BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menu berasal dari bahasa Perancis yg berarti kecil/detail. Menu adalah

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1.Pengenalan MP ASI

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

01/04/ TAHUN (USIA(Th)) x 2 + 8) RUMUS PERKIRAAN TINGGI BADAN TAHUN USIA (th) x RUMUS PEERKIRAAN BERAT BADAN PERHITUNGAN

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB II DATA DAN ANALISA

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

Written by Dr. Brotosari Saturday, 19 September :24 - Last Updated Sunday, 06 August :16

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Lupakan Pemahaman Yang Tidak Benar

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

Memperkenalkan Makanan pada Bayi.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Penderita Diabetes Pantang Makan Di Luar? Tenang, Ada Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

Download from

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menyusun Menu Menu berasal dari bahasa Perancis yg berarti kecil/detail. Menu adalah susunan hidangan yang disajikan pada waktu makan atau daftar hidangan yang disiapkan untuk disajikan sebagai makanan. Hal-hal yang mendasari penyusunan menu yaitu nilai gizi, kebiasaan makan, keuangan, tujuan menu disusun, variasi dan keseimbangan dan penyesuaian dengan iklim. Perencanaan menu dilakukan untuk beberapa hari atau yang disebut siklus menu, misalnya tujuh hari atau 10 hari. Penyusunan menu berdasarkan siklus menu berfungsi untuk variasi dan kombinasi bahan makanan dapat diatur, sehingga menghindari kebosanan, karena terlalu sering jenis makanan tertentu dihidangkan dan makanan yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga (Misalnya pada kondisi : sakit, hamil atau menyusui), serta menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia. Makanan yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga. Penyusunan menu makanan balita, selain memperhatikan komposisi zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan. Sebaiknya, dibuat siklus menu tujuh hari atau 10 hari. Hal ini akan memudahkan ibu untuk mengatur menu makanan balita. Selain itu, penyajian menu makanan balita juga harus diperhatikan, karena dapat memengaruhi selera makan anak, baik dari penampilan, tekstur, warna, aroma, besar porsi, dan pemilihan alat makan yang

menarik. Di dalam menyusun menu, jadwal makan balita juga harus diperhatikan. Penerapan jadwal makan yang teratur sangat penting. Sebab, hal tersebut akan membuat tubuh anak mengalami penyesuaian, kapan perut harus diisi dan kapan tidak. Jika disiplin ini sudah tertanam pada diri dan ritme tubuh si anak, ketika jam makan tiba, mereka tidak akan lagi menolak makan. Sebaliknya, jika jam makan sesukanya, tidak jarang anak akan malas-malasan mengisi perutnya. Sementara itu, membiasakan anak makan sesuai jadwal akan membuat pencernaannya lebih siap dalam mengeluarkan hormon dan enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan yang masuk. Idealnya, pemberian makan balita adalah tiga kali makan utama yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam agar mempunyai keterampilan makan balita, kemudian ditambah 2 (dua) kali makanan selingan. Menu dalam seharinya (Depkes RI, 2002) terdiri dari : A. Menu Sarapan Pagi Anak harus dibiasakan sarapan pagi karena penting untuk persediaan energi dalam melakukan aktivitas sepanjang hari. Apabila orangtua tidak menyempatkan diri sarapan secara teratur di meja makan, jangan heran jika si anak juga enggan sarapan pagi. Menu sarapan pagi tidak harus komplit susunan hidangannya (tidak selengkap hidangan makan siang atau malam). Porsinya pun juga lebih sedikit. Cukup dengan satu hidangan terpadu untuk menu sarapan pagi, misalnya dengan omelet sayur, mie goreng, nasi goreng, roti bakar ditambah susu atau jus buah. Hal yang perlu diingat

