BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB III TINJAUAN TEORI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di


BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

Koping individu tidak efektif

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

NURSING CARE PLAN (NCP)

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

BAB III RESUME KEPERAWATAN

ANGKET UJI COBA PENELITIAN. 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :...

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

BAB III TINJAUAN KASUS

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

TINJAUAN KASUS. 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S. 2. Usia : 43 tahun. 4. Pekerjaan : Buruh Pabrik ( LIK )

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELUARGA TN. S

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S DENGAN DIABETES MELLITUS

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri

BAB III TINJAUAN KASUS

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata. a. Identitas Klien. Nama Tn. St, umur: 51 tahun, jenis kelamin: laki-laki, agama: Islam, suku/bangsa: Jawa/Indonesia, Alamat: Ds. Mojo Rt.01/08 Ulujami Pemalang, Pekerjaan: tani, status: duda, tanggal masuk: 08 Juni 2005 jam 11.30 WIB. b. Identitas penanggung jawab. 1). Nama: Tn. N, pekerjaan: Swasta, hubungan dengan klien: Adik Ipar, Alamat: Ds. Mojo Rt. 01/08 Ulujami Pemalang. 2. Alasan Masuk Klien datang ke Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondhohutomo Semarang diantar keluarga tanggal 08 Juni 2005 Jam 11.30 WIB dengan keluhan sering bicara sendiri, kalau diajak bicara jawabannya kacau, suka datang sendiri, mandi dan makan bisa sendiri, ganti pakaian harus disuruh, waktu luang digunakan untuk melamun dan keluyuran. 3. Faktor predisposisi Klien mengalami gangguan jiwa sejak 5 tahun yang lalu, selama itu klien sering bicara, suka datang sendiri, kalau diajak bicara jawabannya kacau, makan dan

minum sendiri, mandi dan ganti baju masih dilakukan sendiri, waktu luang digunakan untuk melamun dan keluyuran. Kemudian keluarga membawa ke dokter spesialis jiwa langsung disuruh mondok ke rumah sakit jiwa semarang. Klien tidak mengalami penganiayaan fisik maupun sexual, tidak mengalami kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Klien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan karena bercerai dengan istrinya. 4. Pemeriksaan fisik a. Keadaam umum : klien dalam keadaan sadar b. Tanda tanda vital TD 130 / 80 mmhg, suhu 37 0 c, nadi 80 x /menit, respiratori rate 24 x/menit c. Ukur BB : 45 kg TB : 155 cm d. Keadaan fisik Kesadaran : komposmentis Kulit : sawo matang, turgor baik, tidak ada luka Kepala : rambut agak beruban, kotor tidak tersisir Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ada kelainan pada mata sebelah kiri Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret. Telinga: bersih, tidak ada sekret. Mulut dan gigi: mukosa bibir kering, gigi agak kuning tidak ada caries. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Dada: bersih, tidak ada luka. Abdomen: tidak ada msa, tidak ada benjolan. 5. Pemeriksaan penunjang tanggal 08 Juni 2005 a. Hematologi. LED 1 jam 2mm/jam LED 2 jam 2mm/jam Lk : 0-15 mm/jam. P : 0-20 mm/jam b. Kimia klinik. Glukosa sewaktu : 80 mg/100 ml. Normal 70-115 Ureum : 31,6 mg/100 ml. 10 50 Creatinin : 0,81 Normal 0,6 0,11 Cholesterol total : 112 150-220 Trigliserid : 88 s.d 150 Protein total : 6,70 6,3 8,0 SGOT : 4,05 S.D 37 SGPT : 16 Unit/L s.d 42 Uric acid : 4,90 mg/100 ml 5,5 7,0 N : 0-15 6. Psikososial a. Genogram

Keterangan Laki-laki Perempuan Klien/penderita Tinggal satu rumah Bercerai Klien adalah anak keempat dari 6 bersaudara, hubungan dengan keluarga baik. Klien mempunyai 5 orang anak, anak yang 1 perembuan sudah menikah punya anak 2 perempuan semua, anak yang ke 2 kaki-laki mempunyai 2 orang anak laki-laki, anak yang ke 3 sampai ke 5 ikut bersama ibunya karena klien sudah bercerai sehingga klien ikut dengan adiknya yang terakhir. Bahasa yang digunakan dalam keluarga adalah bahasa Jawa klien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini klien bercerai dengan istrinya sudah 5 tahun yang lalu. Masalah keperawatan: koping individu tidak efektif. b. Konsep diri 1). Gambaran diri Klien mengatakan dia menyukai semua anggota tubuhnya kecuali bagian matanya karena ada gangguan penglihatan pada mata sebelah kanan, klien menerima keadaan dirinya apa adanya. 2). Identitas diri

