Hamilton.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan nilpotent orde 4 pada matriks singular dengan menggunakan metode Cayley Hamilton. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang penulis membatasi masalah yaitu matriks yang digunakan pada penelitian ini adalah matriks singular dengan kolom pertama mempunyai elemen 1,0,0,0. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan penelitian ini adalah menentukan nilpotent orde 4 pada matriks singular menggunakan teorema Cayley Hamilton. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam tugas akhir ini terdiri dari 5 bab yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang materi penunjang yang memuat teori dasar yang terkait dengan penelitian yang akan dibahas seperti materi tentang transformasi baris elementer pada baris dan kolom, matriks segitiga atas, matriks segitiga atas stricly, determinan, ekspansi kofaktor, aturan crammer, nilai eigen dan polinomial karakteristik. I-2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam menganalisa dan memperoleh hasil dalam penelitian. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan dalam menentukan nilpotent orde 4 pada matriks singular menggunakan teorema Cayley Hamilton. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. I-3

BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori yang digunakan sebagai materi pendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam Bab IV adalah transformasi elementer pada baris dan kolom, matriks segitiga atas, matriks segitiga atas Stricly, determinan, ekspansi kofaktor, aturan cramer, nilai eigen dan polinomial karakteristik,. 2.1 Transformasi Elementer pada Baris dan Kolom Defenisi 2.1 (Yusuf Yahya, dkk) Transformasi elementer pada baris atau kolom suatu matriks adalah sebagai berikut: a. Penukaran tempat baris ke dan baris ke (baris ke dijadikan baris ke j dan baris ke j dijadikan baris ke ) ditulis. b. Penukaran tempat kolom ke dan kolom ke j (kolom ke dijadikan kolom ke dan kolom ke dijadikan kolom ke ) ditulis. c. Memperkalikan baris ke dengan skalar 0 ditulis. d. Memperkalikan kolom ke dengan skalar 0 ditulis. e. Menambahkan baris ke dengan kali baris ke, ditulis. f. Menambahkan kolom ke dengan kali kolom ke, ditulis. 2.2 Matriks Segitiga Atas Definisi 2.2 (Howard Anton, 2004) Matriks segitiga atas yaitu matriks yang seluruh entri dibawah diagonal utamanya sama dengan nol, yaitu jika 0 untuk. 2.3 Matriks Segitiga Atas Stricly Definisi 2.3 (PB Bhattacharya dkk) Matriks bujur sangkar dikatakan segitiga atas strictly, jika 0 untuk semua.

Contoh Matriks Segitiga Atas Stricly Contoh 2.1 0 1 5 4 0 0 3 8 0 0 0 2 0 0 0 0 Teorema 2.1 (Seymour, 2004) Jika adalah matriks segitiga atas maka det adalah hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama. Bukti: Diberikan matriks segitiga atas 0 0 0 Dengan menggunakan ekspansi kofaktor pada baris pertama maka!"# $. 0 $ 0. $.0 % 0.0 $.0 Jadi!"# & Teorema 2.2 (Howard Anton, 2004): Jika dan ' adalah masing-masing matriks segitiga atas maka det ' det.det ' Bukti: Ambil dan ' adalah masing-masing matriks 4 ( 4 yaitu sebagai berikut: Jika dan ) 0 ) 0 0 ) 0 0 0 )) * * * * ) 0 * ' * * ) 0 0 * * ) 0 0 0 * )) II-2

Maka berdasarkan teorema (2.2) diperoleh dan ) 0 )!"# 0 0 ) )) 0 0 0 )) * * * * ) 0 *!"# ' * * ) * 0 0 * * * * * )) ) 0 0 0 * )) Maka diperoleh Sedangkan det. det ' )) * * * * )) ' * * * )) * )). ) 0 ) 0 0 ) 0 0 0 )) * * * * ) 0 * * * ) 0 0 * * ) 0 0 0 * )) * * % * * % * % * * % * ) % * ) % ) * )) 0 * * % * * ) % * ) % ) * )) 0 0 * * ) % ) * )) 0 0 0 )) * )) Karena ' adalah matriks segitiga atas, maka berdasar teorema 2.2 diperoleh * * % * * % * % * * % * ) % * ) % ) * )) 0!"# ' + * * % * * ) % * ) % ) * )) + 0 0 * * ) % ) * )) 0 0 0 )) * ))!"# ' * * * )) * )). Maka berdasarkan bukti didapatlah det ' det.det ' & 2.4 Determinan Definisi 2.4 (Yusuf Yahya, dkk) Determinant dari matriks bujur sangkar berordo, adalah jumlah dari semua,! hasil kali bertanda dari elemen-elemen II-3