adalah kalorinya telah memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Selain itu, buatlah menu sarapan pagi yang praktis. B. Menu Makan Siang atau Malam Susunan menu makan siang atau malam biasanya lengkap komposisinya. Terdiri atas makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah. Pengaturan ini sesuai dengan triguna makanan (susunan makanan seimbang untuk tumbuh kembang balita yang harus terdiri atas tiga golongan besar bahan makanan). Besarnya porsi makanan untuk balita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan makannya. C. Menu Makanan Selingan Anak perlu makanan selingan di sela-sela makanan utamanya. Penting diketahui, bahwa pemberian makanan selingan adalah untuk melengkapi komposisi gizi seimbang dalam sehari yang mungkin belum terpenuhi lewat menu makanan utama. Oleh karena itu, yang ditekankan bukan kandungan kalorinya, tapi zat gizi lain seperti protein, mineral, dan vitamin. Makanan selingan ini dapat berupa kue, biskuit, atau jus buah. Ketika menyusun menu sehat untuk balita, maka harus diperhatikan variasi penyajian masakan, sebab ini akan sangat membantu bayi dan anak tidak bosan dan akhirnya makan dengan lahap. Bayi sebenarnya tahu dan bisa merasakan kebosanan terhadap makanan, begitupun makanan yang ia sukai dan tidak. Namun mereka memang belum dapat mengkomunikasikannya. Asupan gizi merupakan faktor kunci

perkembangan sel-sel otak bayi dan anak, oleh karena itu makanan yang masuk ke dalam menu sehat bayi dan anak adalah yang mengandung banyak kalsium untuk membantu menjaga kekebalan tubuh serta mencegah berkurangnya daya ingat serta gangguan jantung. Selain itu, makanan yang kaya akan zat besi agar terhindar dari anemia dan juga terhambatnya perkembangan otak. Perkembangan motorik dan kecerdasan yang optimal juga harus didukung dengan tercukupinya asupan protein. Secara garis besar, menu sehat untuk bayi terdiri dari kelompok gandum, kelompok nabati, kelompok buah-buahan, kelompok susu, kelompok daging serta kelompok lemak, minyak dan gula. Prinsip dasarnya adalah memilih makanan yang kaya serat serta rendah lemak dan kalori. Menyusun menu sehat untuk anak, berbeda dengan bayi yang pada umumnya masih mau memakan makanan yang diberikan kendati mereka sudah bosan, anak usia balita terkadang menolak jenis makanan tertentu dan bahkan tidak mau memakannya sama sekali dengan alasan kurang lezat, kurang manis dan kurang gurih. Untuk mengatasinya adalah dengan membuat camilan yang bergizi, gurih maupun manis. Menyusun menu dilakukan sebaiknya memperhatikan keseimbangan seperti gizi yang dikonsumsi. Keseimbangan zat gizi dapat direncanakan dengan melihat piramida makanan. Piramida makanan merupakan perencanaan pola makan dengan gizi seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Prinsip penyajian makanan berdasarkan piramida makanan memenuhi beberapa prinsip, yaitu gizi seimbang

sesuai dengan umur, aktifitas, dan jenis kelamin. Menu makanan bayi dan anak sebaiknya dibuat berdasarkan piramida makanan. Menurut Depkes RI (2002), piramida makanan berbentuk segitiga yang menggambarkan konsep makanan sehat dengan gizi seimbang. Seperti bentuk piramida, di bagian paling bawah merupakan porsi terbesar yang bisa dimakan bayi dan anak. Sedangkan bagian atas adalah makanan yang dibutuhkan bayi dan anak namun dalam porsi sedikit saja. Dengan menyusun menu makanan bayi sesuai piramida maka nutrisi untuk bayi dapat dengan mudah terpenuhi. Bagian paling bawah piramida makanan bayi adalah kelompok beras dan gandum. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan bubur nasi, sereal yang dimasak maupun roti. Supaya anak tidak bosan dengan makanan yang mengandung kabohidrat ini maka variasikan jenis makanan. Bisa juga dibuat pasta, beras merah, mie ataupun havermut. Orangtua perlu meningkatkan tekstur makanan kelompok gandum ini secara bertahap. Di atas kelompok gandum terdapat kelompok nabati atau sayuran. Sayuran terbukti kaya nutrisi untuk bayi, pilihlah sayur yang berwarna hijau gelap. Sayuran seperti brokoli, bayam, wortel sangat baik untuk bayi. Sayuran biasanya diolah dengan dikukus dan dipotong kecil-kecil. Piramida makanan bayi yang ketiga adalah jenis buah. Buah kaya akan vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi. Buah pisang, apel, pir, tomat sangat baik untuk bayi. Dalam menyajikan buah sebaiknya satu macam dulu. Buah dalam bentuk jus bisa diberikan kepada bayi tapi