Klien sudah berkeluarga namun sudah bercerai dan mempunyuai 2 anak perempuan dan 3 orang anak laki-laki, klien menerima dirinya sebagai seorang laki-laki. Dalam kelompok/masyarakat klien mengatakan kurang diterima dan klien merasa malu bila berkumpul dengan tetangga. 3). Peran diri Sebelum sakit klien mampu menjalankan tugasnya sebagai seorang ayah dari anak-anaknya. Setelah sakit klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Klien tidak ikut dalam organisasi kemasyarakatan dan tidak mempunyai peranan penting dalam masyarakat, klien tidak bisa menjalankan peranannya karena sedang sakit. 4). Ideal diri. Klien mengharapkan kalau keluarga lebih memperhatikan dirinya. Klien juga ingin kembali kemasyarakatan dan diterima oleh keluarga serta dapat berkumpul kembali dengan keluarga. 5). Harga diri Kurang lebih satu minggu sebelum klien mondok, penderita mulai mengamuk tanpa sebab, memukul anak dan istrinya, bicara kacau, suka keluyuran, sulit tidur, waktu luang digunakan untuk melamun. Makan dan minum mulai dapat dilakukan sendiri, penderita tidak mau lagi membantu adiknya disawah. Klien mengatakan kurang percaya diri

dalam bergaul dengan tetangga, malu, minder sehingga klien jarang keluar rumah, apalagi setelah mengalami sakit sekitar 5 tahun yang lalu. Klien merasa orang disekitar membenci dan mengejek dia. Klien mengatakan tidak mempunyai kelebihan, ketika ditanya kelebihannya apa. Masalah keperawatan: gangguan konsep diri Harga diri rendah. c. Hubungan sosial 1). Klien merasa dekat dengan keluarganya, setiap ada masalah dia selalu menceritakannya pada adiknya dan mencari jalan keluarnya dengan cara musyawarah. 2). Klien tidak ikut dalam organisasi kemasyarakata, klien mengalami hambatan dalam bermasyarakat karena dia merasa malu dan minder bila berkumpul dengan orang banyak,. Sakit di rumah sakit jiwa klien juga jarang bicaa dengan pasein lain, klien lebih sering menyendiri (duduk) dan tidur, klien tidak mau berkumpul dengan teman saat makan, klien kadang terlibat dalam aktifitas ruangan jika disuruh seperti membersihkan lantai, meja, mencuci gelas dan sendok, mencuci lap pel. Ketika ditanya alasanya, klien menjawab tidak boleh perawat. Masalah keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri. d. Spiritual Klien menganggap sakit yang dialami saat ini merupakan cobaan dari Allah SWt, selama klien dirumah sakit klein tidak pernah menjalankan sholat, klien mengatakan juga tidak pernah berdoa. 7. Status mental.

a. Penampilan. Penampilan klien kurang rapi, rambut acak-acakan, wajah tampak kusust, klien mau menyisir rambut jika disuruh oleh perawata. Pakaian yang dipakai sesuai dan tidak terbalik. b. Pembicaraan. Klien bicaa dengan suara pelan dan halus tapi jelas. Pembicaraan inkoherent, inisiatif untuk memulai pembicaraan kurang namun sudah sesuai dengan topik pembicaraan. Klien kurang mampu mempertahankan kontak mata. c. Aktifitas motorik. Klien wajahnya tampak kusut, murung. Klien lebih banyak duduk dan diam, bicara kalau ditanya, klien sering keluar masuk kamar, klien kurang melakukan aktivitas ringan dan berat. Masalah keperawatan: Isolasi aktivitas. d. Alam perasaan. Klien menunjukkan alam perasaan sedih dan putus asa karena dianggap menderita gangguan jiwa. Sikap klien pemalu, klien menunjukkan raut muka sedih saat menyendiri dan menunjukkan raut muka senang saat diajak bicara dan ditemani. e. Afek Klien dapat menyesuaikan keadaan, apabila situasi klien menyenangkan, klien gembira, klien merasa sedih saat dia tahu dibawa ke rumah sakit jiwa. f. Interaksi selama wawancara.

