4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

dokumen-dokumen yang mirip
4 DIFERENSIAL. 4.1 Pengertian derivatif

Analisis Riil II: Diferensiasi

Muhafzan TURUNAN. Muhafzan, Ph.D

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Bahan Diskusi/Tugas Kelompok Topik: Turunan Fungsi

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB I DERIVATIF (TURUNAN)

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

MA3231 Analisis Real

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

MA3231 Analisis Real

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1).

Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada,

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

1 SISTEM BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL

Open Source. Not For Commercial Use

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

BAB II LANDASAN TEORI

2 BARISAN BILANGAN REAL

MA3231 Analisis Real

DERIVATIVE Arum Handini primandari

Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH MATEMATIKA DASAR TURUNAN (DIFERENSIAL)

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

LIMIT DAN KEKONTINUAN

1 SISTEM BILANGAN REAL

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

BARISAN BILANGAN REAL

(b) M merupakan nilai minimum (mutlak) f apabila M f(x) x I..

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

MA3231 Analisis Real

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

SISTEM BILANGAN REAL

Hendra Gunawan. 13 September 2013

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

1 SISTEM BILANGAN REAL

Matematika I : Limit. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 79

BAB I LIMIT-LIMIT Limit-limit Fungsi

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

Catatan Kuliah MA1123 KALKULUS ELEMENTER I BAB III. TURUNAN

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

Bab 2 Fungsi Analitik

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35

BAB I INTEGRAL TAK TENTU

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada

MA3231 Analisis Real

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

BAHAN AJAR DIKLAT PENGEMBANG MATEMATIKA SMA JENJANG DASAR

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPS

LIMIT DAN KEKONTINUAN

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c > 0, maka

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

LUAS DAERAH DI BAWAH KURVA SUATU FUNGSI

SISTEM BILANGAN REAL

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan menggunakan turunan fungsi pada

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB I SISTEM BILANGAN REAL

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

TURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi

Hendra Gunawan. 11 Oktober 2013

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

KALKULUS I TEOREMA NILAI RATAAN (Mean Value Theorem) SUTRIANI HIDRI Matematika B

Fungsi dan Limit Fungsi 23. Contoh 5. lim. Buktikan, jika c 0, maka

Transkripsi:

Diferensial merupakan topik yang cukup 'baru' dalam matematika. Dimulai sekitar tahun 1630 an oleh Fermat ketika menghadapi masalah menentukan garis singgung kurva, dan juga masalah menentukan maksimum atau minimum fungsi. Kemudian, kaitan antara garis singgung kurva dan velositas atau kecepatan suatu benda bergerak ditemukan pada masa berikutnya sekitar tahun 1660 an oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Selanjutnya, Newton mengembangkan temuan ini menjadi teori uksi yang didasarkan ide intuitif dari it; didalamnya muncul konsep diferensial dimana beberapa istilah dan notasi diciptakan. Pada pihak lain, secara terpisah Gottfried Leibniz (1646-1716) sekitar tahun 1680 menyelidiki bahwa luas daerah di bawah kurva dapat dihitung dengan membalik proses diferensial. Teknik menarik Leibniz ini dapat memecahkan masalah yang sebelumnya sangat sulit menjadi sangat mudah; merupakan pemicu ketertarikan bagi banyak matematikawan melakukan riset pengembangan dan dihasilkan teori koheren yang dewasa ini menjadi kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Pada bab ini kita akan memahami teori diferensial dimana diasumsikan bahwa mahasiswa sudah memahami interprestasi sika dan geometris dari derivatif suatu fungsi. Diingatkan bahwa teori diferensial dan teori diferensial adalah dua topik yang konsepnya berbeda, namun keduanya dihubungkan oleh teorema fundamental kalkulus. Teori integral akan dipelajari pada bab berikutnya. 4.1 Pengertian derivatif Pada sub bab ini mahasiswa harus memahami beberapa pengetahuan dan keterampilan berikut : 1. Memahami denisi derivatif fungsi di suatu titik. 2. Memahami maksud istilah derivatif dan diferensial. 3. Menentukan derivatif fungsi di suatu titik dengan menggunakan denisi. 4. Memahami hubungan antara fungsi kontinu dan fungsi terdiferensial. 5. Memahami dan membuktikan sifat-sifat aljabar derivatif. 6. Memahami aturan rantai sebagai aturan diferensial untuk fungsi komposisi 7. Membuktikan (teorema) aturan rantai 8. Menggunakan sifat-sifat derivatif dan aturan rantai untuk menentukan derivatif suatu fungsi. 1