matriks tersebut. Determinan dari sebuah matriks biasa diberi notasi det atau yang dirumuskan dengan!"# 4. 2.5 Ekspansi Kofaktor Definisi 2.5 (Howard Anton, 2004) Jika adalah sebuah matriks bujur sangkar maka minor anggota dinyatakan oleh 5 dan didefenisikan sebagai determinan submatriks yang masih tersisa setelah baris ke dan kolom ke dihilangkan dari. Bilangan $1 6 5 dinyatakan oleh 7 dan disebut kofaktor anggota. Contoh 2.2: Jika diketahui matriks 3 4 5 2 6 1 3 3 4 7 8 9 2 3 5 $1 Maka determinan dapat dicari dengan penurunan orde sebuah determinan dengan langkah: 1. Pilihlah elemen 1 atau jika tidak ada 0 2. Dengan menggunakan sebagai pivot, lakukan operasi baris (kolom) elementer sehingga diperoleh nol disemua posisi selain posisi kolom (baris) yang mengandung. 3. Ekspansilah determinan dengan kolom (baris) yang mengandung. dengan demikian 3 4 5 2 6 1 3 3!"# 4 7 8 9 2 3 5 $1 II-4

3 4 5 2 * $ 4* 6 1 3 3!"# 0 4 7 8 9 * $ 7* 2 3 5 $1 * ) $ 3* $21 0 $7 $10 6 1 3 3!"# 0 $38 0 $13 $12 $16 0 $4 $10 Maka dengan mengekspansi determinannya menggunakan kolom kedua, abaikan seluruh suku yang mengandung 0. Dan tanda minor 5 $1 6 1 Sehingga $21 $7 $10!"# ; $38 $13 $12; $16 $4 $10 dengan menggunakan metode gaussian maka:!"# $2730 $ 1344 $ 1520 % 2080 % 1008 % 2660 154 Jadi!"# 154. Teorema 2.3 (Howard Anton, 2004) Jika adalah matriks, (, maka berlaku!!"#<, dengan < adalah matriks identitas. Bukti: Diberikan matriks >? dengan, 1,2,,, Maka! 7 @ >7? dengan, 1,2,,, dengan 7 $1 6 5 Oleh karena itu diperoleh 4 D D D 4 A 4 D D A D 4! B B C B B B C B 4 4 A 44 D 4 D 4 A D 가4 @ II-5

4 D D D 4 A 4 D D A D 4! B B C B B B C B 4 4 A 44 D 4 D 4 A D 44 4 4 4 G HI 7 F I H I 7 I H I 7 M I4 L IJ IJ IJ F 4 4 4 L F L FH I 7 I H I 7 I A H I 7 I4 L FIJ IJ IJ L F B B C B L 4 4 4 F L FH 4I 7 I H 4I 7 I A H 4I 7 I4 L E K IJ Dari persamaan maka diperoleh 4 H I 7 I!"#, IJ 4 H I 7 I 0 IJ jika IJ jika IJ Dengan demikian diperoleh:!"# 0 A 0 0!"# A 0! B B C B 0 0 A!"# Sehingga diperoleh!!"#< 1 0 A 0 0 1 A 0!"# B B C B 0 0 A 1 Menurut (James Gere, 1987) sifat-sifat determinan adalah sebagai berikut: 1. Jika dua baris atau kolom dari suatu determinan dipertukarkan, maka nilai nilai determinannya akan berganti tanda. 2. Determinan dari suatu matriks bujur sangkar sama dengan determinan dari transposnya. II-6