Selama wawancara respon klien kooperatif, ada minat dan perhatian. Ketika klien diberi pertanyaan, kontak mata klien saat diajak berkomunikasi kurang, klien lebih suka menatap kearah lain dan kadang-kadang menunduk. g. Persepsi. Persepsi klien terhadap realita baik, tidak terjadi halusinasi atau ilusi. h. Proses pikir. Klien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik tetapi kadangkadang malu untuk menjawabnya. Pembicaraansesuai dengan topik yang dibicarakan. i. Isi pikir klien. Klien tidak mengalami waham apapun maupun gangguan isi pikir, seperti obesesi, phobia dan sebagainya. j. Tingkai kesadaran Kesadaran klien composmentis dan klien sadar bahwa dirinya berada di RSJ Semarang, orientasi klien terhadap nama, hari waktu dan tempat benar. k. Memori. 1). Daya ingat jangka panjang baik, klien mengatakan sayadulu lahir di Pemalang. 2). Daya ingat jangka pendek baik, klien mengatakan kalau selama disini belum pernah dijenguk sama anak dan saudaranya. 3). Daya ingat sesaat baik, klien masih ingat nama perawat setelah 10 menit pengkajian. l. Tingkat konsentrasi dan berhitung.

Konsentrasi: klien dapat berkonsentrasi dengan baik pernyataan dan pembicaraan yang diajukan oleh perawat walaupun hanya sesaat. Berhitung: klien mampu mengingat tanggal, waktu dan umur klien. m. Kemampuan penilaian. Klien klurang mampu mengambil keputusan yang sederhana tanpa bantuan perawat. Misal: klien mandi kadang-kadang masih disuruh, minum obat masih disuruh. n. Daya titik diri Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita dan tidak menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini. 8. Kebutuhan persiapan pulang. a. Makan. Klien makan 3x sehari, klien tidak alergi terhadap makanan tertentu dan tidak ada pantangan makan, klien tidak mau makan bersama pasien lain, klien sudah mau membersihkan alat makannya sendiri namun klien tidak kpernah membantu menyiapkan alat makan. b. Buang akir kecil/buang air besar. Klien dapat Buang air kecil/buang air besar sehari-hari di WC, tidak ada kelainan pada sistem eliminasi, pola, frekuensi maupun konsistensi. c. Mandi

Klien mandi 2 x sehari tanpa memakai sabun, mencuci rambut 2 x seminggu pakai shampo cara mandi tidak bersih dan mandi kadang-kadang masih disuruh, klien agak bau. d. Perpakaian. Klien mengenakan pakaian tetapi tidak bisa rapi, klien nampak agak kusut dan pakaian agak bau, klien tidk memakai sandal. e. Istirahat dan tidur Frekuensi: klien tidak ada masalah dalam istirahat dan tidur. Siang hari klien tidur 2-3 jam, malam tidur 8-9 jam, sebelum tidur klien tidak menggosok gigi, tidak cuci kaki dan juga tidak memakai sandal. f. Penggunaan obat. Klien tidak menggunakan obat lain selaian resep dokter, klien minum obat secara teratur baik jumlah, jenis, dosis dan waktu. Klien merasa tenang sesudah minum obat dan ingin tidur. g. Pemeliharaan kesehatan. Klien mengatakan bila sudah keluar dari rumah sakit ia akan memeriksakan dirinya secara rutin dan minum obat sesuai anjuran dokter. h. Aktivitas di dalam rumah. Sebelum sakit klien bekerja sebagai tani. Aktivitas diluar rumah klien jarang mengikuti perkumpulan di kampungnya. 9. Motivasi koping. Dalam mengatasi masalahnya klien lebih sering berespon mal adaptif, klien sering menyendiri, diam, mudah tersinggung.