tetap lebih bagus potongan buah segar. Hindari buah kering atau buah yang ada dalam kaleng karena biasanya mengandung bahan pengawet. Berikutnya adalah kelompok susu. Susu sapi segar atau susu bubuk full cream sebaiknya diberikan setelah anak berusia setahun ke atas. Kelompok susu lainnya adalah keju dan yoghurt yang bisa diberikan pada bayi mulai usia sembilan bulan. Menu makanan bayi selanjutnya adalah jenis daging. Daging diperlukan oleh bayi karena mengandung banyak protein. Daging yang diberikan pada bayi dipotong kecil dan teksturnya empuk, bisa berasal dari daging sapi, ayam atau kelompok unggas dan ikan. Sebaiknya hindari pemberian daging yang dimasak dengan santan. Piramida makanan bayi paling atas adalah jenis lemak, minyak dan gula. Bayi memang membutuhkan jenis makanan ini namun dalam porsi yang sedikit. Kelebihan lemak, minyak dan gula bisa menghambat pertumbuhan bayi dan bahkan menyebabkan obesitas. Sebaiknya bayi diberikan lemak tak jenuh karena lebih baik daripada lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan cocok untuk bayi seperti kacang, jagung dan zaitun. Dengan memberikan makanan berdasarkan piramida makanan bayi, niscaya nutrisi untuk bayi akan tercukupi. Yang terpenting sebenarnya adalah menghindari makanan yang tidak baik untuk bayi. Seperti misalnya makanan yang terlalu manis atau asin, minuman ringan, es krim dan makanan instan. Memvariasikan menu makanan bayi sesuai piramida akan menjadi kebiasaan yang sehat untuk anak kelak.

Sajikan makanan, susu, sayur, buah dan daging dengan porsi yang sesuai usia bayi setiap harinya. Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan, sehingga dapat membantu mengkondisikan kebutuhan akan pola makan sehat pada anak. Pola makan sehat memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Seiring dengan pertumbuhan balita, pola makannya pun akan berubah. Mulai banyak jenis makanan yang dapat dimakan bayi, namun bukan semua makanan berarti selalu baik untuknya. Beberapa jenis makanan yang mengandung tepung putih, lemak tinggi, gula, pewarna buatan, bahan kimia, dan lain-lain tidaklah baik untuk dikonsumsi balita sehari-hari (Almatsier, 2004). 2.2. Peran Gizi dalam Pertumbuhan Balita Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang. Gizi Balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin tumbuh kembang putra putrinya maksimal. Pemenuhan gizi pada setiap balita merupakan suatu keharusan karena hal ini sangat berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya terpenuhi semaksimal mungkin. Beberapa zat gizi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembangnya, adalah (Almatsier, 2006) : 1. Vitamin A, D, E dan K Keempat vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi, usahakan agar asupan vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan vitamin D berperan penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sementara vitamin E memiliki antioksidan yang membantu pertumbuhan sistem syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K membantu pembekuan darah. 2. Kalsium Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam pembentukan massa tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat sehingga balita Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar memanjat dan aktif bermain. Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya sebesar 500mg/hari. Sumber makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu, brokoli, tomat, oatmeal, kacang-kacangan, dan ikan salmon. 3. Vitamin B dan C

Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun tubuh balita Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh. Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh balita serta mencegah sariawan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur. Sementara untuk memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat memperolehnya dari tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau. 4. Zat Besi Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber makanan yang mengandung at besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta alpukat. Kebutuhan gizi balita merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan. Masa-masa tumbuh kembang anak akan sangat berpengaruh dengan asupan gizi yang ibu berikan. Dalam pertumbuhan yang baik tidak hanya sebatas fisik, tetapi mental dan intelektualitasnya juga diharapkan dapat berkembang dengan baik, sehingga menjadi proses pertumbuhan dengan tumbuh kembang yang baik. Proses tumbuh kembang balita yang optimal adalah di saat pemenuhan kebutuhan gizi balita secara lengkap pada kebutuhan pokoknya. Gizi balita untuk memenuhi

kebutuhan fisik-biologisnya yaitu mencakup beberapa nutrisi seperti ASI, makanan pengganti ASI (MPASI), imunisasi, dan kebersihan fisik serta lingkungan. Balita juga membutuhkan kebutuhan emosi, yaitu seperti kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan dan didengar keinginan serta pendapatnya. Dari beberapa faktor tersebut tentunya sangat dibutuhkan balita dalam memiliki kemandirian dan kecerdasan emosionalnya. Jadi, diharapkan bagi para orangtua untuk selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap buat hati. Kebutuhan pokok lain yang tidak kalah penting adalah kebutuhan stimulasi. Kebutuhan stimulasi in mencakup bermain yang dapat merangsang semua indranya, mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, berpikir, serta berkreasi. Dari beberapa stimulasi yang dibutuhkan, sangat penting untung menunjang kecerdasan balita (multiple intelligences). Oleh karena itu, penting diperhatikan bagi orangtua untuk memberikan segala kebutuhan stimulasi tersbut sejak dini. Ketiga kebutuhan pokok di atas menjadi hal penting dalam menunjang segala kebutuhan balita dalam tumbuh kembang. Dan karenanya sangat dibutuhkan ketiga kebutuhan gizi balita agar terpenuhi pencapaian perkembangan otak serta pertumbuhan anak yang optimal. Jika dari beberapa kebutuhan gizi saja tidak terpenuhi, maka secara fisik-biologiss anak akan mudah sakit dan perkembangan otaknya pun tidak optimal. Sementara, jika kebutuhan emosinya tidak terpenuhi maka

kecerdasan emosi balita relatif rendah. Begitu juga dengan kebutuhan stimulasi dalam bermain. Pada pertumbuhan balita sangatlah penting untuk diberikan asupan gizi yang tepat dan seimbang, karena di masa inilah yang dapat menentukan dan mempengaruhi perkembangan anak di tahap selanjutnya sehingga anak dapat bertumbuh secara optimal dan sehat. Pada balita tiga tahun, pertumbuhan dan perkembangan akan mempengaruhi sel-sel otak dalam membangun jaringan saraf agar lebih kompleks. Bila kebutuhan gizi balita telah terpenuhi, maka akan mempengaruhi kinerja otak secara baik. Ini juga akan mempengaruhi kemampuan belajar berjalannya, mengenal huruf, hingga kemampuan berinteraksi/bersosialisasi. Pada hubungan ini adanya pengaruh jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf. Dan pada perkembangan berikutnya akan berlanjut pada kemampuan bicara dan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional serta intelegensi yang berkembang secara cepat sesuai dengan asupan yag diberikan secara tepat. Asupan gizi balita yang tepat adalah makanan yang sehat dan bervariasi. Berikan komposisi makanan yang seimbang pada pada setiap kandungan gizi masingmasing makanannya seperti, 55-67% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 13-15 protein. Hal ini agar memenuhi gizi balita dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan secara optimal. Gizi balita ini bisa diperoleh dari nasi (3-4 porsi) atau bisa diganti dengan bihun dan roti yang bisa menjadi sumber tenaga. Sedangkan, untuk sumber pembangun diperoleh dari lauk-pauk (4-5 porsi) ditambah sumber zat pengatur