3. Jika semua elemen dari salah satu baris atau kolom suatu determinan dikalikan dengan skalar, maka nilai determinannya akan berlipat juga. Jika semua elemen sebanyak baris atau kolom suatu determinan dikalikan, maka nilai determinannya akan berlipat. 4. Jika matriks bujur sangkar berordo, dikalikan skalar, maka determinanya akan berlipat 4. 5. Jika dua matriks bujur sangkar yang berordo sama diperkalikan, maka determinan hasil kalinya sama dengan hasil determinan-deteminannya. 6. Jika hasil dua atau lebih matriks bujur sangkar adalah matriks nol,maka paling sedikit satu diantara matriks-matriks itu singular (determinannya sama dengan nol). 7. Jika matriks persegi panjang berordo R (, dikalikan dengan matriks persegi panjang berordo, ( R dan jika R,, maka hasil kali matriks adalah suatu matriks singular yang berordo R. 8. Determinan suatu matriks diagonal atau matriks segitiga adalah sama dengan hasil kali elemen-elemen diagonal utamanya. 2.6 Aturan Cramer Teorema 2.4 (Howard Anton, 2004) Jika S * merupakan suatu sistem, persamaan linear dalam, peubah sedemikian sehingga 0, maka sistem tersebut mempunyai suatu penyelesaian yang unik, penyelesaian ini adalah S!"#!"# S!"#!"# S!"#!"# dengan adalah matriks yang diperoleh dengan mengantikan anggota-anggota pada kolom ke dari dengan anggota-anggota pada matriks II-7

* * * B * 4 Bukti: Jika 0, maka bisa dibalik S T * adalah penyelesaian unik dari S * oleh karena itu menurut teorema 2.4 diperoleh S T * 1!"#!* 7 7 7 4 * 1!"# 7 7 7 4 * B B B B 7 4 7 4 7 44 * 4 Jika matriks-matriks tersebut dikalikan maka akan diperoleh * 7 % * 7 % % * 4 7 4 1 S!"# * 7 % * 7 % % * 4 7 4 B B B * 7 4 % * 7 4 % % * 4 7 44 oleh karena itu anggota ke dari S adalah S * 7 % * 7 % A% * 4 7 4!"# 2.1 dengan menganggap G T * 6 4 M F T * 6 4 L F B B B B B B E 4 4 T * 4 46 LL 44K Karena berbeda dengan hanya pada kolom ke nya, maka kofaktor dari anggota-anggota *,*,,* 4 dalam adalah sama dengan kofaktor dari anggota anggota yang berpadanan dalam kolom ke dari. Dengan demikian perluasan kofaktor dari det disepanjang kolom ke adalah!"#>? * 7 % * 7 % A* 4 7 4 II-8

Dengan mensubtitusikan hasil kedalam persamaan (2.1) maka diperoleh S U!"# U!"# & Contoh 2.3: Gunakanlah aturan cramer untuk menyelesaikan sistem persamaan linear berikut: S % 2S 6 $3S % 4S % 6S 30 $S $ 2S % 3S 8 Penyelesaian: 1 0 2 6 0 2 $3 4 6 30 4 6 $1 $2 3 8 $2 3 1 6 2 $3 30 6 $1 8 3 1 0 6 $3 4 30 $1 $2 8 Dengan demikian untuk memperoleh S,S,S diperoleh dengan cara S!"#!"# $40 44 $10 11 S!"#!"# 72 44 18 11 S!"#!"# 152 44 38 11 2.7 Nilai Eigen dan Polinomial Karakteristik Definisi 2.7 (Howard Anton, 1987) Jika A adalah matriks bujur sangkar berukuran, (,, maka vektor taknol S di dalam V 4 dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari A jika S adalah kelipatan skalar dari S, yakni S S (2.2) untuk suatu scalar. Skalar dinamakan nilai eigen (eigenvalue) dari A dan S dikatakan vektor eigen yang bersesuaian. II-9

Untuk menentukan nilai eigen matriks A yang berukuran, (,, maka dapat ditulis kembali persamaan (2.2) sebagai: S <S < $ S 0 (2.3) Sistem persamaan linier homogen (2.3) mempunyai penyelesaian tak nol jika dan hanya jika!"#< $ 0 (2.4) Persamaan (2.4) merupakan suatu polinomial dalam variabel. Suku berderajat tertinggi dalam berasal dari hasil kali unsur-unsur diagonalnya sehingga polinomial ini berderajat, dengan koefisien 4 dan dinotasikan dengan 7. 7 4 % D 4T % A% D 4 0 (2.5) Persamaan (2.4) disebut persamaan karakteristik dan 7 4 % D 4T % A% D 4 disebut polinomial karakteristik untuk matriks A. Sehingga,,, 4 merupakan penyelesaian dari persamaan (2.5), atau dapat juga ditulis menjadi 7 $ $ $ 4 (2.6) II-10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang penulis gunakan dalam skipsi ini adalah studi literatur yang mana dalam penelitian ini ada beberapa langkah dalam mengkontruksi nilpotent orde 4 pada matriks singular dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton yaitu: 1. Ambil adalah matriks singular 44. 2. Menentukan polinomial karakteristik dari matriks. 3. Dengan menggunakan transformasi elementer baris pada matriks dibentuk matriks. 4. Menentukan polinomial karakteristik matriks. 5. Menentukan nilpotent matriks dengan menentukan solusi dari sistem persamaan linear dan menentukan nilai, dan menggunakan aturan crammer. 6. Analisa dan kesimpulan.