10. Masalah psikososial dan lingkungan. a. Selama dirawat di rumah sakit klien mempunyai masalah dalam hubungan sesama pasien, klien kadang menyendiri sambil merokok atau tiduran, melalum, tapi klien masih dapat menuruti perintah perawat seperti makan, minum obat atau mandi. 11. Pengetahuan. Klien kurang mengerti tentang penyakit jiwa yang diderita dan kurang bisa menggunakan kopingnya. 12. Aspek medik. Diagnosis medis: skizofernia tak terinci. Terapi: a. Chlorpomazin 1 x 100 mg. b. Haloperidol 2 x 5 mg. c. Thihexipenidil 2 x 2 mg. 13. Data Fokus dan Analisa Data Data Fokus a. Klien sering tiduran b. Klien sering duduk-duduk sendiri. c. Klien makan terpisah dari temannya. d. Klien banyak berdiam diri. e. Klien sering melamun.

Pengelompokan data. DS: - DO: Klien sering tiduran. Klien sering duduk-duduk sendiri. Klien makan terpisah dari temannya. Klien banyak berdiam diri Klien sering melamun. Analisa Data. Pengkajian tanggal 23 Juni 2005 jam 16.00 WIB. a. S : - O: Klien sering duduk-duduk sendiri Klien sering tiduran Klien makan terpisah dari teman-teman. P: Isolasi sosial: menarik diri. b. S: - O: Klien banyak berdiam sendiri. Klien suka melamun. P: Gangguan konsep diri: harga diri rendah. Data Fokus a. Badan klien agak bau b. Pakaian tampak kusut. c. Rambut acak-acakan.

Pengelompokan data: DS: - DO: Badan klien agak bau. Pakaian tampak kusust Rambut acak-acakan. Analisa Data. Pengkajian tanggal 24 Juni 2005 jam 17.00 WIB S: - O: Badan klien agak bau Pakaian tampak kusust. Rambut acak-acakan. P: Defisit Perawatan diri. 14. Daftar masalah keperawatan. a. Isolasi sosial: menarik diri. b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah. c. Defisit perawatan diri. d. Penurunan kemampuan dan motivasi perawatan diri. e. Koping individu tidak efektif. 15. Pohon masalah.

Defisit perawatan diri Penurunan kemampuan dan motivasi perawatan diri. Isolasi sosial: Menarik diri. Gangguan konsep diri: harga diri Rendah Core ploblem Berduka disfungsional B. Diagnosa Keperawatan. 1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional. 3. Defisit perawatan diri: kebersihan diri dan berpakaian/berhias berhubungan dengan penurunan kemampuan dan motivasi perawatan diri. C. Fokus Intervensi Keperawatan. 1. Diagnosa keperawatan 1 a. Tujuan Umum: Klien dapat membina hubungan dengan orang lain secara optimal. b. Tujuan Khusus: 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. Perkenalkan diri dengan sopan.

d). e). Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien. Jelaskan tujuan pertemuan. Jujur dan menepati janji. 2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. d). Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Hindarkan memberi penilaian negatif terhadap klien. Utamakan memberi pujian yang realistik. Diskusikan dengan klien kemampuan. 3). Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. 4). Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Rencanakan aktifitas yang dapat dilakukan setipa hari. Tingkatkan kegiatan sesuai kemampuan toleransi klien. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan. 5). Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Beri pujian atas keberhasilan klien. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6). Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. Bantu keluarga dalam memberikan dukungan selama klien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 2. Diagnosa Keperawatan 2. a. Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan harga diri. b. Tujuan Khusus: 1). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. d). e). f). Perkuat hubungan saling percaya. Diskusikan aspek positif klien. Setiap bertemu hindarilah penilaian negatif. Ciptakan lingkungan yang aman. Bantu klien untuk meningkatkan harga diri. Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain. 2). Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya. d). Tunjukkan respon emosional dan menerima klien. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan.

3). Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping. Terima klien apa adanya dan jangan menentang keyakinannya. Kenalkan realitas yang berhubungan dengan mekanisme koping klien dan tidak memfokuskan pada masa cemas, takut dan keluhan fisik lainnya. Beri klien umpan balik tentang perilaku, sterssor, penilaian koping dan sumber koping. d). Kuatkan ide-ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional. 4). Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktifitas yang terjadwal. Beri klien aktivitas yang mendukung dan menguatkan perilaku sesuai yang produktifitas. Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya. Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya. 3. Diagnosa Keperawatan III a. Tujuan Umum: Klien meningkatkan minat atau motivasinya dan mempertahankan kebersihan diri. b. Tujuan Khusus: 1). Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Diskusikan bersama klien pentingnya perawatan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih.