9. Memahami teorema yang menghubungkan derivatif fungsi dan derivatif fungsi inversnya. 10. Mengkaji masalah-masalah kritis yang berkaitan dengan konsep diferensial, seperti a) fungsi yang kontinu di mana-mana tetapi tidak terdiferensial di mana-mana b) ketakberlakuan aturan rantai jika ada syarat pada hipotesis yang tidak dipenuhi. c) ketakberlakuan torema pada indikator 9 jika fungsinya tidak naik tegas d) dll Sungguh banyak tuntutan pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai oleh mahasiswa. Bayangkan, ini hanya untuk 1 sub pokok bahasan. Padahal kita masih akan mempelajari 3 sub pokok bahasan yang lebih luas lagi yaitu Teorema nilai rata-rata (TNR), aturan L'Hospital dan Teorema Taylor. Tidak ada pilihan kecuali wajib memenuhi tuntutan seperti ini, kecuali kalau nanti siap menjadi sarjana 'ecek-ecek'. Hanya sistem pembelajaran berpusat pada mahasiswa sajalah yang dimungkinkan dapat mencapai tuntutan seperti ini. Mahasiswa yang pasif, hanya 'nrimo' dan pasrah pada nasib dipastikan tidak mungkin dapat 'eksis', akhirnya TERSINGKIR. Semangat dan motivasi mempunyai kekuatan luar biasa dalam mencapai sukses belajar, bukan kecerdasan. Denisi 4.1. Misalkan I R suatu interval, dan f : I R, c R. Bilangan real L dikatakan derivatif f di titik c jika diberikan sebarang ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga berlaku x I dimana 0 < < δ L < ε. (4.1) Dalam kasus ini dikatakan f terdiferensial di c, ditulis f (c) = L. Lihat kembali denisi g(x) = L, kemudian diambil g(x) := f(x) f(c) x c dalam ekspresi (4.1). Dengan demikian dapat dikatakan, derivatif f di c diberikan oleh f (c) = (4.2) asalkan it ini ada. Sebelum lanjut, pahami dulu maksud Denisi 4.1, pahami mengapa ekspresi (4.1) dapat ditulis ke dalam bentuk (4.2). Fungsi f dikatakan terdiferensial di c jika derivatifnya f (c) ada. Fungsi f dikatakan terdiferensial pada I jika ia terdiferensial di setiap c I. Sampai di sini seharusnya sudah jelas perbedaan istilah derivatif dan diferensial. Istilah 'turunan' adalah bentuk nasionalisasi istilah 'derivative'. Contoh 4.1. Perhatikan fungsi f(x) := x 2, untuk x R.Misalkan c titik sebarang dalam R. Diperoleh f x 2 c 2 (c) = = = (x + c) = 2c. 2

Karena f (c) = 2c terdenisi untuk setiap c R maka diperoleh f (x) = 2x untuk x R. Dua sifat, kekontinuan dan keterdiferensialan ternyata memiliki hubungan implikasi seperti diungkapkan pada Teorema berikut. Teorema 4.1. Misalkan I R suatu interval, dan f : I R, c R. Jika f terdiferensial di c maka f kontinu di c. Bukti. Lihat kembali denisi f kontinu di c pada bab sebelumnya. Untuk x I dan x c, dibentuk ( ) = (). Karena f (c) ada, kemudian dengan memasangkan it pada kedua ruas persamaan ini dan gunakan sifat it hasil kali fungsi maka diperoleh f(x) = f(c), yaitu f kontinu di c. (lengkapi tahapan yang dihilangkan pada bukti ini) Dengan teorema ini, dapatkah Anda menyimpulkan lebih luas mana, himpunan fungsi terdiferensial atau himpunan fungsi kontinu? Teorema ini tidak mengatakan kontinu diferensial. Diperhatikan fungsi f(x) := x, x R. Fungsi ini jelas kontinu di 0 (lihat kembali bab kekontinuan semester lalu). Sekarang perhatikan untuk x 0,diperoleh f(x) f(0) x 0 = x x = { 1 jika x > 0 1 jika x < 0. Dengan mengambil it satu sisi di 0 maka diperoleh hasil sebagai berikut f(x) f(0) x = = 1 dan x 0 x 0 x 0 x f(x) f(0) x = x 0 + x 0 x 0 + x = +1. f(x) f(0) Karena kedua it satu sisi tidak sama maka disimpulkan x 0 x 0 sehingga f (0) tidak ada. Jadi, f tidak terdiferensial di 0. tidak ada Pahami dulu sajian dalam kotak di atas. Berikut ini diberikan masalah kritis yang berkaitan dengan kekontinuan dan keterdiferensialan. Kritis 4.1.1. Pada tahun 1872, Karl Weirestrass mendenisikan fungsi f dalam bentuk deret takhingga berikut 1 f(x) := 2 n cos(3n x). n=0 Ternyata fungsi ini kontinu di mana-mana tetapi tidak terdiferensial di mana-mana. Buktinya sangat sulit. Tapi bagi mahasiswa berjiwa peneliti/penemu akan mencari tahu bagaimana cara membuktikan fakta ini. Banyak sumber belajar yang dapat digunakan, 3