Digambarkan dalam flowchart dibawah ini: Mulai Matrik Singular 44 a. Menentukan polinomial karakteristik dari matriks. b. Dengan menggunakan transformasi elementer baris pada matriks dibentuk matriks. c. Menentukan polinomial karakteristik matriks. d. Menentukan nilpotent matriks dengan menentukan solusi dari sistem persamaan linear dan menentukan nilai, dan menggunakan aturan cramer. Kesimpulan Selesai III-2

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Pembahasan skripsi pada Bab IV ini akan membahas mengenai pengertian nilpotent pada suatu matriks dan akan diuraikan beberapa teorema beserta cara menkontruksi nilpotent orde 4 pada matriks singular dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton. 4.1 Nilpotent Definisi 4.1. (Seymour Lipschutz, 2004): Matriks bujur sangkar disebut nilpotent jika 0 untuk suatu bilangan bulat positif, dengan nol adalah matriks nol. Contoh nilpotent: 1.Diberikan matriks 4 4 yaitu: dengan 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.Diberikan matriks 3 3 yaitu: 1 3 4 1 3 4 1 3 4 dengan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Teorema 4.1 Cayley Hamilton. (Seymour dan Marc Lipson, 2004): Setiap matriks adalah akar dari polinomial karakteristiknya. Bukti: Misalkan adalah matriks, Jika mempunyai polinomial karakteristik, Maka berlaku 0. Berdasarkan matriks diperoleh polinomial karakteristik. Misalkan berdasarkan teorema (2.2) berlaku det (4.1) Berdasarkan ruas kiri persamaan (1) diperoleh %. sedangkan dari ruas kanan persamaan (4.1) diperoleh. maka dengan demikian dapat dibentuk persamaan baru yaitu: atau % IV-2

(4.2) Berdasarkan persamaan (4.2) diperoleh,,,, (4.3) Berdasarkan persamaan (4.3) diperoleh % ( ( ( Sehingga jika dijumlahkan akan diperoleh 0 Maka 0 ) 4.2 Mengkontruksi Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular Berdasarkan landasan teori dapat dilihat bahwa untuk menemukan nilpotent pada matriks cukup sederhana yaitu dapat dilihat pada matriks Segitiga Atas Stricly. Namun muncul kesulitan untuk mendapatkan nilpotent pada matriks yang bukan matriks Segitiga Atas Stricly, ini terjadi karena pada matriks yang bukan matriks segitiga atas stricly tidak memperlihatkan bentuk dan kriteria yang jelas, maka untuk mengatasinya dicarilah nilpotent dengan menggunakan Teorema Cayley Hamilton. Adapun langkah-langkah mengkontruksi nilpotent diuraikan sebagai berikut: 1. Ambil adalah matriks singular 4 4 IV-3

1 * + 0, -, 0. untuk,,,-,,,.,/,0,1,*,,+ 2 3 (4.4) 0 / 0 1 dengan 1,./ -0 -/.0,1 0, Berdasarkan teorema (2.1) maka pada persamaan (4.4) berlaku 0. 2. Dengan menggunakan matriks dan berdasarkan teorema (2.4) akan ditentukan polinomial karakteristik dari matriks sebagai berikut: 1 * +, - 0, - 1. 0. / 0 1 0 / 0 1 0, - * 0. 0 0 1 0-0. 0 / 1 0, + 0 0 / 0 1 4 5 1,./ 5-06 4/ 5-5 6 40. 5 5 6 41, 5 6 5 % 1 1 1 1 /- 0., 1 1,./ -0 /-.0 1, 1 1 /- 0., 1,.0-0 /-.0 1, IV-4