Dorong klien untuk menyebutkan tiga dari lima tanda kebersihan diri. Beri reinforcement positf setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. d). Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri. 2). Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Motivasi klien untuk mandi. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. d). Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri sendiri seperti pasta gigi, sikat gigi, shampo, sabun, sandal dan lain-lain. 3). Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur. Ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gogok gigi, ganti baju dan pakai sandal. 4). Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Beri reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri. 5). Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien selama di rumah sakit dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di rumah sakit. Jelaskan pada keluarga untuk mengetahui tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. d). Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien menjaga kebersihan diri. D. Implementasi dan Evaluasi Tgl/Jam 23-6-05 16.30 No. Dx TUK Implementasi Evaluasi TTD 1,2,3 1. Menyapa klien dengan ramah S: Klien mengatakan nama saya Bp. sambil berjabat tangan dan Senang dipanggil P, Saya asli menunjukkan sikap empati, Grobogan memperkenalkan diri dengan 1. Klien mengatakan saya itu malu, sopan. dan bosan kalau harus bergabung 2. Menanyakan nama lengkap dengan mereka dan nama panggilan yang 2. Klien mengatakan saya disini disukai klien. habis bangun tidur langsung mandi, 3. Menjelaskan tujuan pertemuan makan, menyapu, membersihkan 4. Memberi kesempatan pada sendok dan menata kursi klien untuk mengungkapkan O: Kontak mata klien kurang. perasaannya 1. Klien senang menyendiri. 5. Mendiskusikan dengan 2. Klien mau mengungkapkan keluarga kemampuan dan perasaannya aspek positif yang dimiliki 3. Klien malu dan gelisah. 6. Membantu klien mengenali A: Tujuan tercapai TUK 1& 2 kekurangan dan kelebihannya 1. Klien dapat membina hubungan 7. Mendiskusikan dengan klien saling percaya

kemampuan yang masih dapat dilakukan selama dirawat di RSJ. 8. Mendiskusikan dengan keluarga kemampuan yang masih dapat dilakukan setelah pulang nanti sesuai dengan kondisi sakit klien. 9. Menghindari penilaian yang bersifat negatif pada saat berbicara dengan klien 2. Klien dapat mengidentifi-kasi kemauan dan aspek positif yang dimiliki, TUK 3 belum tercapai. P: Lanjutkan intervensi K: Menganjurkan pada klien untk. Mengingat-ingat aspek positif yg dimiliki dan menilai ke mampuan yang dapat digunakan. P: Ulangi TUK 3. 23-6-05 1 3 Mendiskusikan dengan klien tentang kemampuan yang masih dapat dilakukan di RSJ. 1. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat digunakan setelah pulang nanti sesuai dengan kondisi sakit klien. 2. Menanyakan kembali PR daftar kegiatan yang telah dibuat 24-6-05 1 4,5 1. Membantu klien mebuat rencana yang realistis 2. Merencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian/total. 3. meningkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien. 4. Memberi contoh cara pelaksanaan yang boleh klien lakukan. 5. Memberikan kesempatan S: Klien mengatakan saya bisa menyapu, membersihkan gelas, dan sendok O: Klien mau membantu aktivitas ruangan (menyapu, mencuci alat makan dan minum sendiri, klien dapat mandi sendiri) A: Tujuan khusus 3 tercapai, klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. P: K: menganjurkan klien untuk membantu daftar kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan P: Lanjutkan intervensi berikutnya S: Klien mengatakan saya bisa menyapu, mencuci gelas/sendok saya, saya bisa mengambil makanan sendiri O: Klien sudah mampu membuat daftar ADL sesuai dengan kemampuannnya. 1. Klien bisa mencuci gelas dan sendok 2. Menyiapkan makanan sendiri 3. Klien tersenyum saat diberi pujian A: Tujuan khusus 4 dan 5 tercapai, klien dapat menetapkan/meren-

kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 6. Mendiskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah 7. Memberikan pujian atas keberhasilan klien cankan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, klien dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya. P: K: Menganjurkan kepada klien untuk menerapkan rencana kegiatan yang telah dibuat bersama, menganjurkan pada pasien untuk mem-praktekkan kemampuan yang dimiliki di RSJ maupun dirumah setelah pulang. P: Lanjutkan intervensi