2 1.5 1 0.5 0 0.5 1 1.5 2 3 2 1 0 1 2 3 Gambar 4.1: Grak fungsi Weierstrass seperti informasi melalui buku cetak ataupun referensi elektronik pada jaringan internet. Untuk jumlah parsial 5 suku pertama (n = 4) fungsi ini berbentuk f(x) = cos x + 1 2 cos 3x + 1 4 cos 9x + 1 8 cos 27x + 1 cos 81x 16 dan graknya diberikan sebagai berikut. Sifat aljabar diferensial Teorema 4.2. Misalkan I R suatu interval, dan c R. Bila fungsi f : I R dan g : I R terdiferensial di c maka a. untuk sebarang α R, fungsi (αf) terdiferensial di c, dimana b. fungsi jumlahan f + g terdiferensial di c, yaitu c. fungsi perkalian f g terdiferensial di c, dimana (αf) (c) = αf(c) (4.3) (f + g) (c) = f (c) + g (c) (4.4) (fg) (c) = f (c)g(c) + f(c)g (c) (4.5) d. fungsi hasil bagi f/g terdiferensial di c asalkan g(c) 0, dimana ( ) f (c) = f (c)g(c) f(c)g (c) g (g(c)) 2. (4.6) 4

Bukti. Hanya diberikan outline bukti untuk bagian c, sedangkan yang lainnya sudah ditulis dengan jelas pada buku paket. Silahkan dipelajari sendiri! Ketidaklengkapan ini harusnya dijadikan sarana untuk belajar mandiri, kecuali orang-orang pemalas (bukan bodoh) yang bermental kuli dan pengemis. Misalkan p := f g, maka untuk x c kita mempunyai bentuk berikut : p(x) p(c) = = = f(x)g(x) f(c)g(c) f(x)g(x) f(c)g(x) + f(c)g(x) f(c)g(c) g(x) g(c) g(x) + f(c). Perhatikan pada baris kedua, pembilang ditambah dengan suku f c)g(x)+f(c)g(x) suatu kuantitas bernilai nol sehingga tidak merubah apa-apa. Tujuannya agar diperoleh bentuk pada denisi diferensial seperti tampak pada baris berikutnya. Dengan menggunakan fakta g kontinu di c (mengapa?), yaitu g(x) = g(c), dan fakta yang diketahui pada hipotesis teorema maka diperoleh p(x) p(c) = f (c)g(c) + f(c)g (c), yaitu disimpulkan p = fg terdiferensial di c. Perjelas langkah-langkah yang masih bolong pada pembuktian ini, kemudian buktikan bagian lainnya yang belum disinggung. Kalau pada teorema ini hanya terlibat dua fungsi f dan g. Sesungguhnya dapat dikembangkan untuk berhingga banyak fungsi f 1, f 2,, f n dengan menggunakan prinsip induksi matematika. Kita amati untuk sifat jumlahan fungsi terdiferensial berikut. Corollary 1. Jika fungsi f 1, f 2,, f n terdiferensial di c I maka f 1 + f 2 + + f n dan f 1 f 2 f n terdiferensial di c, dimana (f 1 + f 2 + + f n ) (c) = f 1(c) + f 2(c) + + f n(c) (4.7) (f 1 f 2 f n ) (c) = f 1(c)f 2 (c) f n (c) + f 1 (c)f 2(c) f n (c) + + f 1 (c)f 2 (c) f n(c). (4.8) Suatu kejadian khusus pada sifat diferensial perkalian adalah bilamana f 1 = f 2 = = f n := f maka berlaku (f n ) (c) = n (f(c)) n 1 f (c). (4.9) Tunjukkan mengapa? Lebih khusus lagi bila f(x) = x, maka f n (x) = x n. Tulis saja g(x) := x n, maka diperoleh g (x) = n (f(x)) n 1 f (x) = nx n 1 1 = nx n 1. (4.10) 5