% 1 1 1 1 /- 0., 1 1 1 /- 0., (4.5) Berdasarkan persamaan (4.5) maka menurut Teorema Cayley Hamilton berlaku: % 4 1 1 1 /- 0., 1 1 1 /- 0., 0 (4.6) Berdasarkan persamaan (4.6) maka dapat dibentuk nilpotent orde 4 dengan menentukan sistem persamaan linear yaitu: 1 1 0 1 1 /- 0., 1 0 1 1 /- 0., 0 Karena sistem persamaan linear tidak mempunyai solusi maka a, b, c, d, e, f, g, h, i tidak dapat ditentukan. 3. Maka dengan menggunakan operasi baris elementer pada matriks dalam persamaan (4.4) maka diperoleh matrik B. 1 * + 0, - 0. 0 / 0 1 1 * + 0, - 0., 7,, %, 0 / 0 1, 8, 1 * + 7 7*, 7-7+ 9 *. + (4.7) 8 / 8* 0 8 1 8+ IV-5

4. Dengan menggunakan matriks 9 pada persamaan (4.7) dapat dibentuk polinomial karakteristik dari 9 sebagai berikut. 1 * + 7*, 7-7+ 7 7*, 7-7+ 1: *. + : *. + / 8* 0 8 1 8+ 8 / 8* 0 8 1 8+ 7, 7-7+ * ;. + ; 8 0 8 1 8+ 7 7* - 7+ : *. + : 8 / 8* 1 8+ 7 7*, 7 +: * : 8 / 8* 0 8 1 8+ 1 7* % 1 8+ 0+ 7 8. 7* *, 1 17* 8+ /+7 8*-, /- 0. 1 1 0. /- 1, 0- /,. 1 8*,. /,+ /7. 8-0+7 0*-, /- 0. /- 1 1 0.7* /+7 8*- 8*- 0+ 8. 8+, 8+ 17 1*, 17* 1 (4.8) Berdasarkan persamaan(4.8) maka menurut Teorema Cayley Hamilton berlaku. 1 8+ 1 7* % 1 8+ 0+ 7 8. 7* *, 1 17* 8+ /+7 8*- /- 0. 1 1 8*,. /,+ /7. 8-0+7 0*-, /- 0. /- 1 1 0.7* IV-6

/+7 8*- 0+ 8. 8+, 8+ 17 1*, 17* 1 0 5. Berdasarkan persamaan (4.9) dapat dibentuk nilpotent dengan menentukan solusi dari sistem persamaan linear atas variabel m,n,q yaitu: Berdasarkan persamaan % diperoleh persamaan 1 8+ 1 7* 0 Sehingga: 7* 8+ 1 1 (4.10) Berdasarkan persamaan diperoleh persamaan 1 8+ 0+ 7 8. 7* *, 1 17* 8+ /+7 8*-, /- 0. 1 1 0 Sehingga: * 1* /+7 0+ *, 1 +. + *-8 1, Berdasarkan diperoleh persamaan /- 0. 1 1 (4.11) 8*,. /,+ /7. 8-0+7 0*-, /- 0. /- 1 1 0.7* /+7 8*- 0+ 8. 8+, 8+ 17 1*, 17* 1 0 Sehingga: /. 0+ 0.* /+ 1 1*7 /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, +8, /- 0. 1 1 (4.12) Berdasarkan ketiga persamaan diatas maka dicari nilai m,n, dan q dengan menggunakan Aturan Cramer sebagai berikut: 1 1 + ; 1, /- 0. 1 1 0+ *, 1 +. + *- ; 7, /- 0. 1 1 /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + (4.13) IV-7

* 1 1 + ; * 1* /+ 1, /- 0. 1 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1*, /- 0. 1 1 *,. - *-. +, + * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + (4.14) * 1 1 ; * 1* /+ 0+ *, 1 1, /- 0. 1 1; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1, /- 0. 1 1 8 * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + (4.15) 6. Dengan mensubtitusikan persamaan (4.13), (4.14), dan (4.15) kedalam persamaan (4.7) maka diperoleh matriks 9 adalah nilpotent orde 4. 7. Untuk membentuk nilpotent dengan element-elemen bilangan bulat dapat diuraikan sebagai berikut: Dari matriks yang ditetapkan pada persamaan (4.4) dipilih * /, 0-1 +. Sehingga pada persamaan (4.4) menjadi 1 * + 0, - < 0, - 0, - Dengan membentuk transformasi elementer dan ditetapkan 1 * + 0, - <, 7, 0, -, %, 0, -, 8, IV-8

