GERBANG LOGIKA. Keadaan suatu sistem Logika Lampu Switch TTL CMOS NMOS Test 1 Tinggi Nyala ON 5V 5-15V 2-2,5V TRUE 0 Rendah Mati OFF 0V 0V 0V FALSE

dokumen-dokumen yang mirip
GERBANG LOGIKA. Keadaan suatu sistem Logika Lampu Switch TTL CMOS NMOS Test 1 Tinggi Nyala ON 5V 5-15V 2-2,5V TRUE 0 Rendah Mati OFF 0V 0V 0V FALSE

Representasi Boolean

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1

Hanif Fakhrurroja, MT

I. Judul Percobaan Rangkaian Gerbang Logika dan Aljabar Boolean

Sistem Bilangan. Rudi Susanto

Definisi Aljabar Boolean

Hanif Fakhrurroja, MT

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAB III RANGKAIAN LOGIKA

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2-

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL PEMBUKTIAN DALIL-DALIL ALJABAR BOOLEAN

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN

PERCOBAAN 11. CODE CONVERTER DAN COMPARATOR

2. Gambarkan gerbang logika yang dinyatakan dengan ekspresi Boole di bawah, kemudian sederhanakan dan gambarkan bentuk sederhananya.

( A + B) C. Persamaan tersebut adalah persamaan rangkaian digital dengan 3 masukan sehingga mempunyai 8 kemungkinan keadaan masukan.

DDTD MODUL DASAR-DASAR TEKNIK DIGITAL. Kelas. Teknik Audio Video. Sekolah Menengah Kejuruan Program Studi Keahlian Teknik Elektronika

ALJABAR BOOLEAN R I R I I R A W A T I, M. K O M L O G I K A M A T E M A T I K A 3 S K S

ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL

Rangkaian digital yang ekivalen dengan persamaan logika. Misalnya diketahui persamaan logika: x = A.B+C Rangkaiannya:

GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN

PERCOBAAN DIGITAL 01 GERBANG LOGIKA DAN RANGKAIAN LOGIKA

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya

Tabel kebenaran untuk dua masukan (input) Y = AB + AB A B Y

Review Kuliah Sebelumnya

Komputer menggunakan dan memanipulasi data untuk perhitungan aritmatik, pemrosesan data dan operasi logik. Data adalah bilangan biner dan informasi

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data

Organisasi & Arsitektur Komputer

Materi #13. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

Sistem Bilangan & Kode Data

Matematika informatika 1 ALJABAR BOOLEAN

BAB III RANGKAIAN LOGIKA

LAPORAN PRAKTIKUM GERBANG LOGIKA (AND, OR, NAND, NOR)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET TEKNIK DIGITAL LS 2 : Aljabar Boolean, Teori De Morgan I dan De Morgan II

KONVERSI BILANGAN. B. Konversi Bilangan Desimal ke Biner Contoh =. 2? Tulis sisa hasil bagi dari bawah keatas =

Representasi Data Digital (Bagian 1)

RANGKAIAN LOGIKA DISKRIT

PENGANTAR KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI 1A

KONSEP PENDAHULUAN. Sistem Digital

BAB II SISTEM-SISTEM BILANGAN DAN KODE

Sistem Bilangan pada Bidang Ilmu Komputer (Lanjutan)

BAB III ALJABAR BOOLE (BOOLEAN ALGEBRA)

BAB II ALJABAR BOOLEAN DAN GERBANG LOGIKA

FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI

OPERASI DALAM SISTEM BILANGAN

Bahan Kuliah. Priode UTS-UAS DADANG MULYANA. dadang mulyana 2012 ALJABAR BOOLEAN. dadang mulyana 2012

SISTEM BILANGAN DAN KONVERSI BILANGAN. By : Gerson Feoh, S.Kom

TI 2013 IE-204 Elektronika Industri & Otomasi UKM

BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG

BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN

Definisi Aljabar Boolean

PERANGKAT PEMBELAJARAN

DASAR DIGITAL. Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

SILABUS MATA KULIAH MICROPROCESSOR I Nama Dosen: Yulius C. Wahyu Kurniawan, S.Kom.

BAB V RANGKAIAN ARIMATIKA

Rangkaian Logika. Kuliah#2 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto. Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro.