Fakta ini sudah Anda kenal dengan baik pada kalkulus, yaitu bila y = x n maka y = nx n 1. Notasi lain yang digunakan untuk f adalah Df dan df dx bila x variabel bebas pada fungsi f, yaitu f = f(x). Notasi df dx dikenal dengan notasi Leibniz salah seorang founding father kalkulus diferensial. Aturan rantai (chain rule) Ketika Anda di SMA atau pada kuliah ( kalkulus dasar tentunya tidak asing lagi proses 1 ) menentukan turunan fungsi y = sin + x 2 seperti berikut : ( ) y = cos 1 + x 2 d ( 1 + x 2) dx ( ) 1 = cos 1 + x 2 2 1 + x ( ) 2 1 = cos 1 + x 2 ) = cos ( 1 + x 2 2 1 + x 2x 2 x 1 + x 2 d ( 1 + x 2 ) dx Semuanya paham prosedur tersebut di atas, ada yang kurang paham. Segeralah sadar dan insyaah!...pertanyaannya, apa dasar Anda boleh melakukan langkah-langkah ini? Bagaimana pembenarannya? Pada bagian ini kita membahas turunan fungsi komposisi g f. Teorema 4.3. [Aturan Rantai] Misalkan I dan J interval pada R, dan misalkan g : I R, f : J R adalah fungsi-fungsi dimana f(j) I, dan misalkan c J. Bila f terdiferensial di c dan g terdiferensial di f(c) maka fungsi komposisi g f terdiferensial di c, dimana (g f) (c) = g (f(c)) f (c). (4.11) Bukti. Fakta yang diketahui pada teorema ini adalah c J, f(j) I, f terdiferensial di c dan g terdiferensial di f(c). Tulis d := f(c) dan didenisikan G : I R sebagai berikut { g(y) g(d) y d bila y I, y d, G(y) := g (d) bila y = d. Karena g terdiferensial di d, yaitu g (d) ada dan berlaku y d G(y) = g (d) = G(d) maka diperoleh bahwa G kontinu di d. Karena f kontinu di c dan f(j) I maka disimpulkan G f juga kontinu di c (justikasi!, mengapa?), sehingga berlaku (G f)(x) = (G f)(c) = G(f(c)) = G(d) = G(y) = y d g (d) = g (f(c)) (4.12) 6

ditulis (G f)(x) = g (f(c)). Menurut denisi fungsi G maka diperoleh g(y) g(d) = G(y)(y d) untuk setiap y I. (Mengapa?). Jadi, untuk x J dan misalkan y = f(x) maka berlaku g f(x) g f(c) = g (f(x)) g (f(c)) = g(y) g(d) = G(y)(y d) = G (f(x)) (y d) = G f(x)(). Untuk x c, kita bagi kedua ruas persamaan yang baru diperoleh dengan x c, diperoleh g f(x) g f(c) = G f(x) Diambil it mendekati c pada kedua ruas maka diperoleh, g f(x) g f(c) = G f(x) (f g) (c) = g (f(c)) f (c). = G f(x) Pahami betul setiap langkah dan pembenaran pada bukti di atas!. ( 1 ) Contoh 4.2. Pada ilustrasi awal sub pokok bahasan ini, fungsi h(x) = sin + x 2 dapat dipandang sebagai komposisi fungsi h = g f dimana g(x) = sin x dan f(x) = 1 + x2. Kemudian, fungsi f(x) = 1 + x 2 suatu komposisi fungsi f = g 1 f 1 dimana g 1 (x) = x dan f 1 (x) = 1 + x 2. Untuk fungsi komposisi yang terdiri dari tiga fungsi seperti ini, aturan rantai dapat diperumum sebagai (g g 1 f 1 ) (c) = g (g 1 f 1 (c)) g 1(f 1 (c)) f (c). Cek kebenaran prosedur di atas dengan formula ini! Contoh berikut adalah cara lain membuktikan turunan fungsi f n := ff f. }{{} n faktor Contoh 4.3. Misalkan f : I R terdiferensial pada I dan g(y) = y n. Karena g (y) = ny n 1 dan f n = g f maka berdasarkan aturan rantai diperoleh (g f) (x) = g (f(x)) f (x), yaitu (f n ) (x) = n (f(x)) n 1 f (x) untuk setiap x I. Contoh berikut ini menentukan derivatif fungsi dengan menggunakan aturan rantai dan denisi derivatif. 7