Maka diperoleh 1 * + 7 7*, 7-7+ 9< *, - + 8 8*, 8-8+ Dengan demikian, persamaan (4.4) akan menjadi 7* 8+, - 1 %, - Berdasarkan teorema Cayley Hamilton agar diperoleh 0, maka diambil 7* 8+, - 1 0, - 0 (4.16) Karena *,,+ bilangan bulat, maka diperoleh 7,, dan 8 bilangan bulat, dengan demikian diperoleh matriks 9 adalah nilpotent orde 4 dengan elemenelemen bilangan bulat. 4.3 Contoh Mengkontruksi Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular yang Berentri Bilangan Bulat Positif. Adapun dalam pembahasan ini akan diberikan beberapa contoh dalam mengkontruksi nilpotent orde 4 pada matriks singular. Adapun contoh yang diberikan adalah matriks singular dengan element-element bilangan bulat. Contoh 4.4 : Diketahui matriks singular yaitu 1 2 3 1 0 1 2 3 0 1 0 1 0 2 4 6 matriks? 0 maka untuk menentukan nilpotent matriks dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton. Penyelesaian: Untuk menentukan nilpotent orde 4 maka berdasarkan persamaan (4.13) 1 1 + ; 1, /- 0. 1 1 0+ *, 1 +. + *- ; 7, /- 0. 1 1 /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + dengan * 2, 3,+ 1 IV-9

maka diperoleh 1,, 2,- 3 1, 0,. 1 / 2,0 4,1 6 7 1030 632 dan berdasarkan persamaan (4.14) * 1 1 + ; * 1* /+ 1, /- 0. 1 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1*, /- 0. 1 1 *,. - *-. +, + * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + dengan * 2, 3,+ 1 maka diperoleh 1,, 2,- 3 1, 0,. 1 / 2,0 4,1 6 470 632 dan berdasarkan persamaan (4.15) * 1 1 ; * 1* /+ 0+ *, 1 1, /- 0. 1 1; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1, /- 0. 1 1 8 * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + dengan * 2, 3,+ 1 1,, 2,- 3 1, 0,. 1 / 2,0 4,1 6 maka diperoleh 8 1586 632 dengan mensubtitusikan IV-10

7 1030 632, 470 632,8 1586 632 kedalam persamaan (4.7) maka diperolehlah nilpotent 1 2 3 1 E1030 D 1 F 1030 J.2G 2 F1030.3G 3 F1030 632 632 632 632 G I D 9 470 D 1 F 470 I.2G 0 F470.3G 1 F470 D 632 632 632 632 G I D1586 2 F 1586 I.2G 4 F1586.3G 6 F1586 C 632 632 632 632 G I H 1 2 3 1 E515 375 913 433 J D I D 316 158 316 316 I 9 D 235 77 705 81 I D 316 158 316 316 I D793 477 1115 1103I C 316 158 316 316 H setelah diperoleh matriks 9, maka dengan menggunakan Maple yang tertera pada Lampiran C, jika 9 dipangkatkan 4 maka diperoleh matriks nilpotennya yaitu: 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Contoh 4.5 : Diketahui matriks singular yaitu 1 4 2 1 0 2 7 8 0 3 2 4 0 2 7 8 matriks? 0 maka untuk menentukan nilpotent matriks dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton. Penyelesaian: Untuk menentukan nilpotent orde 4 maka berdasarkan persamaan (4.13) IV-11

1 1 + ; 1, /- 0. 1 1 0+ *, 1 +. + *- ; 7, /- 0. 1 1 /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + dengan * 4, 2,+ 1 maka diperoleh 2,, 7,- 8 3, 2,. 4 / 2,0 7,1 8 7 8490 4221 dan berdasarkan persamaan (4.14) * 1 1 + ; * 1* /+ 1, /- 0. 1 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1*, /- 0. 1 1 *,. - *-. +, + * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + dengan * 4, 2,+ 1 maka diperoleh 2,, 7,- 8 3, 2,. 4 / 2,0 7,1 8 7183 4221 dan berdasarkan persamaan (4.15) * 1 1 ; * 1* /+ 0+ *, 1 1, /- 0. 1 1; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1, /- 0. 1 1 8 * + ; * 1* /+ 0+ *, 1 +. + *- ; /. 0+ 0.* /+ 1 1* /,+ 0*- /- 0+ 1*, 1 *,. - *-. +, + dengan * 4, 2,+ 1 2,, 7,- 8 3, 2,. 4 IV-12