seperti vitamin dan mineral yang terdiri dari sayur dan buah (2-3 porsi). Agar gizi balita lebih lengkap dan sempurna, maka tidak lupa untuk tetap memberikan susu sebagai sumber tenaga yang mengandung berbagai komponen penting. 2.3. Dampak Kekurangan Gizi pada Balita Gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dicukupi bagi tubuh. Gizi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak dan perkembangan otak anak. Sebagai orang tua harus mengetahui segala kebutuhan gizi yang diperlukan anak agar anak terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik seperi apa, orang tua harus mengerti tentang bagaimana gejala jika anak kurang gizi, sehingga orang tua mampu memperbaiki asupan gizi anak. Balita kurang gizi tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan karena seharusnya usia balita merupakan masa yang penting untuk tumbuh dan berkembang. Balita kurang gizi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, otak dan juga psikologisnya. Kurangnya gizi pada balita awalnya ditandai dengan fisik yang terlihat kurus, anak memiliki berat badan di bawah rata-rata pada usia yang seharusnya. Balita kurang gizi mengalami kesulitan atau bahkan tidak mengalami kenaikan berat badan selama 3 bulan berturut-turut. Sebenarnya tidak hanya berat badan saja yang menjadi indikator utama kekurangan gizi pada Balita. Ukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lingkar kepala bisa menjadi indikator pelengkap. Balita yang mengalami kekurangan gizi juga mudah terkena penyakit. Oleh sebab itu, jika balita sering sekali sakit seperti diare, demam, anemia dan penyakit lainnya maka kemungkinan balita kurang gizi.

Balita yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki mata yang cekung, rambut bayi tipis, mudah untuk dicabut dan umumnya berwarna kemerahan. Secara psikologis, Balita yang kurang gizi cenderung menjadi pendiam dan tidak aktif. Kekurangan gizi pada Balita Indonesia umumnya karena kekurangan energi protein. Ciri-ciri bayi yang mengalami kekurangan energi atau kalori (sering disebut dengan marasmus) antara lain bayi sangat kurus, bagian pantatnya keriput dan bagian perutnya cekung. Selain itu, kulit di tubuhnya kering dan keriput. Bayi kurang gizi ini mudah sekali rewel. Sedangkan ciri-ciri bayi yang kekurangan protein (kwashiorkor) adalah bayi yang mengalami kebengkakan di tubuhnya. Bagian utama yang terlihat bengkak adalah kaki dan punggung. Sementara ototnya mengalami pengecilan yang bisa terlihat saat sedang duduk atau berdiri. Wajah bayi kurang gizi ini bulat seperti bulan purnama dan tampak keriput. Organ penglihatan mata tampak sayu. Selain itu di kulitnya muncul bercak yang berwarna merah muda dan kelamaan menjadi kehitaman. Sama seperti bayi kurang gizi lainnya, bayi mudah sekali rewel dan sering menangis. 2.4. Bimbingan Penyusunan Menu Bimbingan merupakan sarana yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dan perilaku seseorang, baik secara formal maupun informal. Melalui bimbingan diharapkan adanya peningkatan, kemampuan dan perilaku yang mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam perkembangan IPTEK saat ini.