Contoh 4.4. Misalkan fungsi f didenisikan sebagai berikut { x 2 sin(1/x) bila x 0 f(x) := 0 bila x = 0. Tentukan f (x)? Penyelesaian. Untuk x 0 kita dapat menggunakan aturan rantai bersamaan dengan formula turunan hasil kali, yaitu diperoleh f (x) = 2x sin(1/x) cos(1/x), untuk x 0. Untuk x = 0 tidak ada aturan yang dapat digunakan. Oleh karena itu dikembalikan ke denisi originalnya, yaitu f f(x) f(0) x 2 sin(1/x) (0) = = = x sin(1/x) = 0. x 0 x 0 x 0 x x 0 Langkah terakhir menggunakan hasil yang pernah dipelajari pada pokok bahasan it, ingatkah?...lihat lagi. Jadi fungsi f terdiferensial pada R dengan derivatif { f 2x sin(1/x) cos(1/x) bila x 0 (x) := 0 bila x = 0. Ingat nilai 0 pada derivatif f (cabang bawah) tidak diperoleh dari f(0) = 0. Diperhatikan bahwa fungsi f kontinu di x = 0 tetapi fungsi f tidak mempunyai it di x = 0 (mengapa?), f tidak kontinu di 0. Fungsi invers Pada bagian ini dibahas hubungan derivatif fungsi dan derivatif inversnya, seperti diungkapkan pada teorema berikut. Teorema 4.4. Misalkan I R suatu interval, dan f : I R fungsi monoton tegas dan kontinu pada I. Bila J = f(i) dan g : J R monoton tegas dan kontinu, invers fungsi f. Bila f terdiferensial di c I dan f (c) 0, maka g terdiferensial di d := f(c), dimana g (d) = 1 f (c) = 1 f (g(d)). (4.13) Bukti. Dapat dilihat pada buku teks. Untuk sementara dilewatkan dulu memahami buktinya, tapi pahami dulu maksud teoremanya. Untuk memahami teorema ini, beberapa istilah: fungsi kontinu, monoton tegas, fungsi invers harus dipahami kembali. 8

Contoh 4.5. Misalkan n N, I := [0, ) dan misalkan f(x) = x n. Dengan mudah dapat dimengerti bahwa f monoton tegas dan kontinu pada I, sehingga inversnya ada yaitu g(y) = y 1/n untuk y J := [0, ) juga monoton tegas, kontinu. Diketahui pula f (x) = nx n 1 untuk semua x I. Jadi berdasarkan hal ini, jika y > 0 maka g (y) ada, yaitu g 1 (y) = f (g(y)) = 1 n (g(y)) n 1 = 1 n ( y 1/n) n 1 = 1 ny (n 1)/n. Akhirnya disimpulkan g (y) = 1 n y(1/n) 1, y > 0. Soal-soal yang dipecahkan 1. Gunakan denisi untuk menentukan derivatif fungsi berikut a) f(x) := x 3, x R b) k(x) := 1 x, x > 0 Penyelesaian. Untuk (a), ambil sebarang c R. Diperoleh f (c) := x 3 c 3 = = ()(x 2 + xc + c 2 ) = c 2 + c c + c 2 = 3c 2. Ada beberapa langkah yang sengaja tidak diberikan secara eksplisit. Tugas mahasiswalah yang harus melengkapinya. Jadi f (x) = 3x 2 untuk setiap x R. Untuk (b), diambil sebarang c > 0. Didapat k (c) := k(x) k(c) = 1 x 1 c = ( c x) () xc = ( c x) xc( x c)( x + c) = 1 = 1 xc( x + c) c 2 c = 1 2c c. Karena bentuk ini terdenisi untuk setiap c > 0 maka diperoleh k (x) = 1 2x x, x > 0. 2. Tunjukkan fungsi f(x) := x 1/3, x R tidak terdiferensial di x = 0. 9

Penyelesaian. Dibentuk pecahan yang mengarah pada f (0), yaitu f(x) f(0) x 0 = x1/3 0 x = 1 x 2/3. 1 Selanjutnya tunjukkan bahwa x 0 tidak ada (Petunjuk: gunakan kriteria barisan untuk it!). Karena x 0 x 0 x 2/3 f(x) f(0) tidak ada maka disimpulkan f (0) tidak ada. 3. Misalkan fungsi f terdenisi pada R dengan { x 2 jika x rasional f(x) := 0 jika x irrasional. Buktikan f terdiferensial di 0, dan tentukan f (0)! Penyelesaian. Berdasarkan denisi fungsi ini diperoleh f(0) = 0., diperoleh bentuk f(x) f(0) x 0 = f(x) x { f(x) x = x jika x rasional 0 jika x irrasional. Diperhatikan f(x) Selanjutnya, ditunjukkan x 0. Misalkan (x n) barisan yang konvergen ke 0, maka diperoleh barisan f(x n ) x n = Jadi apapun kasusnya barisan dan f (0) = 0. ( x ) f(xn) x n { x n 4. Tentukan turunan dan sederhanakanlah! a) f(x) := x 1+x 2 b) h(x) := ( sin x k) m, m, k N. sebagai berikut jika x n rasional 0 jika x n irrasional. ( ) f(xn) x n konvergen ke 0. Terbukti itnya ada Penyelesaian. Untuk (a) dikerjakan sendiri, cukup gunakan aturan turunan hsil bagi. Untuk (b), digunakan aturan rantai berikut : h (x) = m(sin x k ) m 1 d (sin x k) dx = m(sin x k ) m 1 cos x k d (x k) dx = m(sin x k ) m 1 cos x k kx k 1 = kmx k 1 (sin x k ) m 1 cos x k. 10