/ 2,0 7,1 8 maka diperoleh 8 6547 4221 dengan mensubtitusikan 7 8490 4221, 7183,8 6547 4221 4221 Ke dalam persamaan (4.7) maka diperolehlah nilpotent 1 4 2 1 E D 8490 D 4221 2 F8490 8490J.4G 7 F8490.2G 8 I 4221 4221 4221 9 D 7183 I D 4221 3 F7183 7183.4G 2 F7183.2G 4 I 4221 4221 4221 D C 6547 I 4221 2 F6547 6547I.4G 7 F6547.2G 8 4221 4221 4221H 1 4 2 1 E D 2830 8506 4189 8426 J I D 1470 1470 1470 1470 9 D 7183 1690 5924 I 9701 I D 4221 4221 4221 4221 D C 6547 I 4221 17746 16453 27221I 4221 4221 4221 H setelah diperoleh matriks 9, maka dengan menggunakan Maple yang tertera pada Lampiran D, jika 9 dipangkatkan 4 maka diperoleh matriks nilpotennya yaitu: 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.4 Contoh Mengkontruksi Nilpotent Orde 4 pada Matriks Singular yang Berentri Bilangan Bulat. Adapun untuk menentukan nilpotent orde 4 yang entri-entrinya bernilai negatif maka dapat diselesaikan dengan langkah 7 dengan ketentuan: IV-13

7* 8+, - 1 0, - 0 Contoh 4.6 Diketahui sebuah matriks 1 4 2 6 L 0 4 2 6 0 4 2 6 0 4 2 6 matriks <? 0 maka untuk menentukan nilpotent matriks < dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton. Penyelesaian: Berdasarkan matriks pada persamaan (4.4) dipenuhi: * / 4, 0 2-1 +. 6 Dengan demikian akan diperoleh nilpotent dengan elemennya bilangan bulat. Berdasarkan persamaan (4.16), nilpotent dapat dibentuk dengan menetapkan 7* 8+, - 1 0, - 0 Jika diambil,7 1 maka diperoleh 8 7/6 Sehingga berdasarkan persamaan (4.7) diperoleh nilpotent 1 2 4 6 1 4 8 12 9< 1 4 8 12 7/6 13/3 26/3 13 setelah diperoleh matriks 9<, maka dengan menggunakan Maple yang tertera pada Lampiran E, jika 9< dipangkatkan 4 maka diperoleh matriks nilpotentnya yaitu: 0 0 0 0 9< 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 IV-14

Contoh 4.7 Diketahui sebuah matriks 1 5 4 9 L 0 5 4 9 0 5 4 9 0 5 4 9 matriks? 0 maka untuk menentukan nilpotent matriks dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton. Penyelesaian: Berdasarkan matriks pada persamaan (4.4) dipenuhi: * / 5, 0 4-1 +. 9 Dengan demikian akan diperoleh nilpoten dengan elemennya bilangan bulat. Berdasarkan persamaan (4.16), nilpotent dapat dibentuk dengan menetapkan 7* 8+, - 1 0, - 0 Jika diambil 7 2, 1 maka diperoleh 8 15/9 Sehingga berdasarkan persamaan (4.7) diperoleh nilpotent 1 5 4 9 2 15 12 27 9< 1 10 8 18 15/9 120/9 96/9 216/9 setelah diperoleh matriks 9<, maka dengan menggunakan Maple yang tertera pada Lampiran F, jika 9< dipangkatkan 4 maka diperoleh matriks nilpotentnya yaitu: 0 0 0 0 9< 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak semua matriks singular nilpotent, maka untuk memperlihatkan matriks singular yang tidak nilpotent diberikan contoh berikut: IV-15

Contoh 4.8 Diketahui sebuah matriks singular 1 2 3 4 0 4 3 5 0 1 2 3 0 8 6 10 Penyelesaian: Untuk menentukan nilpotent orde 4 maka berdasarkan persamaan (4.13) 11 + ; 1,/-0.11 0+*,1 +.+*- ; 7,/-0.11 /,+0*-/-0+1*,1 *,.-*-.+,+ * + ; *1*/+ 0+*,1 +.+*- ; /.0+0.*/+11* /,+0*-/-0+1*,1 *,.-*-.+,+ dengan *2,3,+4 diperoleh 4,,3,-5 1,2,.3 /8,06,110 7 78582 21105 Dan berdasarkan persamaan (4.14) * 11 + ; *1*/+ 1,/-0.11 +.+*- ; /.0+0.*/+11*,/-0.11 *,.-*-.+,+ * + ; *1*/+ 0+*,1 +.+*- ; /.0+0.*/+11* /,+0*-/-0+1*,1 *,.-*-.+,+ dengan *2,3,+4 diperoleh 4,,3,-5 1,2,.3 /8,06,110 12549 21105 IV-16

Dan berdasarkan persamaan (4.15) * 11 ; *1*/+ 0+*,1 1,/-0.11; /.0+0.*/+11* /,+0*-/-0+1*,1,/-0.11 8 * + ; *1*/+ 0+*,1 +.+*- ; /.0+0.*/+11* /,+0*-/-0+1*,1 *,.-*-.+,+ dengan *2,3,+4 diperoleh 4,,3,-5 1,2,.3 /8,06,110 8 43257 21105 Dengan mensubtitusikan 7 NOPO, PQ, 8 %PN P P P ke dalam persamaan (4.7) maka diperolehlah nilpotent 1 2 3 4 E 78582 D 4 78582 D 21105 21105 9 D 12549 1 12549 D 21105 21105 D 43257 C 8 43257 21105 21105 78582 78582.2 3.3 5 21105 21105.4 12549 12549.2 2.3 3 21105 21105.4 43257 43257.2 6.3 10 21105 21105.4 H J I I I I I E 44329456284 D 103161709 D 9 D 40245964234566 34559172515 D D 1926977956438 D 725742622815 D C 2395124068192 241914207605 39271138650 103161709 4831410067842 6911834503 15431574790936 145148524563 31765983277002 48382841521 118118497794 103161709 134519511550526 34559172515 104952759881266 241914207605 388326080793902 241914207605 82549024968 J 103161709 72448279434562 I I 34559172515 I 64463971183736 I I 725742622815 I 30492064252796 I 241914207605 H Jadi berdasarkan contoh (4.4), (4,5), (4.6), (4.7), (4.8) dapat dilihat bahwa matriks singular yang tidak nilpotent dapat ditentukan nilpotentnya menggunakan teorema Cayley Hamilton, namun tidak semua matriks singular dapat ditentukan nilpotentnya. IV-17

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan bab IV telah dibahas tentang menentukan nilpotent orde 4 pada matriks singular dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilpotent suatu matriks singular yang dapat dikontruksi menggunakan teorema Cayley Hamilton adalah matriks yang berbentuk khusus dengan kolom pertama 1,0,0,0. 2. Tidak semua matriks singular dapat ditentukan nilpotentnya. 3. Dengan mengkontruksi matriks singular menggunakan teorema Cayley Hamilton dihasilkan matriks nol. 5.2 Saran Pembahasan skripsi ini hanya menentukan nilpotent orde 4 pada matriks singular dengan menggunakan teorema Cayley Hamilton. Untuk itu maka bagi pembaca yang ingin melanjutkan skripsi ini disarankan membahas orde yang lebih tinggi atau menggunakan teorema lain.

DAFTAR PUSTAKA Anton, Howard. Dasar-Dasar Aljabar Linier. Jakarta: Erlangga, 2004. Gere, James, William Weaver. Aljabar Matriks untuk para Insinyur. Jakarta: Erlangga, 1987. Lipschutz, Seymour. Aljabar Linear Belajar Super Cepat. Jakarta: Erlangga, 2004. Lipschutz, Seymour. Aljabar Linear. Jakarta: Erlangga, 2004. P.B Bahattacharya, dkk. Firt Course In Linear Algebra. New Age Internasional Publisher. Wibisono, Yusuf, Manual Matematika Ekonomi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press 1999. Yahya, Yusuf, dkk. Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

DAFTAR LAMBANG : Lambda : Sigma : Transpos matriks : Invers matriks : Determinan matriks xiii