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

Konsep dasar perbedaan

Bilangan Desimal bilangan yang memiliki basis 10. Bilangan tersebut adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 Bilangan Biner bilanganyang memilikibasis

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1

Dr. novrina

BAB III GERBANG LOGIKA DAN ALJABAR BOOLEAN

REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION

ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER

Aljabar Boolean. Rudi Susanto

Aljabar Boolean. Bahan Kuliah Matematika Diskrit

Definisi Aljabar Boolean

Perancangan Sistem Digital. Yohanes Suyanto

SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

Aljabar Boolean. Rinaldi Munir/IF2151 Mat. Diskrit 1

Pertemuan 2. sistem bilangan

Algoritma & Pemrograman 2C Halaman 1 dari 7 ALJABAR BOOLEAN

Logika dan Komputer (Logic and Computers) Pengantar Rekayasa Desain 1 Dian Retno Sawitri

Representasi Data. M. Subchan M

BAB 2 GERBANG LOGIKA & ALJABAR BOOLE

18/09/2017. Fakultas Teknologi dan Desain Program Studi Teknik Informatika

ebook PRINSIP & PERANCANGAN LOGIKA Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2013

Dalam konvensi tersebut dijumpai bahwa suatu bilangan yang tidak disertai indeks berarti bilangan tersebut dinyatakan dalam desimal atau basis-10.

Sasaran Pertemuan 2 PERTEMUAN 2 SISTEM BILANGAN

1. Konsep Sistem Bilangan 2. Konsep Gerbang Logika 3. Penyederhanaan logika 4. Konsep Flip-Flop (Logika Sequensial) 5. Pemicuan Flip-Flop 6.

SEMINAR NASIONAL PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL ENCODER, DECODER, MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER.

Arsitektur & Organisasi Komputer. Aritmatika Komputer. Pertemuan I I

PRAKTIKUM RANGKAIAN DIGITAL

Sistem Digital. Dasar Digital -4- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

A. SISTEM DESIMAL DAN BINER

SISTEM BILANGAN DAN FORMAT DATA

Sistem Bilangan. Desimal Biner Oktal Heksadesimal

ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER Aljabar Boolean, Gerbang Logika, dan Penyederhanaannya

TEKNIK DIGITAL KODE BILANGAN

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL III GERBANG LOGIKA

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I. DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer. Pertemuan 1: Representasi Data

REPRESENTASI DATA. Pengantar Komputer Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma

Aljabar Boolean. Matematika Diskrit

DIKTAT SISTEM DIGITAL

BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE

BAB I PENGENALAN KONSEP DIGITAL

Transkripsi:

I. KISI-KISI 1. Sistem Digital dan Sistem Analog 2. Sistem Bilangan Biner 3. Konversi Bilangan 4. Aljabar Boole II. DASAR TEORI GERBANG LOGIKA Sistem elektronika sekarang ini masih mengandalkan bahan semikonduktor terutama transistor sabagai basis kerjanya. Rangkaian transistor bisa diperasikan sebagai penguat maupun sebagai saklar. Kedua sistem kerja itu membentuk elektronika analog yaitu transistor dioperasikan sebagai penguat dan elektronika digital yaitu transistor dioperasikan sebagai saklar. Sistem analog bisa diartikan bahwa output suatu rangkaian elektonika adalah replika atau analogi dari input rangkaian tersebut. Replika artinya bentuk gelombang output akan mengikuti bentuk gelombang input, sehingga frekuensi (atau juga spektrum frekuensi yang terkandung) adalah sama tetapi amplitudo atau tinggi puncak-puncak gelombangnya yang berbeda. Dari sini arti penguat (amplifier) digunakan karena hanya mempengaruhi tinggi-rendahnya puncak gelombang tetapi tidak mengubah kandungan spektrum frekuensi gelombang. Sistem digital mengoperasikan transistor pada kondisi ekstrim yaitu transistor dibuat menghantar penuh (ON) atau tidak menghantar (OFF). Dalam hal ini input dan output tidak lagi berkepentingan dengan bentuk gelombang tetapi pada keadaan saja yaitu keadaan ON atau OFF. Dalam keadaan ini transistor beroperasi seperti saklar yang bekerja dalam keadaan on atau off. Karena hanya keadaan ekstrim on dan off yang dilihat maka sistem digital menjadi sangat kebal terhadap banyak gangguan karena noise, peredaman frekuensi tinggi (low pass filter), lonjakan gelombang mendadak yang terjadi sangat cepat (spike), dll. Kondisi ini membuat sistem digital menjadi sangat handal dibanding sistem analog. Kelebihan lain dari sistem digital adalah bahwa keadaan on dan off mudah untuk disimpan baik secara sementara atau permanen untuk keperluan proses yang akan datang. Keadaan on dan off itu kemudian sering disebut sebagai logika 1 dan 0 atau dalam praktek rangkaian elektronika adalah keadaan adanya tegangan 5V dan 0V. Rangkaian digital yaitu rangkaian yang hanya mempunyai input dan output dengan dua keadaan saja yaitu 5V dan 0V. Keadaan itu sering digambarkan sebagai logika Tinggi (High) dan logika Rendah (Low). Untuk memudahkan perancangan digital dipakai aljabar khusus yang disebut aljabar Boole, dimana logika tinggi sebagai 1 dan logika rendah sebagai 0. Dalam praktek sembarang kondisi yang bisa dinyatakan dengan dua keadaan yang berbeda bisa dinyatakan dengan logika digital. Contoh, Digital Keadaan suatu sistem Logika Lampu Switch TTL CMOS NMOS Test 1 Tinggi Nyala ON 5V 5-15V 2-2,5V TRUE 0 Rendah Mati OFF 0V 0V 0V FALSE II.1. SISTEM BILANGAN DIGITAL Bilangan desimal (berbasis 10) mengenal 10 simbol angka dari 0, 1, 2,, 9. Sehingga angka, 1089,65 10 = 1x10 3 + 0x10 2 + 8x10 1 + 9x10 0 + 6x10-1 + 5x10-2 = 1000 + 0 + 80 + 9 + 0,6 + 0,05 = 1089,65 dalam desimal Setiap posisi angka desimal dinamakan digit. Bilangan desimal akan mempunyai bobot digit sesuai posisi angkanya seperti tabel berikut: 1