5. Misalkan n N dan f : R R didenisikan sebagai berikut { x n untuk x 0 f(x) := 0 untuk x < 0. Tentukan nilai n apa saja yang membuat fungsi ini kontinu di 0. Pertanyaan yang sama yang membuat fungsi ini terdiferensial di 0. Penyelesaian. Syarat kontinu di 0: x 0 f(x) = f(0) = 0. Agar syarat ini dipenuhi maka haruslah x 0 x n = 0. Syarat ini otomatis dipenuhi untuk setiap bilangan aslin. Jadi fungsi ini kontinu untuk setiap n N.Untuk keterdiferensialan di 0, diperhatikan bentuk berikut { f(x) f(0) = f(x) x 0 x = x n 1 jika x 0 0 jika x < 0. Agar f f(x) f(0) (0) ada maka haruslah x 0 x 0 nilainya haruslah nol. Jadi, harus dipenuhi ada. Agar it ini ada maka x 0 xn 1 = 0. Keadaan ini hanya dipenuhi oleh n = 2, 3,. dipenuhi?) (Mengapa n = 1 tidak 6. Misalkan f : R R terdiferensial di c dan f(c) = 0. Buktikan g(x) := f(x) terdiferensial bila hanya bila f (c) = 0. Penyelesaian. 4.2 Teorema nilai rata-rata (TNR) Seharusnya materi pada bagian sebelumnya sudah dipahami dengan baik. Pada sub pokok bahasan ini, kompetensi minimal yang yang harus dipenuhi adalah 1. Memahami maksud ekstrim relatif (minimum relatif dan maksimum relatif). 2. Memberikan interpretasi grak untuk minimum relatif dan maksimum relatif. 3. Memahami maksud teorema ekstrim interior (TEI) dan dapat membuktikannya. 4. Memahami kasus kritis pada TEI. 5. Memahami maksud dan dapat membuktikan teorema Rolle (TR). 6. Memahami maksud teorema nilai rata-rata (TNR). 7. Memberikan interpretasi grak untuk TNR. 8. Mengetahui sifat-sifat fungsi asal melalui informasi pada derivatifnya. 11

9. Memahami pengertian fungsi naik dan fungsi turun. 10. Memahami teorema yang menghubungkan derivatif dan naik turunnya fungsi dan dapat membuktikannya. 11. Memahami uji derivatif pertama untuk ekstrim dan mampu membuktikan teoremanya. 12. Mampu menggunakan TNR untuk menyelesaikan masalah pertidaksamaan. Sungguh banyak pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Bayangkan untuk 1 pertemuan saja seperti ini, bagaimana kalau selama kuliah ada 20 mata kuliah per semester 13 kali pertemuan 7 semester = 1520 kompetensi dasar yang seharusnya dapat dari tatap muka saja, belum lagi hasil belajar mandiri. Seharusnya semua lulusan mempunyai kualitas tinggi sejajar dengan lulusan perguruan tinggi kelas dunia, hebat. Denisi 4.2. Ada dua macam ekstrim relatif, yaitu maksimum relatif dan minimum relatif. Fungsi f : I R dikatakan mempunyai 1. minimum relatif di c I jika ada persekitaran V := V δ (c) sehingga f(x) f(c) untuk setiap x V I, 2. maksimum relatif c I jika ada persekitaran V := V δ (c) sehingga f(x) f(c) untuk setiap x V I. Teorema berikut memberikan syarat cukup untuk ekstrim interior, yaitu bilamana c titik interior interval I. Teorema 4.5. [Teorema ekstrim interior (TEI)] Jika c titik inteior interval I dan f : I R mempunyai ekstrim di c maka f (c) = 0. Bukti. Hanya dibuktikan kasus f mempunyai minimum relatif di c. Untuk maksimum relatif dibuktikan sendiri. Dibuktikan dengan kontradiksi, yaitu diandaikan f (c) > 0 dan f (c) < 0, kemudian ditunjukkan kontradiksi sehingga disimpulkan f (c) = 0. Karena diketahui f mempunyai minimum relatif di c maka terdapat V 1 persekitaran c sehingga berlaku f(c) f(x), untuk setiap x V 1. (4.14) Pengandaian f (c) > 0 mengakibatkan terdapat persekitaran V 2 dari c sehingga > 0 untuk setiap x V 2. (4.15) Dengan mengambil V := V 1 V 2 maka kedua ketidaksamaan ini berlaku untuk setiap x V. Ambil x V dan x < c maka berlaku < 0. Di lain pihak diperoleh = kontradiksi dengan f(c) f(x). } {{ } >0 () < 0 f(x) < f(c), }{{} <0 12

Kritis 4.2.1. Fungsi f(x) := x 3 mempunyai sifat f (0) = 0 tetapi x = 0 bukan titik ekstrim. Ini berarti f (0) = 0 bukan syarat cukup agar c menjadi titik ekstrim. Ilustrasinya lihat pada gambar (kiri). Terkait dengan masalah kritis ini, kebiasaan mengambil turunan pertama kemudian diambil harga nolnya bukanlah cara yang sempurna dalam menentukan nilai ekstrim baik minimum maupun maksimum. Ada tahapan lagi untuk memastikan bahwa nilai nol turunan pertama merupakan ekstrim, yaitu menggunakan uji derivatif pertama yang akan dibahas berikutnya. Kritis 4.2.2. Fungsi f(x) := x jelas mempunyai minimum relatif di x = 0, tetapi f (0) tidak ada. Ini menunjukkan bahwa adanya f (c) pada TEI sangat penting. Ilutrasinya dapat dilihat pada gambar (kanan). Teorema 4.6. [Teorema Rolle] Bila fungsi f : I R kontinu pada interval I := [a, b], terdiferensial pada interval (a, b) dan f(a) = f(b) = 0 maka ada c (a, b) sehingga f (c) = 0. Ilustrasi Teorema Rolle mengatakan bahwa bila dipenuhi beberapa syarat maka ada titik ekstrim di dalam interval (a, b). Ilustrasinya diberikan pada gambar berikut. y=f(x) f'(c) =0 a c b Gambar 4.2: Ilustrasi teorema Rolle (kiri) Bukti. Bila f 0, yaitu identik dengan fungsi nol maka sebarang c (a, b) pasti memenuhi f (c) = 0 karena derivatifnya juga nol di mana-mana. Sekarang andaikan saja f tidak identik dengan nol, yaitu cukup diasumsikan ada bagian f yang positif. Bila semua bagian f negatif, cukup diambil f. Lihat ilutrasi pada gambar berikut ini. Karena f kontinu dalam interval tertutup [a, b] maka berdasarkan Teorema maksimum-minimum, fungsi f mencapai maksimum di dalam [a, b], yaitu ada c [a, b] sehingga f(c) = sup f(x). x [a,b] Karena f > 0 maka f(c) > 0. Sekarang dipastikan bahwa c adalah titik interior, yaitu c (a, b). Seandainya c bukan interior maka c = a atau c = b. Tetapi hal ini tidaklah mungkin sebab f(a) = f(b) = 0, sedangkan f(c) > 0. Jadi dapat diyakini c adalah titik interior. Karena f (x) ada untuk setiap x (a, b) maka 13

f maks y=f(x) y= -f(x) f maks a c b a c b y=f(x) Gambar 4.3: Kemungkinan fungsi f tidak identik dengan nol otomatis f (c) juga ada. Sampai di sini semua asumsi pada TEI terpenuhi, yaitu c titik interior, f mencapai ekstrim pada I dan f (c) ada, sehingga disimpulkan f (c) = 0. Sebagai konsekuensi langsung Teorema Rolle, diperoleh Teorema nilai rata-rata berikut. Teorema 4.7. [Teorema nilai rata-rata] Bila fungsi f : I R kontinu pada interval I := [a, b], terdiferensial pada interval (a, b) maka ada c (a, b) sehingga f(b) f(a) = f (c)(b a) atau f(b) f(a) b a = f (c). (4.16) Ilustrasi Berdasarkan persamaan di atas, TNR mengatakan bahwa c adalah suatu titik dimana gradien garis singung kurva y = f(x) di x = c sejajar dengan garis yang melalui (a, f(a)) dan (b, f(b)) seperti diilustrasikan pada gambar berikut. (a,f(a)) y = f(x) h(x) sejajar (b,f(b)) a c x b Gambar 4.4: Ilustrasi dan interpretasi TNR Bukti. Didenisikan fungsi h : I R sebagai berikut h(x) := f(x) f(a) f(b) f(a) (x a). b a Selanjutnya ditunjukkan h memenuhi syarat pada Teorema Rolle: 14