Komponen utama dalam bimbingan beradasarkan kompetensi adalah penggunaan bimbingan, dimana para fasilitator memberikan ketrampilan atau aktivitas terlebih dahulu, kemudian memberikan demonstrasi dengan menggunakan alat ajar seperti slide atau modul. Menurut Besty (1997), bimbingan merupakan suatu proses dalam membantu sesorang mengerti tentang keadaan diri dan lingkungan. Selain itu membantu sesorang dalam berinteraksi dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk kebiasaan makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Bimbingan biasanya tidak memakan waktu yang lama. Bimbingan dapat mendorong sesorang untuk lebih mempunyai motivasi belajar sebab diri mempunyai tambahan pengetahuan akibat proses bimbingan. 2.4.1. Bimbingan Sebagai Proses Perubahan Pengetahuan Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat bimbingan atau penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan.

Bimbingan sebagai proses perubahan perilaku yang tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Bimbingan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan individual (perorangan) dengan bentuk pendekatan penyuluhan ataupun konseling Dengan cara ini komunikasi antara sasaran bimbingan dengan peneliti lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh individu dapat dibantu penyelesainnya, sehingga individu dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku yang disarankan atau mengubah perilaku (Notoatmodjo, 2007). Selain itu bimbingan dapat dilaksanakan dengan pendekatan asuhan gizi individu dan pendekatan asuhan gizi berkelompok.

Pendekatan individu dilakukan terhadap sasaran yang tergolong gizi kurang. Proses metode bimbingan dilakukan melalui tiga tahap (Susanti, 2010) : a. Bimbingan intensif. Tahap ini dilakukan pendampingan intensif oleh peneliti guna membantu ibu menerapkan praktek asuhan gizi bagi anak dan keluarganya. Diharapkan dapat mengajarkan ibu tentang cara pengolahan makanan anak dengan metode konsultasi. b. Penguatan Tahap ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu hari ke 8 14 (minggu kedua). Pada tahap ini, sasaran tidak dikunjungi setiap hari, namun hanya dua kali seminggu. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan atas apa yang dilakukan ibu. Bagi ibu yang kurang mampu mengikuti instruksi di anjurkan untuk didekati secara pesuasif agar mampu melakukan praktek secara sederhana. c. Praktek mandiri Setelah melakukan penguatan melalui pengukuran pengetahuan, ibu atau pengasuh anak diberikan kesempatan dua minggu (hari ke 15 sampai ke 28) untuk mempraktekan secara mandiri terhadap instruksi bimbingan yang telah diberikan. Pada tahap ini, sasaran tidak lagi dikunjungi kecuali pada hari ke 28, dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap output bimbingan. Output yang akan dinilai pada akhir sesi ini adalah kenaikan berat badan anak dan kemampuan ibu dalam melaksanakan praktek penyusunan menu.

Transfer pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui prose penyuluhan atau konsleing gizi. Menurut Dewanti, Mahar dan Fajar (2013), penyuluhan merupakan pendekatan edukatif yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, terarah dengan serta aktif individu maupun kelompok masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat dengan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. Sedangkan menurut Pedoman Gizi Rumah Sakit (1991), konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan pengertian (pengetahuan) dan sikap positif terhadap makanan agar penderita dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari. 2.4.2. Penerapan Metode Ceramah dalam Bimbingan Penyusunan Menu Ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal, pengetahuan dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005), metode ceramah baik digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurutnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah: (1) ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi sehingga penceramah harus mempersiapkan diri; (2) mempelajari materi dengan sistematika yang baik; (3) mempersiapkan alat bantu pengajaran. Pada hakekatnya, ceramah merupakan proses transfer informasi. Hal yang harus diperhatikan dalam transfer informasi adalah pengajar, materi pengajaran dan sasaran belajar. Namun, menurut Muhibbin Syah (2008), ceramah memiliki kelemahan sebagai berikut : (1) membuat sasaran menjadi pasif; (2)

mengandung unsur paksaan; (3) menghambat daya kritis pada sasaran. Meskipun demikian, setidaknya ceramah memiliki keunggulan dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan (Uha Suliha, 2001). Pengantar tersebut diharapkan dapat menjadi gambaran awal pada sasaran. Menurut Gilstrap dan Martin (dalam Setyawan, 2011) ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu (Legree, Lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku. Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian sasaran. Namun masih diakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan, agar sasaran mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan metode ceramah adalah: 1. Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena sasaran melakukan aktivitas yang sama, sehingga pemberi ceramah dapat mengawasi sasaran sekaligus secara komprehensif.