dst Digit 4 Digit 3 Digit 2 Digit 1 Digit 0 Digit -1 Digit -2 Digit -3 Digit -4 dst Dst.. 10.000 1.000 100 10 1 0,1 0,01 0,001 0,0001 Dst Sistem bilangan digital hanya mengenal dua angka yaitu 1 dan 0, oleh karena itu sembarang angka juga dinyatakan dengan susunan 1 dan 0. Sistem ini juga dikenal dengan sistem biner (bilangan berbasis 2). Contoh angka 11101,101 2 = 1x2 4 + 1x2 3 + 1x2 2 + 0x2 1 + 1x2 0 + 1x2-1 + 0x2-2 + 1x2-3 = 16 + 8 + 4 + 0 + 1 + 1/2 + 0 + 1/8 = 29,625 dalam desimal Setiap posisi angka biner dinamakan bit. Bilangan biner akan mempunyai bobot bit sesuai posisi angkanya seperti tabel berikut: dst Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 Bit -1 Bit -2 Bit -3 Bit -4 Bit -4 dst Dst.. 32 16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,125 0,0625 0,03125 Dst II.2. KONVERSI BILANGAN a. Konversi biner ke desimal Konversi dilakukan hanya dengan menghitung angka bit dikalikan bobot sesuai posisinya kemudian menjumlahkan semua. Contoh, 1011101,101 2 = 1x2 6 + 0x2 5 + 1x2 4 + 1x2 3 + 1x2 2 + 0x2 1 + 1x2 0 + 1x2-1 + 0x2-2 + 1x2-3 = 64 + 0 + 16 + 8 + 4 + 0 + 1 + 1/2 + 0 + 1/8 = 93,625 10 b. Konversi desimal ke biner Konversi dilakukan dengan memisahkan bagian dengan bagian pecahan terlebih dahulu. Bagian dikonversi dengan membagi 2 bilangan tersebut dan menuliskan sisa pembagiannya sebagai angka bit. Sedang bagian pecahan dikonversi dengan mengalikan 2 bilangan pecahan dan menuliskan bagian menjadi angka bit. Contoh, 8302,8125 10 = 10000001101110,1101 2 bagian 8302 bagian pecahan 0,8125 bagi 8302 sisa 2 4151 0 2 2075 1 2 1037 1 2 518 1 2 259 0 2 129 1 2 64 1 2 32 0 2 16 0 2 8 0 2 4 0 2 2 0 2 1 0 2 0 1 kali pecahan 0,8125 x2 0,625 1 x2 0,25 1 x2 0,5 0 x2 0 1 2

c. Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal) Menyatakan angka biner tentu akan menyulitkan karena kita hanya melihat deretan angka 0 dan 1 yang panjang sehingg sulit untuk memahami. Untuk itu angka biner sering dinyatakan dengan angka Hexa-decimal atau sistem bilangan berbasis 16. Sistem ini mempunyai 16 simbol angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Tabel konversi sepert berikut: Desimal Biner Heksades 0 0000 0 1 0001 1 2 0010 2 3 0011 3 4 0100 4 5 0101 5 6 0110 6 7 0111 7 8 1000 8 9 1001 9 10 1010 A 11 1011 B 12 1100 C 13 1101 D 14 1110 E 15 1111 F Konversi bilangan biner ke heksadesimal adalah sederhana sekali yaitu dengan mengelompokkan bilangan biner ke dalam 4 bit (disebut nible) mulai dari titik desimal. Demikian sebaliknya konversi dari heksadesimal ke biner adalah dengan menerjemah setiap angka heksadesimal menjadi 4 bit biner. Contoh, 10 0000 0110 1110,1101 2 = 206E,D 16 2 0 6 E D Konversi heksadesimal ke desimal adalah dengan mengalikan angka bilangan dengan bobot sesuai posisi digit kemudian ditambahkan semuanya. Contoh, 206E,D 16 = 2x16 3 + 0x16 2 + 6x16 1 + 14x16 0 + 13x16-1 = 8192 + 0 + 96 + 14 + 0,8125 = 8302,8125 dalam desimal Konversi desimal ke heksadesimal yaitu dengan memisahkan bagian dan pecahan. Bagian dikonversi dengan membagi bagian dengan 16 dan menuliskan sisa pembagian sebagai hasil heksadesimalnya. Sedangkan bagian pecahan dikonversi dengan mengalikan bagian pecahan itu dengan 16 kemudian menulisakan bagian nya sebagai hasil heksadesimalnya. Contoh, 8302,8125 10 = 206E,D bagian 8302 bagian pecahan 0,8125 bagi 8302 sisa 16 518 E 16 32 6 16 2 0 0 2 kali pecahan 0,8125 x16 0 D 3

II.3. ARITMATIKA BILANGAN BINER a. Penambahan desimal dan biner 11 11 1 10010110,101 150,625 + 47,250 + 11000101,111 197,875 b. Pengurangan desimal dan biner 1 1 1 1 1 1 1 10010110,101 150,625-47,250-01100111,011 103,375 c. Pengurangan Bilangan Two's Complement Implementasi aritmatika pengurangan dalam rangkaian digital sangatlah rumit. Tetapi ada suatu cara yang lebih mudah yaitu dengan bilangan two's complement. Operasi pengurangan adalah sama dengan operasi penambahan dengan bilangan two's complement. Sehingga bilangan pengurang diubah dulu ke dalam bilangan two's complement lalu ditambahkan dengan bilangan yang dikurangi. Konversi ke bilangan two's complement dilakukan dengan dua tahap: 1. Lakukan operasi komplemen untuk mendapatkan bilangan 1's complement 2. Tambahkan bilangan 1's complement dengan 1 untuk menghasilkan two's complement Penting untuk diingat bahwa: 1. Pengubahan ke bilangan two's complement harus mempunyai jumlah bit yang sama antara bilangan yang dikurangi dan bilangan pengurangnya. 2. Hasil operasi pengurangan didapat dengan mengabaikan 1 bit paling kiri (bit paling berbobot). 3. Operasi penambahan dilakukan secara sendiri-sendiri untuk bilangan bagian dan bilangan pecahan. Contoh: pengurangan 10010110,101 - Bagian (8 bit) bilangan 0010 1111 1's comp 1101 0000 2's comp 1101 0001 Bagian pecahan (3 bit) bilangan 010 1's comp 101 2's comp 110 1001 0110 100 1101 0001 + 110 + 1 0110 0111 1 010 Satu digit bilangan biner diberi nama bit. Setiap 8 bit diberi nama byte. Untuk menyatakan angka yang banyak sering diberi imbuhan kilo (K), mega (M) giga (G) atau tera (T). Tetapi sedikit berbeda dengan aljabar biasa, karena dalam biner 1 K = 2 10 = 1 024 1 M = 2 20 = 1 048 576 1 G = 2 30 = 1 073 741 824 1 T = 2 40 = 1 099 511 627 776 4

Berikut ini diberikan dasar-dasar sifat Boolean. Hukum Dasar OR AND NOT A + 0 = A A.0 = 0 A = A A + 1= 1 A.1= A A + A = A A. A Hukum Asosiatif (A + B) + C = A + (B + C) (AB)C = A(BC) = A Hukum Distributif A (B + C) = AB + AC A + (B C) = (A + B)(A + C) Hukum Komutatif A + B = B + A AB = BA Hukum De Morgan A + B + C +... = A. B. C... ABC... = A + B + C +... A + A = 1 A. A = 0 Sifat-sifat tambahan A + AB = A A(A + B) = A A + AB = A + B A(A + B) = A.B (A + B)(A + C) = A + BC Buktikan semua! 5