h kontinu pada [a, b] karena ia tersusun atas fungsi-fungsi kontinu pada [a, b], Dengan argumen yang mirip, kita simpulkan h fungsi terdiferensial pada (a, b), h(a) = f(a) f(a) f(b) f(a) b a (a a) = 0 dan h(b) = f(b) f(a) f(b) f(a) b a (b a) = 0. Berdasarkan Teorema Rolle, terdapatlah c (a, b) sehingga h (c) = 0. Derivatif h (x) diperoleh sebagai berikut sehingga diperoleh h (x) = f (x) f(b) f(a) b a 0 = h (c) = f (c) f(b) f(a) b a f(b) f(a) b a = f (c). 4.3 Penggunaan teorema rata-rata 4.3.1 Identikasi sifat fungsi asal melalui derivatifnya Teorema 4.8. Jika f kontinu pada interval tutup I := [a, b] dan terdiferensial pada interval buka (a, b) dengan f (x) = 0 untuk setiap x (a, b) maka f fungsi konstan. Bukti. Kita mulai dari f(a) yaitu nilai f di titik a. Dibuktikan f(x) = f(a) untuk setiap x (a, b]. Ambil sebarang x (a, b]. Karena fungsi f memenuhi syarat cukup TNR pada [a, x], maka terdapat c (a, x) sehingga f(x) f(a) = f (c)(x a). Karena f (c) = 0 maka diperoleh f(x) f(a) = 0, yaitu f(x) = a. diambil sebarang maka terbukti f fungsi konstan. Karena x Teorema 4.9. Jika f dan g kontinu pada interval tutup I := [a, b] dan terdiferensial pada interval buka (a, b) dengan f (x) = g (x) untuk setiap x (a, b) maka f = g + C untuk suatu konstanta C. Bukti. Ambil h(x) := f(x) g(x), maka diperoleh h (x) = 0. Berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh h fungsi konstan, katakan h(x) = C. Akibatnya f(x) g(x) = C atau f(x) = g(x) + C. 4.3.2 Identikasi fungsi naik dan fungsi turun Denisi 4.3. Fungsi f dikatakan naik (increasing) pada interval I jika berlaku x 1 < x 2 f(x 1 ) f(x 2 ), dikatakan turun (decreasing) jika berlaku x 2 < x 2 f(x 1 ) f(x 2 ). Dikatakan naik tegas atau turun tegas jika tidak memuat tanda kesamaan. 15

4.3.3 Uji derivatif pertama untuk ekstrim 4.3.4 Penyelesaian masalah pertidaksamaan 4.4 Aturan L'Hospital Marquis Guillame Francois L'Hospital (1661-1704) mempublikasikan teorema imit dalam kalkulus yang belakang ini disebut aturan L'Hospital. Pada teorema it hasil bagi berlaku bahwa jika f(x) = A dan g(x) = B, dan jika B 0 maka f(x) g(x) = A B. Namun, jika B = 0 maka tidak ada kesimpulan yang dapat diambil. Dalam kasus A 0 maka it tersebut menjadi asalkan itnya ada. Dalam kasus A = 0 dan B = 0 maka it hasil bagi f g menghasilkan bentu taktentu 0 0. Limit bentuk tentu mungkin ada, mungkin juga tidak ada. Contoh 4.6. Misalkan f(x) := αx dan g(x) := x. Dalam kasus ini untuk c = 0, muncul bentuk taktentu 0 0. Tetapi f(x) x 0 g(x) = αx x 0 x = α. Dalam kasus ini bentuk taktentu 0 0 memberikan hasil bilangan real. Bentuk taktentu lainnya diberikan sebagai berikut :, 0, 00, 1, 0,. Aturan hospital untuk bentuk 0 0 Teorema 4.10. Misalkan f, g : [a, b] R berlaku f(a) = g(a) = 0, dan g(x) 0 untuk a < x < b. Bila f dan g terdiferensial di a dan g (a) 0 maka f(x) x a + g(x) = f (a) g (a). Bukti. Karena f(a) = g(a) = 0, kita dapat menulis bentuk yang ekuivalen sebagai berikut f(x) f(a) f(x) f(x) f(a) = g(x) g(x) g(a) = x a g(x) g(a) x a Selanjutnya dengan menggunakan teorema it hasil bagi diperoleh f(x) x a + g(x) f(x) f(a) x a g(x) g(a) x a + x a = x a+ = f (a) g (a). 16

Hati-hati dengan syarat f(a) = g(a) = 0. Sebagai contoh, jika f(x) := x + 17 dan g(x) := 2x + 3 maka diperoleh padahal f(x) x 0 g(x) = 17 3, f (0) g (0) = 1 2. Hasil ini tidak sama dengan hasil yang ada dalam teorema dikarenakan f(0) = g(0) = 0 tidak terpenuhi. Contoh 4.7. Hitunglah it berikut dengan menggunakan teorema di atas x 2 + x x 0 sin 2x. Penyelesaian. Dalam soal ini kita mempunyai f(x) = x 2 +x dan g(x) = sin 2x, x 0 f(x) = x 0 g(x) = 0. Jadi diperoleh f(x) x 0 g(x) = x 2 + x x 0 sin 2x = 2x + 1 x 0 2 cos 2x = 2(0) + 1 2 cos 2(0) = 1 2. Teorema nilai rata-rata Cauchy (TNR-C) Teorema 4.11. Misalkan f an g kontinu pada [a, b] dan terdiferensial pada (a, b), dan diasumsikan g (x) 0 untuk setiap x (a, b). Maka terdapat c (a, b) sehingga f(b) f(a) g(b) g(a) = f (c) g (c). 17