2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang cukup singkat sasaran dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersama. 3. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. 4. Melatih sasaran untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat. Kekurangan Metode Ceramah ini adalah : 1. Interaksi cenderung bersifat Centred (berpusat pada sipemberi ceramah) 2. Pemberi ceramah kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana sasaran telah menguasai bahan ceramah. 3. Mungkin saja sasaran memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh pemberi ceramah. 4. Sasaran kurang menangkap apa yang dimaksud oleh pemberi ceramah, jika ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh sasaran dan akhirnya mengarah verbalisme. Untuk itu usaha-usaha yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan metode ceramah adalah: 1. Meberi penjelasan dengan memberikan keterangan-keterangan, dengan gerakgerik, dengan memberikan contoh atau dengan menggunakan alat peraga.

2. Susunlah ceramah itu secara sistematis 3. Penggunaan alat-alat pelajaran visual untuk mepelajari penyajian seperti:papan tulis dan alat-alat teknis papan tulis, alat pelajaran dua dimensi: Grafik, bagan dan lain-lainnya, alat pengajaran tiga dimensi: model, gambarbambar dan alat-alat pelajaran visual. 2.4.3. Penerapan Metode Permainan dalam Bimbingan Penyusunan Menu Games (permainan) adalah suatu kontes antara para pemain yang berinteraksi antara satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Sadiman, 2007). Metode permainan diterapkan karena sesuai dengan karateristik sasaran. Sadiman (2007) menyatakan bahwa permainan mempunyai empat komponen, yaitu: (1) adanya pemain; (2) adanya lingkungan tempat berinteraksi; (3) adanya aturan-aturan main; 4) adanya tujuan yang ingin dicapai. Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa. Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa.

Menurut Soepamo (1998) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan yaitu: 1. Situasi dan kondisi, 2. Peraturan permainan, 3. Pemain, dan 4. Pemimpin permainan. Prinsip-prinsip permainan yang dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield, 1999) sebagai berikut : 1. Permainan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks keseharian peserta didik. 2. Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru, 3. Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik, 4. Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain, 5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut, 6. Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi,

7. Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan berbahasa sekaligus. 2.4.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Perilaku Penelitian yang dilakukan Mulyaty (2004), dalam jurnal gizi klinik Indonesia tahun 2004 dengan judul pengaruh pendidikan gizi kepada ibu terhadap konsumsi makanan dan status gizi anak balita penderita TBC primer di rawat jalan RSUP Dr Karyadi Semarang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap perubahan status gizi anak balita berdasarkan berat badan dibanding umur dan berat badan dibanding tinggi badan. Nurhalinah (2006), dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita di Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir menunjukkan perbedaan bermakna peningkatan kemampuan ibu memberikan asupan gizi balita antara ke lompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p=0,0000. Ayu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh program pendampingan gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi dan status gizi balita kurang energi protein menyatakan ada peningkatan skor pengetahuan gizi ibu dari 47,80% menjadi 73,30% (p=0,001) dan skor pola asuh (praktek makan anak,praktek pengobatan anak, praktek kebersihan anak) meningkat dari 69,42% menjadi 81,05%, dan terjadi penurunan balita gizi kurang dari 72,50% menjadi 38,20%. Hal ini sejalan dengan penelitian Amir (2008), bahwa penyuluhan gizi merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga menghasilkan perilaku gizi yang lebih baik sehingga ada perbedaan pengetahuan antara dua kelompok penelitian. Menurut Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek. Penelitian Suraya (2011) tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan sikap baik dari 4,7% sebelum penyuluhan menjadi 98,4% setelah dilakukan penyuluhan pada ibu balita usia 6 24 bulan. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2009), mengenai pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu hamil secara signifikan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap pemberian asi eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhalinah (2006), tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita yang menunjukkan perbedaan peningkatan asupan yang bermakna antara kelompok penelitian (p = 0,0001). Menurut Azwar (2009), pandangan umum antara sikap dan perilaku mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan perilaku seseorang. Perseption yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan indikator praktik perilaku tingkat pertama (Notoatmojo, 2007). Penelitian ini juga searah dengan hasil penelitian Mulyati (2004), bahwa pendidikan gizi pada ibu dapat mengubah pengetahuan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat merubah perilaku ibu kearah yang lebih baik dan dapat meningkatkan status gizi balita. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Ayu (2008), tentang pengaruh pendampingan gizi dapat meningkatkan rata-rata pengetahuan gizi sebesar 29,94 poin. Menurut Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek. 2.4.5. Pengetahuan Gizi Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan dan penyediaan makanan (Sediaoetama, 2008). Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, pertimbangan fisiologis lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan fisikis. Tetapi umumnya akan terjadi kompromi antara keduanya, sehingga akan menyediakan makanan yang lezat dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penting, karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan bahan makanan (Sediaoetama, 2008). Semakin tinggi tingkat pengetahuan keluarga, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga (Sediaoetama, 2008). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau diajar. Jadi pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang setelah melihat sejak ia lahir sampai dewasa. Hal ini merupakan tingkat terendah dari hasil belajar (Poerwadarmita, 2004).

Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pengetahuan gizi dapat membantu seseorang untuk menggunakan pangan dengan baik. Namun demikian kesalahan konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang umum terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dan pangan dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan gangguan gizi (Suhardjo, 2008). Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pengetahuan gizi ibu. Menurut Sapoetra (1997) menjelaskan bila pengetahuan tentang bahan makanan yang masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tampa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya, pengethuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya.

2.5. Kerangka Teori Menurut Notoatmodjo (1995), pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuannya, sehingga diperlukan tambahan pengetahuan, melalui kursus ulang, bimbingan dan penyuluhan dilapangan. Sedangkan pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh adanya pengalaman dan juga informasi dari orang lain, buku dan media massa (WHO, 1992). Menurut Junaedi (1990), bahwa bimbingan/penyuluhan akan berpengaruh terhadap peningkatan dan pengetahuan dan ketrampilan, hal ini dipengaruhi adanya pelatihan. Sedangkan pendapat Siagian (1999), menjelaskan secara operasional pelatihan sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memlihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui media cetak atau eletronik. Sesuatu yang dipelajari akan mebentuk pengetahuan, seringkali pegetahuan tersbut terlupakan. Ada beberapa sebab seseorang yang telah memperoleh pengalaman tetapi sulit diingat, menurut Purwanto (1990) sesorang cenderung lupa karena tergantung pada sesuatu yang diamati, situasi dan proses pengamatan berlangsung serta waktu.

Karateristik : a. Umur b. Pendidikan c. Pengalaman d. Status perkawinan e. Status pekerjaan a. Penyuluh b. Bimbingan c. Informasi dari Media massa d. Pelatihan/Penyuluhan e. Pengetahuan f. Pengalaman g. Waktu a. Sarana/prasarana b. Fasilitas belajar c. Lingkungan belajar d. Metode Belajar e. Tenaga kesehatan Proses Penyuluhan atau bimbingan Pengetahuan INPUT PROSES OUTPUT Sumber :Notoatmodjo (2003), Junaedi (1990), Purwanto (1990) Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

2.6. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep bagi pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan metode permainan terhadap pengetahuan ibu adalah sebagai berikut : Karateristik : a. Umur b. Pendidikan c. Status pekerjaan Variabel Bebas Bimbingan : a. Ceramah b. Permainan Variabel Terikat Pengetahuan Ibu Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian